here we are

here we are

Jumat, 13 Januari 2017

Proposal Penelitian Oleh Dedeh Nurhayati

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“ Metodologi Penelitian “
Dosen Pengampu :
Iswadi, M. Pd

MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK USIA DINI
MELALUI PERMAINAN KARTU HURUF DI PAUD NURHIDAYAH
KECAMATAN KEMBANGAN JAKARTA BARAT



Oleh :
NAMA           : DEDEH NURHAYATi
NIM                 : 20158410225


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
 SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN  (STKIP) KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah salah satu jembatan untuk mewujudkan cita-cita nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, karena pendidikan memberikan bimbingan dan arahan kepada peserta didik untuk mencapai tingkat kedewasaan, berkembangnya kemampuan Anak Usia Dini untuk menciptakan kemandirian dan kesejahteraan pada anak, supaya mampu mandiri dan menampilkan individualitasnya sebagai manusia terdidik.
Tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Depdiknas : 2003). Untuk mencapai tujuan tersebut, pemerintah dan lembaga-lembaga, yang bergerak dalam bidang pendidikan telah melakukan berbagai pembaharuan dan penyempurnaan yang dipengaruhi dengan perubahan-perubahan di bidang sains dan teknologi berskala nasional maupun global.
Keberhasilan pendidikan membutuhkan usaha dan kerja keras secara bersama-sama dan terus menerus. Tanpa adanya kerja keras dan kerja sama keluarga, sekolah, masyarakat dan negara, maka pendidikan tidak akan berhasil. Pada hakekatnya pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara, keluarga, sekolah, masyarakat, dan negara. Terutama untuk pendidikan dasar, pola asuh dan peran orang tua di rumah menentukan keberhasilan belajar siswa.
Salah satu layanan pendidikan anak usia dini yang semakin diminati sekarang ini adalah lembaga PAUD. PAUD merupakan lembaga pendidikan anak usia dini yang melaksanakan model pembelajaran bermain sambil belajar dan belajar seraya bermain. Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jastnani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 14). Usia dini merupakan kesempatan emas bagi anak untuk belajar, sehingga disebut usia emas (golden age). Pada usia ini anak memiliki kemampuan untuk belajar yang luar biasa khususnya pada masa kanak-kanak awal. Mengingat usia dini merupakan usia emas maka pada masa itu perkembangan anak harus dioptimalkan. Perkembangan anak usia dini sifatnya holistik, yaitu dapat berkembang optimal apabila sehat badannya, cukup gizinya dan didik secara baik dan benar. Anak berkembang dari berbagai aspek yaitu berkembang fisiknya, baik motorik kasar maupun halus, berkembang aspek kognitif, aspek sosial dan emosional.

B.    Identifikasi Masalah
Berdasarkan dari latar belakang masalah tersebut, maka identifikasi masalahnya adalah :
1.      Kurangnya ketertarikan anak-anak di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat dengan kegiatan membaca dan buku bacaan.
2.      Anak-anak di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat belum dapat membedakan bentuk huruf.
3.      Anak-anak di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat masih kesulitan mengingat dan mengenali bentuk huruf,
4.      Anak-anak di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat masih kesulitan dalam membedakan huruf dan menuliskan huruf dengan urutan yang benar.
5.      Anak-anak di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat masih kurang memahami arti kata.
6.      Kurangnya upaya guru PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan  Jakarta Barat dalam menyajikan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak.
7.      Belum adanya penerapan media yang variatif yang membangkitkan minat baca anak di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
8.      Guru masih menggunakan strategi mengajar konvensional dalam membelajarkan membaca siswa yakni siswa hanya di suruh membaca secara bergantian dan guru mendengar serta menyimak apa yang di baca anak didik.

C.    Pembatasan Masalah
Penelitian ini dilakukan di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat. Substansi penelitian ini adalah Permainan Kartu Huruf dan minat Baca Anak Usia Dini. Fokus pembahasan dalam penelitian hanya dibatasi pada meningkatkan minat baca anak melalui permainan kartu huruf di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.

D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah tersebut dapat dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut :
1.      Apakah terdapat pengaruh permainan kartu huruf terhadap minat baca anak usia dini di Paud Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat?
2.      Apakah permainan kartu huruf sudah dilaksanakan dengan baik dalam upaya meningkatkan minat baca anak usia dini di Paud Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat?

E.    Manfaat Penelitian
1.   Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi masukan bagi pendidikan anak usia dini pada khususnya dalam meningkatkan minat baca melalui pembelajaran yang menyenangkan dan sesuai dengan teori perkembangan anak usia dini.
2.   Manfaat Praktis
a.       Bagi guru, memberikan alternatif pembelajaran yang menyenangkan, variatif untuk meningkatkan minat baca pada anak usia dini dan menjadikan anak yang cinta membaca sejak dini.
b.      Bagi siswa, membantu siswa untuk meningkatkan minat baca melalui cara yang sesuai dengan dunianya yakni bermain.
c.       Bagi sekolah, menjadi bahan pertimbangan untuk penyusunan program-program dalam sekolah dengan memperhatikan setiap kesesuaian kebutuhan siswa sehingga menghasilkan output siswa yang berkualitas.

F.     Kajian Pustaka
1.   Permainan Kartu Huruf ( Koreksi lht hal 28
a.     Pengertian Permainan Kartu Huruf
Bermain atau permainan adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun mengembangkan imajinasi pada anak (Anggani Sudono, 2000 : 1). Jika pengertian bermain dipahami dan sangat dikuasai, kemampuan itu akan berdampak positif pada cara kita dalam membantu proses belajar anak. Montessori seorang tokoh pendidikan menekankan bahwa ketika anak bermain, ia akan mempelajari dan menyerap segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Untuk itu, perencanaan dan persiapan lingkungan belajar anak harus dirancang dengan saksama sehingga segala sesuatu merupakan kesempatan belajar yang sangat menyenangkan bagi anak itu sendiri.
Menurut Kimpraswil (dalam As'adi Muhammad, 2009 : 26) mengatakan bahwa definisi permainan adalah usaha olah diri (olah pikiran dan olah fisik) yang sangat bermanfaat bagi peningkatan dan pengembangan motivasi, kinerja, dan prestasi dalam melaksanakan tugas dan kepentingan organisasi dengan lebih baik. Lain halnya dengan Joa Freeman dan Utami munandar (dalam Andang Ismail, 2009 : 27) mendefinisikan permainan sebagai suatu aktifitas yang membantu anak mencapai perkembangan yang utuh, baik fisik, intelektual, sosial, moral, dan emosional
Bermain pada hakikatnya adalah meningkatkan daya kreativitas dan citra diri anak yang positif. Unsur-unsur yang merupakan daya kreativitas adalah kelancaran, fleksibel, pilihan, orisinal, elaborasi dengan latihan menjawab, luwes dalam menerima beragam jawaban, mampu memilih jawaban yang paling tepat, jawaban yang tidak menyontek. Untuk itu, perlu adanya kerja keras. Hal itu juga akan menimbulkan motivasi dan keinginan untuk bekerja dengan baik, sehingga akan terjadi proses belajar sampai menghasilkan produk (Anggani Sudono,2000 : 3).
Kartu menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995 : 448) adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang, “Kartu adalah kertas tebal yang berbentuk persegi panjang untuk berbagai macam keperluan” (Peter Salim dan Yenni Salim 1991 : 425).
Huruf menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1995: 362) adalah “tanda, aksara atau tata tulis yang merupakan abjad yang melambangkan bunyi bahasa atau aksara”. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (WJS. Poerwadarminta, 1996 : 527), huruf adalah unsur abjad yang melambangkan bunyi. Jadi dapat penulis simpulkan huruf adalah tanda aksara atau abjad yang melambangkan bunyi bahasa tertentu menurut model dan bentuknya.
Kartu huruf adalah merupakan media dalam permainan menemukan kata. Anak diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata.
Kartu huruf dapat juga diartikan media yang dibuat oleh pabrik atau buatan sendiri sesuai kreatifitas guru berbentuk potongan yang berisikan gambaran atau tulisan dan bersifat menyampaikan komunikasi atau stimulus pembelajaran kepada anak.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dikatakan bahwa yang dimaksud kartu huruf adalah media pembelajaran visual yang merupakan alat permainan untuk mengembangkan aspek kognitif, psikomotor dan melatih ketrampilan berbahasa serta dapat memberikan situasi belajar yang sangat dan menyenangkan.
Kartu huruf ini berisikan tulisan huruf A sampai dengan huruf Z dan sebagainya. Kartu ini terbuat dari bahan kertas dupleks berukuran dengan ukuran huruf 5 cm x 3,5 cm. Mediakartu huruf ini, dapat digunakan pada anak berumur 5 sampai 6 tahun. Tujuan penggunaan kartu huruf ini, adalah agar anak mengenal simbol-simbol huruf secara jelas. Kartu huruf berdampak positif terhadap peningkatan kemampuan berbahasa anak, khususnya penguasaan kosa kata. Dalam artian ketika anak harus mengenal huruf, proses pelaksanaan pemahaman konsep huruf vocal dan huruf konsonan tersebut akan lebih mudah dengan menggunakan media kartu huruf.
Kartu huruf adalah merupakan media dalam permainan menentukan kata. Anak diajak bermain dengan menyusun huruf-huruf menjadi sebuah kata yang berdasarkan teka-teki atau soal-soal yang dibuat oleh guru. Titik berat latihan menyusun huruf ini adalah ketrampilan mengeja suatu kata (Rose and Roe, 1990 : 8)
Pendapat Ratnawati (dalam Suyanto, 2012 :108), mengungkapkan bahwa, melalui media kartu huruf yang diimplementasikan melalui permainan, dapat merangsang anak untuk lebih cepat mengenal simbol­simbol huruf, membuat minat anak semakin kuat untuk bereksplorasi

b.     Jenis-jenis Kartu dalam Pembelajaran
Menurut Thachir A. Malik (1995 : 3), berikut jenis-jenis kartu yang digunakan sebagai alat peraga dalam membantu siswa dalam bukunya pandai membaca dan menulis
a).    Kartu huruf
b).    Kartu suku kata
c).    Kartu kata
d).    Kartu tembus pandang
e).    Karton.
Penulis mencoba menggunakan alat peraga kartu huruf untuk pengembangan kemampuan membaca bagi anak yang berkesulitan belajar membaca. Kartu huruf terdiri dari unsur abjad yang dipergunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca dengan cara penggunaannya bisa dengan diadakan permainan antara anak didik dengan guru. Selain itu bisa juga bisa digunakan permainan antar sesama anak didik. Dengan kartu huruf ada kemungkinan anak-anak tertarik oleh adanya huruf-huruf yang berwarna-warni sehingga merespon anak untuk bisa menyebutkan kata­-kata yang mempunyai huruf tertentu.

c.     Manfaat kartu Huruf
a).    Menyebutkan kata-kata yang mempunyai huruf awal yang sama
b).    Menyebutkan kembali kata -kata yang baru di dengar
c).    Menghubungkan gambar benda dengan kata
d).    Menghubungkan dan menyebutkan tulisan sederhana dengan simbol yang melambangkan

d.     Tujuan Permainan Kartu Huruf
a).    Agar anak leibih mudah dalam berbahasa khususnya mengeja atau membaca
b).    Agar anak dapat dengan mudah dalam menghafal dan belajar mengenal huruf
c).    Agar pembelajaran tidak membosankan

e.     Langkah-langkah Pembelajaran Guru Melalui Bermain Dengan Media Kartu Huruf
a).    Guru menyiapkan alat peraga yaitu kartu huruf
b).    Guru membacakan kartu huruf yang diikuti oleh anak.
c).    Guru memberi kesempatan anak untuk menceritakan kembali pengalaman anak bermain kartu huruf, hal itu dilakukan anak dengan bergantian
d).    Guru memberikan penguatan dan bimbingan kepada anak yang memerlukan dengan cara memberi motivasi berupa pujian dan sebagainya
e).    Penilaian oleh guru dilakukan dengan penugasan kepada anak secara berkelompok dan perorangan.
Seperti telah dikemukakan diatas bahwa kemampuan berbahasa merupakan kegiatan yang melibatkan unsur bahasa lisan dan tulisan. Karena itu melalui bermain dengan kartu huruf diharapkan anak akan lebih mudah dalam memahami konsep pengenalan huruf konsonan maupun vokal yang nampak di kartu huruf tersebut. Jika anak telah memiliki kefahaman maka akan mudah pula bagi anak untuk mengkomunikasikannya atau menceritakan dengan urutan yang benar.
f.      Cara Menggunakan Kartu Huruf
Hainstock (1999: 205) menjelaskan bahwa kartu-kartu huruf yang telah dibuat dengan cara sebagai berikut.
a).    Biarkan siswa mengenalkan dirinya sendiri dengan huruf-huruf dengan cara menemukan huruf-huruf sebagaimana, yang diterima.
b).    Pilihlah kata yang terdiri dari tiga huruf, ucapkan kata-kata itu kepada siswa dan biarkan dia mencari haruf-huruf yang ia dengar.
c).    Teruskan membuat kata-kata dengan cara ini hingga, siswa mampu bekerja sendiri, dengan kata-kata pilihannya sendiri.
d).    Kata-kata itu bisa dibaca dan ditulis setelah mereka susun

g.     Kelebihan dan Kekurangan media kartu
Dananjaya (2012) adalah dapat mengarahkan perhatian siswa. Sedangkan menurut Susilana dan Riyana (2009) kelebihan media kartu huruf adalah mudah dibawa-bawa karena bentuknya yang tidak terlalu besar, praktis, gampang diingat, dan menyenangkan.
Berdasarkan kedua pendapat di atas, kelebihan media kartu huruf adalah dapat mengarahkan perhatian siswa, mudah dibawa-bawa karena bentuknya yang tidak terlalu besar, praktis, gampang diingat, dan menyenangkan.
Mackey (dalam Rofi'uddin, 2003 : 44) guru dapat menggunakan strategi permainan membaca, misalnya cocokan kartu, ucapkan kata itu, temukan kata itu, kontes ucapan, temukan kalimat itu, baca dan berbuat. Kelebihan kartu huruf antara lain :
Media kartu juga memiliki kelemahan atau kekurangan yaitu ;
a).    Anak menjadi bosan bila penggunaan teknik dan media pembelajaran tidak bervariasi
b).    Membutuhkan waktu yang agak lama dalam praktek penggunaan kartu.

G.    Kerangka Berfikir Tindakan

Text Box: Permainan Kartu
Huruf

( X )
 






H.    Hipotesis Tindakan
Sebelum penelitian ini.dilaksanakan, harus terlebih dahulu dirumuskan hipotesis dasar guna melandasi bahwa penelitian ini memiliki hubungan yang erat diantara variable-variabel yang ada. Pengertian hipotesis itu sendiri menurut Suryabrata (2003 : 21) merumuskan hipotesis merupakan jawaban s   ementar masalah penelitian yang kebenarannya masih harus diuji secara empiris.
Sedangkan Suharsimi Arikunto (2002 : 64) menerangkan bahwa Hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan Penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul.
Berdasarkan hal diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah berkaitan dengan permasalahan yang ada. Adapun hipotesisnya adalah : Terdapat pengaruh permainan kartu huruf terhadap minat baca anak usia dini di PAUD Nurhidayah Kecamatan Kembangan  Jakarta Barat.

I.   Tujuan Penelitian
       Untuk meningkatkan minat baca anak melalui permaianan kartu huruf di paud Nurhidayah kecamatan kembangan Jakarta Barat.

J.  Setting Penelitian
·         Tempat Penelitian
Tempat penelitian di PAUD Nurhidayah yang beralamat di Ps. Minggu Kembangan Rt. 005/001 Kelurahan Kembangan Selatan, Kecamatan Kembangan Jakarta Barat 11610, No Telpon 08888553905. Jumlah siswa di Paud Nurhidayah Kembangan  Jakarta Barat adalah 19 orang, yang terdiri dari 10 orang berjenis kelamin laki-laki dan sisanya 9 orang bejenis kelamin perempuan.
·         Waktu penelitian
Rabu tanggal 28 Oktober 2016

K.    Langkah-langkah Penelitian
        1. Siklus 1 :
              a. Perencanaan
Berisi tentang penggambaran masalah yang akan diatasi yang dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran.
              b. Pelaksanaan
              Peneliti mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran harian
              c. Pengamatan
  Peneliti bekerja sama dengan pengamat untuk mengamati proses     pembelajaran. Peneliti mengamati peserta didik. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik.
              d. Refleksi
  Peneliti beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamat dan hasil belajar siswa, sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara. Yang pada akhirnya dapat mengidentifikasi masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan selama proses dan hasil di siklus 1, kemudian di jadikan dasar untuk memperbaiki di siklus berikutnya.

        2. Siklus 2 :
  a. Perencanaan
Pada siklus 2 berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 1 yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran.
              b. Pelaksanaan
  Peneliti mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran harian pada siklus 2
              c. Pengamatan
  Peneliti bekerja sama dengan pengamat untuk mengamati proses     pembelajaran. Peneliti mengamati peserta didik. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik.
              d. Refleksi
  Peneliti beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamat dan hasil belajar siswa, sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara. Yang pada akhirnya dapat mengidentifikasi masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan selama proses dan hasil di siklus 2, kemudian di jadikan dasar untuk memperbaiki di siklus berikutnya.

         3. Siklus 3 :
              a. Perencanaan
  Perencanaan pada siklus 3 berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2 yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran.
              b. Pelaksanaan
  Peneliti mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran harian pada siklus 3

              c. Pengamatan
  Peneliti bekerja sama dengan pengamat untuk mengamati proses     pembelajaran. Peneliti mengamati peserta didik. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik.
              d. Refleksi
  Peneliti beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamat dan hasil belajar siswa, sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara. Yang pada akhirnya dapat mengidentifikasi masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan selama proses dan hasil di siklus 2, kemudian di jadikan dasar untuk memperbaiki di siklus berikutnya atau apabila sudah diras cukup dan memenuhi target pencapaian maka siklus berhenti sampai disini.

L.    Sumber Data
Data – data dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai teknik seperti, sebagai berikut :
a).    Studi Kepustakaan (Library Research)
Yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara baca buku-buku literatur-literatur dan beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan pihak terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang penulis lakukan saat ini sebagai dasar perbandingan dalam pembahasan yang ada hubungannya dengan masalah yang dibahas, dan bahan-bahan dari catatan kuliah yang penulis ikuti selama masa perkuliahan.

b).    Observasi
Penulis mengadakan secara langsung terhadap objek penelitian dilokasi penelitian dengan melihat beberapa kegiatan belajar mengajar di Paud Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat guna memperoleh data dan informasi yang dibutuhkan.

M.   Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.   Kuesioner (Angket)
Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang diberikan kepada responden untuk dijawab. Responder dapat memberikan jawaban dengan memberi tanda pada salah satu atau beberapa jawaban yang telah disediakan, atau dengan menuliskan jawabannya (Kountur, 2007 : 189). Peneliti mempergunakan kuesioner ini sebagai alat pengumpulan data yang paling utama yang dikembangkan berdasarkan kisi-kisi yang telah ditentukan sebelumnya.
Kuesioner (Angket) diberikan kepada responden yaitu orang tua
siswa di Paud Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat
mengenai Permainan Kartu Huruf terhadap Minat Baca Anak Usia Dini di Paud Nurhidayah Kecamatan Kembangan Jakarta Barat.
Penilaian terhadap serangkaian pernyataan angket penelitian yang telah dijawab oleh responden menggunakan norma penelitian sebagai berikut:
Pertanyan yang bersifat positif jika jawabannya :
a).    Sangat Setuju                  Skor 5
b).    Setuju                              Skor 4
c).    Cukup Setuju                  Skor 3
d).    Tidak Setuju                    Skor 2
e).    Sangat Tidak Setuju        Skor 1
Penyusunan alternatif jawaban pada angket ini didasarkan pada model skala Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau gejala sosial. Dalam penelitian gejala sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

N.    Teknik Analisis Data
        a. Reduksi Data
            Melakukan seleksi terhadap data-data yang relevan.
b. Deskripsi data
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini Teknik Kuantitatif, yaitu analisa yang dapat diklasifikasikan ke dalam kategori­kategori yang berwujud angka-angka yang dapat dihitung untuk menghasilkan penafsiran kuantitatif yang kokoh (Husein Umar, 1998 : 37).
Pengolahan data berdasarkan data kuantitatif yang diperoleh dengan menggunakan metode statistik yang di lakukan dengan program SPSS versi 16 untuk membuktikan hubungan dan pengaruh antara variabel-variabel penelitian.
Menurut Sugiyono (2009 : 21) menyatakan bahwa: “Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”
       c. Verifikasi Data
            Interpretasi data berdasarkan hasil deskripsi data

M. Keabsahan Data
Proses memvalidasi (menguji keabsahan) data melalui triangulasi dengan cara membandingkan data yang terkumpul dari berbagai sumber antara lain: tes, hasil observasi, dan hasil wawancara.

N. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Peneliti menetapkan kriteria keberhasilan penelitian yang digunakan sebagai dasar keberhasilan suatu tindakan yang dilakukan.


Proposal Penelitian PAUD Oleh Yenike Agustriana

UJIAN TENGAH  SEMESTER (UTS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu:
Iswadi, M. Pd

MENINGKATKAN KREATIVITAS  ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN  BENTUK GEOMETRI PADA KELOMPOK B di BKB PAUD CENDANA





Oleh:
Yenike Agustriana

20158410203

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016


PROPOSAL PTK PAUD MENINGKATKAN KREATIVITAS

Nama                         : Yenike Agustriana
NPM                           : 20158410203
Unit Kerja                   : BKB – PAUD Cendana Cempaka Putih Barat
                                   Jakarta-pusat
Judul Penelitian       : MENINGKATKAN KREATIVITAS  ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN  BENTUK GEOMETRI PADA KELOMPOK B di BKB PAUD CENDANA

A.   Latar Belakang Masalah

Pendidikan mengemban tugas untuk dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimilik setiap anak. Anak perlu mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan mereka untuk dapat mengembangkan seluruh potensinya secara optimal. Pada akhirnya kemampuan tersebut diharapkan dapat berguna baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat pada umumnya. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut. Hal ini menunjukkan pentingnya upaya pengembangan seluruh potensi anak, salah satunya kreativitas.
Kreativitas merupakan bakat yang secara potensial dimiliki setiap orang, dapat diidentifikasi dan dipupuk melalui pendidikan yang tepat, di antaranya pada BKB-PAUD  sebagai salah satu tempat diselenggarakannya Pendidikan Anak Usia Dini. Kreativitas salah satu potensi yang dimiliki setiap individu, penting untuk dikembangkan sejak usia dini (Yeni Rachmawati & Euis Kurniati, 2005: 8). Karena pada masa ini individu memiliki peluang yang sangat besar untuk dapat mengembangkan potensi tersebut.
Utami Munandar, (1992: 34) mengemukakan bahwa pengembangan kreativitas bagi anak memiliki tujuan: 1) mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil karya dengan menggunakan teknik-teknik yang dikuasainya; 2) mengenalkan cara menemukan alternatif pemecahan masalah; 3) membuat anak memiliki sikap keterbukaan terhadap berbagai pengalaman dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang tinggi terhadap ketidakpastian; 4) membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang dilakukan; dan 5) sikap menghargai kasil karya orang lain .
Berdasarkan pengamatan sehari-hari pada anak Kelompok B di BKB-PAUD CENDANA , terlihat bahwa kreativitas anak belum berkembang optimal. Hal itu dikarenakan anak belum mampu mencapai empat aspek kreativitas antara lain, flueny/ kelancaran, flexibility/ keluwesan, originality/ keaslian, dan elaboration/ keterperincian. Hal tersebut nampak seperti beberapa anak belum memiliki keberanian dalam hal bereksplorasi dan berekspresi dengan bahan atau benda-benda yang disediakan oleh guru. Ada 13 anak yang masih belum percaya diri untuk mencoba mencipta karya yang baru. Sebagian besar anak sering meniru cara guru atau teman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sebagian besar anak masih tergantung pada contoh yang diberikan guru. Selain itu sebagian besar anak kurang komunikatif dalam mengkomunikasikan hasil karyanya serta kurang bervariasi dalam mengapresiasi hasil karyanya.
Pendapat Wallas yang dikemukakan Utami Munandar (1992: 46) Proses  berpikir kreatif memiliki ciri-ciri: (1) mampu mengemukakan ide-ide yang serupa untuk memecahkan suatu masalah (fluency/ kelancaran); (2) mampu menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa (flexibility/ keluwesan); (3) mampu memberikan respon yang unik atau luar biasa (originality/keaslian); (4) mampu menyatakan pengarahan ide secara terperinci utuk mewujudkan ide menjadi kenyataan (elaboration/
keterperincian); dan (5) memiliki kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi (sensitivity/ kepekaan).
Aktivitas pembelajaran menggunakan beragam bentuk geometri yang dilakukan dengan prinsip bermain sambil belajar akan lebih menggairahkan lagi bagi anak dengan mengeksplorasi berbagai bentuk geometri.  
Kegiatan bermain menggunakan ragam bentuk geometri memberikan kesempatan bagi anak untuk menyatakan sikap, minat, dan masalah-masalah yang dihadapinya, membicarakan tujuan dan aspirasinya, menyatakan apa yang dipikirkannya, membagi perasaan yang dirasakannya, serta menjelaskan apa saja yang dilakukannya. Selain itu bermain menggunakan ragam bentuk geometri juga memberikan kesempatan kepada anak untuk membandingkan, mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, menganalisa, mengkritik, membantu anak menemukan berbagai asumsi, serta memberikan kesempatan untuk berpikir atau mencipta. Permainan mencipta dari bentuk geometri dapat menstimulasi perkembangan kreativitas dan imajinasi anak. Dengan bermain kotak warna-warni berbagai bentuk, anak akan belajar mengenai bentuk-bentuk yang saling cocok dan tidak cocok, mengenai struktur yang mantap dan tidak mantap mengenai keseimbangan. Selain itu pada saat bermain ragam bentuk geometri, fantasi, atau imajinasi yang dimiliki anak dapat berkembang. Anak akan reflex menyampaikan hasil pemikirannya, baik dengan bentuk bahasa, motorik atau fisik, hasil kerja atau ciptaannya, sosial seperti bekerjasama dalam kelompok, emosional seperti menghargai hasil kerja, menemukan penyelesaian atas masalah yang dihadapinya, mendorong berpikir dengan logika, pemahaman mengenai konsep ruang, pengetahuan, matematik, dan seni.
Usaha yang telah dilakukan oleh guru untuk mengembangkan kreativitas anak terutama dalam kegiatan membentuk selama ini kurang berhasil untuk mengoptimalkan seluruh kreativitas anak. Misalnya saja guru membiarkan anak mengeksplorasi atau bermain dengan benda-benda yang ada di sekitarnya, guru juga selalu memfasilitasi kreativitas anak dengan benda-benda yang menarik dan bervariasi. Kegiatan untuk pengembangan kretivitas yang sering diberikan adalah menggambar dan membentuk dari plastisin sehingga kurang bervariasi.
Oleh karenanya salah satu kegiatan pembelajaran dengan bermain mencipta dari bentuk geometri untuk mengembangkan kreativitas anak, sangatlah sesuai. Untuk itu agar kreativitas anak di Kelompok B BKB-PAUD Cendana dapat berkembang secara optimal, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan memanfaatkan bermacam bentuk geometri yang terbuat dari bahan-bahan yang menarik dan bervariasi serta kegiatan dilakukan sambil bermain. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain Mencipta dari Bentuk Geometri pada Kelompok B di BKB-PAUD CENDANA Cempaka Putih Barat”.

B.   Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana cara meningkatkan kreativitas anak Kelompok B di BKB-PAUD CENDANA Cempaka Putih melalui kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri ?”

C.   Rumusan Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas anak kelompok B di BKB-PAUD CENDANA Cempaka Putih melalui kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri.

D.   Rumusan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas, hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah kegitan bermain mencipta dari bentuk geometri yang dilakukan dengan cara memberikan kebebasan kepada anak untuk bermain mencipta dari bentuk geometri melalui; kegiatan mencipta dari bentuk geometri yang sejenis, mencipta dari bentuk geometri yang bervariasi, dan mencipta dengan memadukan bentuk geometri sejenis dan bentuk geometri yang bervariasi dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B di BKB-PAUD Cendana.

E.   Manfaat Penelitian
Peneliltian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi beberapa pihak, di antaranya:
1.    Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi bagi para insan akademik yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak, khususnya mengenai peningkatan kreativitas anak melalui kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri.
2.    Manfaat Praktis
a)    Bagi peserta didik, untuk meningkatkan kreativitas anak dalam mencipta suatu bentuk sebagai wujud hasil karyanya.
b)    Bagi pendidik, untuk meningkatkan pemahaman tentang pentingnya
meningkatkan kreativitas anak sejak usia dini dalam kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri dan menjadi masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka meningkatkan kreativitas anak.
c)    Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan peningkatan kreativitas anak.

F.    Kajian Pustaka
A. Kajian Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata kreatif yaitu memiliki daya cipta, memiliki kemampuan untuk mencipta (Depdiknas, 2002: 599). Supriyadi (dalam Yeni Rahamawati & Euis Kurniati, 2005: 13) menyatakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada.
Sejalan dengan pendapat di atas Torren (dalam Suratno, 2005: 23) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan baru dan menerapkanya dalam pemecahan masalah. Kreativitas ini meliputi fluency/ kelancaran, flexibility/ keluwesan, originality/ keaslian, dan elaboration/ keterperincian. Kreativitas ini juga memiliki ciri afektif, seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan ingin mencari pengalaman baru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dianalisis bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan atau berupa suatu objek tertentu serta mampu menerapkannya dalam pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menghasilkan gagasan maupun suatu produk yang baru dan orisinil tersebut, pendidik perlu memperhatikan aspek-aspek kreativitas yang menjadi indikator yang digunakan sebagai acuan dalam mengukur kreativitas anak, sehingga kreativitas anak dapat berkembang secara optimal.


2. Aspek-aspek Kreativitas
Rhodes (dalam Martini Jamaris, 2006: 67) merumuskan kreativitas dalam Four P’s of Creativity yaitu person, process, press, dan product.
a. Kreativitas dari aspek pribadi/ person
Muncul dari keunikan pribadi individu dalam interaksi dengan  lingkungannya. Setiap anak mempunyai bakat  kreatif, namun masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda. Martini Jamaris mengemukakan kreativitas dilihat dari aspek pribadi meliputi:
1)    Fluency/ kelancaran, yaitu kemampuan untuk membangkitkan sejumlah ide-ide,mengungkapkan, dan mengembangkan ide-ide kreatifnya secara lancar.
2)    Flexibility/ kelenturan, yaitu kemampuan melihat masalah dari beberapa sudut pandang yang merupakan basis keaslian, kemurnian, dan penemuan. Anak mampu memecahkan masalahnya dengan melihat berbagai sudut pandang yang berbeda sebagai alternatif untuk menemukan jalan keluarnya.
3)    Originality/ keaslian, yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai ide atau karya yang asli dari hasil pemikiran sendiri. Hasil karya yang dihasilkan anak lebih unik dan berbeda dengan yang lainnya.
4)    Elaboration/ keterperincian, yaitu kemampuan untuk memperluas atau memperkaya ide yang ada dalam pikiran anak dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan dan terlihat orang lain.



b. Kreativitas sebagai proses/ process
Anak usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai proses yang diutamakan serta jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif yang bermakna dan bermanfaat karena hal ini akan mengurangi kesenangan dan keasyikan anak untuk berkreasi.
c. Kreativitas dari aspek pendorong/ press
Kreativitas yang dimiliki anak memerlukan dorongan atau motivasi agar dapat berkembang dengan optimal. Dorongan tersebut terdiri dari:
1)    Dorongan dari dalam individu, yaitu berupa minat, hasrat, dan motivasi diri.
2)    Dorongan dari luar individu, yaitu lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sehubungan dengan hal ini pendidik diharapkan dapat memberi dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan, sehingga bakat kreatif anak dapat diwujudkan dan dapat berkembang secara optimal.
d. Kreativitas sebagai produk/ product
Produk merupakan suatu ciptaan yang baru dan bermakna bagi individu dan lingkungannya. Hasil karya anak dapat disebut kreatif jika baginya hal itu baru, anak belum pernah membuat itu sebelumnya, dan anak tidak meniru atau mencontoh pekerjaan orang lain. Hal yang paling penting produk kreativitas anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam berkreasi. Pendapat di atas dapat dianalisis bahwa Empat P yang meliputi aspek pribadi, proses, produk, dan pendorong saling berkaitan yaitu pribadi yang kreatif yang melibatkan diri dalam proses kreatif dan dengan dukungan serta dorongan dari lingkungan akan menghasilkan produk yang kreatif. Setelah mengetahui aspek-aspek kreativitas di atas, untuk mengetahui bahwa anak tersebut kreatif, kita perlu mengetahui ciri-ciri kreativitas. Dengan demikian pendidik tidak salah dalam memberikan label kreatif pada anak.





3. Ciri-ciri Kreativitas
Ciri kreativitas dapat dibedakan dalam ciri kognitif dan ciri non kognitif. Utami Munandar (1992: 51) menyatakan bahwa perpaduan ciri kognitif dan ciri afektif dalam pengembangan kreativitas dimaksudkan agar kreativitas yang dimiliki individu itu dapat terwujud secara nyata. Pengembangan kreativitas individu tidak hanya membutuhkan ketrampilan untuk berpikir kreatif saja, tetapi juga memerlukan pengembangan pembentukan sikap, perasaan, dan kepribadian yang mencerminkan kreativitas.
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan afektif dan kognitif antara lain:
1.    Ciri kreativitas yang berhubungan dengan afektif meliputi: rasa ingin tahu, bersifat imaginatif, merasa tergantung oleh kemajemukan, sikap berani mengambil resiko, serta sikap menghargai.
2.    Ciri kreativitas yang berhubungan dengan kognitif meliputi: ketrampilan berpikir lancar, ketrampilan berpikir luwes atau fleksibel, serta ketrampilan berpikir orisinil dan elaboratif.
Adapun ciri-ciri perilaku yang mencerminkan kreativitas alamiah anak khususnya pada anak usia prasekolah antara lain:
a.    Senang bereksplorasi dengan lingkungan.
b.    Mengamati dan memegang benda-benda untuk memperoleh pengalaman.
c.    Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
d.    Bersifat spontan dalam menyatakan pikiran dan perasaan.
e.    Senang berpetualang untuk mendapatkan pengalaman baru.
f.     Senang bereksperimen.
g.    Tidak cepat merasa bosan dan senang melakukan bermacam-macam hal.
h.    Memiliki daya imajinasi tinggi.

     Ada pula ciri-ciri kreativitas yang lain menurut Sumanto (2005: 39) bahwa anak kreatif mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu: (1) mempunyai kemampuan berpikir kritis; (2) ingin tahu, tertarik pada kegiatan yang dirasakan sebagai tantangan; (3) berani mengambil resiko; (4) tidak mudah putus asa, (5) menghargai keindahan; (6) mau berbuat atau berkarya; serta (7) menghargai diri sendiri dan orang lain.
Dari beberapa pandangan di atas dapat peneliti simpulkan bahwa anak kreatif mempunyai kemampuan berpikir kritis, mempunyai rasa ingin tahu yang besar, tertarik pada kegitan-kegiatan kreatif, berani mengambil resiko, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri dan orang lain, serta mau berbuat dan berkarya untuk menghasilkan suatu ide ataupun karya baru. Hal tersebut dilakukan oleh anak agar mendapat pengakuan tentang keberadaan dirinya dan dianggap sejajar dengan orang dewasa, sehingga anak akan selalu menampilkan kreativitas yang sangat membantu perkembangan jiwanya dan pada akhirnya anak mampu hidup secara mandiri tanpa menggantungkan diri pada orang lain.
Dari ciri-ciri di atas pendidik ataupun orang tua mampu menyatakan bahwa anak mempunyai kreativitas. Kreativitas anak perlu diasah dan dikembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas anak pastinya dipengaruhi berbagai faktor, sehingga orang tua ataupun pendidik harus memahami faktorfaktor yang mempengaruhi kreativitas tersebut.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas
Faktor yang mempengaruhi munculnya kreativitas menurut Utami Munandar ( 1992: 134) antara lain:
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kreativitas. Anak laki-laki cenderung lebih besar kreativitasnya dari pada anak perempuan, terutama setelah masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan perlakuan yaitu, anak laki-laki dituntut untuk lebih mandiri, sehingga anak laki-laki biasanya lebih berani mengambil resiko dibandingkan anak perempuan.



b. Urutan kelahiran
Anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu akan berbeda tingkat kreativitasnya. Anak yang lahir di tengah, belakang, dan anak tunggal cenderung lebih kreatif dari pada anak anak yang lahir pertama. Hal ini terjadi karena biasanya anak sulung lebih ditekan untuk lebih menyesuaikan diri oleh orangtua sehingga anak lebih penurut dan kreativitasnya mati.
c. Inteligensi
Anak yang inteligensinya tinggi pada setiap tahapan perkembangan cenderung menunjukkan tingkah kreativitas yang tinggi dibandingkan anak yang inteligensinya rendah. Anak yang pandai lebih banyak mempunyai gagasan baru untuk menyelesaikan konflik sosial.
d. Tingkat pendidikan orangtua
Anak yang orangtuanya berpendidikan tinggi cenderung lebih kreatif dibandingkan pendidikannya rendah. Hal ini disebabkan karena banyaknya prasarana serta tingginya dorongan dari orangtua sehingga memupuk anak untuk menampilkan daya inisiatif dan kreativitasnya. Dari beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas di atas, dapat pendidik gunakan sebagai acuan dalam pengembangan kreativitas anak.

B. Kajian Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini

1. Kreativitas Anak Usia Dini
Setiap anak yang dilahirkan ke dunia dilengkapi dengan berbagai potensi termasuk potensi kreatif. Potensi tersebut tidak akan berkembang baik tanpa lingkungan kondusif dan bantuan dari orang dewasa di sekitarnya. Pengembangan kreativitas anak perlu dilaksanakan sejak usia dini karena fantasi setiap anak muncul sejak usia dini dan akan berkembang dalam rentang usia 3-6 tahun. Pada masa ini anak banyak melakukan kegiatan bermain serta dapat menciptakan sesuatu sesuai dengan keiginan dan imajinasinya melalui benda-benda yang ada di sekitar.
Kreativitas akan tampak pada awal kehidupan dan pertama-tama terlihat dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar ke berbagai kehidupan lainya, seperti sekolah atau pendidikan, rekreasi, dan pekerjaan. Pada diri anak sering terjadi kegelisahan dan gejolak, karena pada masa ini anak akan mulai menemukan identitasnya. Pada saat yang demikian, anak membutuhkan kreativitas untuk menemukan identitasnya. Dalam mencapai identitas tersebut, anak dituntut untuk berkarya melalui daya cipta kreativitasnya.
Tugas perkembangan anak yang mendukung kreativitas adalah bahwa anak harus mampu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru. Anak diharapkan berlatih dan mengembangkan ketrampilan baru sesuai dengan tuntutan hidup sehingga anak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik. Oleh karena itu dalam memberikan rangsangan terhadap perkembangan kreatif anak perlu disesuaikan dan jangan dipaksakan. Karena pemaksanan kreativitas yang tidak sesuai dengan tahap perkembangan justru akan membebani individu, sehingga individu tersebut tidak bekembang secara normal.
Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa kreativitas Anak Usia Dini merupakan potensi yang digunakan anak untuk menemukan identitasnya dengan berkarya melalui daya cipta kreativitasnya sehingga anak mampu menegembangkan keterampilan-keterampilan yang baru. Dalam mengembangkan kreativitas tersebut pendidik juga harus mengetahui sifat-sifat natural anak sebagai acuan pengembangan kreativitas yang dilakukan.
2. Sifat-sifat Natural Perkembangan Kreativitas Anak
Anak memilki kemampuan untuk mempelajari sesuatu menurut caranya sendiri secara natural. Yenny Rahmawati dan Euis Kurniati (2005: 79-82) menyatakan bahwa sifat-sifat natural yang sangat menunjang perkembangankreativitas anak yang harus dikembangkan antara lain:
a. Pesona dan rasa takjub
Sifat pesona dan rasa takjub terhadap sesuatu, merupakan sifat khas anakanak. Mereka pada umumnya sangat terpengaruh dan tertarik melihat hal-hal baru yang menakjubkan di lingkungan sekitar anak. Melalui kekaguman terhadap alam sekitar, kreativitas dapat diciptakan.
b. Mengembangkan imajinasi
Dunia khayal dan imajinasi merupakan dunia yang identik dengan anak. Dengan berimajinasi sesuatu yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin bagi seorang anak sehingga mampu berpikir untuk menemukan penyelesaian masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
c. Rasa ingin tahu
Anak sangat antusias dengan benda-benda ataupun makhluk baru yang pertama kali dilihatnya. Ia akan memperhatikan, mengamati cara kerjanya,menatapnya dengan detail, merabanya, mencium, dan jika perlu dijilat untuk merasakan bagaimana rasanya. Dengan rasa ingin tahunya tersebut, anak kadang tidak perduli dengan apa yang terjadi pada diri anak. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya keinginan anak untuk belajar sesuatu dengan mengeksplorasi alam dan lingkungan sekitarnya. Rasa ingin tahu merupakan sifat dasar kreativitas sebelum anak menciptakan karya atau gagasan baru, yang kemudian dikembangkan untuk menjadi pribadi yang kreatif.
d. Banyak bertanya
Masa awal Taman Kanak-kanak sangat diwarnai dengan aktivitas banyak bertanya. Dengan bertanya anak akan mengetahui segala sesuatu yang terjadi di lingkungan sekitarnya sehingga mampu memperkaya ide atau gagasannya. Dengan mengetahui sifat-sifat natural perkembangan kreativitas anak di atas pendidik harus mengembangkan kreativitas anak secara optimal agar dapat mencapai tujuan pengembangan kreativitas yang diharapkan.
3. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak PAUD
Kreativitas anak sangat penting dikembangkan sejak usia dini khususnya sejak anak memasuki pendidikan prasekolah di PAUD. Kreativitas yang dikembangkan di TK lebih ditekankan pada kreativitas anak dalam berkarya. Yenny Rahmawati dan Euis Kurniati (2005: 11) mengemukakan bahwa kreativitas berkarya diartikan sebagai kemapuan menemukan, mencipta, membuat, merancang ulang, dan memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang divisualkan ke dalam suatu karya dengan didukung kemampuan terampil yang dimilikinya. Pengembangan kreativitas anak di PAUD dapat dilakukan melalui kegiatan pembelajaran. Untuk mensukseskan program pengembangan kreativitas di PAUD, Yeni Rahmawati dan Euis Kurniati (2005: 46-50) mengemukakan bahwa ada lima kriteria pembelajaran yang dapat membantu mengembangkan kreativitas anak, yaitu:

a. Kegiatan Belajar Bersifat Menyenangkan (Learning is Fun)
Faktor emosi merupakan faktor penting dan menentukan efektivitas proses pembelajaran. Belajar yang menyenangkan akan sangat berarti bagi anak dan bermanfat hingga ia dewasa. Pendidik perlu memberikan kesan positif pada anak dalam aktivitas belajarnya sehingga anak menyukai proses belajar yang dapat mengembangkan kreativitasnya. Hal itu ditandai dengan anak antusias mengikuti kegiatan belajar, tertawa-tawa, banyak bertanya, dan asyik menikmati kegiatan  yang diberikan oleh guru.
b. Pembelajaran dalam Bentuk Kegiatan Bermain
Bermain adalah dunia anak. Melalui bermain anak dapat mempelajari banyak hal, tanpa ia sadari dan tanpa merasa terbebani. Anak juga dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi, toleransi, kerjasama, mengalah, sportif serta mengembangkan berbagai aspek perkembangan dan kecerdasan pada anak. Dengan demikian pendidik perlu memilihkan permainan secara tepat sebagai sarana penyampaian materi pembelajaran.
c. Mengaktifkan Siswa
Anak memerlukan ruang yang luas untuk bereksplorasi dan menjelajahi dunianya, sehingga segala informasi dapat dengan mudah diserap oleh anak serta mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian perlunya pendekatan pembelajaran yang tepat, yaitu berupa belajar aktif, yang lebih menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran. Dengan kata lain anak terlibat aktif dalam perencanaan, proses pembelajaran, dan sampai pada penilaian. Grave (dalam Yenny Rahmawati & Euis Kurniati 2005: 49) menyatakan bahwa belajar aktif merupakan proses di mana anak-anak melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya, dengan cara mengobservasi, mendengarkan, mencari tahu, menggerakkan badan, melakukan aktivitas sensori, dan membuat atau mencipta sesuatu dengan benda-benda yang ada di sekitar mereka. Pendekatan belajar aktif sangat mendorong program pengembangan kreativitas bagi anak, di mana mereka diberikan keleluasaan untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai macam ilmu pengetahuan melalui pengalamannya, informasi, dan mampu menghasilkan suatu produk yang kreatif.
d. Memadukan Berbagai Aspek Pembelajaran dan Perkembangan
Berbagai aspek perkembangan yang dimiliki anak merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh, sehingga pembelajaran yang dikembangkan dapat memadukan semua komponen pembelajaran dan perkembangan anak.
e. Pembelajaran dalam Bentuk Kegiatan Konkret
Bagi anak proses mengerti dan memahami sesuatu tidak selalu harus melalui proses instruksional, akan tetapi anak mengamati dan berinteraksi secara langsung dengan objek pembelajaran, sehingga dapat menambah wawasan dan pengetahuan secara lebih bermakna. Bagi anak usia PAUD yang masih berada pada tahap perkembangan kognitif praoperasional dan pra operasional konkret, sehingga kegiatan pembelajaran harus diserti dengan objek nyata.
Setelah mengetahui cara mengembangakan kreativitas di atas, pendidik mampu mengembangkan kreativitas anak secara optimal sehingga mampumencapai tujuan pengembangan kreativitas yang diharapkan.
4. Tujuan Pengembangan Kreativitas Sejak Usia Dini
Utami Munandar (2009: 31) mengemukakan bahwa ada empat alas an utama perlunya pengembangan kreativitas sejak usia dini, yaitu:
a. Kreativitas untuk merealisasikan perwujudan diri
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah perwujudan diri. Untuk mewujudkan dirinya manusia perlu berkreasi, karena dengan berkreasi orang dapat mewujudkan dirinya sehingg karyanya diakui oleh orang lain.


b. Kreativitas untuk memecahkan suatu masalah
Kreativitas atau berpikir kreatif merupakan kemampuan untuk melihat barbagai penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Oleh karena itu perlu dikembangkan sejak dini melalui kegiatan yang menstimulasi kreativitas anakpada lembaga pendidikan non formal khususnya PAUD. Pemberian stimulus melalui kegiatan-kegiatan kreatif akan melatih anak untuk kreatif dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi anak di masa dewasa.
c. Kreativitas untuk memuaskan diri
Keberhasilan anak dalam melakukan percobaan, penelusuran, dan berbagai upaya lainnya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi anak.
d. Kreativitas untuk meningkatkan kualitas hidup
Manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan kreativitas. Orang kreatif akan mempunyai banyak ide atau pendapat yang dapat dikembangkan, memiliki penemuan-penemuan baru, serta menguasai teknologi baru sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya dibandingkan orang yang tidak memiliki kreativitas. Tujuan pengembangan kreativitas anak sejak dini berdasarkan alasan pentingnya pengembangan kreativitas di atas, adalah sebagai berikut;
1.    Mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil harya dengan teknik teknik yang dikuasainya.
2.    Mengenalkan cara dalam menemukan alternatif pemecahan masalah.
3.    Membantu anak mendapatkan kepuasan diri terhadap apa yang dilakukan melalui hasta karyanya.
4.    Membuat anak kreatif dalam kelancaran mengembangkan gagasan, keluwesan untuk menghasilkan berbagai macam ide, dan orisinilitas dalam membuat produk hasta karya.
Dari paparan di atas, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa pengembangan kreativitas anak itu sangat penting, karena dengan kreativitas anak mampu mewujudkan diri, memecahkan masalah, memuaskan diri, dan meningkatkan kualitas hidupnya yang akan berguna bagi kehidupan anak selanjutnya. Dengan demikian kreativitas yang ada di dalam diri anak perlu dikembangkan melalui kegiatan yang menyenangkan, yaitu bermain. Salah satu metode yang diambil peneliti adalah bermain mencipta dari bentuk geometri.

C. Kajian Bermain Mencipta Bentuk Geometri

1.    Hakikat Bermain Mencipta
Dunia anak merupakan dunia bermain. Bermain sangat bermanfaat bagi pertumbuhan anak serta dapat membantu mengembangkan berbagai aspek perkembangan anak seperti, perkembangan fisik, perkembangan motorik halus dan kasar, perkembangan aspek bahasa, perkembangan aspek sosial, perkembangan aspek emosi dan kepribadian, perkembangan aspek kognisi, dan perkembangan ketajaman indera. Selain itu bermain juga dapat mengoptimalkan perkembangan kreativitas anak.
Bermain bagi anak merupakan bagian penting dalam membantu mendorong tumbuh kembang anak. Substansi bermain bagi anak usia dini adalah menyenangkan, bergembira, rileks, ceria, suka cita, mendidik, dan dapat menumbuhkan aktivitas serta kreativitas. Aktivitas itu harus melibatkan unsur sensori terutama pendengaran dan penglihatan, pikiran, dan aktivitas motoric anak. Bermain erat kaitannya dengan tumbuhnya kemampuan untuk menciptakan gagasan baru, bersuka cita terhadap hal-hal baru dan menciptakan suatu kondisi yang baru. Karena itu Craft (dalam Suratno, 2005: 76) menyatakan bahwa bermain merupakan sarana bagi tumbuhnya pikiran anak yang berdaya yang merupakan faktor bagi tumbuhnya gagasan baru yang akhirnya tumbuh menjadi suatu kreativitas. Salah satu kegiatan yang dapat meningkatkan kreativitas anak anak adalah kegiatan bermain mencipta.
Bermain mencipta merupakan kegiatan mengekspresikan diri menggunakan bentuk-bentuk geometri dengan berbagai variasi warna dan ukuran sesuai dengan imajinasi dan caranya sendiri baik dengan cara menyusun, memadukan bentuk-bentuk , menggunting, menempel, menggulung, melipat, dan berbagai cara yang diinginkan menjadi suatu hasil karya yang berbeda sehingga dapat merangsang kreativitas anak. Setiap anak bebas mengekspresikan kreativitasnya dengan cara mereka sendiri sehingga mampu mencipta produk hasil karya yang asli dan berbeda dengan anak yang lain.
Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa bermain mencipta merupakan
kegiatan menghasilkan suatu hasil karya yang dilakukan dengan cara-cara yang diinginkan oleh anak sehingga menghasilkan sesuatu yang baru dan asli bagi anak. Dalam bermain mencipta perlu menggunakan media yang menarik, misalnya mencipta dari bentuk-bentuk geometri dengan variasi bahan, ukuran, dan warna.

2. Geometri
a. Pengertian Geometri
Geometri (dari bahasa Yunani, yaitu geo= bumi, dan metrica= pengukuran) secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi, yaitu cabang dari matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang. Tombokan Rontukahu (1996: 29) mengemukakan bahwa geometri merupakan studi tentang ruang dan berbagai bantuk dalam ruang. Pengetahuan tentang geometri sangat berguna dalam kehidupan anak. Anak-anak biasanya senang belajar geometri. Anak mengembangkan konsep-konsep geometri dengan mengamati bantuk-bentuk geometri yang terdapat di sekitar mereka. Sebelum masuk sekolah anak-anak telah mempunyai banyak pengalaman geometri. Anak bermain dengan bangun-bangun geometri datar dan ruang dari pengalamannya melalui observasi. Pembelajaran geometri sudah mulai diterapkan di PAUD.
Hal ini dikarenakan geometri sangat membantu anak untuk memahami, menggambarkan, atau mendeskripsikan benda-benda di sekitar anak. Dalam kegiatan tersebut menggunakan benda-benda konkret disekitar anak untuk memahami konsep geometri yang sedang dipelajarinya (Sudaryanti, 2006: 51). Pengalaman-pengalaman yang didapat dalam mempelajari geometri dapat mengembangkan kemampuan pemecahan masalah dan pemberian alasan yang dapat mendukung pemahaman banyak topik lainnya dalam matematika. Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa geometri merupakan studi mengenai bangun ruang dan bangun datar yang digunakan anak untuk mendiskripsikan segala sesuatu yang ada di sekitar anak.



b. Macam-macam bentuk Geometri
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang mempelajari tentang konsep bangun datar dan bangun ruang. Agus Sugarjana (2008: 51-62) mengemukakan bahwa bentuk geometri terdiri dari:
1. Bangun datar
Bangun datar merupkan bangun yang terdiri dari titik, garis, ruas garis, sinar garis, dan sudut. Macam-macam bangun datar antara lain: segitiga, segi empat yang terdiri dari persegi, persegi panjang, jajar genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium, dan lingkaran
2. Bangun ruang
Bangun ruang merupakan bangun yang memiliki bentuk sebenarnya dan memiliki ciri-ciri panjang, lebar, tinggi sama, memiliki rusuk-rusuk, alas yang berbentuk bidang datar, perhitungan luas dan keliling yang sama dengan bentuk bidang datar. Macam-macam bangun ruang antara lain: kubus, balok, prisma, limas, kerucut, tabung, dan bola. Pengenalan macam-macam bentuk geometri pada anak PAUD  hanya pada tahap pengenalan bentuk goemetri dasar di antaranya adalah lingkaran, segitiga, persegi, persegi panjang, balok, kubus, tabung, dan kerucut. Pengenalan bentuk geometri bisa diajarkan melalui kegiatan yang bervariasi, dengan berbagai media dan berbagai cara yang menarik, melalui kegiatan mengelompokkan, membuat  gambar, dan mencipta bentuk dari bentuk dasar geometri. Mengenalkan bentuk geometri kepada anak dilakukan melalui kegiatan bermain agar anak merasa senang dan mampu bereksplorasi dengan benda-benda tersebut baik dengan cara mengelompokkan, mencipta, dan sebagainya sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan anak.

c. Manfaat Bermain Mencipta dari Bentuk Geometri
Bermain mencipta dari bentuk geometri merupakan kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Anak mampu mengeksplorasi seluruh kemampuan dan kreativitasnya dengan baik, karena anak bebas mencipta suatu karya sesuai dengan ide anak. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menyusun, memadukan bentuk-bentuk, menggunting, menempel, menggulung, dan sebagainya sehingga menjadi suatu hasil ciptaan yang baru bagi anak. Misalnya anak dapat mencipta bentuk bunga, memadukan bentuk geometri menjadi bentuk ikan, bentuk mobil, menggulung menjadi bentuk menara, atau mencipta bentuk bangunan seperti rumah, masjid dan sebagainya. Kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri di atas, banyak manfaat yang diperoleh anak. Manfaat bermain mencipta dari bentuk geometri antara lain anak mampu memecahkan masalah menurut caranya sendiri (manfaat baik terhadap perkembangan kognitif); dapat menjadi alat untuk menyeimbangkan emosi anak sehingga perkembangan kepribadian anak menjadi harmonis (manfaat baik terhadap kesehatan jiwa); dan anak akan memperoleh kecakapan untuk merasakan, membedakan, menghargai keindahan yang akan mengantar dan  mempengaruhi kehalusan budi pekertinya (manfaat baik terhadap perkembangan estetika).
Bermain mencipta dari bentuk geometri juga dapat mengoptimalkan perkembangan kreativitas anak. Misalnya saja anak mampu mengemukakan ide dalam kegiatan bermain mencipta bentuk sehingga menghasilkan hasil karya yang bervariasi (kelancaran), anak mampu menghasilkan ide dalam memecahkan masalah geometri melalui kegiatan mengelompokkan, menyusun atau memadukan dan mencipta bentuk-bentuk geometri (keluwesan), anak mampu menciptakan produk-produk hasil karya yang baru dan unik sesuai dengan ide asli anak (keaslian), serta anak mampu mewujudkan ide menjadi karya nyata (elaborasi). Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa bermain mencipta dari bentuk geometri sangat bermanfaat bagi anak pada berbagai aspek perkembangan dan pengembangan kreativitas anak.



D. Kerangka Pikir
Kreativitas merupakan hal yang penting dalam masa pertumbuhan anak  usia dini. Dengan kreativitas anak akan memperoleh kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan berekspresi menurut caranya sendiri yang dituangkan dalam bentuk hasil karya anak. Bermain mencipta bentuk geometri merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan bagi anak, terlebih jika media yang digunakan bervariasi. Bermain mencipta bentuk geometri mempunyai beberapa manfaat bagi anak, yaitu mampu mengemukakan dan menghasilkan berbagai macam ide untuk memecahkan suatu masalah luar kategori yang biasa, mampu memberikan respon yang unik atau luar biasa, mampu menyatakan pengarahan ide secara terperinci utuk mewujudkan ide menjadi kenyataan, memiliki kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi. Selain itu bermain mencipta dari bentuk geometri dapat menstimulasi perkembangan kreativitas dan imajinasi anak. Bermain kotak warna-warni berbagai bentuk, anak akan belajar mengenai bentukbentuk yang saling cocok dan tidak cocok, mengenai struktur yang mantap dan tidak mantap mengenai keseimbangan.
Dengan demikian kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri harusdibuat semaksimal mungkin dengan menggunakan media yang bervariasi agar anak didik lebih tertarik dan diharapkan kreativitas anak dapat berkembang dengan baik dan terjadi peningkatan dalam kreativitasnya. Maka dapat diperoleh kerangka pikir sebagai berikut: jika kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri dibuat menarik, bervariasi, dan dilakukan melaui kegiatan bermain, maka kreativitas anak akan meningkat.

G.   Metode Penelitian 
1.    Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR). Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas (Kasihani Kasbolah, 1998: 12) Sejalan dengan pendapat Kasbolah, Suharsini Arikunto (2006: 2-3) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami pengertiannya. Pertama, penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek, menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu yang menarik minat dan penting bagi peneliti. Kedua, tindakan yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus kegiatan. Ketiga, kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam kelompok yang sama menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Berdasarkan beberapa definisi Penelitian Tindakan Kelas di atas, maka dapat dirumuskan bahwa penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif yang merupakan kolaborasi antara peneliti dan guru Kelompok B. Guru dibantu oleh kolaborator dalam mengobservasi kreativitas anak.
2.    Subyek Penelitian
Suharsimi Arikunto (2010: 99) mengemukakan bahwa subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang. Subjek yang diteliti adalah anak Kelompok B BKB-PAUD CENDANA dengan jumlah siswa 20 anak, dengan rincian 8 anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Dari 20 siswa di kelas, hanya 5 anak yang mempunyai kreativitas yang tinggi yaitu mencapai keempat aspek kreativitas, sedangkan anak yang lain kreativitasnya belum berkembang secara optimal. Hal ini dapat dilihat dari cara penyelelesaian tugas dan hasil karya yang dibuat anak kurang bervariasi. Objek penelitian merupakan suatu hal yang aktif dan dapat dikenai aktivitas. Objek penelitian ini merupakan varibel dalam penelitian. Objek penelitian ini adalah kreativitas anak Kelompok B BKB-PAUD CENDANA Cempaka Putih.
3.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data Menurut Sugiono (2010: 15) yaitu langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana Sujana & Ibrahim, 2004: 220). Observasi atau pengamatan dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan, yaitu sebelum ada tindakan, pada saat proses pembelajaran, dan pada akhir pembelajaran. Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan wawancara untuk mengukur aspek- aspek kreativitas yang dicapai anak. Misalnya tentang apa saja hasil karya dari kegiatan mencipta yang dibuat anak, apakah hasil karya tersebut merupakan hasil karya anak sendiri, bagaimana cara membuat dan sebagainya.

4.    Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Wina Sanjaya (2011: 84) adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang merupakan catatan tentang perkembangan anak yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang didukung dengan alat bantu dokumentasi yang berupa foto kegiatan pada saat kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri berlangsung dan pedoman wawancara yang berisi daftar pertanyaan. Format penilaian digunakan peneliti untuk mengetahui perkembangan kreativitas anak setelah bermain kreativitas anak pada waktu kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri yang sejenis, mencipta dari bentuk geometri yang bervariasi, serta mencipta dengan memadukan bentuk geometri sejenis dan bentuk geometri yang bervariasi. Jika anak mampu mencapai empat indikator yang ditentukan, bias diartikan bahwa kreativitas anak mengalami peningkatan, maka tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kreativitas anak dinyatakan berhasil. Akan tetapi, jika anak belum mampu mencapai indikator yang diharapkan, dan kreativitas belum terjadi peningkatan yang signifikan, maka peneliti akan melanjutkan tindakan pada siklus berikutnya.
5 . Analisis Data
Menurut Igak Wardhani (2007: 59) mengemukakan bahwa teknik analisis data adalah merangkum data dengan cara yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sehingga mampu memberikan makna. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari setiap pelaksanaan siklus dianalisis menggunakan teknik persentase. Rumus yang digunakan untuk mencari persentase dalam penelitian ini diambil dari Anas Sudjono (1986: 43) adalah sebagai berikut:
P    =      F       X  100 %
               N
Keterangan:
P : Angka persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N: Jumlah frekuensi/ banyaknya individu
Setiap indikator akan dihitung berapa jumlah masing-masing skor yang diperoleh anak dalam I kelas di Kelompok B BKB-PAUD Cendana  tersebut. Untuk penarikan kesimpulan, hasil observasi dianalisis dengan  mempersentase hasil observasi yang diperoleh. Menurut Suharsimi Arikunto (1992: 208) kemudian data tersebut diinterpretasikan ke dalam 4 tingkatan yaitu:
1. Kriteria baik, yaitu antara 76%-100%
2. Kriteria cukup, yaitu antara 56%-75%
3. Kriteria kurang baik, yaitu antara 41%-55%
4. Kriteria tidak baik, yaitu antara 0%-40%
Dengan mengacu kriteria di atas dalam mengukur kreativitas anak peneliti menggunakan kriteria yang diantaranya kriteria tinggi (jika anak mencapai 4 indikator), kriteria cukup tinggi (jika anak mencapai 3 indikator), kriteria kurang (jika anak mencapai 2 indikator), dan kriteria rendah (jika anak hanya mencapai 1 indikator). Dengan demikian peneliti mendapatkan hasil yang sesuai.







H.   Daftar Pustaka

Agus Sugarjana. (2008). Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Anas Sudjono. (1986). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Igak Wardhani, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kasihani Kasbolah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Martini Jamaris. (2006). Perkembangan dan Pengertian Anak Usia Taman Kanak- Kanak. Jakarta: PT. Ersidi.
Nana Sudjana & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.












PROPOSAL SKRIPSI
Description: Logo STKIPKN Warna
Nama                   : YENIKE AGUSTRIANA
NPM                    : 20158416203
Dose n                 : ISWADI M.PD
Mata Kuliah       : METODOLOGI PENELITIAN    

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA
JAKARATA