UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah
”Metodologi Penelitian”
Dosen Pengampu:
Iswadi,
M. Pd
PENGARUH
HYPNOPARENTING TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA 4-5 TAHUN DI PAUD MAWAR
I
Oleh:
DINA NURHASANAH
20158410206
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
A.
LATAR BELAKANG
Pendidikan dinyatakan sebagai usaha sadar
orang dewasa untuk membimbing, mengarahkan atau mengkondisikan dan membentuk
karakter orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaannya. Ada tiga unsur
penanggung jawab suksesnya pendidikan diselenggarakan dengan baik dan benar,
dan keluarga merupakan unsur penanggung jawab pertama dan utama dalam
menciptakan proses pendidikan berjalan sempurna.
Pendidikan sebagai salah satu wujud sistem
interaksi sosial yang di dalam penerapannya tidak akan pernah bisa lepas dari
pertanggung jawaban, baik dihadapan manusia maupun di sisi Allah SWT, oleh
karena itu penyelenggaraan pendidikan akan berlangsung dengan baik manakala
adanya kesadaran bahwa pendidikan merupakan amanah ummat atas para penanggung
jawabnya.
Mengapa KELUARGA
merupakan penanggung jawab pertama dalam menyelenggarakan proses pendidikan
terhadap setiap manusia?. Mari kita urutkan dari awal permulaan penciptaan
manusia terlahir ke dunia.
Awal proses kita diciptakan sampai
terlahir di dunia adalah merupakan kerjasama dua manusia yaitu laki-laki dan
perempuan yang mana atas kehendak-Nya diberikan anugrah untuk saling mencintai dengan
mengikat janji melalui pernikahan. Di dalam Agama Islam diajarkan sebelum
pasangan suami isti yang akan berhubungan untuk membaca doa terlebih dahulu,
dengan harapan anak yang akan diciptakan terhindar dari godaan syetan dan kelak
lahir ke dunia menjadi manusia yang berahklak mulia.
Selain Keluarga ada dua pihak yang juga
bertanggung jawab dalam penyelenggaraan proses pendidikan, yaitu MASYARAKAT dan
PEMERINTAH. Masyarakat terkelompok ke dalam berbagai struktur masyarakat,
diantaranya :
a. Struktur
Masyarakat Tempat Tinggal Anak (Lingkungan RT, RW dan Kelurahan).
b. Struktur
masyarakat yang Seusia Anak dan Sepermainan (Teman Sebaya, Teman Akrab,
Kelompok Belajar, Klub Olahraga dan sejenisnya).
c. Struktur
Masyarakat Penopang Pendidikan Sekolah Anak (Kursus-kursus, Privat, Bimbingan
Belajar dan sejenisnya).
d. Struktur
masyarakat Khusus (pengajian, Studi-studi Islam, Organisasi-Organisasi Islam
dan sejenisnya).
Sedangkan Pemerintah dalam hal ini
Departemen Pendidikan Nasional merupakan penanggung jawab suksesnya pendidikan
di dalam lingkup makro. Pemerintah Indonesia telah memahami betul tanggung
jawabnya dengan mengeluarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional Bab 1 Pasal 1 Butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu upaya pembinaan yang
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan
melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan
perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut”.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan
untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, akan tetapi masih banyak penyelenggaraan pendidikan yang hanya
menekankan pada intelektual saja, padahal salah satu komponen penting untuk
bisa hidup di tengah masyarakat adalah kemampuan untuk mengarahkan emosi secara
baik yaitu memiliki Kecerdasan Emosional (EQ).
Oleh karena itu dirasakan sangat penting
peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang Pengaruh Hypnoparenting terhadap
Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5 tahun di PAUD MAWAR I Kelurahan Sungai Bambu
Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.
B.
FOKUS PENELITIAN
Penelitian
difokuskan pada anak usia dini BKB PAUD MAWAR I Kelompok A, dimana kecerdasan
emosional anak masih kurang sehingga perlu dilakukan metode hypnoparenting oleh
orang tua dan guru.
C.
RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan
latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas
maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut
: Bagaimana Proses Penerapan Motode Hypnoparenting di PAUD Mawar I dan
pengaruhnya kecerdasan emosional anak setelah di terapkan hypnoparenting.
D.
KEGUNAAN PENELITIAN
Masalah
yang diteliti memiliki beberapa manfaat antara lain :
1.
Manfaat Teoritis, sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pendidikan terutama pendidikan
bagi anak usia dini dalam hal kecerdasan emosional.
2.
Manfaat Praktis,
a.
Bagi Peneliti, penelitian ini akan memberikan manfaat yaitu pengalaman praktis
dalam bidang penelitian ilmiah dan dapat membuktikan bahwa penerapan metode
hypnoparenting dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini.
b.
Bagi Guru, dapat dijadikan acuan dalam memilih metode, media yang tepat dan
bervariasi untuk meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini yang dilaksanakan di Paud.
c.
Bagi Anak Didik, dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini
d.
Bagi orang tua, dapat dijadikan masukan dan informasi untuk meningkatkan
kecerdasan emosional pada anaknya.
DESKRIPSI KONSEPTUAL
Jika
hanya menjejali anak dengan pendidikan tanpa membimbingnya agar berperilaku
baik sebagaimana nilai-nilai pendidikan yang dipelajarinya, maka anak akan
tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, tetapi tindakan dan
perilakuserta mental mereka tak ubahnya orang yang bodoh. Karena itu, jangan heran jika kemudian ada
seseorang yang pandai, tetapi kepandaiannya justru membuatnya berperilaku
negatif (Nurla Isna Aunillah,Membentuk Karakter Anak Sejak Janin,Yogyakarta,Flash
Books,2015 hal.13).
E. HASIL
PENELITIAN YANG RELEVAN
Sebelum
peneliti menemukan bebarapa penilitian dengan judul yang hampir sama,peneliti
telah menelusuri beberapa skripsi terdahulu yang membahas tentang kecerdasan
emosional anak usia dini.
F. TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
penelitian untuk membuktikan peningkatan kecerdasan emosional anak usia dini
kelompok A di BKB Paud Mawar I melalui metode hypnoparenting.
G. METODE PENELITIAN
Peneliti
menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan mendapatkan data berupa kata –
kata tertulis dari orang – orang dan prilaku yang dapat diamati di BKB Paud
Mawar I.
H. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian
dilakasanakan di BKB Paud Mawar I Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung
Priok selama 1 bulan.
I. LATAR PENELITIAN
Perkembangan
emosi anak sangat menetukan tahapan perkembangan emosi selanjutnya. Seorang
anak pertama kali mendapatkan pengalaman emosi adalah bersama keluarganya
terutama orang tua dan guru. Pengalaman emosi bersama keluarga ini akan menjadi
acuan anak dalam beremosional ketika anak masuk PAUD dimana anak mulai
berinteraksi dengan lingkungan teman-teman baru. Dalam proses emosi, pengaruh
lingkungan sangat penting bagi seluruh perkembangan kepribadian anak, dimana
anak mempelajari sesuatu dari lingkungan emosi tempat anak bermain dengan
teman. Oleh karena itu di dalam emosi anak mudah dipengaruhi lingkungan sekolah
dan rumah seperti : orang tua, teman, TV dan guru. Perubahan ini akan terjadi
jika anak memperoleh rangsangan dan motivasi yang cukup untuk pengembangan
emosi.
J. DATA DAN SUMBER DATA
Data
yang dikumpulkan berdasarkan wawancara kepada guru dan orang tua anak usia 4 –
5 tahun di Paud Mawar I.
K. TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk
memperoleh data yang akurat banyak tehnik yang digunakan dalam penelitian ini
diantaranya adalah melakukan observasi, wawancara, studi dokumentasi dan penyebaran
angket yang diambil dari BKB Paud Mawar I.
L. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
Pemeriksaan
keabsahan data adalah uji kepercayaan terhadap hasil penelitian data (Sugiono
2012). Selama penelitian dilaksanakan peneliti akan mengambil data yang akurat dengan
melakukan observasi,checklist, dokumentasi dari anak murid BKB Paud Mawar I usia
4 – 5 tahun sebanyak 19 orang, anak laki – laki 14 orang dan anak perempuan 5
orang. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan jawaban dari para guru dan orang
tua atau wali murid yang berhubungan dengan kecerdasan emosional anak.
M. TEHNIK ANALISIS DATA
Metode
yang digunakan menganalisa atau mengamati kegiatan belajar mengajar murid bkb
paud mawar I adalah metode etnografi.
Selama
penelitian ini dilakukan peneliti bertindak sebagai instrument utama sehingga
memiliki peran yang sangat penting.
N. OBSERVASI
Dalam
melakukan Observasi penting sekali bagi peneliti membuat catatan singkat pada
saat observasi, proses pengamatan dilakukan secara intensif yaitu dilakukan
secara terus menerus sampai memperoleh hasil yang dianggap berhasil.
O. WAWANCARA
Metode
Interview atau wawancara yang digunakan adalah face to face atau bertemu
langsung antara peneliti dan informan untuk bertukar informasi dan ide melalui
Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topic tertentu.
P. DOKUMENTASI
Q. ANGKET
Dilakukan
untuk mengecek atas kebenaran dan pelaksanaan hasil dari penelitian.
3.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka
penelitian ini dibatasi pada studi deskriptif mengenai Pengaruh Hypnoparenting Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia 4 – 5
Tahun di PAUD MAWAR I.
E.
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi
masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas maka diajukan rumusan masalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana
Proses Penerapan Motode Hypnoparenting di PAUD Mawar I?
2. Bagaimana
Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5 tahun di PAUD Mawar I setelah di terapkan
Hypnoparenting ?
3. Adakah
Pengaruh Metode Hypnoparenting Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5
Tahun di PAUD Mawar I?
F.
TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan
di atas, penelitian ini bertujuan untuk
:
1. Mengetahui
penerapan metode Hypnoparenting yang efektif yang dapat dilakukan oleh Orang
Tua dan Guru di PAUD Mawar I.
2. Mengetahui
pentingnya Kecerdasan Emosional bagi Anak Usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I.
3. Mengetahui
pengaruh penerapan Hypnoparenting terhadap Kecerdasan Emosional Anak di PAUD
MAWAR I.
4. Dan
untuk memenuhi syarat kelulusan Program SI PAUD di STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA.
G. METODOLOGI
PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan dengan
studi deskriptif berdasarkan kualitatif
yang menunjukan adanya kegiatan pengamatan anak dalam situasi belajar. Metode ini merupakan adanya kegiatan
pengamatan anak dalam situasi belajar.
Metode ini merupakan produk penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
1. Tempat
dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD MAWAR
I yang beralamat di Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok Jakarta
Utara. Adapun waktu pelaksanaan dilakukan mulai bulan September 2016 sampai
dengan bulan November 2016.
2. Latar
Penelitian.
Unit analisis sudah ditetapkan dalam
rancangan peneliti yaitu anak usia 4-5 tahun, orang tua anak dan guru di PAUD
MAWAR I.
3. Data
dan Sumber Data.
Pada bagian ini diuraikan langkah-langkah
yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian sebagai berikut :
a) Tahap
persiapan, yaitu mempersiapkan segala sesuati yang berhubungan dengan alat
pengumpulan data sebagai observasi dan wawancara.
b) Tahap
pelaksanaan, yaitu menemui Kepala Sekolah PAUD MAWAR I untuk memberitahukan
sekaligus membicarakan mekanisme yang akan ditempuh dalam wawancara kepada guru
dan orang tua anak usia 4-5 tahun di PAUD MAWAR I.
c) Tahap
pengumpulan data, data hasil observasi berupa catatan dan hasil wawancara yang
telah dilakukan kepada guru dan orang tua anak usia 4-5 tahun di PAUD MAWAR I,
dikumpulkan untuk analisis data.
4. Tehnik
Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat banyak
teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi
dokumentasi dan angket.
a. Observasi
Observasi merupakan teknik penelitian yang
secara langsung melibatkan peneliti dalam situasi penelitian secara pribadi
untuk berada pada situasi penelitian (pembelajaran sehari-hari).
Dalam melakukan observasi penting sekali
bagi peneliti membuat catatan singkat pada saat observasi, proses pengamatan
dilakukan secara intensif yaitu dilakukan secara terus menerus sampai
memperoleh hasil yang dianggap berhasil.
b. Wawancara
Metode
interview/wawancara yang digunakan adalah face to face atau bertemu langsung
antara peneliti dan informan untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya
jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.
c. Studi
Dokumentasi
Dokumentasi hanya sebagai pelengkap dari
teknik pengumpulan data untuk mendapatkan sumber data yang berkaitan dengan
keadaan geografis dan kondisi penduduk di lokasi tempat penelitian.
d. Angket
Untuk mengecek atas kebenaran data
pelaksanaan dan hasil penelitian.
5. Teknis
Analisis Data
Analisa data merupakan suatu kegiatan
setelah data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul. Untuk analisa data yang telah diperoleh dari
berbagai sumber, maka data tersebut diolah dengan langkah-langkah :
a. Data
diseleksi dan dikelompokan sesuai dengan
kebutuhan untuk menjawab masalah penelitian.
b. Data
diolah sesuai dengan masalah penelitian.
c. Analisa
data dengan menggunakan kata-kata yang sederhana sebagai jawaban terhadap
masalah.
d. Menganalisa
data yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian.
H.
SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Untuk memberikan gambaran secara umum
terhadap skripsi ini dan mempermudah dalam penelitian beserta mengetahui
pembahasan skirpsi secara mendetail, sistematika pembahasan dalam skripsi ini
terdiri dari 5 (lima) bab. Adapun
rinciannya sebagai berikut :
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
B.
Identifikasi Masalah
C.
Perumusan Masalah
D.
Pembatasan Masalah
E.
Tujuan Penelitian
F.
Metodologi Penelitian
G.
Sistematika Penulisan Skripsi
BAB
II LANDASAN TEORI
A.
Teori-teori Dasar
B.
Teori-teori Penunjang Yang Berhubungan
Dengan masalah
BAB
III HASIL PENELITIAN
A.
Deskripsi Data Objek Penelitian
B.
Fakta/data Temuan Penelitian Di
Lapangan/Buku
1)
Kelompok Data untuk menjawab Pertanyaan
Penelitian no :1
2)
Kelompok data untuk menjawab Pertanyaan
Penelitian no : 2
BAB
IV ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.
Analisis Data Kelompok 1
B.
Analisis Data Kelompok 2
BAB
V PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran-saran
BAB
II
LANDASAN TEORI
A. HAKIKAT
HYPNOPARENTING
Semua orangtua pasti ingin mendidik dan
memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Akan tetapi, apa yang dipandang baik
terkadang belum tentu cocok bagi perkembangan anak. Baik secara sadar maupun
tidak, sering kali orangtua melakukan kesalahan-kesalahan dalam menjalankan
psikoedukasi pada anak yang justru menyebabkan usaha yang dilakukan menjadi
kontraproduktif dan tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Mendiang Presiden Kennedy pernah
mengatakan, “Apa yang kita alami sekarang
adalah hasil dari pemikiran kita terdahulu dan apa yang kita capai sekarang
adalah hasil dari rencana hidup kita terdahulu.”[1] Yang dapat ditanggapi dari pernyataan
diatas tanpa kita sadari, cara kita mendidik anak saat ini adalah hasil dari
bagaimana dulu kita di didik oleh orangtua kita. Cara pandang tentang anak kita hari ini
adalah apa yang dulu pernah dipikirkan orangtua kita tentang kita. Jadi, jika
kita ingin masa depan anak sukses, mulailah meletakan cara berpikir dan
mendidik yang tepat. Keluarga adalah tempat pertama pembangunan keberhasilan
dalam kehidupan. Seseorang yang berhasil dalam karir dan kehidupan sosialnya
tentu tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga yang telah membentuk
karakternya. Dan sebagai orangtua, kita tidak hanya diwajibkan memberikan
pendidikan kepada anak. Sebab, yang tak kalah penting adalah bagaimana kita
mampu mencetak karakter si anak agar benar-benar sejalan dengan nilai-nilai
pendidikan yang diajarkan.
Jika hanya menjejali anak dengan
pendidikan tanpa membimbingnya agar berperilaku baik sebagaimana nilai-nilai pendidikan
yang dipelajarinya, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara
intelektual, tetapi tindakan dan perilakuserta mental mereka tak ubahnya orang
yang bodoh. Karena itu, jangan heran
jika kemudian ada seseorang yang pandai, tetapi kepandaiannya justru membuatnya
berperilaku negatif.[2]
Uraian diatas merupakan gambaran
pentingnya pengaruh pendidikan yang diberikan orangtua anak di rumah (Ibu dan
Ayah) serta orangtua anak di sekolah (Guru) terhadap keberhasilan kehidupan dan
kesuksesan anak didiknya. Maka peneliti
merasa sangat perlu melibatkan peran orangtua dan guru dalam menerapkan metode
Hypnoparenting di dalam memberikan pendidikan kepada anak.
1.
Pengertian Hypnoparenting
Hypnosis merupakan metode yang sangat luas
penggunaan dan aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya
diterapkan sebagai terapi penyembuhan penyakit fisik dan mental, metode ini
juga digunakan dalam bidang hukum, kriminalitas, hiburan, bahkan dalam bidang
manajemen dan pemasaran sekalipun. Ini
sangatlah tidak mengherankan karena Hypnosis sesungguhnya telah berkembang
sejak 2.600 tahun sebelum masehi. Akan
tetapi, Hypnosis atau dalam praktiknya lebih dikenal dengan istilah Hypnoterapi
tetap saja masih terdengar awam di tengah masyarakat.
Hypnosis adalah
kondisi seseorang di bawah pengaruh sugesti. Gelombang otaknya berada pada
gelombang alpha atau theta, sehingga kondisinya relaks dan
mudah ditanamkan sugesti oleh situasi yang berlangsung saat itu, misalnya film,
pidato, nasehat, atau sugesti dari terapis.[3]
Hypnoparenting
adalah perpaduan dua pengetahuan manusia yang akan menghasilkan sebuah
mekanisme kerja pada pembentukan karakter dan kepribadian yang luar biasa pada
setiap manusia. Hypnoparenting menggunakan prinsip kerja Hypnosis (komunikasi
dengan otak) dengan pengetahuan tentang bagaimana mendidik dan menjadi orangtua
yang mampu memahami perkembangan anak untuk menuju kehidupan yang baik, sukses
dan bahagia.[4]
Salah satu manfaat Hypnosis adalah seseorang dapat berkomunikasi dan menasehati
seseorang dengan menggunakan sugesti ke alam bawah sadar manusia. Caranya adalah mengiring orang tersebut agar
mampu masuk ke gelombang alpha
sehingga dia merasa tenang dan nyaman, lalu mengantuk. Kemudian, dia menuju ke
gelombang theta dan pada akhirnya
disugesti positif. Saat itu, RAS (Rectingular Activating System) terbuka
dan mampu menyerap sugesti. Saat seseorang dalam kondisi tersadar, sebetulnya
ia ada dalam gelombang betha. Saat itu,
kelemahan utamanya adalah memiliki resistensi yang tinggi sehingga sulit untuk
menerima nasehat apalagi sugesti. Dalam proses
Hypnosis, sesungguhnya ada yang dinamakan alligator’s brain pada manusia yang
sedang dijinakkan.[5]
Dalam ilmu epistemology sosiologis
antropologis, dikatakan bahwa setiap manusia melakukan sesuatu karena adanya
dorongan yang dinamakan Primitive Instinc.
Hal inilah yang menjelaskan alasan manusia melakukan hal-hal negatif, buruk,
destruktif, bahkan kontraproduktif. Primitive berarti keadaan manusia
sebelum peradaban. Saat itu, yang berlaku
hanya hukum rimba, yang kuat yang akan menang dan bertahan. Akibatnya banyak
tindakan mencuri, membunuh dan tindakan kekerasan lainnya. Sedangkan Instinc
merupakan sifat mutlak yang hanya dimiliki hewan sehingga primitive instinc ini juga bias di istilahkan sebagai alligator’s brain.
Pada 1774, Franz Anton Mesmer juga
menyebut hypnosis sebagai animal
magnetism yang popular dengan istilah mesmerisme
yang menjadi dasar dari hypnoterapi modern.
Istilah ini kemudian diganti menjadi hypnosis dan diperkenalkan pertama
kali oleh James Braid pada 1842. Hypnosis atau animal magnetism diharapkan mampu “menjinakan” alligator’s brain tersebut.
Alligator’s brain yang terdapat pada anak,
seperti membantah, malas, berbohong, mencuri, menjahili, memukul,
hipersensitif, dan hiperaktif dapat dijinakan dengan metode hypnosis yang
dekenal dengan metode Hypnoparenting.
2.
Manfaat Hypnoparenting
Hypnoparenting sebenarnya telah sejak lama
dipraktekkan oleh masyarakat pad umumnya, tanpa kita sadari dan mengetahui
metodenya. Seperti contoh, anak dari suku Padang senang dengan makanan pedas,
sedangkan anak-anak dari dataran China suka sekali dengan warna merah. Ini terjadi karena di Padang, semua makanan
biasanya disajikan pedas setiap harinya. Begitu juga di China, warna merah
merupakan warna magis yang dipercaya member energy kehidupan. Oleh karena itu
orangtua di sana selalu dominan menggunakan warna merah dalam kesehariannya.
Pengulangan yang tidak langsung dan disengaja ini merupakan Hypnoparenting yang alami. Perilaku anak dalam kondisi sadar merupakan
warisan alam bawah sadar. Dengan demikian, tidak mengherankan jika pola makan,
pola bicara dan kesenangan anak merupakan warisan dari lingkungannya. Apa pun
yang orangtua atau lingkungan ajarkan akan tertanam dalam alam bawah sadar
anak.
Berikut perbandingan pola pengasuhan Hypnoparenting
dengan pola pengasuhan metode lain :
Tabel
1.
Perbandingan
Metode Hypnoparenting
Metode
|
Efektifitas
|
Manfaat
|
Hasil
|
NonHypnoparenting
|
- Segera
- Saat
kejadian
|
- Sesaat
- Sporadis
|
- Trauma
- Dendam
- Kebencian
|
Hypnoparenting
|
- Lamban
- Berulang
kali
- Bertahap
|
- Menetap
- Dahsyat
|
- Prestasi
- Cinta
Kasih
|
Secara umum, Hypnoparenting dapat
diterapkan untuk menangani berbagai masalah dan gangguan pada anak :
a. Preventif,
yaitu mencegah timbulnya psikosomatis
b. Maintenance,
yaitu menjaga ketahanan mental
c. Rekonstruksi,
yaitu pemulihan kejiwaan
1)
Mengurangi stress, mencegah depresi,
menghilangkan fobia, trauma dan
ketergantungan, mengatasi psikosomatis, dan meringankan OCD (Obsessive
Compulsive Disoder).
2)
Mengurangi rasa sakit, mengatasi asma,
alergi, obesitas, insomnia, hipertensi, bulimia dan mengembalikan memori akibat
amnesia minor.
3) Menyelesaikan
masalah kriminalitas, meningkatkan produktivitas, serta memperbaiki daya ingat
dan kepribadian.
3.
Pihak-pihak Yang Dapat Melakukan Metode
Hypnoparenting
Mengasuh dan mendidik anak pada hakikatnya
adalah mutlak menjadi tanggung jawab orangtua.
Ayah dan ibu berkewajiban memberikan bekal secara mental, fisik maupun
materi untuk masa depannya kelak. Akan
tetapi, dalam prakteknya orangtua sering kali membutuhkan bantuan orang lain
atau pihak ketiga dalam membesarkan putra-putrinya, termasuk ketika menggunakan
metode Hypnoparenting. Metode ini tidak hanya diterapkan orangtua
pada anak-anaknya sendiri, tetapi juga oleh para praktisi yang terlibat dalam
mendidik anak, seperti guru. Berikut pihak-pihak yang bisa melakukan Hypnoparenting pada anak-anak :
a. Orangtua : ayah, ibu, kakek atau nenek.
b. Pendidik : guru, dosen, kepala sekolah, Pembina
(pramuka), ustadz, pendeta, pemuka agama dan ketua komunitas.
c. Terapis
: konselor anak yang memberikan pengobatan fisik ataupun terapi psikologis
klinik, psikolog anak.
d. Pengasuh
atau orang terdekat, misalnya babysistter.
B.
HAKIKAT KECERDASAN EMOSIONAL
1.
Pengertian Emosi
Emosi adalah perasaan tertentu yang
mewarnai perbuatan seseorang secara mendadak. Selama awal kanak-kanak emosi anak saat ini
merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak keluar dari fokus. Dalam arti emosi mudah terbawa
ledakan-ledakan emosional sulit dibimbing dan diarahkan pada anak tersebut.[6]
Pada awal perkembangan, mereka menjalin
hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya. Kepribadian orang yang terdekat akan
mempengaruhi perkembangan baik emosi maupun sosial. Namun emosi dapat juga dikatakan dari suatu
bentuk komunikasi yang dipergunakan anak untuk disampaikan dalam perasaan,
kebutuhan dalam perkembangan emosi anak.
Emosi di sebabkan oleh adanya situasi dalam perkembangan usia anak dan
kematangan perkembangan anak.
Pada usia 4-5 tahun, anak bermain menjalin
komunikasi dalam perkembangan emosi anak diluar kelas, terutama dengan guru. Peranan
guru sebagai orangtua di sekolah harus memberikan dorongan atau pujian kepada
anak untuk melakukan kegiatan berkomunikasi sesama teman. Di dalam kelas proses emosi harus
diperhatikan, guru mampu membimbing perilaku anak dengan baik ketika anak
sedang bicara dengan temannya.
Pada anak usia dini, emosi mengalami
beberapa kondisi yang menunjang timbulnya emosi yaitu : (a) kondisi fisik, (b) kondisi psikologis,
(c) kondisi lingkungan.[7] Ketiga kondisi emosi ini akan sangat
mempengaruhi timbulnya kemampuan perkembangan emosi anak. Jika emosi anak dapat menjalani dengan baik
akan lebih mudah diperhatikan dalam perilaku emosi pada anak.
Dalam perkembangan emosi anak pada umumnya
selalu berhubungan dengan peranan orang disekitarnya. Bila emosi anak harus merasakan kasih saying,
kehangatan, kebutuhan fisik maupun emosi.
Anak akan merasakan kesepian, kurang bahagia dan perasaan sebagai
perkembangan emosi dapat menunjukan sikap perilaku agresif, marah, ngambek dan
lain-lain.
2.
Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)
Dr. Howard Gardner, professor bidang pendidikan
di Harvard University, Amerika serikat, dapat Gardner mengembangkan suatu kriteria
untuk mengukur apakah potensi yang dimiliki seseorang benar-benar suatu
kecerdasan. Gardner tidak memandang
kecerdasan manusia berdasarkan skor standar semata, melainkan dengan ukuran
kemampuan yang diuraikan: (a) kemampuan untuk menyelesaikan masalah, (b)
kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, (c)
kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya
seseorang.[8]
Menurut Steiner (1997), yang disebut
kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri
sendiri dan orang lain, serta mengetahui cara emosi tersebut terekspresikan
untuk meningkatkan kekuatan pribadi.
Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan
Solovey (Goleman, 1999; Davies, Stankov dan Roberts, 1998) mengatakan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan
sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu
pikiran dan tindakan.
Berbeda halnya dengan pendapat sebelumnya,
Patton (1998) mengemukakan tentang kecerdasan emosi sebagai kemampuan
mengetahui emosi secara efektif guna mencapai tujuan, serta membangun hubungan
yang produktif dan dapat meraih keberhasilan.
Sementara itu, Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi adalah
suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi, dan kemampuan-kemampuan yang
mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu untuk mengatasi masalah tuntutan
lingkungan secara efektif.
Dari beberapa pengertian tersebut, kita
dapat menarik sebuah pemahaman bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan
mengenali perasaan sendiri dan orang lain.
Selain itu, kecerdasan emosional juga dapat bermakna sebagai kemampuan
memotivasi diri sendiri, kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri
dan orang lain.[9]
3.
Pentingnya Kecerdasan Emosional bagi Anak
Setelah kita memahami pengertian dasar
tentang kecerdasan emosional tersebut, timbul satu pertanyaan, apa pentingnya
membentuk kecerdasan emosional bagi anak?
Menurut Hanifa (2008), kecerdasan
emosional berguna membentuk ketahanan mentalnya, terutama ketika kelak ia sudah
berhadapan dengan hidupnya sendiri beserta masalah-masalah yang timbul. Karena
itu, jika orangtua hanya memperhatiakan kecerdasan intelektual semata dan
mengabaikan kecerdasan emosional, maka hal itu bisa membuat anak rentan ketika
menghadapi hidup dan kariernya kelak.
Menurut Tika Bisono (2008), seorang anak
perlu dibimbing agar memiliki kecerdasan emosional. Sebab, kecerdasan ini
memberi kemampuan kepada anak sehingga ia dapat memahami perasaan dan
kesanggupannya mengelola perasaan.
Dalam kecerdasan emosional, juga terdapat
kekuatan agar anak mampu mengambil keputusan, mengatasi konflik, mengatasi
tekanan, dapat berlaku empati, bisa berkomunikasi dengan baik, serta mampu
membuka diri atau bersikap terbuka.
4.
Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan
Emosional Anak Usia Dini
Menurut Dinkmeyer (1965), ada beberapa
factor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional pada anak. Dia antaranya
adalah sebagai berikut :
a. Faktor
Fisik
Faktor ini sangat erat berkaitan terutama
dengan masalah kesehatan. Anak yang
sehat jauh lebih mudah dibimbing daripada anak yang kurang sehat. Selain itu, anak yang kurang sehat juga
sering menunjukan reaksi emosional yang berlebihan. Karena itu, memperhatikan kesehatan fisik
anak, seperti memberikan makanan yang bergizi, tidak hanya berguna menjaga
tubuhnya agar selalu prima dan terhindar dari penyakit. Tetapi, yang juga tidak kalah penting adalah
dapat mempengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional si anak.
b. Faktor
Inteligensi
Faktor inteligensi berkenaan dengan
kemampuan anak mencerna berbagai informasi yang ia terima dengan baik. Karena itu, agar ia memiliki daya inteligensi
yang baik, orangtua dan lingkungan sudah harus merangsang kemampuan inteligensi
si kecil sejak ia berada di dalam kandungan. Stimulasi-stimulasi seperti
mengajaknya berbicara saat masih berada di dalam rahim, membacakan dongeng, dan
lain sebagainya sesungguhnya bertujuan agar ketika lahir, anak dapat memiliki
kemampuan inteligensi yang baik.
Sehingga, kemampuan ini bisa mendukung tumbuhnya kecerdasan
emosionalnya.[10]
c. Faktor
Lingkungan Sosial
Orangtua perlu memperhatikan dengan baik,
bersama siapa si kecil bergaul? Lingkungan sosial tempat anak berinteraksi
memiliki andil yang cukup besar bagi terbentuknya kecerdasan emosionalnya. Anak yang sering bergaul dengan orang-orang
yang tidak memiliki pengendalian emosi yang baik, seperti pemarah dan lain sebagainya,
bisa menghambat terbentuknya kecerdasan emosionalnya.
d. Faktor
Keluarga
Faktor keluarga merupakan faktor yang
sangat urgen dalam membentuk kecerdasan emosional anak. Keluarga yang kurang
harmonis, selalu penuh dengan
pertengkaran, jelas merupakan hambatan paling serius dalam upaya membentuk
kecerdasan emosional ini. Dengan
demikian, orangtua harus benar-benar berusaha menjaga keharmonisan rumah
tangga, seperti tidak bertengkar di depan anak, tidak saling membentak saat ada
masalah, dan senantiasa saling menunjukan sikap perhatian satu sama lain. Jika setiap saat anak selalu merasakan
suasana rumah tangga yang harmonis, maka secara otomatis kecerdasan
emosionalnya bisa terbentuk dengan baik.
BAB
III
HASIL PENELITIAN
A.
DESKRIPSI DATA OBJEK PENELITIAN
1.
Sejarah Singkat berdirinya PAUD Mawar I
Sungai Bambu
PAUD Mawar I Sungai Bambu berdiri pada
tanggal 3 November 2011 sampai dengan sekarang dan ijin operasional berlaku
sampai dengan 16 September 2016, yang memiliki komitmen dapat berperan serta
membantu pemerintah untuk mencerdaskan bangsa dalam bidang Pendidikan Anak Usia
Dini. Jumlah murid saat ini sampai
dengan bulan Februari 2016, total 44 anak terdiri dari 25 laki-laki dan 19
Perempuan, yang aktif hanya sekitar 85% dengan berbagai alasan, dengan jumlah
pendidik 5 orang dan tenaga kependidikan 5 orang.
2.
Letak Geografis
a)
Letak Geografis
PAUD
Mawar I berada di Kantor RW 01 yang beralamat di Jl. Ganggeng III No.1 RT.004
RW.01 Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok Kota Administrasi Jakarta
Utara.
b)
Sarana dan Prasarana
Gedung PAUD Mawar I dibangun atas bantuan
dari PT. Astra Daihatsu Motor dengan
kondisi bangunan dua lantai dengan ruangan belajar untuk 2 kelas, 1 kelas
berada dibawah dan 1 kelas lagi berada di atas.
Ruangan kepala sekolah dan administrasi/TU berada di lantai 1, kamar
mandi dan sarana bermain terletak di halaman sekolah dengan beberapa sarana
bermain seperti ayunan, jungkitan, papan peluncur, sementara sarana pendukung
permainan di dalam kelas diataranya permainan balok, lego dan permainan
bentuk-bentuk geometri.
3.
Visi Misi
a)
Visi
Membentuk generasi yang sehat, percaya
diri, kreatif, kokoh dalam iman, berakhlak mulia, terpuji dalam prestasi dan
mandiri dalam bersikap.
b)
Misi
Pelaksanaan pendidikan di PAUD menganut
prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.
4.
Struktur Organisasi
|
PAUD Mawar I dikelola oleh sejumlah personil yang
terdiri dari:
5.
Keadaan Guru, Orangtua/Wali Murid dan
Murid di Kelas Usia 4-5 Tahun PAUD Mawar I Sungai Bambu
a)
Guru
Jumlah guru yang mengajar pada kelas anak
usia 4-5 tahun ada 2 orang terdiri dari guru inti bernama Yosye Kalengkongan
dan guru bantu bernama Zurnaeni Nizar.
b)
Orangtua/Wali Murid
Pendidikan terakhir orangtua/wali murid
dari anak-anak kelas usia 4-5 tahun rata-rata SMA/SMK, hanya 2 orang lulusan
Sarjana, dan pekerjaan sebagian karyawan/karyawati sebagian lagi pedagang,
namun banyak yang menjadi ibu rumah tangga.
c)
Murid Kelas Usia 4-5 Tahun
Jumlah murid usia 4-5 Tahun yang akan
menjadi objek penelitian adalah 19 murid, dengan jumlah murid laki-laki 14
orang dan murid perempuan 5 orang yaitu :
Tabel
2.
Daftar
Nama Murid Kelas Usia 4-5 Tahun
NO
|
NAMA
|
JENIS KELAMIN
|
1
|
Ahmad Zaki
Husaini
|
Laki-laki
|
2
|
Ardhen Surya
Dinata
|
Laki-laki
|
3
|
Aryo Satya
Pratama
|
Laki-laki
|
4
|
Bakti Airlangga
|
Laki-laki
|
5
|
Dominico
Arshavin
|
Laki-laki
|
6
|
Elnino Evan
Febrian
|
Laki-laki
|
7
|
Erdani Khulafa
Fajrin
|
Laki-laki
|
8
|
Hasbi Kamil
Zulkarnain
|
Laki-laki
|
9
|
Keysa Akila
|
Perempuan
|
10
|
Keyzhia Fardania
|
Perempuan
|
11
|
Kwlenov
Ramadhani
|
Laki-laki
|
12
|
Laras Nur
Sabrina
|
Perempuan
|
13
|
M. Radith
Paramudya
|
Laki-laki
|
14
|
Mitra Asina
Anastasya
|
Perempuan
|
15
|
Nabil M
|
Laki-laki
|
16
|
Rivalno Muhammad
|
Laki-laki
|
17
|
Sanusi
|
Laki-laki
|
18
|
Syafira Zuyin
Isati
|
Perempuan
|
19
|
Zizsa
Ferdiansyah
|
Laki-laki
|
B.
FAKTA/DATA TEMUAN LAPANGAN
Fakta dan temuan di lapangan yang terlihat
jelas dari pengaruh Hypnoparenting terhadap Kecerdasan Emosional Anak adalah
kepercayaan diri anak, rasa bangga terhadap hasil karyanya sendiri, berani
minta maaf ketika melakukan kesalahan, mampu berbesar hati memaafkan kesalahan
temannya, bisa berbagi dengan temannya, dapat bekerjasama dalam kelompok,
bersosialisasi dengan berganti teman-teman yang lain dan kelas lebih tenang
karena anak-anak fokus dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di dalam
kelas.
Penerapan metode Hypnoparenting terhadap
anak usia 4-5 tahun di PAUD Mawar I menggunakan indikator yang ada di dalam
kurikulum diantaranya :
1. Melatih
Disiplin
2. Berbagi
dengan temannya
3. Mengemukakan
pendapat
4. Menghormati
orang yang lebih tua
5. Melatih
keberanian
6. Bertanggung
jawab
7. Menyayangi
sesama teman
8. Meredakan/mengendalikan
Emosi
Adapun fakta dan temuan di lapangan saya
dapatkan melalu data observasi, angket dan wawancara yang melibatkan guru,
orang tua dan anak murid usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I Sungai Bambu yaitu :
1. Observasi
Observasi dilakukan peneliti selama proses
belajar mengajar berlangsung dengan bantuan guru inti dan guru pembantu,
bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kecerdasan emosional kelas
usia anak 4-5 Tahun di PAUD Mawar I dengan rincian pertanyaan sebagai berikut :
Tabel
3.
Hasil
Observasi Di Lapangan
No
|
Item Pertanyaan
|
Alternatif
Jawaban
|
||||
Selalu
|
Sering
|
Kadan-kadang
|
Tidak Pernah
|
Jumlah
|
||
A.
Kecerdasan Emosi
|
|
|
|
|
|
|
1
|
Apakah anak
merasa bangga dengan hasil karyanya sendiri?
|
|
10
|
8
|
1
|
19
100%
|
2
|
Apakah anak
cepat bergabung dengan teman-temannya?
|
|
12
|
5
|
2
|
19
100%
|
3
|
Apakah anak suka
bertanya pada setiap hal yang baru ditemuinya?
|
1
|
2
|
10
|
6
|
19
100%
|
4
|
Apakah anak bisa
menunggu giliran bermain?
|
2
|
5
|
8
|
4
|
19
100%
|
B.
Lingkungan
|
|
|
|
|
|
|
5
|
Apakah anak
merasa iri dengan saudaranya atau temannya?
|
1
|
3
|
13
|
2
|
19
100%
|
6
|
Apakah anak
menginginkan hanya dia yang mendapatkan perhatian?
|
|
5
|
4
|
10
|
19
100%
|
7
|
Apakah anak
dapat berbagi mainan dengan saudaranya atau temannya?
|
9
|
|
5
|
5
|
19
100%
|
8
|
Apakah anak mampu
menunjukan kasih sayang kepada saudaranya atau temannya?
|
|
9
|
8
|
2
|
19
100%
|
C.
Reaksi Emosi
|
|
|
|
|
|
|
9
|
Apakah anak
memukul atau menyerang agresif jika sedang marah?
|
|
1
|
8
|
10
|
19
100%
|
10
|
Apakah anak
menangis jika mainannya direbut temannya?
|
1
|
|
2
|
16
|
19
100%
|
11
|
Apakah anak
menangis jika mendapat tugas yang sulit?
|
1
|
|
|
18
|
19
100%
|
12
|
Apakah anak
tertawa senang saat mendapatkan hadiah?
|
|
15
|
2
|
2
|
19
100%
|
TOTAL
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL PRESENTASE
|
|
|
|
|
|
2. Angket
Angket dilakukan peneliti untuk mengetahui
sejauh mana peran guru dalam menciptakan proses belajar mengajar yang nyaman
dan menyenangkan agar membantu perkembangan kecerdasan emosional anak usia 4-5
Tahun di PAUD Mawar I yaitu :
Tabel
4.
Hasil
Angket Terhadap Guru Usia Anak 4-5 Tahun
No
|
Item Pertanyaan
|
Alternatif
Jawaban
|
||||
Selalu
|
Sering
|
Kadang-kadang
|
Tidak Pernah
|
Jumlah
|
||
1
|
Apakah guru bisa
menertibkan anak di kelas?
|
|
1
|
1
|
|
2
100 %
|
2
|
Apakah guru
memotivasi anak untuk menyelesaikan tugasnya sendiri?
|
|
|
1
|
1
|
2
100%
|
3
|
Apakah guru
melaksanakan KBM sambil bermain?
|
|
1
|
1
|
|
2
100%
|
4
|
Apakah guru
memotivasi anak untuk berbagi?
|
|
1
|
1
|
|
2
100%
|
5
|
Apakah guru
memberi kesempatan pada anak untuk mengungkapkan keinginannya atau
pendapatnya?
|
|
|
1
|
1
|
2
100%
|
6
|
Apakah guru
aktif memotivasi anak untuk mengungkapkan perasaannya?
|
|
|
1
|
1
|
2
100%
|
7
|
Apakah guru
memberi pujian kepada anak yang bisa menyelesaikan tugas?
|
|
1
|
1
|
|
2
100%
|
8
|
Apakah guru
memberi hukuman kepada anak yang berbuat salah?
|
|
|
1
|
1
|
2
100%
|
9
|
Apakah guru
memotivasi anak untuk berani meminta maaf jika melakukan kesalahan?
|
|
|
2
|
|
2
100%
|
10
|
Apakah guru
memberikan motivasi kepada anak untuk berbesar hati memaafkan kesalahan orang
lain?
|
|
1
|
1
|
|
2
100%
|
11
|
Apakah guru
memotivasi anak untuk disiplin?
|
|
|
2
|
|
2
100%
|
12
|
Apakah guru
memotivasi anak untuk menghormati orang yang lebih dewasa?
|
|
1
|
1
|
|
2
100%
|
13
|
Apakah guru
memotivasi anak untuk menyayangi sesama teman?
|
|
1
|
1
|
|
2
100%
|
TOTAL
|
|
|
|
|
|
|
TOTAL PRESENTASE
|
|
|
|
|
|
3. Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti terhadap
orangtua murid anak usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I, dengan tujuan mengetahui
pola pengasuhan yang diterapkan orangtua terhadap anaknya dalam mengembangkan
kecerdasan emosional anak tersebut, selama berada di rumah adalah :
Tabel
5.
Hasil
Wawancara Orangtua Anak Usia 4-5 Tahun
No
|
Aspek Pertanyaan
|
Deskripsi
Jawaban
|
1
|
Bagiamana cara
orangtua menerapkan pola pengasuhan sehari-hari terhadap anak?
|
|
2
|
Adakah kerjasama
antara ibu, ayah dan angora keluarga yg lain yg berada di rumah dalam
menerapkan pola asuh yang baik terhadap anak?
|
|
3
|
Bagiamana bahasa
percakapan yang digunakan orangtua terhadap anak sehari-hari?
|
|
4
|
Bagaimana cara
orangtua melatih kemandirian dan rasa tanggung jawab terhadap anak?
|
|
5
|
Adakah dukungan
orangtua dalam mengembangkan rasa percaya diri terhadap anak?
|
|
6
|
Bagimana cara
orangtua mengenalkan kepada anak untuk saling berbagi?
|
|
7
|
Bagaimana cara
orangtua dalam melatih disiplin dan kesabaran anak?
|
|
8
|
Adakah pujian
atau pemberian hadiah yang dilakukan orangtua bila anak meraih
prestasi/melakukan hal yang sangat baik?
|
|
9
|
Bagaimana reaksi
orangtua, apabila anak sedang merasa marah, kesal atau menangis?
|
|
10
|
Seberapa sering
orangtua menyediakan waktu bersama keluarga untuk diskusi ataupun menanyakan
perasaan anak dalam melakukan
kegiatannya di sekolah?
|
|
BAB
IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.
TAHAPAN PENELITIAN
Untuk mendapatkan gambaran dan hasil
analisa dari tujuan penelitian ini, dilakukan penelitian di PAUD Mawar I
Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjuk Priok Jakarta Utara dengan menggunakan 3
tahapan-tahapan diantaranya :
1. Tahap
pertama, peneliti membuat daftar pertanyaan untuk form hasil observasi terhadap
kecerdasan emosional anak di dalam kelas, angket untuk guru dalam menciptakan
suasana belajar sambil bermain dengan menggunakan metode Hypnoparenting di
lingkungan sekolah dan wawancara kepada orangtua anak yang berkaitan dengan
perkembangan kecerdasan emosional anak dan penerapan pola asuh yang berkaitan
dengan Hypnoparenting yang dilakukan di lingkungan rumah/tempat tinggal anak.
2. Tahap
kedua, peneliti menyusun jadwal pengambilan sampel-sampel data mulai dari
observasi, pengisian angket dan wawancara, serta berkoordinasi dengan guru dan
orangtua anak usia 4-5 tahun di PAUD Mawar I Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan
Tanjung Priok.
3. Tahap
ketiga, yang dilakukan peneliti pertama kali yaitu melakukan observasi terhadap perilaku dan kebiasaan anak usia 4-5
Tahun di dalam kelas, selama mengikuti proses belajar sambil bermain, dengan
mengamati perkembangan kecerdasan emosional anak.
4. Tahap
keempat, pengisian angket kepada guru yang mengajar di kelas anak usia 4-5
Tahun, pertanyaan yang diberikan seputar bagaimana cara yang dilakukan guru
dalam menyelenggarakan proses belajar sambil bermain, untuk mengembangkan
kecerdasan emosional anak, dan adakah metode Hypnoparenting yang dilakukan guru
selama anak berada di sekolah.
5. Tahap
kelima, peneliti melakukan wawancara kepada orangtua anak usia 4-5 Tahun dalam
menerapkan pola asuh di rumah terhadap anaknya, yang berkaitan dengan
perkembangan kecerdasan emosional anak, dan adakah metode Hypnoparenting yang
dilakukan orangtua terhadap anak selama berada di lingkungan rumah.
6. Tahap
keenam, dengan bantuan guru inti dan guru pembimbing mengumpulkan data-data
yang sudah dilakukan untuk dianalisa oleh peniliti agar mendapatkan kesimpulan
guna menjawab pertanyaan/tujuan penelitian tersebut.
B.
ANALISA HASIL PENELITIAN
C.
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dari ke 3 (tiga) tahapan tersebut diatas,
peneliti menganalisa untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan dan tujuan
penelitian yaitu :
1. Bagaimana
Proses Penerapan Motode Hypnoparenting di PAUD Mawar I?
- Bagaimana
Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5 tahun di PAUD Mawar I setelah di
terapkan Hypnoparenting ?
- Adakah
Pengaruh Metode Hypnoparenting Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5
Tahun di PAUD Mawar I?
BAB
V
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
B.
SARAN-SARAN
[1]Ayah
Edy,Mendidik Anak Zaman Sekarang Ternyata Mudah Lho…(Jakarta,Tangga Pustaka,2008)hal.60
[2] Nurla
Isna Aunillah,Membentuk Karakter Anak Sejak Janin(Yogyakarta,Flash Books,2015)hal.13
[3] Dr.Dewi
P. Faeni, Nht. MM, Hypnoparenting (Jakarta,Noura Familia,2011)hal.4
[4] Agus
Sutiyono, Dahsyatnya Hypnoparenting (Jakarta,Penebar Plus,2010)hal.9
[5]
Dr.Dewi P. Faeni, Nht. MM, Hypnoparenting (Jakarta,Noura Familia,2011)hal.4
[6]
Kartini Kartono,Psikologi Perkembangan, (Bandung:Mandar Maju,1990)hal.89
[7]
Zulkifli,Psikologi Perkembangan (Bandung,PT Remaja Rosdakarya,1987)hal.45
[8]
Ayah bunda, Multiple Intelligences (Jakarta,Aspirasi Pemuda,2003)hal.6
[9]
Nurla Isna Aunillah,Membentuk Karakter Anak Sejak Janin(Yogyakarta,Flash
Books,2015)hal.110
[10]
Daniel Goleman, Emotional Inteligence: Why It Can Matter More Than IQ (New York,Pinguin
Book,2008)hal.52
Tidak ada komentar:
Posting Komentar