here we are

here we are

Jumat, 30 Desember 2016

Proposal Penelitian PAUD Oleh Sri Lestariningsih

UJIAN TENGAH  SEMESTER (UTS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu:
Iswadi, M. Pd


UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU SUKU  KATA ANAK USIA 5-6 TAHUN  DI BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL






  

Oleh:
SRI LESTARININGSIH




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
               SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016





UPAYA MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI PERMAINAN KARTU SUKU  KATA ANAK USIA 5-6 TAHUN  DI BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL


Nama                           : Sri Lestariningsih
NPM                           : 20158410221
Kelas                           : I F
Dosen                          : Bpk Iswadi, M.Pd
Jenis Penelitian           : Penelitian Tindakan Kelas


        A.Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan sehari-hari manusia, sangat memerlukan bahasa sebagai suatu alat komunikasi dengan manusia lainnya. Bahasa merupakan suatu simbol dan kata-kata untuk menyampaikan suatu ide atau konsep yang ada di pikiran seseorang. Bahasa sebagai alat komunikasi tidak hanya diungkapkan melalui kata-kata melainkan dapat diungkapkan juga melalui bahasa isyarat atau suatu gerak anggota tubuh yang dapat lebih memperkuat suatu komunikasi. Setiap masyarakat mempunyai bahasa yang berbeda-beda karena bahasa yang ada sangatlah bervariasi tergantung dengan lingkungan sekitarnya.
Bahasa merupakan satu wujud yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Bahasa selalu muncul dalam  setiap aspek dan kegiatan manusia baik secara verbal maupun non verbal. Bahasa digunakan oleh manusia sebagai alat komunikasi untuk menyampaikan isi pikiran, selain itu bahasa juga merupakan alat berinteraksi, mengekspresikan diri serta alat untuk menampung hasil kebudayaan. Pembelajaran bahasa melibatkan semua komponen kemampuan berbahasa yakni mendengarkan, berbicara, membaca dan menulis. Dalam kemampuan berbahasa, keempat komponen tersebut terintegrasi dalam proses pembelajaran bahasa dan saling berhubungan. Dua komponen yang pertama berkaitan dengan bahasa lisan dan dua komponen terakhir dengan bahasa tulisan. Tahap awal anak belajar berbahasa dimulai dari komponen mendengarkan terlebih dahulu kemudian anak belajar berbahasa. Pada tahap ini anak yang terlahir kedunia dalam keadaan normal secara kodrati akan mempelajari dua komponen tersebut. Tahap selanjutnya adalah membaca dan menulis. Pada tahap ini merupakan tahap yang dengan sendirinya dapat dimiliki oleh manusia tetapi harus dipelajari.
Kemampuan membaca perlu dipelajari anak sejak usia dini. Pada usia dini anak mudah menyerap segala informasi yang diterima dan banyak kegiatan yang dilakukan oleh anak yang berkaitan dengan membaca. Pengembangan membaca yang anak peroleh pada anak usia dini dikenal dengan pengembangan membaca permulaan, karena yang dipelajari pada tahapan usia dini adalah konsep-konsep permulaan pada membaca.
Kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca lanjut. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhatian guru; sebab jika dasar itu tidak kuat pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai. Padahal, kemampuan membaca sangat diperlukan oleh setiap orang yang ingin memperluas pengetahuan dan pengalaman, mempertinggi daya pikir, mempertajam penalaran, untuk mencapai kemajuan dan peningkatan diri. Oleh sebab itu, bagaimana pun guru haruslah berusaha sungguh-sungguh agar ia dapat memberikan dasar kemampuan membaca yang memadai kepada anak didik. Untuk dapat melaksanakan pembelajaran secara baik, perlu ada perencanaan: baik materi dan metode.
Dalam kegiatan membaca, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan  kartu berseri (flash card).[1] Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata atau kartu suku kata dan kartu kalimat. Dalam pembelajaran permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Anak diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah keterampilan mengeja suatu kata.
Permainan kata dan huruf dapat memberikan suatu situasi belajar yang santai dan menyenangkan. Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaaan. Menurut Humalik media merupakan salah satu faktor yang mendukung dalam proses belajar mengajar. Secara umum penggunaan media bermanfaat untuk meningkatkan hubungan komunikasi dalam pengajara antara guru dan murid.[2] Hal ini berarti dengan media dapat memperluas dan memperkaya jalur komunikasi antara guru dan murid, dan dapat mengatasi hambatan-hambatan komunikasi dalam proses belajar mengajar.
Banyak faktor yang mempengaruhi kemampuan membaca permulaan. Dikutip dari Lamb dan Arnold dalam Rahim. Faktor yang mempengaruhi membaca permulaan ialah faktor fisiologis, intelektual, lingkungan dan psikologis.[3] Pertama faktor fisiologis seperti kelelahan juga merupakan kondisi yang tidak menguntungkan bagi anak untuk belajar, khususnya belajar membaca. Kedua, faktor intelegasi anak tidak sepenuhnya mempengaruhi berhasil atau tidaknya anak dalam membaca permulaan, faktor metode mengajar guru, prosedur, dan kemampuan guru turut mempengaruhi kemampuan membaca permulaan anak, ketiga faktor lingkungan. Seperti kondisi di rumah mempengaruhi pribadi dan penyesuaian diri anak dalam masyarakat. Kondisi itu pada gilirannya dapat membantu anak, dan dapat juga menghalangi anak belajar membaca. Keempat; faktor psikologis seperti motivasi adalah faktor kunci dalam belajar membaca.
Dilatar belakangi dengan alasan tersebut, bahwa pentingnya menerapkan kegiatan membaca dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun dengan tetap memperhatikan stimulasi dan pembelajaran yang sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Media kartu huruf ini diharapkan membantu pembelajaran mengenal huruf dan dapat merangsang pengetahuan anak untuk membaca, oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dengan melakukan penelitian tindakan kelas untuk mengembangkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Permainan Kartu Suku Kata Anak Usia 5-6 tahun di BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL.
       B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah yang telah dipaparkan, identifikasi masalah adalah :
1.      Strategi pembelajaran yang dilakukan guru dalam mengajar membaca permulaan kurang       bervariasi seringkali membuat anak jenuh.
2.      Kurangnya pemahaman orang tua atau pendidik tentang kegiatan bermain sebagai penunjang belajar anak.
3.      Terdapat perbedaan wawasan guru dalam hal cara mengembangkan kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun (Kelompok B) di BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL.
       C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan masalah di atas agar penelitian ini terarah dan tidak menimbulkan keraguan dalam taraf penafsiran. Maka masalah dalam penelitian ini akan dibatasi pada mengembangkan kemampuan membaca permulaan melalui permainan kartu suku kata anak usia 5-6 tahun di BKB Paud Cempaka Munjul Jl. Malaka, Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung Jakarta Timur.
Kemampuan membaca permulaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pembelajaran membaca permulaan yang diberikan pada peserta didik anak usia 5-6 tahun bertujuan membina dasar-dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang diwakilinya, membina gerak mata membaca kiri dan ke kanan, mengenalkan huruf, huruf yang diperkenalkan diikuti dengan gambar, menggabungkan huruf menjadi suku kata, menggabungkan suku kata menjadi kata dan menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana. Membaca kata-kata dan kalimat sederhana dan lain sebagainya.
Permainan kartu suku kata adalah pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card). Kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Kartu huruf, kartu kata atau kartu suku kata dan kartu kalimat. Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu suku kata. Kartu suku kata adalah sebuah kartu yang berisikan kartu suku kata dari semua huruf, contoh: ba, bi, bu, be, bo, sampai za, zi, zu, ze, zo. Kartu suku kata tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Anak diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latiahan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata. Permainan kartu susku kata menggunakan media kartu suku kata di buat oleh peneliti dan alat berupa kartu-kartu suku yang didalamnya terdapat kartu suku kata daris semua huruf. Kartu suku kata tersebut terbuat dari karton yang dilapisi plastik, berbentuk persegi panjang dengan ukuran 15x10 cm.
Subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah anak usia 5-6 tahun yaitu anak yang berada di tingkat kelompok B di BKB Paud Cempaka Munjul, yang belajar pada tahun ajaran 2016-2017.

       D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maslah, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka perumusan masalah yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian tindakan kelas ini adalah :
1.      Bagaimana pengunaan kartu suku kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di PAUD Cempaka Munjul.
2.      Bagaimana permainan kartu suku kata dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun di PAUD Cempaka Munjul.

       E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, manfaat penelitian tersebut adalah sebagai   berikut:
1.      Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang dapat memperluas khasanah literatur ilmiah dibidang ilmu pendidikan khususnya yang berhubungan dengan mengembangkan kemampuan membaca permulaan melalui permainan kartu suku kata anak usia 5-6 tahun.
2.      Manfaat secara Praktis
a.       Program Studi Anak Usia Dini
Sebagai bahan informasi/ masukan untuk mengembangkan konsep dan teori pendidikan yang berkaitan dengan peranan pendidikan dalam membantu kemampuan membaca permulaan anak usia dini.
b.      Praktisi Pendidikan
Sebagai masukan untuk memperkaya wawasan tentang kegiatan bermain dan permainan yang tepat sebagai sarana stimulasi bagi kemampuan membaca permulaan anak dan dapat memberikan inspirasi untuk menciptakan, memilih dan menggunakan permainan sebagai sarana belajar anak.
c.       Orang Tua
Sebagai masukan bagi orang tua untuk memahami perannya dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak serta menjadi mitra untuk memanfaatkan kegiatan bermain sebagai sarana untuk mengoptimalkan perkembangan kemampuan membaca permulaan anak.
d.      Peneliti Selanjutnya
Sebagai inspirasi untuk mengembangkan penelitian lanjutan berkenaan dengan kegiatan bermain, permainan dan alat permainan yang dapat mengoptimalkan kemampuan anak dalam mengembangkan membaca permulaan.
e.       Masyarakat
sebagai masukan untuk memperkaya wawasan tentang jenis-jenis permainan yang dapat menunjang kegiatan membaca permulaan pada anak usia 5-6 tahun.

F.     Kajian Pustaka
1.      Hakikat Kemampuan Membaca Permulaan
Kemampuan membaca merupakan dasar untuk mengusai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah permulaan tidak segera memiliki kemampuan untuk membaca, maka anak akan mengalami banyak kesulitan dalam mempelajari berbagai bidang studi pada kelas-kelas berikutnya. Kemampuan membaca bukanlah suatu yang terjadi begitu saja, tetapi merupakan sebuah proses yang memerlukan waktu dan strategi tertentu. Hal ini tentunya memerlukan dukungan dari lingkungan. Lingkungan yang mendukung akan membantu mengembangkan kemampuan membaca karena dengan membaca maka akan memperoleh banyak keuntungan dan manfaat.
Menurut Munandar kemampuan merupakan daya atau kesanggupan melakukan suatu tindakan, kemampuan ini didapat dari hasil pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukan bahwa suatu tinadakan (performance) yang dapat dilakukan sekarang.[4] Jadi, dapat dikatakan bahwa kemampuan mengacu pada kesanggupan dan kemampuan dalam melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi verifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas kependidikan. Dikatakan rasional karena memiliki arah dan tujuan.
 Gordon dalam Mulyasa memberikan definisi tentang kemampuan, menurutnya kemampuan adalah sesuatu yang dimiliki oleh individu untuk melakukan tugas atau pekerjaan yang dibebankan kepadanya.[5] Kemampuan yang dimiliki seseorang merupakan kemampuan didalam suatu bidang yang digunakan untuk menyelesaikan berbagai tugas dan masalah yang dihadapinya. Kemampuan yang dimiliki seseorang lazimnya hanya di satu bidang saja, akan tetapi akan ada pula oarang yang memiliki kemampuan didalam beberapa bidang kehidupan. Penilaian akan kemampuan seseorang tidaklah dapat dilakukan dengan penilaian secara fisik.
Berdasarkan pengertian diatas dapat dideskripsikan bahwa kemampauan adalah suatu daya atau kesanggupan yang dimiliki setiap orang dalam melakukan tugas sesuatu bidang tertentu, dimana daya tersebut merupakan bawaan dan dikembangkan secara terus menerus melalui latihan untuk mrnyelesaikan tugas dan masalah yang dihadapinya.
Kemampuan membaca termasuk kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai keterampilan. Anderson dkk yang dikutip Dhieni, dkk memandang membaca sebagai suatu proses untuk memahami makna suatu tulisan.[6] Pendapat ini jelaslah bahwa secara umum kemampuan membaca merupakan proses mengartikan kimpulan huruf-huruf yang tersusun menjadi sebuah kata atau tulisan yang mempunyai makna. Kemampuan anak dalam mengolah bahasa memilki kepekaan dalam memahami struktur, arti dan penggunaan bahasa baik tertulis maupun tidak atau anak sangat cepat mengingat kata baru, suka berbicara selalu ingin tahu tentang sesuatu yang baru dan sejenisnya.
Kemampuan membaca dapat terasah baik maka apabila anak melakukan latihan-latihan melalui pembelajaran yang dilakukan di rumah bersama dengan orang tua maupun dilakukan di sekolah sebagai kegiatan belajar secara normal. Aktivitas untuk menunjang yang paling efektif dalam pembelajaran anak usia dini adalah melalui bermain. Alasannya adalah masa anak-anak adalah bermain. Anak akan merasa enjoy melakukan kegiatan yang disukainya dan akan dengan sukarela melakukannya. Dengan demikian pembelajaran tidak akan membuat merasa jenuh dan membosankan. Memperhatikan itu semua maka untuk memotivisi anak melakukan pembelajaran dalam mengembangkan kemampuan berbahasa dalam penelitian ini adalah kemampuan membaca permulaan diperlukan stimulasi yang menarik misalnya melalui permaianan Kartu Suku Kata.
Berdasarkan uraian-uraian yang telah dipaparkan, dapat dideskripsikan secara garis besar bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kesangupan seseorang dalam mengubah rangkaian huruf menjadi rangkaian bunyi, belajar kata, suku kata, kalimat dan mengerti makna yang terkandung dari sebuah tulisan, serta daya atau kesanggupan seseorang untuk melihat kondisi lingkungannya dan memberikan tanggapan atau respon atas apa yang dilihatnya.
2.      Pengertian Membaca Permulaan
Dalam sub ini, peneliti mengemukakan beberapa pengertian membaca sebagai kegiatan belajar membaca pada tahap awal atau yang biasa yang disebut sebagai membaca permulaan, yang dimulai atau diberikan di Taman Kanak-Kanak atau di kelas 1 Sekolah Dasar.
Menurut Syafi’ie juga menjelaskan membaca adalah kegiatan visual, berupa serangkaian kegiatan mata dalam mengikuti baris-baris tulisan, pemusatan penglihatan pada kata dan kelompok kata, melihat ulang kata dan kelompok kata untuk memperoleh pemahaman terhadap bacaan.[7] Hal ini menunjukan pada saat membaca, seseorang sedang melakukan interaksi berbahasa dengan cetakan-cetakan simbol yang tertulis sehingga pemahaman yang diperoleh dari simbol-simbol tersebut menjadi sebuah pengetahuan yang didapat oleh si pembaca.
Menurut Bond dalam Abdurrahman, membaca merupakan pengenalan simbol-simbol bahasa tulis yang merupakan stimulus yang membantu proses pengingat tentang apa yang dibaca dan untuk membangun suatu pengertian melalui pengalaman yang yang telah dimliki.[8] Dalam konsep ini, kemampuan kognitif atau kemampuan berfikir menjadi penentu bagi seorang anak untuk dapat menerjemahkan simbol tulis menjadi simbol bunyi dan pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki anak sebelumnya akan membantu proses penerjemahan simbol tulis kedalam simbol bunyi tersebut.
Sebagai contoh, ketika seorang anak melihat huruf “o”, bisa saja anak menghubungkan dengan pengalamannya ketika melihat bentuk bola atau lingkaran. Dengan demikian pengalaman akan memudahkan untuk mengingat bentuk huruf ketika belajar membaca. Pengalaman mendengar bunyi huruf tertentu semisal “a” menjadi pengalaman yang diingat anak ketika melihat gambar apel dengan tulisan huruf “apel” dalam sebuah buku cerita.
Dalam penelitian ini membaca permulaan yang dimaksud adalah pembelajaran membaca permulaan yang diberikan pada peserta didik anak usia 5-6 tahun bertujuan membina dasar-dasar mekanisme membaca, seperti kemampuan mengasosiasikan huruf dengan bunyi-bunyi bahasa yang mewakilinya, membina gerak mata membaca kiri ke kanan, membaca kata-kata dan kalimat sederhana dan lain sebagainya.[9] Dengan kata lain membaca adalah suatu interaksi seseorang dengan simbol atau tulisan.
Menurut Montessori, membaca permulaan diberikan sebelum anak usia 6 tahun. Pengajaran membaca permulaan dengan metode sintesa (penggabungan) yaitu: (a) mengenalkan huruf, huruf yang diperkenalkan diikuti dengan gambar, (b) menggabungkan huruf menjadi suku kata, (c) menggabungkan suku kata menjadi kata dan (d) menggabungkan kata menjadi kalimat sederhana.[10]
Berdasarkan pendapat-pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa membaca permulaan merupakan aktivitas mental dan proses berpikir yang melibatkan fisik dan psikis untuk memahami dan menerjemahkan simbol-simbol bahasa tulis menjadi simbol bunyi untuk membangun suatu pengertian dengan menggunakan memori yang telah dimiliki sebelumnya.
3.      Tahapan Membaca
Membaca merupakan sebuah ketermpilan yang harus dipelajari, hal ini berbeda dengan berbicara dan kemampuan mendengarkan, yang diperoleh dengan mempelajari fungsi tersebut dengan sendirinya, dalam belajar membaca setiap manusia akan melalui proses atau tahapan-tahapan dalam membaca sesuai tingkatan umur atau karakteristik perkembangan yang mengikuti setiap masa seseorang.
Dari pernyataan tersebut memberikan makna bahwa tahapan kemampuan membaca anak usia dini memerlukan langkah-langkah progresif.[11] Tahapan tersebut dimaksud agar kemampuan anak yang ada dapat saling mendukung dengan kemampuan yang muncul berikutnya. Apabila kemampuan dasarnya kuat maka hal itu akan menjadi fondasi yang signifikan bagi keterampilan bagi keterampilan selanjutnya.
Sejalan dengan Harris dikutip oleh Mercer, ada lima tahapan kemampuan membaca yaitu: (1) kesiapan membaca, (2) membaca permulaan, (3) pengenalan bacaan, (4) membaca luas, (5) membaca sesungguhnya.[12] Pada tahap pertama, kesiapan seorang anak untuk membaca ditandai dengan keinginannya yang senang membuka-buka buku, memegang pensil dan berpura-pura menulis/ mencoret-coret kertas atau membaca buku dengan membaca gambar yang dibacanya, tahap ini berlangsung dari bayi hingga anak berusia 5 tahun.
Tahap kedua yaitu membaca permulaan, muncul ketika anak duduk di le;as 1 sekolah dasar, pada umumnya di indonesia anak yang berusia antara 6-7 tahun. Pada masa ini anak telah memahami sebagian simbol-simbol dan telah siap untuk belajar membaca dalam arti sesungguhnya. Selanjutnya tahap membaca lancar dan membaca luas, biasanya di pelajari anak yang duduk di bangku sekoalh kelas III sampai VI, dimana anak mulai belajar membaca sesuai dengan kaidah bahasa dengan lancar dan cepat. Tahap yang kelima adalah membaca yang sesungguhnya. Pada tahap ini anak berada pada tingkat SLTP, dimana aktivitas membaca selanjutnya bertujuan untuk memahami ilmu pengetahuan yang ada dalam bacaan.
Tahapan membaca yang dimaksud dalam penelitian ini adalah tahapan yang ketiga yaitu: tahapan pengenalan bacaan, pada tahap ini anak usia 5-6 tahun telah dapat menggunakan tiaga sistem bahasa, seperti fonem (bunyi huruf), sematik (arti kata), dan sintaksis (aturan kata atau kalimat) secara bersama-sama. Anak sudah tertarik pada bahan bacaan mulai mengingat kembali cetakan hurufnya dan konteksnya. Anak mulai mengenal tanda-tanda yang ada pada benda-benda di lingkungannya.
Berdasarkan pandangan yang telah dipaparkan para ahli tentang tahapan membaca maka dapat disimpulkan bahwa setiap anak akan melewati tahapan-tahapan dalam membaca dan perlu kesiapan psikologi dan neurologi untuk dapat belajar membaca. Pemberian stimulasi pembelajaran yang tepat sasaran berdampak positif pada kemampuan membaca anak.
4.      Karakteristik Perkembangan Bahasa Anak Usia  5-6 Tahun
Bahasa memiliki peranan yang sangat besar bagi perkembangan seorang anak, karena tanpa bahasa maka proses komunikasi dengan orang lain akan terhambat baik secara intelektual maupun secara emosional. Apabila anak tidak dapat mengenal bahasa dengan baik maka ia hanya dapat menebak-nebak apa yang dikatakan orang lain atau tidak memahami apa yang menjadi isi pikiran orang lain, tanpa menguasai bahasa dengan baik, anak juga tidak dapat menyampaikan keinginannya dan isi pikiranya kepada orang lain.
Perkembangan bahasa akan turut menentukan kemampuan anak dalam mempelajari keterampilan membaca permulaan. Demgam kata lain perkembangan berbahasa merupakan pondasi awal seorang anak untuk mengembangkan kemampuan membaca. Karena sebelum mampu membaca anak harus memiliki perbendaharaan kata yang baik. Dengan demikian ketika belajar membaca anak akan lebih mudah mengingat kata-kata yang sering diucapkan atau dijumpai. Pernyataan  tersebut mengindikasi bahwa setiap tahapan dan dimensi perkembangan seseorang anak akan saling berhubungan dengan tahapan perkembangan selanjutnya.
Lubis mengemukakan bahwa perkembangan merupakan perkembangan yang terus menerus dialami, tetapi perkembangan tetap menjadi satu kesatuan.[13] Perkembangan sebuah perubahan yang teratur dan berkesenambungan dari satu masa ke masa yang lain dan perubahan terjadi secara nyata berbeda dari keadaan sebelumnya serta tidak dapat dikembalikan pada keadaan semula.
Setiap anak usia dini memiliki tahapan perkembangan sesuai dengan usianya yang lebih dikenal dengan istilah karakteristik perkembangan anak. Karakteristik ini meliputi beberapa aspek pengembangan diantaranya; Aspek bahasa, intelektual, emosional, motorik halus, jasmani, moral/agama, sosial, disiplin, konsep diri.[14] Pada usia prasekolah kosa kata ak meningkat pesat. Seiring dengan pesatnya perkembangan kemampuan berbahasa anak, rasa keingintahuan anak yang besar yang diajukan dalam bentuk pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang dapat diterima oleh pemikiran anak.
Dari pendapat tersebut maka dapat dideskripsikan bahwa anak usia Paud telah memilki dasar kemampuan untuk membaca, sudah dapat mengucapkan lebih dari 2.500 kosa kata dan berada dalam tahap pra operasional. Pada tahap ini anak mulai menggunakan simbol-simbol untuk mempresentasikan lingkungan. Simbol-simbol seperti kata-kata dan bilangan dapat menggantikan objek, peristiwa dan kegiatan (tingkah laku yang tampak).
  1. Hakikat Permainan Kartu Suku Kata
A.    Pengertian Bermain
            Bagi anak, bermain adalah suatu kegiatan yang serius, namun  mengasyikan. Melalui aktivitas bermain, berbagai pekerjaannya terwujud.[15] Bermain adalah aktivitas yang dipilih sendiri oleh anak, karena menyenangkan bukan karena akan mendapat hadiah atau pujian. Bermain adalah slah satu alat utama yang menjadi latihan untuk pertumbuhannya. Bermain adalah medium, dimana si anak mencobakan diri, bukan saja dalam fantasinya tetapi juga benar nyata secara aktif.
            Sejalan dengan pendapat Tedjasaputra, bahwa bermain merupakan kegiatan yang merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan atas dasar kemauan diri sendiri untuk mendapatkan kepuasan dan kesenangan tanpa harus memikirkan hasil akhir yang di dapat.
            Menurut Sudono dalam buku Sumber Belajar dan Alat Permainan, dinyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa menggunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberi informasi, memberikan kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak.[16] Hal ini berarti, jika hakikat bermain dapat dipahami dengan baik oleh orang tua atau pendidik maka kegiatan bermain dapat diintegrasikan kedalam kegiatan pembelajaran melalui berbagai macam permaian baik yang pada awalnya sengaja diciptakan sebagai penunjang proses edukasi bagi anak atau memodifikasi dan menyiasati permainan-permainan yang pada awalnya hanya untuk aktivitas bermain saja tanpa memperhatikan nilai edukasinya.
            Berdasarkan pernyataan yang telah dipaparkan maka dapat disimpulkan bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara sukarela dengan menggunakan alat atau tanpa alat permainan agar dapat mencapai suatu keterampilan tertentu yang dapat menunjang perkembangan serta pertumbuhan anak.
B.     Pengertian Permainan Kartu Suku Kata
Memotivikasi anak tertarik untuk mengikuti proses pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan sebuah kegiatan yang menyenangkan dan telah menjadi bagian dalam diri anak yaitu permainan.[17] Permainan adalah alat bagi anak untuk menjelejahi dunianya, dari yang tidak anak kenali sampai pada anak ketahui dan dari yang tidak dapat diperbuatnya sampai mampu melakukannya.
Ciri-ciri utama permainan yang membedakan dari bermain adalah adanya peraturan. Peraturan tersebut harus diketahui, dipahami, ditaati, dan disetujui oleh seluruh pemain.[18] Dengan demikian, peraturan harus benar-benar dipahami anak, harus jelas dan tegas. Guru sebagai pengatur jalannya permainan hendaknya menjelaskan peraturan tersebut sebelum permainan dimulai. Jangan sampai ada peraturan, yang diberitahukan setelah kejadian atau kekacauan muncul.
Pemain, dalam satu permainan harus taat pada aturan main. Dengan demikian, seorang pemain akan menjunjung sportivitas, bila ada pemain tidak sportif maka akan terjadi kekacauan. Dlam melakukan permainan, pemain juga harus melakukannya dengan serius, sebab tanpa ada keseriusan tidak mungkin permainan berjalan dengan baik. Hendaknya anak diberi dorongan untuk bermain dengan sungguh-sungguh jangan sampai bermain sambil main-main.
Biasanya suatu permainan dipimpin oleh pemimpin permanan atau juri yang akan menilai permainan itu. Didalam konteks kelas, pemimpin permaina adalah guru. Seorang pemimpin permainan selain harus tahu bentuk peraturan permainan, ia juga harus tegas, adil, jujur, berwibawa, dan cekatan dalam mengambil keputusan . kalau ragu-ragu akan berdampak negatif, apalagi untuk anak yang masih sensitif.
Dari pernyataan diatas dapat dideskripsikan bahwa ank-anak belajar melaui permainan. Jadi mereka menggunakan  permainan sebagai alat pendidikan. Dengan permainan akan meningkatkan partisipasi aktif anak, sehingga pembelajaran lebih efektif.
Pengetian umum kartu adalah kertas yang tak seberapa besar berbentuk persegi panjang atau persegi. Dalam kegiatan membaca, guru dapat melakukan simulasi pembelajaran dengan menggunakan kartu berseri (flash card) . kartu-kartu berseri tersebut dapat berupa kartu bergambar. Katu huruf, kartu kata atau kartu suku kata dan kartu kalimat.[19] Dalam pembelajaran membaca permulaan guru dapat menggunakan strategi bermain dengan memanfaatkan kartu-kartu huruf. Kartu-kartu huruf tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Anak diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah keterampilan mengeja suatu suku kata. Permainan kartu suku kata menggunakan media kartu suku kata dibuat oleh peneliti dan alat berupa kartu-kartu suku kata yang didalamnya terdapat kartu suku kata dari semua huruf. Kartu suku kata terbuat dari karton yang dilapisi plastik berbentuk persegi panjang dengan ukuran 15x10 cm.
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan, maka pengertian permainan kartu suku kata tersebut digunakan sebagai media dalam permainan menemukan kata. Anak diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyususn huruf ini adalah keterampilan mengeja suatu kata. Permainan kartu suku kata digunakan untuk mengenalkan konsep suku kata pada anak. Selain itu, dapat melatih daya pikir anak dan dapat mengembangkan kemampuan membacanya.
C.     Cara dan Aturan Permainan Kartu Suku Kata
Ada beberapa langkah permaian membaca kartu susku kata pertama; Sebelum memulai belajar dan bermain. Kondisikan anak dalam keadaan santai dan gembira. Jangan pernah mencoba untuk memaksanya. Sebab, anak akan sulit untuk menerima materi pelajaran.[20]
Kedua: jika anak sama sekali belum dapat membaca, kenalkan dulu huruf a-z kepadanya (gunakan kartu huruf a-z yang sudah diporposikan/sudah siap sobek). Bacakan kartu huruf a-z dengan suara terdengar jelas. Minta anak untuk menirukan. Ajarkan hingga ia benar-benar paham dan hafal.
Ketiga: Jika anak sudah hafal a-z, orang tua atau guru dapat mengajarkan membaca suku kata yang ada di kartu besar (kartu no. 1-50). Ambil kartu no. 1. Bacakan huruf a, i, u, e, o, bimbing anak untuk menirukan. Lanjutkan dengan membacakan suku katanya: a yam, i kan, u bi, e kor, dan seterusnya.
Keempat: langkah berikutnya, balikan kartu, tunjukkan gambar yang ada sambil membacakan koskatanya. Gambar ini selain dapat meningkatkan minat dan ketertarikan anak untuk belajar juga dapat membantu daya ingatnya sehingga ia lebih cepat lancar membaca.
Kelima: Khusus untuk lembar kartu yang dioperasi, ambil beberapa huruf dan rangkailah menjadi satu suku kata atau kosa kata. Misalnya, guru mengambil huruf a, b, c, e, k. Guru bisa menyusun huruf-huruf tersebut menjadi a be, a ke, a ce, ba ek, ca be, be cak dan seterusnya. Bacakan suku kata tersebut dengan jelas dan mintalah anak untuk menirukan.
Keenam: Sebagai permainan dan untuk melatih daya ingat anak, orang tua/pengajar bisa menunjukkan gambar di kartu dan penutup kata di bawahnya. Apabila anak sudah dapat membaca dan menulis, bacakan nama gambar tersebut dan mintalah  anak untuk menuliskan katanya di kertas kosong.
Permainan kartu suku kata ini dilakukan secara bertahap sesuai dengan tingkatan dan kemampuan anak. Tingkatan tersebut dimulai dari yang paling mudah hingga sulit. Permainan ini dilakukan secara berulang-ulang sehingga anak memahami konsep dari membaca permulaan. Hal ini dilakukan sesuai dengan usia anak yang masih berada pada tahap berfikir pra operasional konkret.
  1.  Kerangka Berpikir Tindakan
Peneliti yang relevan disini dimaksudkan agar peneliti tidak hanya meniru tapi juga dapat mengambil masukan-masukan untuk penelitian selanjutnya. Peneliti dapat menentukan langkah yang harus diambil dalam penelitian yang mereka lakukan baik untuk pernbaikan atau hal-hal yang tidak perlu dilakukan selama penelitian sehingga yang dilakukan lebih optimal.
 Beberapa penelitian tentang kemampuan membaca permulaan melalui strategi bermain   kartu kata dilakukan oleh Simia Towanshiba (2010) dalam penelitian yang berjudul “Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Strategi Bermain Kartu Kata pada Siswa BKB PAUD SERUNI, Jln Setia Budi Jakarta Selatan. Dengan memanfaatkan metode strategi bermain kartu kata dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk siswa, maka dapat memudahkan guru untuk mengajarkan proses membaca permulaan. Simia Towanshiba menyatakan dalam penelitian itu bahwa kemempuan membaca anak paud meningkat setelah diberikan stimulus melalui strategi bermain kartu kata.
Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Dina Eka Putri tentang “Meningkatkan keterampialn membaca permulaan dengan menggunakan kartu huruf pada siswa kelas 1 SD Negeri No.14/I sungai Baung, Kecamatan Buara Bulian Jambi.” Dina Eka Putri menyatakan bahwa keterampilan membaca permulaan dengan menggunakan kartu huruf pada siswa ke;as 1 Sd dapat ditingkatkan dengan menggunakan alat peraga yang menarik
  1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan acuan teoritik dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan maka hipotesis penelitian ini adalah: Kemampuan membaca permulaan pada anak usia 5-6 tahun di kelompok B dapat dikembangkan melalui permainan kartu suku kata dengan metode penelitian tindakan kelas  di BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL, Cipayung Jakarta Timur.
  1. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: a) meningkatkan kemampuan membaca anak Paud sebagai persiapan untuk memasuki sekolah dasar, b) menambah alternatif metode pengajaran bahasa khususnya pengenalan membaca yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta perkembangan anak Paud. Melalui permainan kartu suku kata anak usia 5-6 tahun (kelompok B) di BKB PAUD CEMPAKA MUNJUL, Cipayung Jakarta Timur.
  1. Tempat dan Waktu Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada kelompok usia 5-6 tahun di BKB Paud Cempaka Munjul, Jln. Malaka, Kelurahan Munjul, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur.
2.      Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan pada tahun ajaran 2016-2017, yakni pada bulan Agustus-     Oktober 2016.
  1. Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh pendidik dalam kelasnya yang bertujuan untuk meninggkatkan kualitas kinerja pendidik dan efesiensi praktik pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui refleksi diri.
  1. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
A.  Siklus I
1.      Perencanaan
Peneliti membuat perencanaan tindakan yang meliputi kegiatan pembelajaran membaca permulaan melalui permainan kartu suku kata. Dalam hal ini peneliti merencanakan kegiatan pembelajaran (KBM) dengan memilih materi yang sesuai, merencanakan waktu pemnbelajaran, membuat rencana pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran menyiapkan media pembelajaran, membuat instrumen pemantau tindakan berupa lembar observational check list dan evaluasi untuk setiap siklus.
Rencana pembelajaran disusun berdasarkan tahapan kemampuan membaca permulaan anak usia5-6 tahun. Peneliti juga membuat indikator kemampuan yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan anak.
     b.  Pelaksanaan
Sebelum melakukan yang akan dilaksankan dalam penelitian, terlebih dahulu melakukan assessment awal kepada anak untuk mengetahui  kemampuan anak membaca. Peneliti meminta anak untuk membaca wacana singkat tentang pengenalan huruf abjad, kemudian dilanjutkan dengan membaca kata didampingi gambarnya. Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan berupa lembar observasi. Setelah itu peneliti dan kolaborator mendiskusikan tentang hasil assessment awal kemampuan membaca yang telah dilakukan. Peneliti memberi penjelasan agar anak-anak dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik.
                   c. Pengamatan
dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer untuk melihat apakah tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan oleh peneliti. Observasi akan mengamati kegiatan proses pembelajaran yang meliputi beberapa aspek pengamatan yaitu: pengamatan terhadap kegiatan guru mengajar, pengamatan terhadap kegiatan anak ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran dan review pada akhir pembelajaran.
                    d. Refleksi
Peneliti beserta pengamat mendiskusikan hasil pengamatan dari tahapan membaca anak dan hasil belajar anak selama mengikuti proses belajar mengajar, apakah ada perubahan membaca pada pengenalan huruf pada kartu.
                  
B.  Siklus 2
                  a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat perecanaan tindakan sesuai dengan hasil refleksi siklus I, yaitu memperbaiki pelaksanaan pembelajaran permainan kartu suku kata sehingga memunculkan kemampuan membaca permulaan. Materi yang dipilih sesuai dengan kemampuan anak. Setiap pertemuan peneliti membuat instrumen pemantau tindakan, pengumpulan data serta evaluasi dari keseluruhan pertemuan yang dilaksanakan dalam tiap siklus. Peneliti menentukan indikator kemampuan yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan membaca permulaan anak. Keberhasilan dapat dilihat berdasarkan hasil lembar chekk list yang mengalami peningkatan secara signifikan sekurang-kurangnya sebesar 20 %.
                    b. Pelaksanaan
Tiap siklus dilakukan selama 1x 35 menit jam pelajaran. Selain melaksanakan pembelajaran, peneliti menyiapkan media yang sesuai dengan tindakan, menyiapkan alat pengumpul data berupa dokumentasi, lembar catatan lapangan, serta lembar check list.
                   c. Pengamatan
Pengamat melihat adanya perubahan dalam membaca dalam menggunakan kartu suku kata setelah dilakukan pembelajaran. Yang tadinya anak permulaan membacanya 20 %,  setelah menggunakan kartu suku kata menjadi 50 %.
                   d.  Refleksi
peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pengamatan yang sudah mulai menunjukan hasil positif dan menyusun langkah selnjutnya guna mendukung penelitian.

C.    Siklus 3
a.       Perencanaan
Merencanakan program pembelajaran pada anak yang masih mengalami kendala ketika membaca dengan menggunakan kartu suku kata. Dengan cara mengulang pembelajaran dalam menggunakan kartu suku kata.
b.      Pelaksanaan
Pembelajaran dilakukan selama 1x 35 menit jam pelajaran dengan lebih menekankan pada anak yang masih mengalami kendala dalam membaca kartu suku kata.
c.       Pengamatan
Hasil pengamatan pengamat setelah dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung dan pengamatan terhadap reinforcement pada awal kegitan dan review diakhir kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan 90 % anak bisa membaca dengan menggunakan kartu suku kata.
d.      Refleksi
Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran peneliti telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka penilti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang diharapkan.

  1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1.      Siswa BKB PAUD Cempaka Munjul
2.      Guru inti BKB PAUD Cempaka Munjul
3.      Guru pendamping BKB PAUD Cempaka Munjul.
  1. Teknik Pengumpilan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah dengan cara, yaitu :
1.      Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung.[21] Berdasarkan keterlibatan peneliti dalam penelitian tindakan ini, maka jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka.
2.      Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto yang diambil pada saat kegiatan pelaksanaan peneliti berlangsung.
3.      Catatan Lapangan
Catatan lapangan yaitu catatan peneliti selama pelaksanaan peneliti berlangsung baik berupa kelebihan yang perlu dipertahankan maupun kekurangan yang perlu mendapat perbaikan. Selanjutnya untuk memperoleh data pemantau tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan, dan catatan lapangan atau anekdot.
  1. Teknik Analisis Data
1.      Reduksi Data
Mengubah rekaman data ke dalam fokus permasalahan, data yang terkumpul dan rekaman catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam tahapan ini data dari observasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan akan diseleksi data-data mana saja yang perlu dibuang dan dipilih. Untuk mempermudah dalam seleksi peneliti menggunakan pengkodean untuk memudahkan data mana yang ingin digunakan dan data yang mana ingin dibuang.
2.      Deskripsi Data
Deskripsi data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Setelah data diseleksi pada tahap reduksi selanjutnya data akan disajikan secara deskriptif dan dalam bentuk diagram.
3.      Verifikasi
Verivikasi disini merupakan hasil dari proses pembelajaran membaca permulaan melalui permainan kartu suku kata. Setelah data dipilih pada tahap reduksi data dan telah disajikan dalam bentuk deskritif pada tahap penyajian data, tiba saatnya peniliti menarik kesimpulan atau verivikasi pada tahap ini. namun, pengolah data kulitatif tidak akan tergesa-gesa tetapi secara bertahap denga tetap memperhatikan perolehan data. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh.
  1. Keabsahan Data
Untuk menguji tingkat keterpercayaan dan keabsahan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: (1) kredebilitas (credibility), item-item yang digunakan peneliti dalam instrumen merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait sehingga peneliti menentukan indikator instrumen lebih terperinci, (2) keterbukaan (transferability), penyajian data yang disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk diketahui kepala sekolah, guru kelas, dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan sebagai bahan untuk perbaikan tindakan selanjutnya dan memperkaya peneliti untuk memahami ruang lingkup penelitian, (3) keakuratan (dependability), dalam pengisian data diperoleh informasi yang akurat. Data yang diterima peneliti tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menghambat ketercapaian tujuan penelitian, (4) kelayakan (Confirmability), data yang digunakan peneliti sebelumnya telah diinformasikan terlebih dahulu kepada para ahli (dosen pembimbing). Apabila ada indikator yang kurang tepat dalam penghambilan data maka peneliti akan memperbaiki indikator tersebut.
  1. Kriteria keberhasilan penelitian
Dalam penelitian ini jika pelaksanaan siklus 1 pada penelitian ini belum menunjukkan tindakan penelitian hasil yang optimal, maka akan dilakukan dengan pelaksanaan siklus 2, jika belum menunjukkan peningkatan hasil yang optimal, maka di perlukan pengembangan perencanaan tindakan untuk penelitian selanjutnya melalui siklus 3. Pengembangan perencanaan tindakan ini lebih difokuskan pada pelaksanaan kegiatan permainan kartu suku kata yang lebih baik lagi.




[1] Edu dan Rose, http://mbahbrata-edu-Rose and Roe Blogspot.com 7/11/2016/ pembelajaran membaca-permulaan-melalui:htm.
[2] Sulastri, Peningkatan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Penggunaan Papan Flanel (Jurnal Guru, No. 1 Vol 5 Juli 2008), h.53
[3] Farida Rahim, Pengjaran Membaca Di Sekolah Dasar (Jakarta: Bumi Aksara, 2005). H,25
[4] Corry R. Semiawan, Memupuk Bakat dan Minat Kretifitas Siswa Sekolah Menengah (Jakarta: Gramedia,1993), h.3
[5] E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi bandung: Rosda Karya, 2002), h.39
[6] Nurbiana. Dhieni dkk, Buku Materi Pokok Modul I Metode Pengembangan Bahasa (Jakarta: Pusat Penerbit UT), h.53
[7] Imam Syafe’ie, Pengajaran Membaca di Kelas-Kelas Awal Sekolah Dasar (Malang: Universitas Negeri Malang, 1999), h.7
[8] Mulyana Abdurrahman, pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar (Jakarta: Rineka Cipta.2003), h.2
[9] I Gusti Ngurah Oka,Pengantar Membaca dan Pengajarannya (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), h.47
[10] Hapidin, Model-model Pendidikan untuk Anak Usia Dini (Jakarta: GA Press, 1999), h.75
[11] Sujiono dan Sujiono, Bermain Kratif Berbasis Kecerdasan jamak (Jakarta: Indeks, 2010), h.20
[12] Dardowidjojo Soenjono, Psiko-Linguistik; Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia (Jakart: Yayasan Obor Indonesia, 2003), h.300
[13] Zulkifli Lubis, Psikologi Perkembangan Edisi Revisi (Bandung:Remaja Rosdakarya, 2005), h.15
[14] Sujiono dan Sujiono, Menu pembelajaran Anak Usia dini (jakarta; Yayasan Citra Pendidikan indonesia, 2005), h.194
[15] Conny r. Semiawan, belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar (Jakarta; Prenhallindo, 2002), h.20
[16] Anggani Sugono, Sumber Belajar dan Alat Permainan ( Jakarta: Grasindo, 2001), h.1
[17] Conny r. Semiawan, Belajar dan Pembelajaran dalam Taraf Usia Dini Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar (jakarta: Prenhallindo, 2002), h.20
[18] John D. Latuheru,Media Pembelajaran dalam Proses belajar Mengajar masa kini (Jakarta: Depdikbut, 1998), h.111
[19] Edu dan Rose. http;//www.mbahbrata-edu.Rose and Roe Blogspot.com14/11/2016/Pembelajaran membaca-permulaan-melalui:htm
[20] Vinca Ambardini, Kartu Peraga Membaca Suku Kata (Jakarta: Wahyu Media, 2007), h.12
[21] M”. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h.149

DAFTAR PUSTAKA


Anggani Sugono, 2001. Sumber Belajar dan Alat Permainan. Jakarta: Grasindo.
Corry R. Semiawan, 2002. Belajar dan Pembelajaran Dalam Taraf Usia Dini Pendidikan Prasekolah dan Sekolah Dasar. Jakarta: Prenhallindo.
Corry R. Semiawan, 1993. Memupuk Bakat dan Minat Kreatifitas Siswa Sekolah Menengah. Jakarta: Gramedia.
Dardowidjojo Soenjono, 2003. Psiko-Linguistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.
Edu dan Rose, 7/11/2016. Pembelajaran membaca Permulaan-Melalui:htm. http://mbahbata-edu-rose and Roe Blogspot.com.
E. Mulyasa, 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Rosda Karya.
Farida Rahim, 2005. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Gramedia.
Hapidin, 1999. Model-Model Pendidikan Untuk Anak Usia Dini. Jakarta: GA Press.
I Gusti Ngurah Oka, 1983.Pengantar membaca dan Pengajarannya. Surabaya: Usaha Nasional.
Imam Syafe’ei, 1999. Pengajaran Membaca di Kelas-Kelas Awal Sekolah Dasar. Malang: Universitas Negeri Malang.
John D. Latuhero, 1998. Media Pembelajaran Dalam Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta: Depdikbut.
M. Ngalim Purwanto, 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Mulyana Abdurrahman, 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Nurbiana, Dhieni dkk, 2002. Buku Materi Pokok Modul I, Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Pusat Penerbit UT.
Sujiono dan Sujiono, 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: GA Press.
Sujiono dan Sujiono, 2005. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta: Yayasan Citra Pendidikan Indonesia.
Sulastri, 2008. Peningkatan Kemampuan Permulaan Melalui Penggunaan Papan Flanel. Jakarta: Jurnal Guru, No. I Vol 5.
Vinca Ambardini, 2007. Kartu Peraga Membaca Suku Kata. Jakarta: Wahyu Media.

Zulkifli Lubis, 2005. Psikologi Perkembangan Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar