Ujian
Tengah Semester (UTS)
Disusun untuk memenuhi salah satu syarat
mata kuliah
“Metodologi
Penelitian”
Dosen Pengampu :
Iswadi, M.Pd.
PENGARUH KEGIATAN SAINS
TERHADAP PERKEMBANGAN SOSIAL EMOSIONAL ANAK USIA DINI
oleh :
SRI WULYANI SETYAWATI
20158410195
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU
KEPENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016
PROPOSAL PTK PAUD PENGEMBANGAN SOSIAL
EMOSIONAL
Nama
Peneliti : Sri Wulyani Setyawati
NPM : 20158410195
Unit
Kerja : BKB PAUD Tunas
Cempaka
Judul
Penelitian : Pengaruh Kegiatan Sains Terhadap
Perkembangan Sosial Emosional Anak Usia Dini
A.
LATAR
BELAKANG MASALAH
Masa kanak-kanak
merupakan masa yang bahagia bagi seorang anak. Masa kanak-kanak yang bahagia
memang tidak sepenuhnya menjamin keberhasilan di masa dewasa, tetapi dapat
menjadi peletak dasar bagi keberhasilannya, sedangkan ketidakbahagiannya pada
masa kanak-kanak dapat menjadi peletak dasar bagi ketidakberhasilannya. Tidak
hanya ketidak berhasilannya dalam nilai-nilai akademisnya, tetapi dapat menjadi
ketidak berhasilannya dalam bersosialisasi atau membina hubungan dengan
masyarakat disekitarnya. Menurut Erikson, tahun pertama kehidupan anak penting
ditanamkan dasar untuk mempercayai orang lain,(basic trust). Anak yang tidak
mengalami dan memperoleh kasih sayang dan kepuasan yang merupakan bagian dari
kebutuhannya akan mengalami kegagalan dalam mengembangkan kepercayaan diri
dengan orang lain. Hal ini akan berpengaruh dalam hubungan social anak di
kemudian hari.
Cara
yang biasanya dilakukan seseorang untuk bereaksi sebagian besar bergantung pada
faktor yang memberikan kepuasan padanya, pada perilaku yang dapat diterima
secara sosial, dan pada perilaku yang tidak menimbulkan penolakan dari orang –
orang yang berarti baginya. Dengan demikian, agar setiap anak memenuhi
pernyataan di atas secara positif maka persiapan fisik, mental, dan psikologis
untuk bertindak sesuai dengan cara yang memenuhi kriteria di atas. Pada
tingkatan anak prasekolah hal ini menjadi sangat penting karena mereka berada
pada periode yang masih tinggi fleksibelitasnya. Tugas orang tua dan guru
adalah mengarahkan emosi anak ke pola hubungan yang bersifat positif, artinya
yang dapat mengembangkan emosi anak ke arah keterampilan sosial untuk
beraktivitas mengisi kehidupannya menjadi lebih sempurna dan diterima oleh
lingkungan sosialnya. Lebih khusus lagi guru hendaknya bisa mengarahkan semua
anak belajar tentang cara menyalurkan energi emosionalnya yang berlebihan agar
mereka tidak menderita kerusakan fisik dan psikologis terlalu besar apabila
sewaktu – waktu diperlukan pengendalian emosi. Tindakan guru atau orang
tua menyalurkan energi emosional anak secara tepat diantaranya sebagai berikut
:
a.
membantu menyibukkan diri anak dalam kegiatan sehari – hari, baik dengan
bermain maupun bekerja
b.
membantu menjalin hubungan emosional yang akrab, paling tidak dengan salah
seorang anggota keluarga. Orang tua dapat membantu anak mengembangkan pandangan
yang lebih matang terhadap masalah mereka
c
membantu menemukan seorang teman yang bisa menjadi akrab untuk anak
menceritakan kesulitan dan mengadu. Dapat juga membantu agar anak bersedia
menceritakan masalahnya dengan seseorang yang dianggapnya bersikap simpatik.
d.
membantu anak mengenali dirinya, termasuk pentingnya tertawa, humor, tersenyum
juga termasuk memiliki rasa takut.
Salah
satu kegiatan yang dapat dilakukan oleh anak-anak dalam rangka bermain seraya
belajar adalah dengan kegiatan sains. Pengalaman- pengalaman yang diberikan oleh pendidik dan
orang tua kepada anak akan tertanam pada diri anak. Hal ini sesuai dengan
karakteristik anak usia dini 0-6 tahun yang unik, aktif dan energik, memiliki
rasa ingin tahu yang tinggi, eksploratif, serta senang dan kaya akan fantasi
atau imajinasi. Karakteristik anak tersebut mendukung anak untuk belajar
hal-hal yang ada di lingkungannya. Pemahaman tentang lingkungan dapat
diterapkan pada kemampuan anak pada bidang sains. Mengacu pada pendapat Sumaji
dalam Ali Nugraha (2005: 27) yang menerangkan bahwa tujuan pembelajaran sains
pada anak usia dini adalah untuk mengembangkan seseorang agar dapat memahami
arti dari sains secara menyeluruh dan dapat menggunakan aspek-aspek pentingnya
dalam memecahkan masalah yang sedang dihadapi. Jadi pembelajaran sains
hendaknya dapat memberi pemahaman, minat, dan penghargaan anak didik terhadap
dunia tempat tinggal mereka. Pembelajaran
sains pada anak usia dini mendapat kendala. Salah satu masalahnya yaitu materi
pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memberi
contoh-contoh yang kontekstual. Metode penyampaian bersifat monoton,
kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal (Dikti, 2004 dalam http://www.fipumj.net).
B.
IDENTIFIKASI
MASALAH
Setelah melakukan pengamatan terhadap
anak-anak ditemukan beberapa masalah yang terkait dengan judul penelitian,
diantaranya adalah :
1. Banyaknya
anak yang belum mampu berinteraksi dengan baik terhadap guru maupun teman
sebaya.
2. Kurangnya
kegiatan sains yang diberikan saat kegiatan belajar mengajar di BKB PAUD Tunas
Cempaka.
3. Metode
penyampaian bersifat monoton, kurang memanfaatkan berbagai media secara
optimal.
4. Kurangnya
stimulus dari orang tua sehingga perkembangan
social emosional belum berkembang secara optimal.
C.
PEMBATASAN
MASALAH
Berdasarkan
identifikasi masalah dan mempertimbangkan banyaknya focus penelitian yang dapat
diteliti serta tanpa bermaksud mengabaikan masalah-masalah lain yang tidak
diteliti maka peneliti membatasi permasalahan penelitian ini dalam “ Pengaruh
Kegiatan Sains Terhadap Perkembangan Social Emosional Pada Anak Usia Dini”
D.
RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan
Latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah
diuraikan, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
pelaksanaan aktivitas kegiatan sains pada anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas
Cempaka.
2. Bagaimana
perkembangan social emosional pada anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas
Cempaka setelah pelaksanaan kegiatan sains?
3. Seberapa
besar pengaruh kegiatan sains terhadap perkembangan social emosional anak usia
5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka.
E.
MANFAAT
PENELITIAN
1. Sebagai
salah satu syarat mencapai gelar S-1 di STKIP Kusuma Negara.
2. Mengembangkan
kemampuan peneliti untuk dapat menemukan, memehami, dan memecahkan masalah
perkembangan social emosional anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka.
3. Memberikan
pengetahuan kepada masyarakat tentang manfaat kegiatan sains pada anak usia
dini.
F.
KAJIAN
PUSTAKA
1.
Karateristik
Anak Usia Dini
Secara
umum dapat diartikan sebagai anak berumur dibawah 6 Tahun. Jadi usia anak yang
belum mencapai umur 6 tahun atau 6 tahun kebawah dikategorikan sebagai Anak
Usia Dini. Banyak orang mengatakan bahwa fase ini sebagai Masa "Golden
Age" karena masa ini sangat menentukan bagaimana anak tersebut
berkembang nantinya dari segi Sikap, Mental dan Spiritualnya. Selain itu tentu
saja banyak faktor yang mempengaruhinya itu semua seiring dengan proses menuju
tingkat kedewasaan dan masa Golden Age akan tetap diingat serta membekas di
hati sanubarinya. Disini perlu peran aktif terutama dari keluarga dalam menjaga
dan mengantarkan proses itu secara alami dan baik untuk masa depannya.
Adapun
karakteristik anak usia dini meliputi:
a.
Memiliki rasa ingin tahu yang besar. Anak
usia dini sangat ingin tahu tentang dunia sekitarnya. Pada masa bayi rasa inign
tahu ini ditunjukkan dengan meraih benda yang ada dalam jangkauannya kemudian
memasukkannya ke mulutnya. Pada usia 3-4 tahun anak sering membongkar pasang
segala sesuatu untuk memenuhi rasa ingin tahunya. Anak juga mula gemar bertanya
meski dalam bahasa yang masih sangat sederhana.
b.
Merupakan pribadi yang unik.
Meskipun banyak kesamaan dalam pola umum perkembangan anak usia dini, setiap
anak memiliki kekhasan tersendiri dalam hal bakat, minat, gaya belajar, dan
sebagainya. Keunikan ini berasal dari faktor genetis dan juga lingkungan. Untuk
itu pendidik perlu menerapkan pendekatan individual dalam menangani anak usia
dini.
c.
Suka berfantasi dan berimajinasi.
Fantasi adalah kemampuan membentuk tanggapan baru dengan pertolongan tanggapan
yang sudah ada. Imajinasi adalah kemampuan anak untuk menciptakan obyek atau
kejadian tanpa didukung data yang nyata (Siti Aisyah, 2008). Anak usia dini
sangat suka membayangkan dan mengembangkan berbagai hal jauh melampaui kondisi
nyata. Bahkan terkadang mereka dapat menciptakan adanya teman imajiner. Teman
imajiner itu bisa berupa orang, benda, atau pun hewan.
d.
Masa paling potensial untuk belajar.
Masa itu sering juga disebut sebagai “golden age” atau usia emas. Karena pada
rentang usia itu anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
di berbagai aspek. Pendidik perlu memberikan berbagai stimulasi yang tepat agar
masa peka ini tidak terlewatkan begitu saja. Tetapi mengisinya dengan hal-hal
yang dapat mengoptimalkan tumbuh kembang anak.
e.
Menunjukkan sikap egosentris.
Pada usia ini anak memandang segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Anak
cenderung mengabaikan sudut pandang orang lain. Hal itu terlhat dari perilaku
anak yang masih suka berebut mainan, menangis atau merengek sampai keinginannya
terpenuhi.
f.
Memiliki rentang daya konsentrasi
yang pendek. Anak usia dini memiliki rentang perhatian
yang sangat pendek. Pehatian anak akan mudah teralih pada hal lain terutama
yang menarik perhatiannya. Sebagai pendidik dalam menyampaikan pembelajaran
hendaknya memperhatikan hal ini.
g.
Sebagai bagian dari makhluk sosial.
Anak usia dini mulai suka bergaul dan bermain dengan teman sebayanya. Ia mulai
belajar berbagi, mau menunggu giliran, dan mengalah terhadap temannya. Melalui
interaksi sosial ini anak membentuk konsep dirinya. Ia mulai belajar bagaimana
caranya agar ia bisa diterima lingkungan sekitarnya. Dalam hal ini anak mulai
belajar untuk berperilaku sesuai tuntutan dari lingkungan sosialnya karena ia
mulai merasa membutuhkan orang lain dalam kehidupannya.
Periode
perkembangan yang merentang dari kelahiran hingga usia 24 bulan (0 -2 tahun)
disebut sebagai periode atau masa bayi (infacy period). Masa ini merupakan masa
yang sangat bergantung kepada orang dewasa. Banyak kegiatan psikologis yang
terjadi seperti bahasa, pemikiran simbolis, koordinasi sensorimotor, dan
belajar sosial hanya sebagai permulaan.
2. Pengembangan
Program Pembelajaran Sains
Ruang lingkup program pembelajaran
sains terdiri dati isi bahan kajian, bidang pengembangan yang menjdi program
sains terpadu atau terintegrasi.
Isi bahan kajian terkait dengan jaga
raya (ilmu tentang bumi), tumbuh-tumbuhan, binatang dan hubungan antara
aspek-aspek kehidupan dengan lingkungannya. Arah pengembangan program sains
sebagai suatu proses ditujukan pada perencanaan dan aktivitas sains yang dapat
membantu anak dalam menguasai keterampilan yang terkait dengan cara pengenalan dan
perolehan sains yang benar.
Beberapa model pengembangan program
pembelajaran sains yang dijadikan pedoman untuk anak usia dini.
a. Pendekatan yang bersifat situasional
Maksudnya adalah pembahasan tentang sains yang dielaborasi
(diulas) secara luas dan mendalam jika dalam pembelajaran muncul fenomena yang
terkait dengan tuntutan pembahasan konsep dan pengalaman sains pada sasaran
belajar.
b. Pendekatan yang bersifat terpisah
atau tersendiri
Maksudnya program pengembangan pembelajaran sains dirancang
secara khusus dan tersendiri sesuai dengan karakteristik pembelajaran sains.
c. Pendekatan yang bersifat merger atau
terintegrasi dengan disiplin lain atau bidang pengembangan lain.
Memilih
topik atau tema atau unit yang tepat untuk integratif kurikulum dalam pengembangan
pembelajaran sains menurut Dixon (1991) yaitu:
a) Berdasarkan minat anak
b) Berdasarkan minat guru
c) Berdasarkan kebutuhan anak
d) Sesuai dengan situasi tahun itu,
cuaca dan kegiatan-kegiatan khusus
e) Kurikulum sekolah dan harapan
masyarakat
f) Ketersediaan sumber (buku, film,
tap, dll)
Untuk memperoleh suatu eprencanaan
pembelajaran sains yang baik harus mengikuti langkah-langkah mengembangkan yang
memiliki dua tahapan:
a)
Pra
perencanaan
Yaitu tahapan yang ditempuh oleh seseorang perencana sebelum
merumuskan perencanaan sesungguhnya.
b) Pengembangan perencanaan yaitu tahap
melakukan kegiatan nyata dalam pembuatan perencanaan.
Alasan yang mendasari perlu pengembangan pembelajaran sains pada anak dengan menggunakan
keterampilan proses yang dikemukakan oleh Conny Semiawan (1992) diantaranya:
a. Perkembangan ilmu pengetahuan
semakin cepat.
b. Kesulitan anak dalam memahami konsep
yang rumit bila tidak diberikan contoh yang konkrit.
c. Sifat penemuan relatif hingga
memberikan kesempatan kepada anak untuk berfikir kritis dalam bertindak.
d. Adanya keterkaitan antara
pengembangan konsep dan pengembangan sikap dan nilai
Salah satu keterampilan atau kemampuan proses yang telah
dimodifikasikan oleh konferensi para ahli sains pada tahun 1971 diantaranya:
a.
Keterampilan mengamati
b.
Keterampilan mengajukan pertanyaan
c.
Keterampilan berkomunikasi
d.
Keterampilan menghitung
3. Pengembangan
Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini
Menurut harlock
perkembangan social merupakan perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan
tuntutan social. “Sosialisasi “ adalah kemampuan bertingkah laku sesuai dengan
norma nilai. Jadi seseorang di katakan berkembang emosinya apabila ia sudah mampu
menunjukan tindakan-tindakan yang
diharapkan sesuai dengan aturan yang memang telah di buat.
Sosial emosional pada anak penting dikembangkan. Karena pertama semakin banyaknya permasalahan yang terjadi di sekitar anak. Di kembangkannya social emosional agar ada penanaman kesadaran bahwa anak adalah penerus,pencipta,pengevaluasi, investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya, kemudian perkembangan emosi perlu di kembangkan sejak dini karena anak memiliki masa emas perkembangan social emosional sesuai tahap perkembangannya . Jadi, harus di lengkapi kebutuhannya seoptimal mungkin agar tidak ada satu tahapan pun yang terlewatkan, yang terakhir karena anak tidak akan berkembang baik apabila hanya IQ saja yang di kembangkan, karena EI jauh lebih dibutuhkan untuk itu sejak dini anak harus di lengkapi perkembangan social emosionalnya. Melatih pengendalian diri, mengajarkan pengenalan emosi pada anak, melatih pengelolaan emosi anak, penerapan disiplin dengan konsep empati, mengungkapkan emosi dengan kata-kata, melakukan permainan yang dapat melatih social dan emosional anak, menanggapi perasaan anak, menjadi contoh yang baik dalam melatih keterampilan emosi.
Sosial emosional pada anak penting dikembangkan. Karena pertama semakin banyaknya permasalahan yang terjadi di sekitar anak. Di kembangkannya social emosional agar ada penanaman kesadaran bahwa anak adalah penerus,pencipta,pengevaluasi, investasi masa depan yang perlu dipersiapkan secara maksimal, baik aspek perkembangan emosinya maupun keterampilan sosialnya, kemudian perkembangan emosi perlu di kembangkan sejak dini karena anak memiliki masa emas perkembangan social emosional sesuai tahap perkembangannya . Jadi, harus di lengkapi kebutuhannya seoptimal mungkin agar tidak ada satu tahapan pun yang terlewatkan, yang terakhir karena anak tidak akan berkembang baik apabila hanya IQ saja yang di kembangkan, karena EI jauh lebih dibutuhkan untuk itu sejak dini anak harus di lengkapi perkembangan social emosionalnya. Melatih pengendalian diri, mengajarkan pengenalan emosi pada anak, melatih pengelolaan emosi anak, penerapan disiplin dengan konsep empati, mengungkapkan emosi dengan kata-kata, melakukan permainan yang dapat melatih social dan emosional anak, menanggapi perasaan anak, menjadi contoh yang baik dalam melatih keterampilan emosi.
Di samping menggunakan
pendekatan utama, yaitu pembelajaran terpadu, pada pendidikan TK kegiatan
pembelajarannya dapat dilakukan dengan pendekatan rutin, terprogram, spontan
maupun teladan.
Pendekatan rutin, sering
juga disebut pembiasaan dilakukan dengan cara penjadwalan secara terus-menerus
hingga pola perilaku yang diharapkan melekat menjadi kebiasaan positif pada
setiap anak dimana contoh saling membantu dalam melakukan kegiatan kerja
kelompok
Pelaksanaan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan terprogram adalah kegiatan tersebut dibuat secara terencana menjadi sasaran atau agenda utama saat program itu dilaksanakan.Pembelajaran dapat dirancang dalam silabus, baik untuk jangka waktu yang pendek maupun panjang, yaitu untuk satu hari (SKH), satu minggu (SKM), dan seterusnya.
Pelaksanaan pengembangan sosial emosional melalui kegiatan terprogram adalah kegiatan tersebut dibuat secara terencana menjadi sasaran atau agenda utama saat program itu dilaksanakan.Pembelajaran dapat dirancang dalam silabus, baik untuk jangka waktu yang pendek maupun panjang, yaitu untuk satu hari (SKH), satu minggu (SKM), dan seterusnya.
Pembelajaran spontan,
yaitu pembelajaran yang dikembangkan untuk menanggapi stimulus langsung dari
anak sebagai konsekuensi konteks pembela-jaran yang bersifat dinamis, terutama
pada kelas TK. Penting dilakukan pembelajaran spontan karena memberikan efek kepuasan
yang sangat tinggi pada anak sehingga anak akan merasa bangga dengan apa yang
dilakukannya.
Pendekatan lainnya, yaitu
keteladanan, maksudnya adalah pembelajaran yang ditampilkan melalui
contoh-contoh yang baik.
G.
KERANGKA
BERFIKIR TINDAKAN
Berdasarkan
kajian yang telah dilakukan oleh Nova Oktriani dengan judul “Pengembangan
Pembelajaran sains pada Anak Usia Dini” tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa
kegiatan sainas dapat meningkatkan perkembangan social emosional pada anak usia
dini.
Dengan
sains dalam kegiatan belajar mengajar, diharapkan dapat meningkatkan
perkembangan social emosional pada anak usia dini. Melalui sains anak akan semakin tertarik
dalam kegiatan belajar mengajar dan dapat berinteraksi dengan baik terhadap
teman maupun ibu guru, sehingga anak akan lebih mudah beradaptasi dan
bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya.
H.
HIPOTESIS
TINDAKAN
Hipotesis tindakan
dalam penelitian ini adalah “ Pengaruh Kegiatan Sains TerhadapPerkembangan
Sosial Emosional Pada Anak Usia Dini”.
I.
TUJUAN
PENELITIAN
Tujuan
dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui
pelaksanaan kegiatan sains di BKB PAUD Tunas Cempaka, Kelurahan Pesanggrahan,
Kecamatan Pesanggrahan.
2. Mengetahui
perkembangan social emosional anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka,
setelah pelaksanaan kegiatan sains.
3. Mengetahui
seberapa besar pengaruh kegiatan sains terhadap perkembangan social emosional
anak usia 5-6 tahun di BKB PAUD Tunas Cempaka.
J.
TEMPAT
DAN WAKTU PENELITIAN
1. Penelitian
ini dilaksanakan di BKB PAUD Tunas Cempaka, jln. Penerangan VII Rt 007/07
Kelurahan Pesanggrahan, Kelurahan Pesanggrahan, Jakarta Selatan.
2. Penelitian
ini akan dimulai pada bulan Januari sampai Pebruari 2017.
K.
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini menggunakan penelitian tindakan kelas (PTK). Penelitian Tindakan Kelas
adalah prosses investigasi terkendali untuk merumuskan dan memecahkan masalah
pembelajaran dikelas. Proses pemecahan masalah tersebut dilakukan secara
bersiklus, dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran dan hasil
pembelajaran di kelas tertentu.
L.
LANGKAH
LANGKAH PENELITIAN
Siklus
yang digunakan terdiri dari :
1.
Siklus
1:
a) Perencanaan
Pada
tahap perencanaan, hal yang harus dilakukan diawali dengan peneliti mengamati
aktivitas anak di dalam kelas guna memperoleh data atau gambaran mengenai
aktivitas bermain anak, bagaimana anak berkomunikasi dan bersosialisasi dengan
teman-temannya, serta respon guru di BKB PAUD Tunas Cempaka. Kemudian melakukan
penyusunan instrument observasi pengumpulan data yang terlebih dulu
dikonsultasikan kepada dosen pembimbing.
b) Pelaksanaan
Peneliti
mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan sains berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah dibuat.
c) Pengamatan
Peneliti bekerjasama
dengan pengamat untuk mengamati proses pembelajaran. Peneliti mengamati peserta
didik sejak kegiatan belajar mengajar dimulai hingga berakhir. Pengamat
mengamati peneliti dan peserta didik.
d) Refleksi
Peneliti beserta pengamat
mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar siswa, dan sebagai
bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara.
2.
Siklus
2:
a. Perencanaan
Pada siklus 2
dilaksanakan 5 kali pertemuan. Pada siklus ini berisi tentang penggambaran
masalah yang terjadi pada siklus 1 yang akan dituangkan dalam RPPH.
b. Pelaksanaan
Peneliti
mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan sains berdasarkan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH) yang telah dibuat pada siklus 2.
c. Pengamatan
Peneliti bekerjasama
dengan pengamat untuk mengamati proses pembelajaran. Peneliti mengamati peserta
didik sejak kegiatan belajar mengajar dimulai hingga berakhir. Pengamat
mengamati peneliti dan peserta didik.
d. Refleksi
Peneliti
beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar
siswa, dan sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara yang pada
akhirnya dapat mengidentifikasi masalah-masalah atau kelemahan selama proses
dan hasil di siklus 2, untuk dijadikan dasar memperbaiki di siklus berikutnya
3.
Siklus
3
1) Perencanaan
Perencanaan
pada siklus 3 berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2
yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH).
2) Pelaksanaan
Peneliti mengimplementasikan
kegiatan belajar mengajar dengan kegiatan sains berdasarkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran Harian (RPPH) pada siklus 3.
3) Pengamatan
Peneliti bekerjasama
dengan pengamat untuk mengamati proses pembelajaran. Peneliti mengamati peserta
didik sejak kegiatan belajar mengajar dimulai hingga berakhir. Pengamat
mengamati peneliti dan peserta didik.
4) Refleksi
Peneliti beserta pengamat
mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar siswa, dan sebagai
bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara, yang pada akhirnya dapat
mengidentifikasi masalah dan kelemahan selama proses dan hasil di siklus 3.
M.
SUMBER
DATA
Sumber penelitian adalah siswa
kelompok B yang berjumlah 15 siswa, yang terdiri dari 9 anak perempuan dan 6
anak laki-laki.
N.
TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
·
Observasi
Observasi
dilakukan dengan cara mengamati dan memcatat peserta secara sistematik. Metode
ini digunakan untuk mendapatkan data dalam penelitian berupa hasil karya.
·
Angket
Angket
adalah daftar kumpulan pertanyaan secara tertulis kepada responden untuk
mendapatkan jwaban, dalam angket ini berisi penelusuran dan penggalian
informasi, baik tentang dirinya maupun orang lain.
·
Wawancara
Adalah
suatu cara pengumpulan data antara peneliti dan beberapa guru yang digunakan
untuk memperoleh informasi langsung yang dibutuhkan untuk kelengkapan
penelitian.
·
Studi Kepustakaan
Dilakukan
dengan melihat hasil karya anak, buku-buku yang relevan, laporan kegiatan, dan
foto-foto agar dapat menunjang proses penelitian.
O.
TEKNIK
ANALISA DATA
Analis
data yang digunakan antara lain menyajikan data kualitatif maupu data
kuantitatif untuk bahan informasi peneliti menarik kesimpulan, sedangkan
deskripsi data disajikan secara deskriptif dan dalam bentuk tabel.
P.
TEKNIK
KEABSAHAN DATA
Dilakukan
dengan cara membandingkan data yang terkumpul dari berbagai sumber, antara lain
hasil observasi, dan hasil wawancara.
Q.
KRITERIA
KEBERHASILAN PENELITIAN
Kriteria
keberhasilan dari penelitian ini ditunjukkan dengan symbol penilaian berupa
huruf (A, B, C, D), dimana :
A
= Anak sudah mampu mencapai indicator dengan hasil maksimal
B
= Anak sudah dapat mencapai indicator tetapi hasilnya belum maksimal
C
= Anak mencapai indicator dengan bantuan guru
D
= Anak belum mencapai indicator.
DAFTAR PUSTAKA
Nugraha,
Ali. Pengembangan Pembelajaran Sains Pada
Anak Usia Dini. Jakarta. Departemen Pendidikan Nasional. 2005.
Nova,
Oktriani. 2012. Pengembangan Pembelajaran
Sains Pada Anak Usia Dini. Jakarta.
Riani, Putri. 2012. Pentingnya Sains Bagi Anak Usia Dini. Jakarta.
Sujiono,
Nuraini Yuliani. Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini. Jakarta. PT
Indeks 2009.
Sujiono,
Bambang dkk. Menu Pembelajaran Anak Usia
Dini. Jakarta. Yayasan Citra Pendidikan Indonesia. 2005.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar