here we are

here we are

Jumat, 13 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Dina Nurhasanah


UJIAN TENGAH  SEMESTER (UTS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu:
Iswadi, M. Pd

PENGARUH HYPNOPARENTING TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL ANAK USIA 4-5 TAHUN DI PAUD MAWAR I





Oleh:
DINA NURHASANAH

20158410206

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016

A.      LATAR BELAKANG
Pendidikan dinyatakan sebagai usaha sadar orang dewasa untuk membimbing, mengarahkan atau mengkondisikan dan membentuk karakter orang yang belum dewasa agar mencapai kedewasaannya. Ada tiga unsur penanggung jawab suksesnya pendidikan diselenggarakan dengan baik dan benar, dan keluarga merupakan unsur penanggung jawab pertama dan utama dalam menciptakan proses pendidikan berjalan sempurna.
Pendidikan sebagai salah satu wujud sistem interaksi sosial yang di dalam penerapannya tidak akan pernah bisa lepas dari pertanggung jawaban, baik dihadapan manusia maupun di sisi Allah SWT, oleh karena itu penyelenggaraan pendidikan akan berlangsung dengan baik manakala adanya kesadaran bahwa pendidikan merupakan amanah ummat atas para penanggung jawabnya.
Mengapa KELUARGA merupakan penanggung jawab pertama dalam menyelenggarakan proses pendidikan terhadap setiap manusia?. Mari kita urutkan dari awal permulaan penciptaan manusia terlahir ke dunia.
Awal proses kita diciptakan sampai terlahir di dunia adalah merupakan kerjasama dua manusia yaitu laki-laki dan perempuan yang mana atas kehendak-Nya diberikan anugrah untuk saling mencintai dengan mengikat janji melalui pernikahan. Di dalam Agama Islam diajarkan sebelum pasangan suami isti yang akan berhubungan untuk membaca doa terlebih dahulu, dengan harapan anak yang akan diciptakan terhindar dari godaan syetan dan kelak lahir ke dunia menjadi manusia yang berahklak mulia.
Selain Keluarga ada dua pihak yang juga bertanggung jawab dalam penyelenggaraan proses pendidikan, yaitu MASYARAKAT dan PEMERINTAH. Masyarakat terkelompok ke dalam berbagai struktur masyarakat, diantaranya  :
a.    Struktur Masyarakat Tempat Tinggal Anak (Lingkungan RT, RW dan Kelurahan).
b.    Struktur masyarakat yang Seusia Anak dan Sepermainan (Teman Sebaya, Teman Akrab, Kelompok Belajar, Klub Olahraga dan sejenisnya).
c.    Struktur Masyarakat Penopang Pendidikan Sekolah Anak (Kursus-kursus, Privat, Bimbingan Belajar dan sejenisnya).
d.    Struktur masyarakat Khusus (pengajian, Studi-studi Islam, Organisasi-Organisasi Islam dan sejenisnya).
Sedangkan Pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional merupakan penanggung jawab suksesnya pendidikan di dalam lingkup makro. Pemerintah Indonesia telah memahami betul tanggung jawabnya dengan mengeluarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 Pasal 1 Butir 14 dinyatakan bahwa “Pendidikan Anak Usia Dini  adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut”.
Pada intinya pendidikan itu bertujuan untuk membentuk karakter seseorang yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, akan tetapi masih banyak penyelenggaraan pendidikan yang hanya menekankan pada intelektual saja, padahal salah satu komponen penting untuk bisa hidup di tengah masyarakat adalah kemampuan untuk mengarahkan emosi secara baik yaitu memiliki Kecerdasan Emosional (EQ).
Oleh karena itu dirasakan sangat penting peneliti untuk meneliti lebih jauh tentang Pengaruh Hypnoparenting terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5 tahun di PAUD MAWAR I Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara.
B.       FOKUS PENELITIAN
Penelitian difokuskan pada anak usia dini BKB PAUD MAWAR I Kelompok A, dimana kecerdasan emosional anak masih kurang sehingga perlu dilakukan metode hypnoparenting oleh orang tua dan guru.

C.       RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut  : Bagaimana Proses Penerapan Motode Hypnoparenting di PAUD Mawar I dan pengaruhnya kecerdasan emosional anak setelah di terapkan hypnoparenting.

D.      KEGUNAAN PENELITIAN
Masalah yang diteliti memiliki beberapa manfaat antara lain :
1. Manfaat Teoritis, sebagai bahan masukan pengembangan ilmu pendidikan terutama pendidikan bagi anak usia dini dalam hal kecerdasan emosional.
2. Manfaat Praktis,
a. Bagi Peneliti, penelitian ini akan memberikan manfaat yaitu pengalaman praktis dalam bidang penelitian ilmiah dan dapat membuktikan bahwa penerapan metode hypnoparenting dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini.
b. Bagi Guru, dapat dijadikan acuan dalam memilih metode, media yang tepat dan bervariasi untuk meningkatkan kecerdasan emosional  anak usia dini yang dilaksanakan di Paud.
c. Bagi Anak Didik, dapat meningkatkan kecerdasan emosional anak usia dini
d. Bagi orang tua, dapat dijadikan masukan dan informasi untuk meningkatkan kecerdasan emosional pada anaknya.
DESKRIPSI KONSEPTUAL
Jika hanya menjejali anak dengan pendidikan tanpa membimbingnya agar berperilaku baik sebagaimana nilai-nilai pendidikan yang dipelajarinya, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, tetapi tindakan dan perilakuserta mental mereka tak ubahnya orang yang bodoh.  Karena itu, jangan heran jika kemudian ada seseorang yang pandai, tetapi kepandaiannya justru membuatnya berperilaku negatif (Nurla Isna Aunillah,Membentuk Karakter Anak Sejak Janin,Yogyakarta,Flash Books,2015 hal.13).
E.    HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN
Sebelum peneliti menemukan bebarapa penilitian dengan judul yang hampir sama,peneliti telah menelusuri beberapa skripsi terdahulu yang membahas tentang kecerdasan emosional anak usia dini.
F.    TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian untuk membuktikan peningkatan kecerdasan emosional anak usia dini kelompok A di BKB Paud Mawar I melalui metode hypnoparenting.


G.   METODE PENELITIAN
Peneliti menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan mendapatkan data berupa kata – kata tertulis dari orang – orang dan prilaku yang dapat diamati di BKB Paud Mawar I.
H.   TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian dilakasanakan di BKB Paud Mawar I Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok selama 1 bulan.
I.     LATAR PENELITIAN
Perkembangan emosi anak sangat menetukan tahapan perkembangan emosi selanjutnya. Seorang anak pertama kali mendapatkan pengalaman emosi adalah bersama keluarganya terutama orang tua dan guru. Pengalaman emosi bersama keluarga ini akan menjadi acuan anak dalam beremosional ketika anak masuk PAUD dimana anak mulai berinteraksi dengan lingkungan teman-teman baru. Dalam proses emosi, pengaruh lingkungan sangat penting bagi seluruh perkembangan kepribadian anak, dimana anak mempelajari sesuatu dari lingkungan emosi tempat anak bermain dengan teman. Oleh karena itu di dalam emosi anak mudah dipengaruhi lingkungan sekolah dan rumah seperti : orang tua, teman, TV dan guru. Perubahan ini akan terjadi jika anak memperoleh rangsangan dan motivasi yang cukup untuk pengembangan emosi.

J.     DATA DAN SUMBER DATA
Data yang dikumpulkan berdasarkan wawancara kepada guru dan orang tua anak usia 4 – 5 tahun di Paud Mawar I.
K.   TEHNIK PENGUMPULAN DATA
Untuk memperoleh data yang akurat banyak tehnik yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah melakukan observasi, wawancara, studi dokumentasi dan penyebaran angket yang diambil dari BKB Paud Mawar I.
L.    PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA
Pemeriksaan keabsahan data adalah uji kepercayaan terhadap hasil penelitian data (Sugiono 2012). Selama penelitian dilaksanakan peneliti akan mengambil data yang akurat dengan melakukan observasi,checklist, dokumentasi dari anak murid BKB Paud Mawar I usia 4 – 5 tahun sebanyak 19 orang, anak laki – laki 14 orang dan anak perempuan 5 orang. Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan jawaban dari para guru dan orang tua atau wali murid yang berhubungan dengan kecerdasan emosional anak.
M.   TEHNIK ANALISIS DATA
Metode yang digunakan menganalisa atau mengamati kegiatan belajar mengajar murid bkb paud mawar I adalah metode etnografi.
Selama penelitian ini dilakukan peneliti bertindak sebagai instrument utama sehingga memiliki peran yang sangat penting.
N.   OBSERVASI
Dalam melakukan Observasi penting sekali bagi peneliti membuat catatan singkat pada saat observasi, proses pengamatan dilakukan secara intensif yaitu dilakukan secara terus menerus sampai memperoleh hasil yang dianggap berhasil.
O.   WAWANCARA
Metode Interview atau wawancara yang digunakan adalah face to face atau bertemu langsung antara peneliti dan informan untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topic tertentu.
P.    DOKUMENTASI
Q.   ANGKET
Dilakukan untuk mengecek atas kebenaran dan pelaksanaan hasil dari penelitian.




3.  Berdasarkan identifikasi masalah, maka penelitian ini dibatasi pada studi deskriptif mengenai Pengaruh Hypnoparenting Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia 4 – 5 Tahun di PAUD MAWAR I.

E.       PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah tersebut diatas maka diajukan rumusan masalah sebagai berikut  :
1.    Bagaimana Proses Penerapan Motode Hypnoparenting di PAUD Mawar I?
2.    Bagaimana Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5 tahun di PAUD Mawar I setelah di terapkan Hypnoparenting ?
3.    Adakah Pengaruh Metode Hypnoparenting Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I?
F.        TUJUAN PENELITIAN
Dari rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk  :
1.    Mengetahui penerapan metode Hypnoparenting yang efektif yang dapat dilakukan oleh Orang Tua dan Guru di PAUD Mawar I.
2.    Mengetahui pentingnya Kecerdasan Emosional bagi Anak Usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I.
3.    Mengetahui pengaruh penerapan Hypnoparenting terhadap Kecerdasan Emosional Anak di PAUD MAWAR I.
4.    Dan untuk memenuhi syarat kelulusan Program SI PAUD di STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA.
G.      METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian ini dilakukan dengan studi  deskriptif berdasarkan kualitatif yang menunjukan adanya kegiatan pengamatan anak dalam situasi belajar.  Metode ini merupakan adanya kegiatan pengamatan anak dalam situasi belajar.  Metode ini merupakan produk penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.
1.    Tempat dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini dilaksanakan di PAUD MAWAR I yang beralamat di Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok Jakarta Utara. Adapun waktu pelaksanaan dilakukan mulai bulan September 2016 sampai dengan bulan November 2016.

2.    Latar Penelitian.
Unit analisis sudah ditetapkan dalam rancangan peneliti yaitu anak usia 4-5 tahun, orang tua anak dan guru di PAUD MAWAR I.
3.    Data dan Sumber Data.
Pada bagian ini diuraikan langkah-langkah yang dilakukan dalam pengumpulan data penelitian sebagai berikut  :
a)    Tahap persiapan, yaitu mempersiapkan segala sesuati yang berhubungan dengan alat pengumpulan data sebagai observasi dan wawancara.
b)   Tahap pelaksanaan, yaitu menemui Kepala Sekolah PAUD MAWAR I untuk memberitahukan sekaligus membicarakan mekanisme yang akan ditempuh dalam wawancara kepada guru dan orang tua anak usia 4-5 tahun di PAUD MAWAR I.
c)    Tahap pengumpulan data, data hasil observasi berupa catatan dan hasil wawancara yang telah dilakukan kepada guru dan orang tua anak usia 4-5 tahun di PAUD MAWAR I, dikumpulkan untuk analisis data.



4.    Tehnik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang akurat banyak teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, studi dokumentasi dan angket.
a.    Observasi
Observasi merupakan teknik penelitian yang secara langsung melibatkan peneliti dalam situasi penelitian secara pribadi untuk berada pada situasi penelitian (pembelajaran sehari-hari).
Dalam melakukan observasi penting sekali bagi peneliti membuat catatan singkat pada saat observasi, proses pengamatan dilakukan secara intensif yaitu dilakukan secara terus menerus sampai memperoleh hasil yang dianggap berhasil.
b.    Wawancara
Metode interview/wawancara yang digunakan adalah face to face atau bertemu langsung antara peneliti dan informan untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam topik tertentu.


c.    Studi Dokumentasi
Dokumentasi hanya sebagai pelengkap dari teknik pengumpulan data untuk mendapatkan sumber data yang berkaitan dengan keadaan geografis dan kondisi penduduk di lokasi tempat penelitian.
d.    Angket
Untuk mengecek atas kebenaran data pelaksanaan dan hasil penelitian.
5.    Teknis Analisis Data
Analisa data merupakan suatu kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber lain terkumpul.  Untuk analisa data yang telah diperoleh dari berbagai sumber, maka data tersebut diolah dengan langkah-langkah  :
a.    Data diseleksi dan dikelompokan  sesuai dengan kebutuhan untuk menjawab masalah penelitian.
b.    Data diolah sesuai dengan masalah penelitian.
c.    Analisa data dengan menggunakan kata-kata yang sederhana sebagai jawaban terhadap masalah.
d.    Menganalisa data yang telah disusun sesuai dengan tujuan penelitian.


















H.      SISTEMATIKA PENULISAN SKRIPSI
Untuk memberikan gambaran secara umum terhadap skripsi ini dan mempermudah dalam penelitian beserta mengetahui pembahasan skirpsi secara mendetail, sistematika pembahasan dalam skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab.   Adapun rinciannya sebagai berikut  :
BAB I      PENDAHULUAN
A.       Latar Belakang Masalah
B.        Identifikasi Masalah
C.        Perumusan Masalah
D.       Pembatasan Masalah
E.        Tujuan Penelitian
F.         Metodologi Penelitian
G.       Sistematika Penulisan Skripsi
BAB II     LANDASAN TEORI
A.       Teori-teori Dasar
B.       Teori-teori Penunjang Yang Berhubungan Dengan masalah
BAB III   HASIL PENELITIAN
A.       Deskripsi Data Objek Penelitian
B.       Fakta/data Temuan Penelitian Di Lapangan/Buku
1)   Kelompok Data untuk menjawab Pertanyaan Penelitian no :1
2)   Kelompok data untuk menjawab Pertanyaan Penelitian no : 2
BAB IV   ANALISIS HASIL PENELITIAN
A.       Analisis Data Kelompok 1
B.        Analisis Data Kelompok 2
BAB V     PENUTUP
A.       Kesimpulan
B.        Saran-saran








BAB II
LANDASAN TEORI

A.      HAKIKAT HYPNOPARENTING
Semua orangtua pasti ingin mendidik dan memberikan yang terbaik bagi buah hatinya. Akan tetapi, apa yang dipandang baik terkadang belum tentu cocok bagi perkembangan anak. Baik secara sadar maupun tidak, sering kali orangtua melakukan kesalahan-kesalahan dalam menjalankan psikoedukasi pada anak yang justru menyebabkan usaha yang dilakukan menjadi kontraproduktif dan tidak membuahkan hasil yang maksimal.
Mendiang Presiden Kennedy pernah mengatakan, “Apa yang kita alami sekarang adalah hasil dari pemikiran kita terdahulu dan apa yang kita capai sekarang adalah hasil dari rencana hidup kita terdahulu.”[1]  Yang dapat ditanggapi dari pernyataan diatas tanpa kita sadari, cara kita mendidik anak saat ini adalah hasil dari bagaimana dulu kita di didik oleh orangtua kita.  Cara pandang tentang anak kita hari ini adalah apa yang dulu pernah dipikirkan orangtua kita tentang kita. Jadi, jika kita ingin masa depan anak sukses, mulailah meletakan cara berpikir dan mendidik yang tepat. Keluarga adalah tempat pertama pembangunan keberhasilan dalam kehidupan. Seseorang yang berhasil dalam karir dan kehidupan sosialnya tentu tidak dapat dilepaskan dari peran keluarga yang telah membentuk karakternya. Dan sebagai orangtua, kita tidak hanya diwajibkan memberikan pendidikan kepada anak. Sebab, yang tak kalah penting adalah bagaimana kita mampu mencetak karakter si anak agar benar-benar sejalan dengan nilai-nilai pendidikan yang diajarkan.
Jika hanya menjejali anak dengan pendidikan tanpa membimbingnya agar berperilaku baik sebagaimana nilai-nilai pendidikan yang dipelajarinya, maka anak akan tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara intelektual, tetapi tindakan dan perilakuserta mental mereka tak ubahnya orang yang bodoh.  Karena itu, jangan heran jika kemudian ada seseorang yang pandai, tetapi kepandaiannya justru membuatnya berperilaku negatif.[2]
Uraian diatas merupakan gambaran pentingnya pengaruh pendidikan yang diberikan orangtua anak di rumah (Ibu dan Ayah) serta orangtua anak di sekolah (Guru) terhadap keberhasilan kehidupan dan kesuksesan anak didiknya.  Maka peneliti merasa sangat perlu melibatkan peran orangtua dan guru dalam menerapkan metode Hypnoparenting di dalam memberikan pendidikan kepada anak.
1.    Pengertian Hypnoparenting
Hypnosis merupakan metode yang sangat luas penggunaan dan aplikasinya di dalam kehidupan sehari-hari. Tidak hanya diterapkan sebagai terapi penyembuhan penyakit fisik dan mental, metode ini juga digunakan dalam bidang hukum, kriminalitas, hiburan, bahkan dalam bidang manajemen dan pemasaran sekalipun.  Ini sangatlah tidak mengherankan karena Hypnosis sesungguhnya telah berkembang sejak 2.600 tahun sebelum masehi.  Akan tetapi, Hypnosis atau dalam praktiknya lebih dikenal dengan istilah Hypnoterapi tetap saja masih terdengar awam di tengah masyarakat.
Hypnosis adalah kondisi seseorang di bawah pengaruh sugesti. Gelombang otaknya berada pada gelombang alpha atau theta, sehingga kondisinya relaks dan mudah ditanamkan sugesti oleh situasi yang berlangsung saat itu, misalnya film, pidato, nasehat, atau sugesti dari terapis.[3]
Hypnoparenting adalah perpaduan dua pengetahuan manusia yang akan menghasilkan sebuah mekanisme kerja pada pembentukan karakter dan kepribadian yang luar biasa pada setiap manusia.  Hypnoparenting menggunakan prinsip kerja Hypnosis (komunikasi dengan otak) dengan pengetahuan tentang bagaimana mendidik dan menjadi orangtua yang mampu memahami perkembangan anak untuk menuju kehidupan yang baik, sukses dan bahagia.[4]
Salah satu manfaat Hypnosis adalah seseorang dapat berkomunikasi dan menasehati seseorang dengan menggunakan sugesti ke alam bawah sadar manusia.  Caranya adalah mengiring orang tersebut agar mampu masuk ke gelombang alpha sehingga dia merasa tenang dan nyaman, lalu mengantuk. Kemudian, dia menuju ke gelombang theta dan pada akhirnya disugesti positif.  Saat itu, RAS (Rectingular Activating System) terbuka dan mampu menyerap sugesti. Saat seseorang dalam kondisi tersadar, sebetulnya ia ada dalam gelombang betha.  Saat itu, kelemahan utamanya adalah memiliki resistensi yang tinggi sehingga sulit untuk menerima nasehat apalagi sugesti.  Dalam proses Hypnosis, sesungguhnya ada yang dinamakan alligator’s brain pada manusia yang sedang dijinakkan.[5]
Dalam ilmu epistemology sosiologis antropologis, dikatakan bahwa setiap manusia melakukan sesuatu karena adanya dorongan yang dinamakan Primitive Instinc. Hal inilah yang menjelaskan alasan manusia melakukan hal-hal negatif, buruk, destruktif, bahkan kontraproduktif.  Primitive berarti keadaan manusia sebelum peradaban.  Saat itu, yang berlaku hanya hukum rimba, yang kuat yang akan menang dan bertahan. Akibatnya banyak tindakan mencuri, membunuh dan tindakan kekerasan lainnya.  Sedangkan Instinc merupakan sifat mutlak yang hanya dimiliki hewan sehingga primitive instinc ini juga bias di istilahkan sebagai alligator’s brain.
Pada 1774, Franz Anton Mesmer juga menyebut hypnosis sebagai animal magnetism yang popular dengan istilah mesmerisme yang menjadi dasar dari hypnoterapi modern.  Istilah ini kemudian diganti menjadi hypnosis dan diperkenalkan pertama kali oleh James Braid pada 1842.  Hypnosis atau animal magnetism diharapkan mampu “menjinakan” alligator’s brain tersebut.
Alligator’s brain yang terdapat pada anak, seperti membantah, malas, berbohong, mencuri, menjahili, memukul, hipersensitif, dan hiperaktif dapat dijinakan dengan metode hypnosis yang dekenal dengan metode Hypnoparenting.
2.    Manfaat Hypnoparenting
Hypnoparenting sebenarnya telah sejak lama dipraktekkan oleh masyarakat pad umumnya, tanpa kita sadari dan mengetahui metodenya. Seperti contoh, anak dari suku Padang senang dengan makanan pedas, sedangkan anak-anak dari dataran China suka sekali dengan warna merah.  Ini terjadi karena di Padang, semua makanan biasanya disajikan pedas setiap harinya. Begitu juga di China, warna merah merupakan warna magis yang dipercaya member energy kehidupan. Oleh karena itu orangtua di sana selalu dominan menggunakan warna merah dalam kesehariannya. Pengulangan yang tidak langsung dan disengaja ini merupakan Hypnoparenting yang alami.  Perilaku anak dalam kondisi sadar merupakan warisan alam bawah sadar. Dengan demikian, tidak mengherankan jika pola makan, pola bicara dan kesenangan anak merupakan warisan dari lingkungannya. Apa pun yang orangtua atau lingkungan ajarkan akan tertanam dalam alam bawah sadar anak.
Berikut perbandingan pola pengasuhan Hypnoparenting dengan pola pengasuhan metode lain  :
Tabel 1.
Perbandingan Metode Hypnoparenting
Metode
Efektifitas
Manfaat
Hasil
NonHypnoparenting
-   Segera
-   Saat kejadian
-   Sesaat
-   Sporadis
-     Trauma
-     Dendam
-     Kebencian
Hypnoparenting
-   Lamban
-   Berulang kali
-   Bertahap
-   Menetap
-   Dahsyat
-    Prestasi
-    Cinta Kasih

Secara umum, Hypnoparenting dapat diterapkan untuk menangani berbagai masalah dan gangguan pada anak :
a.    Preventif, yaitu mencegah timbulnya psikosomatis
b.    Maintenance, yaitu menjaga ketahanan mental
c.    Rekonstruksi, yaitu pemulihan kejiwaan
1)        Mengurangi stress, mencegah depresi, menghilangkan fobia, trauma  dan ketergantungan, mengatasi psikosomatis, dan meringankan OCD (Obsessive Compulsive Disoder).
2)        Mengurangi rasa sakit, mengatasi asma, alergi, obesitas, insomnia, hipertensi, bulimia dan mengembalikan memori akibat amnesia minor.
3)     Menyelesaikan masalah kriminalitas, meningkatkan produktivitas, serta memperbaiki daya ingat dan kepribadian.
3.    Pihak-pihak Yang Dapat Melakukan Metode Hypnoparenting
Mengasuh dan mendidik anak pada hakikatnya adalah mutlak menjadi tanggung jawab orangtua.  Ayah dan ibu berkewajiban memberikan bekal secara mental, fisik maupun materi untuk masa depannya kelak.  Akan tetapi, dalam prakteknya orangtua sering kali membutuhkan bantuan orang lain atau pihak ketiga dalam membesarkan putra-putrinya, termasuk ketika menggunakan metode Hypnoparenting.  Metode ini tidak hanya diterapkan orangtua pada anak-anaknya sendiri, tetapi juga oleh para praktisi yang terlibat dalam mendidik anak, seperti guru.  Berikut pihak-pihak yang bisa melakukan Hypnoparenting pada anak-anak :
a.    Orangtua  : ayah, ibu, kakek atau nenek.
b.    Pendidik  : guru, dosen, kepala sekolah, Pembina (pramuka), ustadz, pendeta, pemuka agama dan ketua komunitas.
c.    Terapis : konselor anak yang memberikan pengobatan fisik ataupun terapi psikologis klinik, psikolog anak.
d.    Pengasuh atau orang terdekat, misalnya babysistter.

B.       HAKIKAT KECERDASAN EMOSIONAL
1.    Pengertian Emosi
Emosi adalah perasaan tertentu yang mewarnai perbuatan seseorang secara mendadak.  Selama awal kanak-kanak emosi anak saat ini merupakan saat ketidakseimbangan karena anak-anak keluar dari fokus.  Dalam arti emosi mudah terbawa ledakan-ledakan emosional sulit dibimbing dan diarahkan pada anak tersebut.[6]
Pada awal perkembangan, mereka menjalin hubungan timbal balik dengan orang-orang yang mengasuhnya.  Kepribadian orang yang terdekat akan mempengaruhi perkembangan baik emosi maupun sosial.  Namun emosi dapat juga dikatakan dari suatu bentuk komunikasi yang dipergunakan anak untuk disampaikan dalam perasaan, kebutuhan dalam perkembangan emosi anak.  Emosi di sebabkan oleh adanya situasi dalam perkembangan usia anak dan kematangan perkembangan anak.
Pada usia 4-5 tahun, anak bermain menjalin komunikasi dalam perkembangan emosi anak diluar kelas, terutama dengan guru. Peranan guru sebagai orangtua di sekolah harus memberikan dorongan atau pujian kepada anak untuk melakukan kegiatan berkomunikasi sesama teman.  Di dalam kelas proses emosi harus diperhatikan, guru mampu membimbing perilaku anak dengan baik ketika anak sedang bicara dengan temannya.
Pada anak usia dini, emosi mengalami beberapa kondisi yang menunjang timbulnya emosi yaitu  : (a) kondisi fisik, (b) kondisi psikologis, (c) kondisi lingkungan.[7]  Ketiga kondisi emosi ini akan sangat mempengaruhi timbulnya kemampuan perkembangan emosi anak.  Jika emosi anak dapat menjalani dengan baik akan lebih mudah diperhatikan dalam perilaku emosi pada anak.
Dalam perkembangan emosi anak pada umumnya selalu berhubungan dengan peranan orang disekitarnya.  Bila emosi anak harus merasakan kasih saying, kehangatan, kebutuhan fisik maupun emosi.  Anak akan merasakan kesepian, kurang bahagia dan perasaan sebagai perkembangan emosi dapat menunjukan sikap perilaku agresif, marah, ngambek dan lain-lain.

2.    Pengertian Kecerdasan Emosional (EQ)
Dr. Howard Gardner, professor bidang pendidikan di Harvard University, Amerika serikat, dapat Gardner mengembangkan suatu kriteria untuk mengukur apakah potensi yang dimiliki seseorang benar-benar suatu kecerdasan.  Gardner tidak memandang kecerdasan manusia berdasarkan skor standar semata, melainkan dengan ukuran kemampuan yang diuraikan: (a) kemampuan untuk menyelesaikan masalah, (b) kemampuan untuk menghasilkan persoalan-persoalan baru untuk diselesaikan, (c) kemampuan untuk menciptakan sesuatu atau memberikan penghargaan dalam budaya seseorang.[8]
Menurut Steiner (1997), yang disebut kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan yang dapat mengerti emosi diri sendiri dan orang lain, serta mengetahui cara emosi tersebut terekspresikan untuk meningkatkan kekuatan pribadi.
Senada dengan definisi tersebut, Mayer dan Solovey (Goleman, 1999; Davies, Stankov dan Roberts, 1998) mengatakan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan memantau dan mengendalikan perasaan sendiri dan orang lain, dan menggunakan perasaan-perasaan itu untuk memadu pikiran dan tindakan.
Berbeda halnya dengan pendapat sebelumnya, Patton (1998) mengemukakan tentang kecerdasan emosi sebagai kemampuan mengetahui emosi secara efektif guna mencapai tujuan, serta membangun hubungan yang produktif dan dapat meraih keberhasilan.  Sementara itu, Bar-On (2000) menyebutkan bahwa kecerdasan emosi adalah suatu rangkaian emosi, pengetahuan emosi, dan kemampuan-kemampuan yang mempengaruhi kemampuan keseluruhan individu untuk mengatasi masalah tuntutan lingkungan secara efektif.
Dari beberapa pengertian tersebut, kita dapat menarik sebuah pemahaman bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan mengenali perasaan sendiri dan orang lain.  Selain itu, kecerdasan emosional juga dapat bermakna sebagai kemampuan memotivasi diri sendiri, kemampuan mengolah emosi dengan baik pada diri sendiri dan orang lain.[9]
3.    Pentingnya Kecerdasan Emosional bagi Anak
Setelah kita memahami pengertian dasar tentang kecerdasan emosional tersebut, timbul satu pertanyaan, apa pentingnya membentuk kecerdasan emosional bagi anak?
Menurut Hanifa (2008), kecerdasan emosional berguna membentuk ketahanan mentalnya, terutama ketika kelak ia sudah berhadapan dengan hidupnya sendiri beserta masalah-masalah yang timbul. Karena itu, jika orangtua hanya memperhatiakan kecerdasan intelektual semata dan mengabaikan kecerdasan emosional, maka hal itu bisa membuat anak rentan ketika menghadapi hidup dan kariernya kelak.
Menurut Tika Bisono (2008), seorang anak perlu dibimbing agar memiliki kecerdasan emosional. Sebab, kecerdasan ini memberi kemampuan kepada anak sehingga ia dapat memahami perasaan dan kesanggupannya mengelola perasaan.
Dalam kecerdasan emosional, juga terdapat kekuatan agar anak mampu mengambil keputusan, mengatasi konflik, mengatasi tekanan, dapat berlaku empati, bisa berkomunikasi dengan baik, serta mampu membuka diri atau bersikap terbuka.
4.    Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional Anak Usia Dini
Menurut Dinkmeyer (1965), ada beberapa factor yang dapat mempengaruhi kecerdasan emosional pada anak. Dia antaranya adalah sebagai berikut  :
a.    Faktor Fisik
Faktor ini sangat erat berkaitan terutama dengan masalah kesehatan.  Anak yang sehat jauh lebih mudah dibimbing daripada anak yang kurang sehat.  Selain itu, anak yang kurang sehat juga sering menunjukan reaksi emosional yang berlebihan.  Karena itu, memperhatikan kesehatan fisik anak, seperti memberikan makanan yang bergizi, tidak hanya berguna menjaga tubuhnya agar selalu prima dan terhindar dari penyakit.  Tetapi, yang juga tidak kalah penting adalah dapat mempengaruhi terbentuknya kecerdasan emosional si anak.
b.    Faktor Inteligensi
Faktor inteligensi berkenaan dengan kemampuan anak mencerna berbagai informasi yang ia terima dengan baik.  Karena itu, agar ia memiliki daya inteligensi yang baik, orangtua dan lingkungan sudah harus merangsang kemampuan inteligensi si kecil sejak ia berada di dalam kandungan. Stimulasi-stimulasi seperti mengajaknya berbicara saat masih berada di dalam rahim, membacakan dongeng, dan lain sebagainya sesungguhnya bertujuan agar ketika lahir, anak dapat memiliki kemampuan inteligensi yang baik.  Sehingga, kemampuan ini bisa mendukung tumbuhnya kecerdasan emosionalnya.[10]
c.    Faktor Lingkungan Sosial
Orangtua perlu memperhatikan dengan baik, bersama siapa si kecil bergaul? Lingkungan sosial tempat anak berinteraksi memiliki andil yang cukup besar bagi terbentuknya kecerdasan emosionalnya.  Anak yang sering bergaul dengan orang-orang yang tidak memiliki pengendalian emosi yang baik, seperti pemarah dan lain sebagainya, bisa menghambat terbentuknya kecerdasan emosionalnya.
d.    Faktor Keluarga
Faktor keluarga merupakan faktor yang sangat urgen dalam membentuk kecerdasan emosional anak.  Keluarga yang kurang
harmonis, selalu penuh dengan pertengkaran, jelas merupakan hambatan paling serius dalam upaya membentuk kecerdasan emosional ini.  Dengan demikian, orangtua harus benar-benar berusaha menjaga keharmonisan rumah tangga, seperti tidak bertengkar di depan anak, tidak saling membentak saat ada masalah, dan senantiasa saling menunjukan sikap perhatian satu sama lain.  Jika setiap saat anak selalu merasakan suasana rumah tangga yang harmonis, maka secara otomatis kecerdasan emosionalnya bisa terbentuk dengan baik.











BAB III
HASIL PENELITIAN

A.      DESKRIPSI DATA OBJEK PENELITIAN
1.    Sejarah Singkat berdirinya PAUD Mawar I Sungai Bambu
PAUD Mawar I Sungai Bambu berdiri pada tanggal 3 November 2011 sampai dengan sekarang dan ijin operasional berlaku sampai dengan 16 September 2016, yang memiliki komitmen dapat berperan serta membantu pemerintah untuk mencerdaskan bangsa dalam bidang Pendidikan Anak Usia Dini.  Jumlah murid saat ini sampai dengan bulan Februari 2016, total 44 anak terdiri dari 25 laki-laki dan 19 Perempuan, yang aktif hanya sekitar 85% dengan berbagai alasan, dengan jumlah pendidik 5 orang dan tenaga kependidikan 5 orang.
2.    Letak Geografis
a)    Letak Geografis
PAUD Mawar I berada di Kantor RW 01 yang beralamat di Jl. Ganggeng III No.1 RT.004 RW.01 Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok Kota Administrasi Jakarta Utara.


b)   Sarana dan Prasarana
Gedung PAUD Mawar I dibangun atas bantuan dari  PT. Astra Daihatsu Motor dengan kondisi bangunan dua lantai dengan ruangan belajar untuk 2 kelas, 1 kelas berada dibawah dan 1 kelas lagi berada di atas.  Ruangan kepala sekolah dan administrasi/TU berada di lantai 1, kamar mandi dan sarana bermain terletak di halaman sekolah dengan beberapa sarana bermain seperti ayunan, jungkitan, papan peluncur, sementara sarana pendukung permainan di dalam kelas diataranya permainan balok, lego dan permainan bentuk-bentuk geometri.
3.    Visi Misi
a)    Visi
Membentuk generasi yang sehat, percaya diri, kreatif, kokoh dalam iman, berakhlak mulia, terpuji dalam prestasi dan mandiri dalam bersikap.
b)   Misi
Pelaksanaan pendidikan di PAUD menganut prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain.



4.    Struktur Organisasi
Kepala Sekolah
Shinta Amanda, S.Psi
 
PAUD Mawar I dikelola oleh sejumlah personil yang terdiri dari:

 















5.    Keadaan Guru, Orangtua/Wali Murid dan Murid di Kelas Usia 4-5 Tahun PAUD Mawar I Sungai Bambu
a)         Guru
Jumlah guru yang mengajar pada kelas anak usia 4-5 tahun ada 2 orang terdiri dari guru inti bernama Yosye Kalengkongan dan guru bantu bernama Zurnaeni Nizar.
b)        Orangtua/Wali Murid
Pendidikan terakhir orangtua/wali murid dari anak-anak kelas usia 4-5 tahun rata-rata SMA/SMK, hanya 2 orang lulusan Sarjana, dan pekerjaan sebagian karyawan/karyawati sebagian lagi pedagang, namun banyak yang menjadi ibu rumah tangga.
c)         Murid Kelas Usia 4-5 Tahun
Jumlah murid usia 4-5 Tahun yang akan menjadi objek penelitian adalah 19 murid, dengan jumlah murid laki-laki 14 orang dan murid perempuan 5 orang yaitu :
Tabel 2.
Daftar Nama Murid Kelas Usia 4-5 Tahun
NO
NAMA
JENIS KELAMIN
1
Ahmad Zaki Husaini
Laki-laki
2
Ardhen Surya Dinata
Laki-laki
3
Aryo Satya Pratama
Laki-laki
4
Bakti Airlangga
Laki-laki
5
Dominico Arshavin
Laki-laki
6
Elnino Evan Febrian
Laki-laki
7
Erdani Khulafa Fajrin
Laki-laki
8
Hasbi Kamil Zulkarnain
Laki-laki
9
Keysa Akila
Perempuan
10
Keyzhia Fardania
Perempuan
11
Kwlenov Ramadhani
Laki-laki
12
Laras Nur Sabrina
Perempuan
13
M. Radith Paramudya
Laki-laki
14
Mitra Asina Anastasya
Perempuan
15
Nabil M
Laki-laki
16
Rivalno Muhammad
Laki-laki
17
Sanusi
Laki-laki
18
Syafira Zuyin Isati
Perempuan
19
Zizsa Ferdiansyah
Laki-laki

B.       FAKTA/DATA TEMUAN LAPANGAN
Fakta dan temuan di lapangan yang terlihat jelas dari pengaruh Hypnoparenting terhadap Kecerdasan Emosional Anak adalah kepercayaan diri anak, rasa bangga terhadap hasil karyanya sendiri, berani minta maaf ketika melakukan kesalahan, mampu berbesar hati memaafkan kesalahan temannya, bisa berbagi dengan temannya, dapat bekerjasama dalam kelompok, bersosialisasi dengan berganti teman-teman yang lain dan kelas lebih tenang karena anak-anak fokus dalam mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di dalam kelas.
Penerapan metode Hypnoparenting terhadap anak usia 4-5 tahun di PAUD Mawar I menggunakan indikator yang ada di dalam kurikulum diantaranya :
1.    Melatih Disiplin
2.    Berbagi dengan temannya
3.    Mengemukakan pendapat
4.    Menghormati orang yang lebih tua
5.    Melatih keberanian
6.    Bertanggung jawab
7.    Menyayangi sesama teman
8.    Meredakan/mengendalikan Emosi
Adapun fakta dan temuan di lapangan saya dapatkan melalu data observasi, angket dan wawancara yang melibatkan guru, orang tua dan anak murid usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I Sungai Bambu yaitu :
1.    Observasi
Observasi dilakukan peneliti selama proses belajar mengajar berlangsung dengan bantuan guru inti dan guru pembantu, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana perkembangan kecerdasan emosional kelas usia anak 4-5 Tahun di PAUD Mawar I dengan rincian pertanyaan sebagai berikut :
Tabel 3.
Hasil Observasi Di Lapangan

No

Item Pertanyaan
Alternatif Jawaban
Selalu
Sering
Kadan-kadang
Tidak Pernah
Jumlah
A.   Kecerdasan Emosi





1
Apakah anak merasa bangga dengan hasil karyanya sendiri?

10
8
1
19
100%
2
Apakah anak cepat bergabung dengan teman-temannya?

12
5
2
19
100%
3
Apakah anak suka bertanya pada setiap hal yang baru ditemuinya?
1
2
10
6
19
100%
4
Apakah anak bisa menunggu giliran bermain?
2
5
8
4
19
100%
B.   Lingkungan





5
Apakah anak merasa iri dengan saudaranya atau temannya?
1
3
13
2
19
100%

6
Apakah anak menginginkan hanya dia yang mendapatkan perhatian?

5
4
10
19
100%

7
Apakah anak dapat berbagi mainan dengan saudaranya atau temannya?
9

5
5
19
100%
8
Apakah anak mampu menunjukan kasih sayang kepada saudaranya atau temannya?

9
8
2
19
100%
C.  Reaksi Emosi





9
Apakah anak memukul atau menyerang agresif jika sedang marah?

1
8
10
19
100%
10
Apakah anak menangis jika mainannya direbut temannya?
1

2
16
19
100%
11
Apakah anak menangis jika mendapat tugas yang sulit?
1


18
19
100%
12
Apakah anak tertawa senang saat mendapatkan hadiah?

15
2
2
19
100%
TOTAL





TOTAL PRESENTASE






2.    Angket
Angket dilakukan peneliti untuk mengetahui sejauh mana peran guru dalam menciptakan proses belajar mengajar yang nyaman dan menyenangkan agar membantu perkembangan kecerdasan emosional anak usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I yaitu :

Tabel 4.
Hasil Angket Terhadap Guru Usia Anak 4-5 Tahun

No

Item Pertanyaan
Alternatif Jawaban
Selalu
Sering
Kadang-kadang
Tidak Pernah
Jumlah
1
Apakah guru bisa menertibkan anak di kelas?

1
1

2
100 %
2
Apakah guru memotivasi anak untuk menyelesaikan tugasnya sendiri?


1
1
2
100%
3
Apakah guru melaksanakan KBM sambil bermain?

1
1

2
100%
4
Apakah guru memotivasi anak untuk berbagi?

1
1

2
100%
5
Apakah guru memberi kesempatan pada anak untuk mengungkapkan keinginannya atau pendapatnya?


1
1
2
100%
6
Apakah guru aktif memotivasi anak untuk mengungkapkan perasaannya?


1
1
2
100%
7
Apakah guru memberi pujian kepada anak yang bisa menyelesaikan tugas?

1
1

2
100%
8
Apakah guru memberi hukuman kepada anak yang berbuat salah?


1
1
2
100%
9
Apakah guru memotivasi anak untuk berani meminta maaf jika melakukan kesalahan?


2

2
100%
10
Apakah guru memberikan motivasi kepada anak untuk berbesar hati memaafkan kesalahan orang lain?

1
1

2
100%
11
Apakah guru memotivasi anak untuk disiplin?


2

2
100%
12
Apakah guru memotivasi anak untuk menghormati orang yang lebih dewasa?

1
1

2
100%
13
Apakah guru memotivasi anak untuk menyayangi sesama teman?

1
1

2
100%
TOTAL





TOTAL PRESENTASE






3.    Wawancara
Wawancara dilakukan peneliti terhadap orangtua murid anak usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I, dengan tujuan mengetahui pola pengasuhan yang diterapkan orangtua terhadap anaknya dalam mengembangkan kecerdasan emosional anak tersebut, selama berada di rumah adalah :

Tabel 5.
Hasil Wawancara  Orangtua Anak Usia 4-5 Tahun
No
Aspek Pertanyaan
Deskripsi Jawaban
1
Bagiamana cara orangtua menerapkan pola pengasuhan sehari-hari terhadap anak?

2
Adakah kerjasama antara ibu, ayah dan angora keluarga yg lain yg berada di rumah dalam menerapkan pola asuh yang baik terhadap anak?

3
Bagiamana bahasa percakapan yang digunakan orangtua terhadap anak sehari-hari?

4
Bagaimana cara orangtua melatih kemandirian dan rasa tanggung jawab terhadap anak?

5
Adakah dukungan orangtua dalam mengembangkan rasa percaya diri terhadap anak?

6
Bagimana cara orangtua mengenalkan kepada anak untuk saling berbagi?

7
Bagaimana cara orangtua dalam melatih disiplin dan kesabaran anak?

8
Adakah pujian atau pemberian hadiah yang dilakukan orangtua bila anak meraih prestasi/melakukan hal yang sangat baik?

9
Bagaimana reaksi orangtua, apabila anak sedang merasa marah, kesal atau menangis?

10
Seberapa sering orangtua menyediakan waktu bersama keluarga untuk diskusi ataupun menanyakan perasaan anak dalam  melakukan kegiatannya di sekolah?


BAB IV
ANALISIS HASIL PENELITIAN

A.      TAHAPAN PENELITIAN
Untuk mendapatkan gambaran dan hasil analisa dari tujuan penelitian ini, dilakukan penelitian di PAUD Mawar I Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjuk Priok Jakarta Utara dengan menggunakan 3 tahapan-tahapan diantaranya :
1.    Tahap pertama, peneliti membuat daftar pertanyaan untuk form hasil observasi terhadap kecerdasan emosional anak di dalam kelas, angket untuk guru dalam menciptakan suasana belajar sambil bermain dengan menggunakan metode Hypnoparenting di lingkungan sekolah dan wawancara kepada orangtua anak yang berkaitan dengan perkembangan kecerdasan emosional anak dan penerapan pola asuh yang berkaitan dengan Hypnoparenting yang dilakukan di lingkungan rumah/tempat tinggal anak.
2.    Tahap kedua, peneliti menyusun jadwal pengambilan sampel-sampel data mulai dari observasi, pengisian angket dan wawancara, serta berkoordinasi dengan guru dan orangtua anak usia 4-5 tahun di PAUD Mawar I Kelurahan Sungai Bambu Kecamatan Tanjung Priok.
3.    Tahap ketiga, yang dilakukan peneliti pertama kali yaitu melakukan observasi  terhadap perilaku dan kebiasaan anak usia 4-5 Tahun di dalam kelas, selama mengikuti proses belajar sambil bermain, dengan mengamati perkembangan kecerdasan emosional anak.
4.    Tahap keempat, pengisian angket kepada guru yang mengajar di kelas anak usia 4-5 Tahun, pertanyaan yang diberikan seputar bagaimana cara yang dilakukan guru dalam menyelenggarakan proses belajar sambil bermain, untuk mengembangkan kecerdasan emosional anak, dan adakah metode Hypnoparenting yang dilakukan guru selama  anak berada di sekolah.
5.    Tahap kelima, peneliti melakukan wawancara kepada orangtua anak usia 4-5 Tahun dalam menerapkan pola asuh di rumah terhadap anaknya, yang berkaitan dengan perkembangan kecerdasan emosional anak, dan adakah metode Hypnoparenting yang dilakukan orangtua terhadap anak selama berada di lingkungan rumah.
6.    Tahap keenam, dengan bantuan guru inti dan guru pembimbing mengumpulkan data-data yang sudah dilakukan untuk dianalisa oleh peniliti agar mendapatkan kesimpulan guna menjawab pertanyaan/tujuan penelitian tersebut.


B.       ANALISA HASIL PENELITIAN

C.       PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Dari ke 3 (tiga) tahapan tersebut diatas, peneliti menganalisa untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan dan tujuan penelitian yaitu  :
1.    Bagaimana Proses Penerapan Motode Hypnoparenting di PAUD Mawar I?
  1. Bagaimana Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5 tahun di PAUD Mawar I setelah di terapkan Hypnoparenting ?
  2. Adakah Pengaruh Metode Hypnoparenting Terhadap Kecerdasan Emosional Anak Usia 4-5 Tahun di PAUD Mawar I?








BAB V
 PENUTUP
A.      KESIMPULAN
B.       SARAN-SARAN




[1]Ayah Edy,Mendidik Anak Zaman Sekarang Ternyata Mudah Lho…(Jakarta,Tangga Pustaka,2008)hal.60
[2] Nurla Isna Aunillah,Membentuk Karakter Anak Sejak Janin(Yogyakarta,Flash Books,2015)hal.13
[3] Dr.Dewi P. Faeni, Nht. MM, Hypnoparenting (Jakarta,Noura Familia,2011)hal.4
[4] Agus Sutiyono, Dahsyatnya Hypnoparenting (Jakarta,Penebar Plus,2010)hal.9
[5] Dr.Dewi P. Faeni, Nht. MM, Hypnoparenting (Jakarta,Noura Familia,2011)hal.4
[6] Kartini Kartono,Psikologi Perkembangan, (Bandung:Mandar Maju,1990)hal.89
[7] Zulkifli,Psikologi Perkembangan (Bandung,PT Remaja Rosdakarya,1987)hal.45
[8] Ayah bunda, Multiple Intelligences (Jakarta,Aspirasi Pemuda,2003)hal.6
[9] Nurla Isna Aunillah,Membentuk Karakter Anak Sejak Janin(Yogyakarta,Flash Books,2015)hal.110
[10] Daniel Goleman, Emotional Inteligence: Why It Can Matter More Than IQ (New York,Pinguin Book,2008)hal.52

Tidak ada komentar:

Posting Komentar