UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
” Metodologi
Penelitian
”
Dosen
Pengampu:
Iswadi,
M. Pd
UPAYA
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU SUKU KATA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL
Oleh:
SRI LESTARININGSIH
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
UPAYA
MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU SUKU KATA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL
Nama : Sri Lestariningsih
NPM : 20158410221
Kelas : I F
Dosen : Bpk Iswadi, M.Pd
Jenis Penelitian : Penelitian Tindakan Kelas
A.Latar
Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari manusia,
sangat memerlukan bahasa sebagai suatu alat komunikasi dengan manusia lainnya.
Bahasa merupakan suatu simbol dan kata-kata untuk menyampaikan suatu ide atau
konsep yang ada di pikiran seseorang. Bahasa sebagai alat komunikasi tidak
hanya diungkapkan melalui kata-kata melainkan dapat diungkapkan juga melalui
bahasa isyarat atau suatu gerak anggota tubuh yang dapat lebih memperkuat suatu
komunikasi. Setiap masyarakat mempunyai bahasa yang berbeda-beda karena bahasa
yang ada sangatlah bervariasi tergantung dengan lingkungan sekitarnya.
Bahasa merupakan satu wujud yang
tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa selalu muncul dalam setiap aspek dan kegiatan manusia baik secara
verbal maupun non verbal. Bahasa digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi
untuk menyampaikan isi pikiran, selain itu bahasa juga merupakan alat
berinteraksi, mengekspresikan diri serta alat untuk menampung hasil kebudayaan.
Pembelajaran bahasa melibatkan semua komponen kemampuan berbahasa yakni
mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam kemampuan berbahasa,
keempat komponen tersebut terintegrasi dalam proses pembelajaran bahasa dan
saling berhubungan. Dua komponen yang pertama berkaitan dengan bahasa lisan dan
dua komponen terakhir dengan bahasa tulisan. Tahap awal anak belajar berbahasa
dimulai dari komponen mendengarkan terlebih dahulu kemudian anak belajar
berbahasa. Pada tahap ini anak yang terlahir kedunia dalam keadaan normal
secara kodrati akan mempelajari dua komponen tersebut. Tahap selanjutnya adalah
membaca dan menulis. Pada tahap ini merupakan tahap yang dengan sendirinya
dapat dimiliki oleh manusia tetapi harus dipelajari.
Kemampuan membaca perlu dipelajari
anak sejak usia dini. Pada usia dini anak mudah menyerap segala informasi yang
diterima dan banyak kegiatan yang dilakukan oleh anak yang berkaitan dengan
membaca. Pengembangan membaca yang anak peroleh pada anak usia dini dikenal
dengan pengembangan membaca permulaan, karena yang dipelajari pada tahapan usia
dini adalah konsep-konsep permulaan pada membaca.
Kemampuan membaca yang diperoleh pada
membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut.
Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca
permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru; sebab jika dasar itu tidak
kuat pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat
memiliki kemampuan membaca yang memadai. Padahal, kemampuan membaca sangat
diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas pengetahuan dan pengalaman,
mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran, untuk mencapai kemajuan dan
peningkatan diri. Oleh sebab itu, bagaimana pun guru haruslah berusaha
sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai
kepada anak didik. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik, perlu ada
perencanaan: baik materi dan metode.
Dalam kegiatan membaca, guru dapat
melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card).[1]
Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu
kata atau kartu suku kata dan kartu kalimat. Dalam pembelajaran permulaan guru
dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf.
Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan
kata. Anak diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang
berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan
menyusun huruf ini adalah keterampilan mengeja suatu kata.
Permainan kata dan huruf dapat
memberikan suatu situasi belajar yang santai dan menyenangkan. Banyak faktor
yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaaan. Menurut Humalik media merupakan
salah satu faktor yang mendukung dalam proses belajar mengajar. Secara umum
penggunaan media bermanfaat untuk meningkatkan hubungan komunikasi dalam
pengajara antara guru dan murid.[2]
Hal ini berarti dengan media dapat memperluas dan memperkaya jalur komunikasi
antara guru dan murid, dan dapat mengatasi hambatan-hambatan komunikasi dalam
proses belajar mengajar.
Banyak faktor yang mempengaruhi
kemampuan membaca permulaan. Dikutip dari Lamb dan Arnold dalam Rahim. Faktor
yang mempengaruhi membaca permulaan ialah faktor fisiologis, intelektual,
lingkungan dan psikologis.[3]
Pertama faktor fisiologis seperti kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak
menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Kedua, faktor
intelegasi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam
membaca permulaan, faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru
turut mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak, ketiga faktor lingkungan.
Seperti kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam
masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga
menghalangi anak belajar membaca. Keempat; faktor psikologis seperti motivasi
adalah faktor kunci dalam belajar membaca.
Dilatar belakangi dengan alasan
tersebut, bahwa pentingnya menerapkan kegiatan membaca dalam mengembangkan kemampuan
membaca permulaan anak usia 5-6 tahun dengan tetap memperhatikan stimulasi dan
pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Media kartu
huruf ini diharapkan membantu pembelajaran mengenal huruf dan dapat merangsang
pengetahuan anak untuk membaca, oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mengangkat permasalahan ini dengan melakukan penelitian tindakan kelas untuk
mengembangkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Suku Kata
Anak Usia 5-6 tahun di BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar
belakang masalah yang telah dipaparkan, identifikasi masalah adalah :
1. Strategi
pembelajaran yang dilakukan guru dalam mengajar membaca permulaan kurang bervariasi seringkali membuat anak jenuh.
2. Kurangnya
pemahaman orang tua atau pendidik tentang kegiatan bermain sebagai penunjang
belajar anak.
3. Terdapat
perbedaan wawasan guru dalam hal cara mengembangkan kemampuan membaca anak usia
5-6 tahun (Kelompok B) di BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah di atas agar
penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan keraguan dalam taraf penafsiran.
Maka masalah dalam penelitian ini akan dibatasi pada mengembangkan kemampuan
membaca permulaan melalui permainan kartu suku kata anak usia 5-6 tahun di BKB
Paud Cempaka Munjul Jl. Malaka, Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung Jakarta
Timur.
Kemampuan membaca permulaan yang
dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran membaca permulaan yang
diberikan pada peserta didik anak usia 5-6 tahun bertujuan membina dasar-dasar
mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi
bahasa yang diwakilinya, membina gerak mata membaca kiri dan ke kanan,
mengenalkan huruf, huruf yang diperkenalkan diikuti dengan gambar,
menggabungkan huruf menjadi suku kata, menggabungkan suku kata menjadi kata dan
menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana. Membaca kata-kata dan kalimat
sederhana dan lain sebagainya.
Permainan kartu suku kata adalah
pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu
bergambar. Kartu huruf, kartu kata atau kartu suku kata dan kartu kalimat.
Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain
dengan memanfaatkan kartu suku kata. Kartu suku kata adalah sebuah kartu yang
berisikan kartu suku kata dari semua huruf, contoh: ba, bi, bu, be, bo, sampai
za, zi, zu, ze, zo. Kartu suku kata tersebut digunakan sebagai media dalam
permainan menemukan kata. Anak diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf
menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh
guru. Titik berat latiahan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu
kata. Permainan kartu susku kata menggunakan media kartu suku kata di buat oleh
peneliti dan alat berupa kartu-kartu suku yang didalamnya terdapat kartu suku
kata daris semua huruf. Kartu suku kata tersebut terbuat dari karton yang
dilapisi plastik, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 15x10 cm.
Subjek yang diambil dalam penelitian
ini adalah anak usia 5-6 tahun yaitu anak yang berada di tingkat kelompok B di
BKB Paud Cempaka Munjul, yang belajar pada tahun ajaran 2016-2017.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maslah,
identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka perumusan masalah yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian
tindakan kelas ini adalah :
1. Bagaimana
pengunaan kartu suku kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak
usia 5-6 tahun di PAUD Cempaka Munjul.
2. Bagaimana
permainan kartu suku kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak
usia 5-6 tahun di PAUD Cempaka Munjul.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut
di atas, manfaat penelitian tersebut adalah sebagai berikut:
1. Secara
Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat
memberikan sumbangsih yang dapat memperluas khasanah literatur ilmiah dibidang
ilmu pendidikan khususnya yang berhubungan dengan mengembangkan kemampuan
membaca permulaan melalui permainan kartu suku kata anak usia 5-6 tahun.
2. Manfaat
secara Praktis
a. Program
Studi Anak Usia Dini
Sebagai
bahan informasi/ masukan untuk mengembangkan konsep dan teori pendidikan yang
berkaitan dengan peranan pendidikan dalam membantu kemampuan membaca permulaan
anak usia dini.
b. Praktisi
Pendidikan
Sebagai masukan untuk memperkaya
wawasan tentang kegiatan bermain dan permainan yang tepat sebagai sarana
stimulasi bagi kemampuan membaca permulaan anak dan dapat memberikan inspirasi
untuk menciptakan, memilih dan menggunakan permainan sebagai sarana belajar anak.
c. Orang
Tua
Sebagai masukan bagi orang tua untuk
memahami perannya dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak serta
menjadi mitra untuk memanfaatkan kegiatan bermain sebagai sarana untuk
mengoptimalkan perkembangan kemampuan membaca permulaan anak.
d. Peneliti
Selanjutnya
Sebagai inspirasi untuk mengembangkan
penelitian lanjutan berkenaan dengan kegiatan bermain, permainan dan alat
permainan yang dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam mengembangkan membaca
permulaan.
e. Masyarakat
sebagai masukan untuk memperkaya
wawasan tentang jenis-jenis permainan yang dapat menunjang kegiatan membaca
permulaan pada anak usia 5-6 tahun.
F.
Kajian
Pustaka
1.
Hakikat
Kemampuan Membaca Permulaan
Kemampuan membaca merupakan dasar
untuk mengusai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera
memiliki kemampuan untuk membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan
dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Kemampuan
membaca bukanlah suatu yang terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses
yang memerlukan waktu dan strategi tertentu. Hal ini tentunya memerlukan
dukungan dari lingkungan. Lingkungan yang mendukung akan membantu mengembangkan
kemampuan membaca karena dengan membaca maka akan memperoleh banyak keuntungan
dan manfaat.
Menurut Munandar kemampuan merupakan
daya atau kesanggupan melakukan suatu tindakan, kemampuan ini didapat dari
hasil pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukan bahwa suatu tinadakan (performance) yang dapat dilakukan
sekarang.[4]
Jadi, dapat dikatakan bahwa kemampuan mengacu pada kesanggupan dan kemampuan
dalam melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi verifikasi
tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena
memiliki arah dan tujuan.
Gordon dalam Mulyasa memberikan definisi
tentang kemampuan, menurutnya kemampuan adalah sesuatu yang dimiliki oleh
individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.[5]
Kemampuan yang dimiliki seseorang merupakan kemampuan didalam suatu bidang yang
digunakan untuk menyelesaikan berbagai tugas dan masalah yang dihadapinya.
Kemampuan yang dimiliki seseorang lazimnya hanya di satu bidang saja, akan
tetapi akan ada pula oarang yang memiliki kemampuan didalam beberapa bidang
kehidupan. Penilaian akan kemampuan seseorang tidaklah dapat dilakukan dengan
penilaian secara fisik.
Berdasarkan pengertian diatas dapat
dideskripsikan bahwa kemampauan adalah suatu daya atau kesanggupan yang
dimiliki setiap orang dalam melakukan tugas sesuatu bidang tertentu, dimana
daya tersebut merupakan bawaan dan dikembangkan secara terus menerus melalui
latihan untuk mrnyelesaikan tugas dan masalah yang dihadapinya.
Kemampuan membaca termasuk kegiatan
yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Anderson dkk yang dikutip
Dhieni, dkk memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu
tulisan.[6]
Pendapat ini jelaslah bahwa secara umum kemampuan membaca merupakan proses
mengartikan kimpulan huruf-huruf yang tersusun menjadi sebuah kata atau tulisan
yang mempunyai makna. Kemampuan anak dalam mengolah bahasa memilki kepekaan
dalam memahami struktur, arti dan penggunaan bahasa baik tertulis maupun tidak
atau anak sangat cepat mengingat kata baru, suka berbicara selalu ingin tahu tentang
sesuatu yang baru dan sejenisnya.
Kemampuan membaca dapat terasah baik
maka apabila anak melakukan latihan-latihan melalui pembelajaran yang dilakukan
di rumah bersama dengan orang tua maupun dilakukan di sekolah sebagai kegiatan
belajar secara normal. Aktivitas untuk menunjang yang paling efektif dalam
pembelajaran anak usia dini adalah melalui bermain. Alasannya adalah masa
anak-anak adalah bermain. Anak akan merasa enjoy
melakukan kegiatan yang disukainya dan akan dengan sukarela melakukannya.
Dengan demikian pembelajaran tidak akan membuat merasa jenuh dan membosankan.
Memperhatikan itu semua maka untuk memotivisi anak melakukan pembelajaran dalam
mengembangkan kemampuan berbahasa dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca
permulaan diperlukan stimulasi yang menarik misalnya melalui permaianan Kartu
Suku Kata.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah
dipaparkan, dapat dideskripsikan secara garis besar bahwa kemampuan membaca
permulaan adalah kesangupan seseorang dalam mengubah rangkaian huruf menjadi
rangkaian bunyi, belajar kata, suku kata, kalimat dan mengerti makna yang
terkandung dari sebuah tulisan, serta daya atau kesanggupan seseorang untuk
melihat kondisi lingkungannya dan memberikan tanggapan atau respon atas apa
yang dilihatnya.
2.
Pengertian
Membaca Permulaan
Dalam sub ini, peneliti mengemukakan
beberapa pengertian membaca sebagai kegiatan belajar membaca pada tahap awal
atau yang biasa yang disebut sebagai membaca permulaan, yang dimulai atau
diberikan di Taman Kanak-Kanak atau di kelas 1 Sekolah Dasar.
Menurut Syafi’ie juga menjelaskan
membaca adalah kegiatan visual, berupa serangkaian kegiatan mata dalam
mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok
kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap
bacaan.[7]
Hal ini menunjukan pada saat membaca, seseorang sedang melakukan interaksi
berbahasa dengan cetakan-cetakan simbol yang tertulis sehingga pemahaman yang
diperoleh dari simbol-simbol tersebut menjadi sebuah pengetahuan yang didapat
oleh si pembaca.
Menurut Bond dalam Abdurrahman,
membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus
yang membantu proses pengingat tentang apa yang dibaca dan untuk membangun
suatu pengertian melalui pengalaman yang yang telah dimliki.[8]
Dalam konsep ini, kemampuan kognitif atau kemampuan berfikir menjadi penentu
bagi seorang anak untuk dapat menerjemahkan simbol tulis menjadi simbol bunyi
dan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki anak sebelumnya akan membantu
proses penerjemahan simbol tulis kedalam simbol bunyi tersebut.
Sebagai contoh, ketika seorang anak
melihat huruf “o”, bisa saja anak menghubungkan dengan pengalamannya ketika
melihat bentuk bola atau lingkaran. Dengan demikian pengalaman akan memudahkan
untuk mengingat bentuk huruf ketika belajar membaca. Pengalaman mendengar bunyi
huruf tertentu semisal “a” menjadi pengalaman yang diingat anak ketika melihat
gambar apel dengan tulisan huruf “apel” dalam sebuah buku cerita.
Dalam penelitian ini membaca
permulaan yang dimaksud adalah pembelajaran membaca permulaan yang diberikan
pada peserta didik anak usia 5-6 tahun bertujuan membina dasar-dasar mekanisme
membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang
mewakilinya, membina gerak mata membaca kiri ke kanan, membaca kata-kata dan
kalimat sederhana dan lain sebagainya.[9]
Dengan kata lain membaca adalah suatu interaksi seseorang dengan simbol atau
tulisan.
Menurut Montessori, membaca permulaan
diberikan sebelum anak usia 6 tahun. Pengajaran membaca permulaan dengan metode
sintesa (penggabungan) yaitu: (a) mengenalkan huruf, huruf yang diperkenalkan
diikuti dengan gambar, (b) menggabungkan huruf menjadi suku kata, (c)
menggabungkan suku kata menjadi kata dan (d) menggabungkan kata menjadi kalimat
sederhana.[10]
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas
maka dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan merupakan aktivitas mental dan
proses berpikir yang melibatkan fisik dan psikis untuk memahami dan
menerjemahkan simbol-simbol bahasa tulis menjadi simbol bunyi untuk membangun
suatu pengertian dengan menggunakan memori yang telah dimiliki sebelumnya.
3.
Tahapan
Membaca
Membaca merupakan sebuah ketermpilan
yang harus dipelajari, hal ini berbeda dengan berbicara dan kemampuan
mendengarkan, yang diperoleh dengan mempelajari fungsi tersebut dengan
sendirinya, dalam belajar membaca setiap manusia akan melalui proses atau
tahapan-tahapan dalam membaca sesuai tingkatan umur atau karakteristik
perkembangan yang mengikuti setiap masa seseorang.
Dari pernyataan tersebut memberikan
makna bahwa tahapan kemampuan membaca anak usia dini memerlukan langkah-langkah
progresif.[11] Tahapan
tersebut dimaksud agar kemampuan anak yang ada dapat saling mendukung dengan
kemampuan yang muncul berikutnya. Apabila kemampuan dasarnya kuat maka hal itu
akan menjadi fondasi yang signifikan bagi keterampilan bagi keterampilan
selanjutnya.
Sejalan dengan Harris dikutip oleh
Mercer, ada lima tahapan kemampuan membaca yaitu: (1) kesiapan membaca, (2)
membaca permulaan, (3) pengenalan bacaan, (4) membaca luas, (5) membaca
sesungguhnya.[12] Pada
tahap pertama, kesiapan seorang anak untuk membaca ditandai dengan keinginannya
yang senang membuka-buka buku, memegang pensil dan berpura-pura menulis/
mencoret-coret kertas atau membaca buku dengan membaca gambar yang dibacanya,
tahap ini berlangsung dari bayi hingga anak berusia 5 tahun.
Tahap kedua yaitu membaca permulaan,
muncul ketika anak duduk di le;as 1 sekolah dasar, pada umumnya di indonesia
anak yang berusia antara 6-7 tahun. Pada masa ini anak telah memahami sebagian
simbol-simbol dan telah siap untuk belajar membaca dalam arti sesungguhnya.
Selanjutnya tahap membaca lancar dan membaca luas, biasanya di pelajari anak
yang duduk di bangku sekoalh kelas III sampai VI, dimana anak mulai belajar
membaca sesuai dengan kaidah bahasa dengan lancar dan cepat. Tahap yang kelima
adalah membaca yang sesungguhnya. Pada tahap ini anak berada pada tingkat SLTP,
dimana aktivitas membaca selanjutnya bertujuan untuk memahami ilmu pengetahuan
yang ada dalam bacaan.
Tahapan membaca yang dimaksud dalam
penelitian ini adalah tahapan yang ketiga yaitu: tahapan pengenalan bacaan,
pada tahap ini anak usia 5-6 tahun telah dapat menggunakan tiaga sistem bahasa,
seperti fonem (bunyi huruf), sematik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata
atau kalimat) secara bersama-sama. Anak sudah tertarik pada bahan bacaan mulai
mengingat kembali cetakan hurufnya dan konteksnya. Anak mulai mengenal
tanda-tanda yang ada pada benda-benda di lingkungannya.
Berdasarkan pandangan yang telah
dipaparkan para ahli tentang tahapan membaca maka dapat disimpulkan bahwa
setiap anak akan melewati tahapan-tahapan dalam membaca dan perlu kesiapan
psikologi dan neurologi untuk dapat belajar membaca. Pemberian stimulasi
pembelajaran yang tepat sasaran berdampak positif pada kemampuan membaca anak.
4.
Karakteristik
Perkembangan Bahasa Anak Usia 5-6 Tahun
Bahasa memiliki peranan yang sangat
besar bagi perkembangan seorang anak, karena tanpa bahasa maka proses
komunikasi dengan orang lain akan terhambat baik secara intelektual maupun
secara emosional. Apabila anak tidak dapat mengenal bahasa dengan baik maka ia
hanya dapat menebak-nebak apa yang dikatakan orang lain atau tidak memahami apa
yang menjadi isi pikiran orang lain, tanpa menguasai bahasa dengan baik, anak
juga tidak dapat menyampaikan keinginannya dan isi pikiranya kepada orang lain.
Perkembangan bahasa akan turut
menentukan kemampuan anak dalam mempelajari keterampilan membaca permulaan.
Demgam kata lain perkembangan berbahasa merupakan pondasi awal seorang anak
untuk mengembangkan kemampuan membaca. Karena sebelum mampu membaca anak harus
memiliki perbendaharaan kata yang baik. Dengan demikian ketika belajar membaca
anak akan lebih mudah mengingat kata-kata yang sering diucapkan atau dijumpai.
Pernyataan tersebut mengindikasi bahwa
setiap tahapan dan dimensi perkembangan seseorang anak akan saling berhubungan
dengan tahapan perkembangan selanjutnya.
Lubis mengemukakan bahwa perkembangan
merupakan perkembangan yang terus menerus dialami, tetapi perkembangan tetap
menjadi satu kesatuan.[13]
Perkembangan sebuah perubahan yang teratur dan berkesenambungan dari satu masa
ke masa yang lain dan perubahan terjadi secara nyata berbeda dari keadaan
sebelumnya serta tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula.
Setiap anak usia dini memiliki
tahapan perkembangan sesuai dengan usianya yang lebih dikenal dengan istilah
karakteristik perkembangan anak. Karakteristik ini meliputi beberapa aspek
pengembangan diantaranya; Aspek bahasa, intelektual, emosional, motorik halus,
jasmani, moral/agama, sosial, disiplin, konsep diri.[14]
Pada usia prasekolah kosa kata ak meningkat pesat. Seiring dengan pesatnya
perkembangan kemampuan berbahasa anak, rasa keingintahuan anak yang besar yang
diajukan dalam bentuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang dapat diterima
oleh pemikiran anak.
Dari pendapat tersebut maka dapat
dideskripsikan bahwa anak usia Paud telah memilki dasar kemampuan untuk
membaca, sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata dan berada dalam
tahap pra operasional. Pada tahap ini anak mulai menggunakan simbol-simbol
untuk mempresentasikan lingkungan. Simbol-simbol seperti kata-kata dan bilangan
dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).
- Hakikat Permainan
Kartu Suku Kata
A. Pengertian Bermain
Bagi anak, bermain adalah suatu
kegiatan yang serius, namun mengasyikan.
Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaannya terwujud.[15]
Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan
bukan karena akan mendapat hadiah atau pujian. Bermain adalah slah satu alat
utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium, dimana
si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata
secara aktif.
Sejalan dengan pendapat
Tedjasaputra, bahwa bermain merupakan kegiatan yang merupakan sebuah aktivitas
yang dilakukan atas dasar kemauan diri sendiri untuk mendapatkan kepuasan dan
kesenangan tanpa harus memikirkan hasil akhir yang di dapat.
Menurut Sudono dalam buku Sumber
Belajar dan Alat Permainan, dinyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang
dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau
memberi informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada
anak.[16]
Hal ini berarti, jika hakikat bermain dapat dipahami dengan baik oleh orang tua
atau pendidik maka kegiatan bermain dapat diintegrasikan kedalam kegiatan
pembelajaran melalui berbagai macam permaian baik yang pada awalnya sengaja
diciptakan sebagai penunjang proses edukasi bagi anak atau memodifikasi dan
menyiasati permainan-permainan yang pada awalnya hanya untuk aktivitas bermain
saja tanpa memperhatikan nilai edukasinya.
Berdasarkan pernyataan yang telah
dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang
dilakukan secara sukarela dengan menggunakan alat atau tanpa alat permainan
agar dapat mencapai suatu keterampilan tertentu yang dapat menunjang
perkembangan serta pertumbuhan anak.
B. Pengertian Permainan
Kartu Suku Kata
Memotivikasi anak tertarik untuk
mengikuti proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah
kegiatan yang menyenangkan dan telah menjadi bagian dalam diri anak yaitu
permainan.[17]
Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelejahi dunianya, dari yang tidak
anak kenali sampai pada anak ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya
sampai mampu melakukannya.
Ciri-ciri utama permainan yang
membedakan dari bermain adalah adanya peraturan. Peraturan tersebut harus
diketahui, dipahami, ditaati, dan disetujui oleh seluruh pemain.[18]
Dengan demikian, peraturan harus benar-benar dipahami anak, harus jelas dan
tegas. Guru sebagai pengatur jalannya permainan hendaknya menjelaskan peraturan
tersebut sebelum permainan dimulai. Jangan sampai ada peraturan, yang
diberitahukan setelah kejadian atau kekacauan muncul.
Pemain, dalam satu permainan harus
taat pada aturan main. Dengan demikian, seorang pemain akan menjunjung
sportivitas, bila ada pemain tidak sportif maka akan terjadi kekacauan. Dlam
melakukan permainan, pemain juga harus melakukannya dengan serius, sebab tanpa
ada keseriusan tidak mungkin permainan berjalan dengan baik. Hendaknya anak
diberi dorongan untuk bermain dengan sungguh-sungguh jangan sampai bermain sambil
main-main.
Biasanya suatu permainan dipimpin
oleh pemimpin permanan atau juri yang akan menilai permainan itu. Didalam
konteks kelas, pemimpin permaina adalah guru. Seorang pemimpin permainan selain
harus tahu bentuk peraturan permainan, ia juga harus tegas, adil, jujur,
berwibawa, dan cekatan dalam mengambil keputusan . kalau ragu-ragu akan berdampak
negatif, apalagi untuk anak yang masih sensitif.
Dari pernyataan diatas dapat
dideskripsikan bahwa ank-anak belajar melaui permainan. Jadi mereka
menggunakan permainan sebagai alat
pendidikan. Dengan permainan akan meningkatkan partisipasi aktif anak, sehingga
pembelajaran lebih efektif.
Pengetian umum kartu adalah kertas
yang tak seberapa besar berbentuk persegi panjang atau persegi. Dalam kegiatan
membaca, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu
berseri (flash card) . kartu-kartu
berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Katu huruf, kartu kata atau
kartu suku kata dan kartu kalimat.[19]
Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain
dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan
sebagai media dalam permainan menemukan kata. Anak diajak bermain dengan
menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau
soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah
keterampilan mengeja suatu suku kata. Permainan kartu suku kata menggunakan
media kartu suku kata dibuat oleh peneliti dan alat berupa kartu-kartu suku
kata yang didalamnya terdapat kartu suku kata dari semua huruf. Kartu suku kata
terbuat dari karton yang dilapisi plastik berbentuk persegi panjang dengan
ukuran 15x10 cm.
Berdasarkan uraian yang telah
dipaparkan, maka pengertian permainan kartu suku kata tersebut digunakan
sebagai media dalam permainan menemukan kata. Anak diajak bermain dengan
menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau
soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyususn huruf ini adalah
keterampilan mengeja suatu kata. Permainan kartu suku kata digunakan untuk
mengenalkan konsep suku kata pada anak. Selain itu, dapat melatih daya pikir
anak dan dapat mengembangkan kemampuan membacanya.
C. Cara dan Aturan Permainan
Kartu Suku Kata
Ada beberapa langkah permaian membaca
kartu susku kata pertama; Sebelum memulai belajar dan bermain. Kondisikan anak
dalam keadaan santai dan gembira. Jangan pernah mencoba untuk memaksanya.
Sebab, anak akan sulit untuk menerima materi pelajaran.[20]
Kedua: jika anak sama sekali belum
dapat membaca, kenalkan dulu huruf a-z kepadanya (gunakan kartu huruf a-z yang
sudah diporposikan/sudah siap sobek). Bacakan kartu huruf a-z dengan suara
terdengar jelas. Minta anak untuk menirukan. Ajarkan hingga ia benar-benar
paham dan hafal.
Ketiga: Jika anak sudah hafal a-z,
orang tua atau guru dapat mengajarkan membaca suku kata yang ada di kartu besar
(kartu no. 1-50). Ambil kartu no. 1. Bacakan huruf a, i, u, e, o, bimbing anak
untuk menirukan. Lanjutkan dengan membacakan suku katanya: a yam, i kan, u bi,
e kor, dan seterusnya.
Keempat: langkah berikutnya, balikan
kartu, tunjukkan gambar yang ada sambil membacakan koskatanya. Gambar ini
selain dapat meningkatkan minat dan ketertarikan anak untuk belajar juga dapat
membantu daya ingatnya sehingga ia lebih cepat lancar membaca.
Kelima: Khusus untuk lembar kartu
yang dioperasi, ambil beberapa huruf dan rangkailah menjadi satu suku kata atau
kosa kata. Misalnya, guru mengambil huruf a, b, c, e, k. Guru bisa menyusun
huruf-huruf tersebut menjadi a be, a ke, a ce, ba ek, ca be, be cak dan
seterusnya. Bacakan suku kata tersebut dengan jelas dan mintalah anak untuk
menirukan.
Keenam: Sebagai permainan dan untuk
melatih daya ingat anak, orang tua/pengajar bisa menunjukkan gambar di kartu
dan penutup kata di bawahnya. Apabila anak sudah dapat membaca dan menulis,
bacakan nama gambar tersebut dan mintalah
anak untuk menuliskan katanya di kertas kosong.
Permainan kartu suku kata ini
dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkatan dan kemampuan anak. Tingkatan
tersebut dimulai dari yang paling mudah hingga sulit. Permainan ini dilakukan
secara berulang-ulang sehingga anak memahami konsep dari membaca permulaan. Hal
ini dilakukan sesuai dengan usia anak yang masih berada pada tahap berfikir pra
operasional konkret.
- Kerangka Berpikir Tindakan
Peneliti yang relevan disini
dimaksudkan agar peneliti tidak hanya meniru tapi juga dapat mengambil
masukan-masukan untuk penelitian selanjutnya. Peneliti dapat menentukan langkah
yang harus diambil dalam penelitian yang mereka lakukan baik untuk pernbaikan
atau hal-hal yang tidak perlu dilakukan selama penelitian sehingga yang dilakukan
lebih optimal.
Beberapa penelitian tentang kemampuan membaca
permulaan melalui strategi bermain
kartu kata dilakukan oleh Simia Towanshiba (2010) dalam penelitian yang
berjudul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Strategi Bermain Kartu
Kata pada Siswa BKB PAUD SERUNI, Jln Setia Budi Jakarta Selatan. Dengan
memanfaatkan metode strategi bermain kartu kata dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia untuk siswa, maka dapat memudahkan guru untuk mengajarkan proses
membaca permulaan. Simia Towanshiba menyatakan dalam penelitian itu bahwa
kemempuan membaca anak paud meningkat setelah diberikan stimulus melalui
strategi bermain kartu kata.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan
oleh Dina Eka Putri tentang “Meningkatkan keterampialn membaca permulaan dengan
menggunakan kartu huruf pada siswa kelas 1 SD Negeri No.14/I sungai Baung,
Kecamatan Buara Bulian Jambi.” Dina Eka Putri menyatakan bahwa keterampilan
membaca permulaan dengan menggunakan kartu huruf pada siswa ke;as 1 Sd dapat
ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga yang menarik
- Hipotesis Tindakan
Berdasarkan acuan teoritik dan
kerangka berpikir yang telah dipaparkan maka hipotesis penelitian ini adalah:
Kemampuan membaca permulaan pada anak usia 5-6 tahun di kelompok B dapat
dikembangkan melalui permainan kartu suku kata dengan metode penelitian tindakan
kelas di BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL,
Cipayung Jakarta Timur.
- Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: a)
meningkatkan kemampuan membaca anak Paud sebagai persiapan untuk memasuki
sekolah dasar, b) menambah alternatif metode pengajaran bahasa khususnya
pengenalan membaca yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta perkembangan
anak Paud. Melalui permainan kartu suku kata anak usia 5-6 tahun (kelompok B)
di BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL, Cipayung Jakarta Timur.
- Tempat dan Waktu
Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini
dilakukan pada kelompok usia 5-6 tahun di BKB Paud Cempaka Munjul, Jln. Malaka,
Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian di laksanakan pada tahun
ajaran 2016-2017, yakni pada bulan Agustus-
Oktober 2016.
- Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian
yang dilakukan oleh pendidik dalam kelasnya yang bertujuan untuk meninggkatkan
kualitas kinerja pendidik dan efesiensi praktik pembelajaran sehingga
meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui refleksi diri.
- Langkah-Langkah
Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini
terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
A. Siklus I
1. Perencanaan
Peneliti membuat perencanaan tindakan
yang meliputi kegiatan pembelajaran membaca permulaan melalui permainan kartu
suku kata. Dalam hal ini peneliti merencanakan kegiatan pembelajaran (KBM)
dengan memilih materi yang sesuai, merencanakan waktu pemnbelajaran, membuat
rencana pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, metode
pembelajaran menyiapkan media pembelajaran, membuat instrumen pemantau tindakan
berupa lembar observational check list dan evaluasi untuk setiap siklus.
Rencana pembelajaran disusun
berdasarkan tahapan kemampuan membaca permulaan anak usia5-6 tahun. Peneliti
juga membuat indikator kemampuan yang digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan membaca permulaan anak.
b. Pelaksanaan
Sebelum melakukan yang akan
dilaksankan dalam penelitian, terlebih dahulu melakukan assessment awal kepada
anak untuk mengetahui kemampuan anak
membaca. Peneliti meminta anak untuk membaca wacana singkat tentang pengenalan
huruf abjad, kemudian dilanjutkan dengan membaca kata didampingi gambarnya.
Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan berupa lembar observasi. Setelah
itu peneliti dan kolaborator mendiskusikan tentang hasil assessment awal
kemampuan membaca yang telah dilakukan. Peneliti memberi penjelasan agar
anak-anak dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik.
c. Pengamatan
dalam penelitian ini pengamatan
dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer untuk melihat apakah tindakan
yang telah dilakukan sesuai dengan oleh peneliti. Observasi akan mengamati
kegiatan proses pembelajaran yang meliputi beberapa aspek pengamatan yaitu:
pengamatan terhadap kegiatan guru mengajar, pengamatan terhadap kegiatan anak
ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran dan review pada
akhir pembelajaran.
d. Refleksi
Peneliti beserta pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan dari tahapan membaca anak dan hasil belajar anak
selama mengikuti proses belajar mengajar, apakah ada perubahan membaca pada
pengenalan huruf pada kartu.
B. Siklus 2
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat
perecanaan tindakan sesuai dengan hasil refleksi siklus I, yaitu memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran permainan kartu suku kata sehingga memunculkan
kemampuan membaca permulaan. Materi yang dipilih sesuai dengan kemampuan anak.
Setiap pertemuan peneliti membuat instrumen pemantau tindakan, pengumpulan data
serta evaluasi dari keseluruhan pertemuan yang dilaksanakan dalam tiap siklus.
Peneliti menentukan indikator kemampuan yang digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan membaca permulaan anak. Keberhasilan dapat dilihat
berdasarkan hasil lembar chekk list yang mengalami peningkatan secara
signifikan sekurang-kurangnya sebesar 20 %.
b. Pelaksanaan
Tiap siklus dilakukan selama 1x 35
menit jam pelajaran. Selain melaksanakan pembelajaran, peneliti menyiapkan
media yang sesuai dengan tindakan, menyiapkan alat pengumpul data berupa
dokumentasi, lembar catatan lapangan, serta lembar check list.
c. Pengamatan
Pengamat melihat adanya perubahan
dalam membaca dalam menggunakan kartu suku kata setelah dilakukan pembelajaran.
Yang tadinya anak permulaan membacanya 20 %,
setelah menggunakan kartu suku kata menjadi 50 %.
d.
Refleksi
peneliti dan pengamat mendiskusikan
hasil pengamatan yang sudah mulai menunjukan hasil positif dan menyusun langkah
selnjutnya guna mendukung penelitian.
C.
Siklus
3
a. Perencanaan
Merencanakan program pembelajaran pada
anak yang masih mengalami kendala ketika membaca dengan menggunakan kartu suku
kata. Dengan cara mengulang pembelajaran dalam menggunakan kartu suku kata.
b. Pelaksanaan
Pembelajaran dilakukan selama 1x 35
menit jam pelajaran dengan lebih menekankan pada anak yang masih mengalami
kendala dalam membaca kartu suku kata.
c. Pengamatan
Hasil pengamatan pengamat setelah
dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung dan pengamatan terhadap reinforcement pada awal kegitan dan
review diakhir kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan 90 % anak bisa membaca
dengan menggunakan kartu suku kata.
d. Refleksi
Peneliti dan pengamat mendiskusikan
hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran
peneliti telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka penilti dan pengamat
merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang
diharapkan.
- Sumber Data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1. Siswa
BKB PAUD Cempaka Munjul
2. Guru
inti BKB PAUD Cempaka Munjul
3. Guru
pendamping BKB PAUD Cempaka Munjul.
- Teknik Pengumpilan
Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah dengan
cara, yaitu :
1. Observasi
Observasi adalah metode atau
cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara
langsung.[21]
Berdasarkan keterlibatan peneliti dalam penelitian tindakan ini, maka jenis
observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan.
Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan
bagian dari mereka.
2. Studi
Dokumentasi
Studi dokumentasi pada penelitian ini
berupa foto-foto yang diambil pada saat kegiatan pelaksanaan peneliti
berlangsung.
3. Catatan
Lapangan
Catatan lapangan yaitu catatan
peneliti selama pelaksanaan peneliti berlangsung baik berupa kelebihan yang
perlu dipertahankan maupun kekurangan yang perlu mendapat perbaikan.
Selanjutnya untuk memperoleh data pemantau tindakan dengan menggunakan lembar
pengamatan, dan catatan lapangan atau anekdot.
- Teknik Analisis Data
1. Reduksi
Data
Mengubah rekaman data ke dalam fokus
permasalahan, data yang terkumpul dan rekaman catatan-catatan lapangan kemudian
dirangkum dan diseleksi. Dalam tahapan ini data dari observasi, studi
dokumentasi dan catatan lapangan akan diseleksi data-data mana saja yang perlu
dibuang dan dipilih. Untuk mempermudah dalam seleksi peneliti menggunakan
pengkodean untuk memudahkan data mana yang ingin digunakan dan data yang mana
ingin dibuang.
2. Deskripsi
Data
Deskripsi data dapat diartikan
sebagai sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan
adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah data diseleksi
pada tahap reduksi selanjutnya data akan disajikan secara deskriptif dan dalam
bentuk diagram.
3. Verifikasi
Verivikasi disini merupakan hasil
dari proses pembelajaran membaca permulaan melalui permainan kartu suku kata.
Setelah data dipilih pada tahap reduksi data dan telah disajikan dalam bentuk
deskritif pada tahap penyajian data, tiba saatnya peniliti menarik kesimpulan
atau verivikasi pada tahap ini. namun, pengolah data kulitatif tidak akan
tergesa-gesa tetapi secara bertahap denga tetap memperhatikan perolehan data.
Dengan kata lain, penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan
konfigurasi yang utuh.
- Keabsahan Data
Untuk menguji tingkat keterpercayaan
dan keabsahan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: (1)
kredebilitas (credibility), item-item
yang digunakan peneliti dalam instrumen merupakan penjabaran dari teori-teori
yang terkait sehingga peneliti menentukan indikator instrumen lebih terperinci,
(2) keterbukaan (transferability),
penyajian data yang disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk
diketahui kepala sekolah, guru kelas, dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan
sebagai bahan untuk perbaikan tindakan selanjutnya dan memperkaya peneliti
untuk memahami ruang lingkup penelitian, (3) keakuratan (dependability), dalam pengisian data diperoleh informasi yang
akurat. Data yang diterima peneliti tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
dapat menghambat ketercapaian tujuan penelitian, (4) kelayakan (Confirmability), data yang digunakan
peneliti sebelumnya telah diinformasikan terlebih dahulu kepada para ahli
(dosen pembimbing). Apabila ada indikator yang kurang tepat dalam penghambilan
data maka peneliti akan memperbaiki indikator tersebut.
- Kriteria
keberhasilan penelitian
Dalam penelitian ini jika pelaksanaan
siklus 1 pada penelitian ini belum menunjukkan tindakan penelitian hasil yang
optimal, maka akan dilakukan dengan pelaksanaan siklus 2, jika belum
menunjukkan peningkatan hasil yang optimal, maka di perlukan pengembangan
perencanaan tindakan untuk penelitian selanjutnya melalui siklus 3.
Pengembangan perencanaan tindakan ini lebih difokuskan pada pelaksanaan
kegiatan permainan kartu suku kata yang lebih baik lagi.
[1] Edu
dan Rose, http://mbahbrata-edu-Rose and
Roe Blogspot.com 7/11/2016/ pembelajaran
membaca-permulaan-melalui:htm.
[2] Sulastri, Peningkatan
Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Penggunaan Papan Flanel (Jurnal Guru,
No. 1 Vol 5 Juli 2008), h.53
[3] Farida Rahim, Pengjaran
Membaca Di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2005). H,25
[4] Corry R. Semiawan, Memupuk
Bakat dan Minat Kretifitas Siswa Sekolah Menengah (Jakarta: Gramedia,1993),
h.3
[5] E.Mulyasa, Kurikulum
Berbasis Kompetensi bandung: Rosda Karya, 2002), h.39
[6] Nurbiana. Dhieni dkk, Buku
Materi Pokok Modul I Metode Pengembangan Bahasa (Jakarta: Pusat Penerbit
UT), h.53
[7] Imam Syafe’ie, Pengajaran
Membaca di Kelas-Kelas Awal Sekolah Dasar (Malang: Universitas Negeri
Malang, 1999), h.7
[8] Mulyana Abdurrahman,
pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta.2003), h.2
[9] I Gusti Ngurah Oka,Pengantar
Membaca dan Pengajarannya (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.47
[10] Hapidin, Model-model
Pendidikan untuk Anak Usia Dini (Jakarta: GA Press, 1999), h.75
[11] Sujiono dan Sujiono, Bermain
Kratif Berbasis Kecerdasan jamak (Jakarta: Indeks, 2010), h.20
[12] Dardowidjojo Soenjono, Psiko-Linguistik; Pengantar Pemahaman
Bahasa Manusia (Jakart: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.300
[13] Zulkifli Lubis, Psikologi
Perkembangan Edisi Revisi (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), h.15
[14] Sujiono dan Sujiono, Menu
pembelajaran Anak Usia dini (jakarta; Yayasan Citra Pendidikan indonesia,
2005), h.194
[15] Conny r. Semiawan, belajar
dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar (Jakarta;
Prenhallindo, 2002), h.20
[16] Anggani Sugono, Sumber
Belajar dan Alat Permainan ( Jakarta: Grasindo, 2001), h.1
[17] Conny r. Semiawan, Belajar
dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar (jakarta:
Prenhallindo, 2002), h.20
[18] John D. Latuheru,Media
Pembelajaran dalam Proses belajar Mengajar masa kini (Jakarta: Depdikbut,
1998), h.111
[19] Edu dan Rose. http;//www.mbahbrata-edu.Rose and Roe
Blogspot.com14/11/2016/Pembelajaran
membaca-permulaan-melalui:htm
[20] Vinca Ambardini, Kartu
Peraga Membaca Suku Kata (Jakarta: Wahyu Media, 2007), h.12
[21] M”. Ngalim Purwanto,
Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), h.149
DAFTAR PUSTAKA
Anggani Sugono, 2001. Sumber Belajar
dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo.
Corry R. Semiawan, 2002. Belajar dan
Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar.
Jakarta: Prenhallindo.
Corry R. Semiawan, 1993. Memupuk
Bakat dan Minat Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Dardowidjojo Soenjono, 2003.
Psiko-Linguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Edu dan Rose, 7/11/2016. Pembelajaran
membaca Permulaan-Melalui:htm. http://mbahbata-edu-rose and Roe Blogspot.com.
E. Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis
Kompetensi. Bandung: Rosda Karya.
Farida Rahim, 2005. Pengajaran
Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia.
Hapidin, 1999. Model-Model Pendidikan
Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: GA Press.
I Gusti Ngurah Oka, 1983.Pengantar
membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional.
Imam Syafe’ei, 1999. Pengajaran
Membaca di Kelas-Kelas Awal Sekolah Dasar. Malang: Universitas Negeri Malang.
John D. Latuhero, 1998. Media
Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbut.
M. Ngalim Purwanto, 2001. Prinsip-Prinsip
dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyana Abdurrahman, 2003. Pendidikan
Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurbiana, Dhieni dkk, 2002. Buku
Materi Pokok Modul I, Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat Penerbit
UT.
Sujiono dan Sujiono, 2010. Bermain
Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: GA Press.
Sujiono dan Sujiono, 2005. Menu
Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.
Sulastri, 2008. Peningkatan Kemampuan
Permulaan Melalui Penggunaan Papan Flanel. Jakarta: Jurnal Guru, No. I Vol
5.
Vinca Ambardini, 2007. Kartu Peraga
Membaca Suku Kata. Jakarta: Wahyu Media.
Zulkifli Lubis, 2005. Psikologi
Perkembangan Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar