here we are

here we are

Kamis, 12 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Sri Wulyani Setyawati

                   Ujian Tengah Semester (UTS)

Disusun untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah
 “Metodologi Penelitian”
Dosen Pengampu :
Iswadi, M.Pd.

PENGARUH KEGIATAN SAINS TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI


oleh :
SRI WULYANI SETYAWATI
20158410195


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU KEPENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016
PROPOSAL PTK PAUD PENGEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL

Nama Peneliti       : Sri Wulyani Setyawati
NPM                      : 20158410195
Unit Kerja             : BKB PAUD Tunas Cempaka
Judul Penelitian    : Pengaruh Kegiatan Sains Terhadap Perkembangan     Sosial  Emosional Anak Usia Dini

A.    LATAR BELAKANG MASALAH

Masa kanak-kanak merupakan masa yang bahagia bagi seorang anak. Masa kanak-kanak yang bahagia memang tidak sepenuhnya menjamin keberhasilan di masa dewasa, tetapi dapat menjadi peletak dasar bagi keberhasilannya, sedangkan ketidakbahagiannya pada masa kanak-kanak dapat menjadi peletak dasar bagi ketidakberhasilannya. Tidak hanya ketidak berhasilannya dalam nilai-nilai akademisnya, tetapi dapat menjadi ketidak berhasilannya dalam bersosialisasi atau membina hubungan dengan masyarakat disekitarnya. Menurut Erikson, tahun pertama kehidupan anak penting ditanamkan dasar untuk mempercayai orang lain,(basic trust). Anak yang tidak mengalami dan memperoleh kasih sayang dan kepuasan yang merupakan bagian dari kebutuhannya akan mengalami kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan diri dengan orang lain. Hal ini akan berpengaruh dalam hubungan social anak di kemudian hari.
Cara yang biasanya dilakukan seseorang untuk bereaksi sebagian besar bergantung pada faktor yang memberikan kepuasan padanya, pada perilaku yang dapat diterima secara sosial, dan pada perilaku yang tidak menimbulkan penolakan dari orang – orang yang berarti baginya. Dengan demikian, agar setiap anak memenuhi pernyataan di atas secara positif maka persiapan fisik, mental, dan psikologis untuk bertindak sesuai dengan cara yang memenuhi kriteria di atas. Pada tingkatan anak prasekolah hal ini menjadi sangat penting karena mereka berada pada periode yang masih tinggi fleksibelitasnya. Tugas orang tua dan guru adalah mengarahkan emosi anak ke pola hubungan yang bersifat positif, artinya yang dapat mengembangkan emosi anak ke arah keterampilan sosial untuk beraktivitas mengisi kehidupannya menjadi lebih sempurna dan diterima oleh lingkungan sosialnya. Lebih khusus lagi guru hendaknya bisa mengarahkan semua anak belajar tentang cara menyalurkan energi emosionalnya yang berlebihan agar mereka tidak menderita kerusakan fisik dan psikologis terlalu besar apabila sewaktu – waktu diperlukan pengendalian emosi. Tindakan guru atau orang tua  menyalurkan energi emosional anak secara tepat diantaranya sebagai berikut :
a. membantu menyibukkan diri anak dalam kegiatan sehari – hari, baik dengan bermain maupun bekerja
b. membantu menjalin hubungan emosional yang akrab, paling tidak dengan salah seorang anggota keluarga. Orang tua dapat membantu anak mengembangkan pandangan yang lebih matang terhadap masalah mereka
c membantu menemukan seorang teman yang bisa menjadi akrab untuk anak menceritakan kesulitan dan mengadu. Dapat juga membantu agar anak bersedia menceritakan masalahnya dengan seseorang yang dianggapnya bersikap simpatik.
d. membantu anak mengenali dirinya, termasuk pentingnya tertawa, humor, tersenyum juga termasuk memiliki rasa takut.
Salah satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak dalam rangka bermain seraya belajar adalah dengan kegiatan sains. Pengalaman- pengalaman yang diberikan oleh pendidik dan orang tua kepada anak akan tertanam pada diri anak. Hal ini sesuai dengan karakteristik anak usia dini 0-6 tahun yang unik, aktif dan energik, memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif, serta senang dan kaya akan fantasi atau imajinasi. Karakteristik anak tersebut mendukung anak untuk belajar hal-hal yang ada di lingkungannya. Pemahaman tentang lingkungan dapat diterapkan pada kemampuan anak pada bidang sains. Mengacu pada pendapat Sumaji dalam Ali Nugraha (2005: 27) yang menerangkan bahwa tujuan pembelajaran sains pada anak usia dini adalah untuk mengembangkan seseorang agar dapat memahami arti dari sains secara menyeluruh dan dapat menggunakan aspek-aspek pentingnya dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Jadi pembelajaran sains hendaknya dapat memberi pemahaman, minat, dan penghargaan anak didik terhadap dunia tempat tinggal mereka.  Pembelajaran sains pada anak usia dini mendapat kendala. Salah satu masalahnya yaitu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memberi contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian  bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal (Dikti, 2004 dalam http://www.fipumj.net).


B.     IDENTIFIKASI MASALAH

Setelah melakukan pengamatan terhadap anak-anak ditemukan beberapa masalah yang terkait dengan judul penelitian, diantaranya adalah :
1.      Banyaknya anak yang belum mampu berinteraksi dengan baik terhadap guru maupun teman sebaya.
2.      Kurangnya kegiatan sains yang diberikan saat kegiatan belajar mengajar di BKB PAUD Tunas Cempaka.
3.      Metode penyampaian  bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal.
4.      Kurangnya stimulus dari orang tua sehingga perkembangan  social emosional belum berkembang secara optimal.


C.    PEMBATASAN MASALAH

Berdasarkan identifikasi masalah dan mempertimbangkan banyaknya focus penelitian yang dapat diteliti serta tanpa bermaksud mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak diteliti maka peneliti membatasi permasalahan penelitian ini dalam “ Pengaruh Kegiatan Sains Terhadap Perkembangan Social Emosional Pada Anak Usia Dini”


D.    RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan Latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah diuraikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana pelaksanaan aktivitas kegiatan sains pada anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka.
2.      Bagaimana perkembangan social emosional pada anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka setelah pelaksanaan kegiatan sains?
3.      Seberapa besar pengaruh kegiatan sains terhadap perkembangan social emosional anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka.

E.     MANFAAT PENELITIAN

1.      Sebagai salah satu syarat mencapai gelar S-1 di STKIP Kusuma Negara.
2.      Mengembangkan kemampuan peneliti untuk dapat menemukan, memehami, dan memecahkan masalah perkembangan social emosional anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka.
3.      Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat kegiatan sains pada anak usia dini.

F.     KAJIAN PUSTAKA

1.      Karateristik Anak Usia Dini
Secara umum dapat diartikan sebagai anak berumur dibawah 6 Tahun. Jadi usia anak yang belum mencapai umur 6 tahun atau 6 tahun kebawah dikategorikan sebagai Anak Usia Dini. Banyak orang mengatakan bahwa fase ini sebagai Masa "Golden Age" karena masa ini sangat menentukan bagaimana anak tersebut berkembang nantinya dari segi Sikap, Mental dan Spiritualnya. Selain itu tentu saja banyak faktor yang mempengaruhinya itu semua seiring dengan proses menuju tingkat kedewasaan dan masa Golden Age akan tetap diingat serta membekas di hati sanubarinya. Disini perlu peran aktif terutama dari keluarga dalam menjaga dan mengantarkan proses itu secara alami dan baik untuk masa depannya.

Adapun karakteristik anak usia dini meliputi:
a.       Memiliki rasa ingin tahu yang besar. Anak usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa bayi rasa inign tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam jangkauannya kemudian memasukkannya ke mulutnya. Pada usia 3-4 tahun anak sering membongkar pasang segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mula gemar bertanya meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.
b.      Merupakan pribadi yang unik. Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia dini, setiap anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga lingkungan. Untuk itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual dalam menangani anak usia dini.
c.       Suka berfantasi dan berimajinasi. Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah, 2008). Anak usia dini sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi nyata. Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya teman imajiner. Teman imajiner itu bisa berupa orang, benda, atau pun hewan.
d.      Masa paling potensial untuk belajar. Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena pada rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat di berbagai aspek. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar masa peka ini tidak terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
e.       Menunjukkan sikap egosentris. Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku anak yang masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya terpenuhi.
f.        Memiliki rentang daya konsentrasi yang pendek. Anak usia dini memiliki rentang perhatian yang sangat pendek. Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama yang menarik perhatiannya. Sebagai pendidik dalam menyampaikan pembelajaran hendaknya memperhatikan hal ini.
g.      Sebagai bagian dari makhluk sosial. Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui interaksi sosial ini anak membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana caranya agar ia bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai belajar untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia mulai merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Periode perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga usia 24 bulan (0 -2 tahun) disebut sebagai periode atau masa bayi (infacy period). Masa ini merupakan masa yang sangat bergantung kepada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang terjadi seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan belajar sosial hanya sebagai permulaan.

2.      Pengembangan Program Pembelajaran Sains
Ruang lingkup program pembelajaran sains terdiri dati isi bahan kajian, bidang pengembangan yang menjdi program sains terpadu atau terintegrasi.
Isi bahan kajian terkait dengan jaga raya (ilmu tentang bumi), tumbuh-tumbuhan, binatang dan hubungan antara aspek-aspek kehidupan dengan lingkungannya. Arah pengembangan program sains sebagai suatu proses ditujukan pada perencanaan dan aktivitas sains yang dapat membantu anak dalam menguasai keterampilan yang terkait dengan cara pengenalan dan perolehan sains yang benar.
Beberapa model pengembangan program pembelajaran sains yang dijadikan pedoman untuk anak usia dini.
a.       Pendekatan yang bersifat situasional
Maksudnya adalah pembahasan tentang sains yang dielaborasi (diulas) secara luas dan mendalam jika dalam pembelajaran muncul fenomena yang terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran belajar.
b.      Pendekatan yang bersifat terpisah atau tersendiri
Maksudnya program pengembangan pembelajaran sains dirancang secara khusus dan tersendiri sesuai dengan karakteristik pembelajaran sains.
c.       Pendekatan yang bersifat merger atau terintegrasi dengan disiplin lain atau bidang pengembangan lain.
Memilih topik atau tema atau unit yang tepat untuk integratif kurikulum dalam pengembangan pembelajaran sains menurut Dixon (1991) yaitu:
a)      Berdasarkan minat anak
b)      Berdasarkan minat guru
c)      Berdasarkan kebutuhan anak
d)      Sesuai dengan situasi tahun itu, cuaca dan kegiatan-kegiatan khusus
e)      Kurikulum sekolah dan harapan masyarakat
f)       Ketersediaan sumber (buku, film, tap, dll)
Untuk memperoleh suatu eprencanaan pembelajaran sains yang baik harus mengikuti langkah-langkah mengembangkan yang memiliki dua tahapan:
a)      Pra perencanaan
Yaitu tahapan yang ditempuh oleh seseorang perencana sebelum merumuskan perencanaan sesungguhnya.
b)      Pengembangan perencanaan yaitu tahap melakukan kegiatan nyata dalam pembuatan perencanaan.
Alasan yang mendasari perlu pengembangan pembelajaran sains pada anak dengan menggunakan keterampilan proses yang dikemukakan oleh Conny Semiawan (1992) diantaranya:
a.       Perkembangan ilmu pengetahuan semakin cepat.
b.      Kesulitan anak dalam memahami konsep yang rumit bila tidak diberikan contoh yang konkrit.
c.       Sifat penemuan relatif hingga memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir kritis dalam bertindak.
d.      Adanya keterkaitan antara pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai
Salah satu keterampilan atau kemampuan proses yang telah dimodifikasikan oleh konferensi para ahli sains pada tahun 1971 diantaranya:
a.       Keterampilan mengamati
b.      Keterampilan mengajukan pertanyaan
c.       Keterampilan berkomunikasi
d.      Keterampilan menghitung  




3.      Pengembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini
  
Menurut harlock perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan social. “Sosialisasi “ adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan norma nilai. Jadi seseorang di katakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu menunjukan tindakan-tindakan  yang diharapkan sesuai dengan aturan yang memang telah di buat.
Sosial emosional pada anak penting dikembangkan. Karena pertama semakin banyaknya permasalahan yang terjadi di sekitar anak. Di kembangkannya social emosional agar ada penanaman kesadaran bahwa anak adalah penerus,pencipta,pengevaluasi, investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya, kemudian perkembangan emosi perlu di kembangkan sejak dini karena anak memiliki masa emas perkembangan social emosional sesuai tahap perkembangannya . Jadi, harus di lengkapi kebutuhannya seoptimal mungkin agar tidak ada satu tahapan pun yang terlewatkan, yang terakhir karena anak tidak akan berkembang baik apabila hanya IQ saja yang di kembangkan, karena EI jauh lebih dibutuhkan untuk itu sejak dini anak harus di lengkapi perkembangan social emosionalnya. Melatih pengendalian diri, mengajarkan pengenalan emosi pada anak, melatih pengelolaan emosi anak, penerapan disiplin dengan konsep empati, mengungkapkan emosi dengan kata-kata, melakukan permainan yang dapat melatih social dan emosional anak, menanggapi perasaan anak, menjadi contoh yang baik dalam melatih keterampilan emosi.
Di samping menggunakan pendekatan utama, yaitu pembelajaran terpadu, pada pendidikan TK kegiatan pembelajarannya dapat dilakukan dengan pendekatan rutin, terprogram, spontan maupun teladan.
Pendekatan rutin, sering juga disebut pembiasaan dilakukan dengan cara penjadwalan secara terus-menerus hingga pola perilaku yang diharapkan melekat menjadi kebiasaan positif pada setiap anak dimana contoh saling membantu dalam melakukan kegiatan kerja kelompok
Pelaksanaan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan terprogram adalah kegiatan tersebut dibuat secara terencana menjadi sasaran atau agenda utama saat program itu dilaksanakan.Pembelajaran dapat dirancang dalam silabus, baik untuk jangka waktu yang pendek maupun panjang, yaitu untuk satu hari (SKH), satu minggu (SKM), dan seterusnya.
Pembelajaran spontan, yaitu pembelajaran yang dikembangkan untuk menanggapi stimulus langsung dari anak sebagai konsekuensi konteks pembela-jaran yang bersifat dinamis, terutama pada kelas TK. Penting dilakukan pembelajaran spontan karena memberikan efek kepuasan yang sangat tinggi pada anak sehingga anak akan merasa bangga dengan apa yang dilakukannya.
Pendekatan lainnya, yaitu keteladanan, maksudnya adalah pembelajaran yang ditampilkan melalui contoh-contoh yang baik.

G.    KERANGKA BERFIKIR TINDAKAN
Berdasarkan kajian yang telah dilakukan oleh Nova Oktriani dengan judul “Pengembangan Pembelajaran sains pada Anak Usia Dini” tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa kegiatan sainas dapat meningkatkan perkembangan social emosional pada anak usia dini.
Dengan sains dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan perkembangan social emosional pada anak usia dini.  Melalui sains anak akan semakin tertarik dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat berinteraksi dengan baik terhadap teman maupun ibu guru, sehingga anak akan lebih mudah beradaptasi dan bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.

H.    HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “ Pengaruh Kegiatan Sains TerhadapPerkembangan Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini”.

I.       TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui pelaksanaan kegiatan sains di BKB PAUD Tunas Cempaka, Kelurahan Pesanggrahan, Kecamatan Pesanggrahan.
2.      Mengetahui perkembangan social emosional anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka, setelah pelaksanaan kegiatan sains.
3.      Mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan sains terhadap perkembangan social emosional anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka.
J.      TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

1.      Penelitian ini dilaksanakan di BKB PAUD Tunas Cempaka, jln. Penerangan VII Rt 007/07 Kelurahan Pesanggrahan, Kelurahan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
2.      Penelitian ini akan dimulai pada bulan Januari sampai Pebruari 2017.

K.    METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas adalah prosses investigasi terkendali untuk merumuskan dan memecahkan masalah pembelajaran dikelas. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil pembelajaran di kelas tertentu.

L.     LANGKAH LANGKAH PENELITIAN
Siklus yang digunakan terdiri dari :
1.      Siklus 1:
a)      Perencanaan
Pada tahap perencanaan, hal yang harus dilakukan diawali dengan peneliti mengamati aktivitas anak di dalam kelas guna memperoleh data atau gambaran mengenai aktivitas bermain anak, bagaimana anak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan teman-temannya, serta respon guru di BKB PAUD Tunas Cempaka. Kemudian melakukan penyusunan instrument observasi pengumpulan data yang terlebih dulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
b)      Pelaksanaan
Peneliti mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan sains berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah dibuat.

c)      Pengamatan
Peneliti bekerjasama dengan pengamat untuk mengamati proses pembelajaran. Peneliti mengamati peserta didik sejak kegiatan belajar mengajar dimulai hingga berakhir. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik.

d)      Refleksi
Peneliti beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar siswa, dan sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara.

2.      Siklus 2:
a.       Perencanaan
Pada siklus 2 dilaksanakan 5 kali pertemuan. Pada siklus ini berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 1 yang akan dituangkan dalam RPPH.
b.      Pelaksanaan
Peneliti mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan sains berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah dibuat pada siklus 2.
c.       Pengamatan
Peneliti bekerjasama dengan pengamat untuk mengamati proses pembelajaran. Peneliti mengamati peserta didik sejak kegiatan belajar mengajar dimulai hingga berakhir. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik.
d.      Refleksi
Peneliti beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar siswa, dan sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara yang pada akhirnya dapat mengidentifikasi masalah-masalah atau kelemahan selama proses dan hasil di siklus 2, untuk dijadikan dasar memperbaiki di siklus berikutnya
3.      Siklus 3
1)      Perencanaan
Perencanaan pada siklus 3 berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2 yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).

2)      Pelaksanaan
Peneliti mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan sains berdasarkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) pada siklus 3.
3)      Pengamatan
Peneliti bekerjasama dengan pengamat untuk mengamati proses pembelajaran. Peneliti mengamati peserta didik sejak kegiatan belajar mengajar dimulai hingga berakhir. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik.
4)      Refleksi
Peneliti beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar siswa, dan sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara, yang pada akhirnya dapat mengidentifikasi masalah dan kelemahan selama proses dan hasil di siklus 3.

M.   SUMBER DATA
Sumber penelitian adalah siswa kelompok B yang berjumlah 15 siswa, yang terdiri dari 9 anak perempuan dan 6 anak laki-laki.


N.    TEKNIK PENGUMPULAN DATA
·         Observasi
Observasi dilakukan dengan cara mengamati dan memcatat peserta secara sistematik. Metode ini digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian berupa hasil karya.
·         Angket
Angket adalah daftar kumpulan pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk mendapatkan jwaban, dalam angket ini berisi penelusuran dan penggalian informasi, baik tentang dirinya maupun orang lain.
·         Wawancara
Adalah suatu cara pengumpulan data antara peneliti dan beberapa guru yang digunakan untuk memperoleh informasi langsung yang dibutuhkan untuk kelengkapan penelitian.


·         Studi Kepustakaan
Dilakukan dengan melihat hasil karya anak, buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, dan foto-foto agar dapat menunjang proses penelitian.


O.    TEKNIK ANALISA DATA
Analis data yang digunakan antara lain menyajikan data kualitatif maupu data kuantitatif untuk bahan informasi peneliti menarik kesimpulan, sedangkan deskripsi data disajikan secara deskriptif dan dalam bentuk tabel.

P.     TEKNIK KEABSAHAN DATA
Dilakukan dengan cara membandingkan data yang terkumpul dari berbagai sumber, antara lain hasil observasi, dan hasil wawancara.

Q.    KRITERIA KEBERHASILAN PENELITIAN
Kriteria keberhasilan dari penelitian ini ditunjukkan dengan symbol penilaian berupa huruf (A, B, C, D), dimana :
A = Anak sudah mampu mencapai indicator dengan hasil maksimal
B = Anak sudah dapat mencapai indicator tetapi hasilnya belum maksimal
C = Anak mencapai indicator dengan bantuan guru
D = Anak belum mencapai indicator.







DAFTAR PUSTAKA


Nugraha, Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005.
Nova, Oktriani. 2012. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta.
 Riani, Putri. 2012. Pentingnya Sains Bagi Anak Usia Dini. Jakarta.
Sujiono, Nuraini Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta. PT     Indeks 2009.
Sujiono, Bambang dkk. Menu Pembelajaran Anak Usia Dini. Jakarta. Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. 2005.

















Tidak ada komentar:

Posting Komentar