here we are

here we are

Kamis, 12 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Fitriyani

UJIAN TENGAH SEMESTER ( UTS )
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Metodologo Penelitian”
Dosen Pengampuh
Ismadi, M. Pd

PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK MELALUI BERMAIN LEMPAR
TANGKAP BOLA KECIL
KELOMPOK A DI BKB PAUD PULAU KELAPA 02, KEPULAUAN SERIBU UTARA 




Oleh :
   NAMA   :    FITRIYANI
         NIM     :     20158410222
  KELAS  :     PKK   1F
PROGRAM STUDI PAUD FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016
PROPOSAL PTK PAUD PENGEMBANGAN MOTORIK KASAR

Nama                   :    FITRIYANI
NPM                    :    20158410222
Unit kerja             :    BKB PAUD PULAU KELAPA 02, KEPULAUAN SERIBU UTARA
Judul Penelitian   :    peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui bermain
                           lempar    tangkap bola kecil pada anak kelompok A di BKB PAUD PULAU
                           KELAPA 02,
                                 KEPULAUAN SERIBU UTARA

  1. Latar Belakang Masalah
Anak usia dini adalah anak yang berada pada usia 0-8 tahun menurut National association for the education yang children, ( Takdirotun Musfiroh 2008: 1 ). Pada masa kanak-kanak dunia anak identic dengan keceriaan, kesenangan dan kegembiraan, sering kita dengar bahwa pada masa ini anak mengalami  masa golden age atau masa keemasan dimana 80% dari notak anak sudah bekerja yang ditandai dengan perubahan pada perkembangan anak secara cepat baik fisik, kognitif, social emosional, nilai moral agama, bahasa. Anak-anak tidak bias lepas dari aktifitas-aktifitas yang membuat dirinya bias merasakan dirinya senang, mereka bias melupakan keceriaan, kegembiraan dan senang melalui bermain, karena dunia anak memang dunia bermain. Namun tidak sedikit orang tua mengetahui manfaat sebenarnya dari sebuah bermain, beberapa orang tua ada yang kurang bahkan tidak menyukai anaknya bermain karena bermain menurut beberapa orang tua hanya menghabiskan waktu anak sia-sia, anaknya dituntut untuk belajar dan belajar. Padahal sejatinya anak usia dini diberikan waktu yang banyak untuk bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain sambil belajar.
Pendidikan yang diberikan kepada anak sejak dini tidak seperti pendidikan yang sangat formal seperti yang dewasa lakukan, harus berangkat kesekolah dengan seragam, belajar secara serius, dan menaati aturan. Pembelajaran pada anak usia dini lebih menekankan pada pembiasaan pada anak dan aspek-aspek perkembangan pada anak itu sendiri.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) Merupakan pendidikan yang diberikan kepada anak usia 0-8 tahun. Anak usia dini dipandang memiliki sebuah kreatifitas yang berbeda dibandingkan dengan usia-usia yang ada setelah usia tersebut. Anak adalah generasi penerus bangsa yang kelak membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, maka Pendidikan Anak Usia Dini sangat penting bagi keluarga untuk menciptakan generasi sumber daya manusia yang lebih baik.
Perekembangan motorik merupakan perkembangan gerakan jasmani yang melalui kegiatan pada pusat syaraf, dan otot yang terkoordinasi Hurlock (1978: 150), pada saat anak berumur 4-5 tahun anak dapat mengendalikan gerakan secara kasar yang melibatkan bagian bada seperti badan, berlari, melompat dan lain-lain. Setelah usia 5 tahun perkembangan besar dalam pengendalian koordinasi lebih baik yang juga melibatkan otot kecil yang digunakan untu melempar dan menangkap bola.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan demikian maka anak perlu dibimbing dalam segala hal baik yang berhubungan dengan aktifitas sosialnya , aktifitas moralnya, aktifitas komunikasinya dan aktifitas motoriknya. Usia ini merupakan masa yang paling baik untuk menanamkan nilai-nilai yang ada karena anak sedang berada pada tahap pertumbuhan dan perkembangan fisik yang paling pesat khususnya dalam kemampuan fisik maupun motorik.
Pada pembelajaran anak usia dini, materi yang diajarkan guru kepada anak harus sesuai dengan kurikulum yang ada  atau yang digunakan oleh sekolah tersebut, dikarenakan ketidak sesuaian materi dengan kurikulum yang ada dapat memberikan pengaruh adanya ketidak optimalan suatu tujuan pembelajaran. Seperti yang diketahui bahwa tangan memiliki  peranan penting bagi manusia, apabila tangan tidak dilatih secara baik bias saja tangan menjadi kaku dan tidak tumbuh secara optimal jika tidak ada latihan. Hurlock ( 1978: 151 ) berbagai kegiatan motoric yang menggunakan tangan, pergelangan tangan  dan jari tangan merupakan perkembangan yang dapat diprediksikan. Melalui bermain tersebut diharapkan anak dapat lebih focus dalam kemampuan ketangkasan seperti melempar, menangkap dimana tangan akan sangat digunakan pada saat bermain.
Bermain dapat dilakukan dengan berbagai macam bentuk salah satunya adalah dengan bermain melempar dan menangkap. Dalam peningkatan motoric kasar anak usia dini kelompo A akan menggunakan media bermain yang sangat mudah didapatkan dan ditemui dilapangan seperti benda-benda ringan yang tidak memberatkan anak. Maka yang digunakansebagai alat bantu untuk membantu mengembangkan agar anak memiliki kemampuan motorik, media juga berfungsi sebagai rangsang agar anak tertarik.
Pada kenyataan seperti dalam pengamatan peneliti yang dilakukan dilapangan pada motoric kasar anak terutama bermain lempar tangkap mengalami beberapa hambatan di BKB PAUD Pulau Kelapa 02 , beberapa hal disebabkan karena pembelajaran motoric kasar pada sekolah tersebut belum dilakukan secara optimal melibatkan aktifitas fisik dengan bermain pada diri anak-aanak. Rentang umur siswa juga terlihat, anak yang berusia lebih besar dan memiliki postur tubuh lebih besar dapat melakukan melempar dan menangkap, sedangkan anak yang berusia lebih kecil masih terlihat kurang mampu dalam melaksanakannya.
Berdasarkan pengamatan saat proses pembelajaran motoric kasar beberapa siswa kurang mampu dalam melakukan praktek bermain dengan melempar dan menangkap bola, meskipun ada beberapa anak sudah bias melakukan gerakan lempar dan tangkap, anak masih terlihat sangat kaku pada saat melakukan dan masih membutuhkan bantuan dari guru. Kurang lebih 10% dari jumlah anak memang sudah dapat melakukan praktek melempar dan meangkap namun terlihat bahwa anak masih terlihat canggung dan kaku seperti anak belum bias menjaga keseimbangan pada dirinya setelah melakukan gerakan. Anak juga masih melakukan gerakan dengan arahan-arahan yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan tersebut ditemukan bahwa kemampuan anak dalam lempar tangkap bola masih rendah, selain hal tersebut motivasi dari diri anak sendiri juga sangat kurang. Proses pembelajaran motoric kasar biasanya selalu dilakukan diluar kelas, biasanya setelah anak jenuh anak malah bermain sendiri berlari-larian tidak teratur atau berbicara dengan teman sehingga membuat situasi pembelajaran tidak kondusif lagi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis berminat untuk melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul peningkatan kemampuan motoric kasar anak melalui bermain lempar tangkap bola kecil pada kelompok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02, melalui penelitian  tersebut diharapkan agar kemampuan motoric kasar pada sekolah tersebut dapat ditingkatkan melalui metode bermain melalui bermain sederhana.
  1. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut untuk dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.      Kemampuan motoric kasar anak masih rendah
2.      Anak kurang semangat dan antusias dalam mengikuti pelajaran
3.      Anak kurang percaya diri pada saat melakukan aktifitas melempar dan menangkap bola
4.      Metode bermain belum dilakukan secara maksimal
5.      Peningkatan motoric kasar siswa kelas A belum diketahui melalui pendekatan bermain.
  1. Pembatasan Masalah
Berbagai pada berbagai permasalahan yang muncul dalam identifikasi masalah diatas, tidak semua akan dijadikan masalah penelitian karena terbatasnya waktu, tenaga, biaya dan kemampuan. Maka dari itu penelitian hanya akan dibatasi pada permasalahan peningkatan kemampuan motoric kasar anak melalui bermain lempar tangkap bola kecil  kelompok A.  Media yang digunakan untuk menunjang penelitian adalah bola plastic dengan ukuran kecil dan berwarna warni dan ditinjau dari tingkat keamanan bagi anak usia dini.
  1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah yang akan diteliti adalah : Bagaimana bermain lempar tangkap bola dapat meningkatkan kemampuan motoric kasar anak kelompok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02?
  1. Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui peningkatan kemampuan motoric kasar melalui bermain lempar tangkap bola belajar pada kelompok A  di BKB PAUD Pulau Kelapa 02, akan memberi manfaat:
1.      Manfaat Teoritis
Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan mengenai motoric kasar anak dan tentang peningkatan kemampuan motoric kasar anak melalui metode bermain.
2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi tentang peningkatan kemampuan motoric kasar anak melaui  bermain lempar tangkap.
a.       Bagi anak
Memberikan pengalaman , pengetahuan baru pada anak dalam meningkatkan keterampilan mengasah motoric kasar melalui bermain lempar tangkap.
b.      Bagi guru
Sebagai sarana untuk mengevaluasi keberhasilan dalam tugasnya sehingga guru akan selalu memperhatikan motoric kasar anak.
c.       Bagi sekolah
Sebagai bahan masukan dalam pertimbangan serta masukan untuk menentukan kebijakan dan program dalam upaya meningkatkan kualitas perkembangan fisik pada kelompok A.
  1. Kajian Pustaka
1.      Hakikat Motorik Kasar
Bambang sujiono 2008: 1. 13 Perkembangan motoric meliputi motoric kasar dan motoric halus. Gerakan motoric kasar mulai terbentuk pada saat anak mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan yang hampir seperti orang dewasa. Sumantri (2005: 48) yang menyatakan bahwa pengertian motoric sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia. Gallahue (Samsudin 2008: 10) menyatakan bahwa motoric adalah suatu dasar biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya gerak, gerak adalah kulminasi suatu tindakan yang didasari sebuah proses motoric. Karena motoric menyebabkan terjadinya sebuah gerak, karena itu setiap penggunaan kata motoric selalu dikaitkan dengan gerak, sehingga penerapan dalam keseharian antara gerak dan motoric sering tidak dibedakan. Gerakan motoric adalah suatu kemampuan yang membutuhkan koordinasi tubuh anak, hal itu memerlukan tenaga dikarenakan dilakukan berhubungan dengan otot-otot besar pada anak. Gerakan motoric kasar melibatkan seluruh tubuh anak seperti aktivitas otot tangan dan kaki. Gerakan tersebut mengandalkan kematangan dalam koordinasi ( bambang Sujiono, 2008: 1.13).
Santrock (2002: 225) Pada setiap tahapan usia anak, anak memiliki kemampuan motoric kasar yang berbeda-beda, pada usia 3 tahun anak akan menyukai gerakan sederhana spereti melompat dan berlarian, pada usia 4 tahun anak akan gerakan yang sama namun berani mengambil resiko dan pada usia 5 tahun keatas anak akan berani mengambil resiko melebihi pada usia 4 tahun seperti anak sudah mampu melakukan gerakan berlari dengan kencang dan menyukai perlombaan dapat disimpulkan bahwa anak sangat menyukai berbagai kegiatan fisik motoric seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan usia mereka.
Corbin (Sumantri 2005: 48) perkembangan motoric anak merupakan sebuah perubahan kemampuan motoric dari bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek prilaku dan kemampuan motoric. Aspek prilaku dan perkembangan motoric saling mempengaruhi satu sama lain, dimana semua memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Perkembangan motoric sejalan dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan individu meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil menuju kearah keterampilan yang lebih motoric yang lebih kompleks dan terorganisasi dengan baik, yang pada akhirnya penyesuaian keterampilan menyertai proses terjadinya penuaan secara bertahap.
Yudha M (2005: 19) Perkembangan motoric adalah kemampuan pertumbuhan gerakan sekaligus kematangan gerak yang diperlukan bagi seorang anak untuk melaksanakan suatu keterampilan. Dalam setiap periode usia keterampilan anak akan bertambah , semakin anak berusia semakin terampil. Dari beberapa pendapat mengenai perkembangan motoric diatas dapat disimpulkan bahwa perkembangan motoric merupakan peningkatan yang terjadi baik secara perlahan maupun pesat dalm keterampilan gerak pada diri anak.
Hurlock (1978: 156) menyatakan bahwa masa kecil sering disebut dengan “saat ideal” untuk mempelajari keterampilan motoric dikarenakan berbagai alas an diantaranya sebagai berikut:
1.      Karena tubuh anak jatuh lebih lentur dibandingkan dengan tubuh remaja apalagi orang dewasa, sehingga anak jauh lebih muda menerima pelajaran.
2.      Anak belum banyak memiliki keterampilan yang berbenturan dengan keterampilan yang baru dipelajari, maka anak akn lebih muda mempelajari keterampilan.
3.      Secara keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang setelah besar, hampir setiap anak mempunyai keinginan untuk mencoba tanpa harus membayangkan apa yang akan terjadi pada saat setelahnya, maka mereka berani mencoba sesuatu yang baru.
4.      Apabila remaja dan orang dewasa merasa bosan dengan pengulangan, sebaliknya anak sangat menyukai sebuah pengulangan.  Anak bersedia mengulangi suatu tindakan sampai berkali-kali sehingga pola otot terlatih melakukan secara efektif.
5.      Anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil  ketimbang waktu yang akan mereka miliki dikemudian hari, maka mereka memiliki jauh lebih banyak untuk belajar menguasai keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang dewasa. Dunia anak adalah dunia bermain sambil belajar, anak belajar melalui eksplorasi mereka sendiri dialam sekitar mereka, anak dapat belajar melalui rekaman peristiwa yang mereka lihat secara langsung.
Jadi dapat dikatakan bahwa pada masa anak usia dini atau masa kanak-kanak merupakan masa yang paling tepat untuk mempelajari keterampilan motoric dikarenakan pada masa tersebut anak masih memiliki ruang dan kesempatan yang luas untuk mempelajari keterampilan-keterampilan motoric jika dibandingkan dengan usia-usia lain yang bahkan berada diatas usia kanak-kanak.
a.       Faktor perkembangan motorik anak usia dini
1.      Perkembangan anatomis
Kathlen ( Sumantri 2005: 95) mengemukakan bahwa perkembangan anatomis ditunjuk dengan adanya perubahan kuantitas pada struktur tulang-tulang, proporsi tinggi kepala dan badan secara menyeluruh.
2.      Perkembangan fisologis
Perkembangan fisologis ditandai dengan adanya perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif dan fungsional. Pada anak usia dini otot berfungsi sebagai pengontrol motorik dan denyut jantung frekuensinya sekitar 140 denyut per menit.
Perkembangan motorik meliputi perkembangan otot kasar dan otot halus, otot berfungsi untuk melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak, seperti berjalan, berlari, melompat, menendang, melempar, memukul dan menarik. Hurlock (1978: 156) pada saat anak mempelajari kemampuan motorik anak membutuhkan bimbingan agar waktu anak mempelajari keterampilan lebih efisien, karena apabila anak belajar sendiri akan  lebih lama dan waktu tidak berjalan secara efisien.
b.      Tujuan dan Fungsi
Yudha M Saputra ( 2005: 20) tujuan dan fungsi peningkatan dimaksud sebagai upaya dalam meningkatkan penguasaan keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motoric tertentu. Dalam penelitian ini bermain lempar tangkap bola dilakukan sebagai usaha meningkatkan kemampuan motoric anak dengan media menggunakan bola.
c.       Sasaran Motorik
Sumantri ( 2005: 99) gerak sangat berpengaruh pada anak untuk masa saat ini atau masa selanjutnya, gerak sangat berguna bagi perkembangan dan pertumbuhan anak TK. Pengayaan motoric kasar merupakan kemampuan anak TK beraktifitas dengan menggunakan otot besar, pada anak TK kemampuan  mengunakan tergolong dalam kemampuan gerak dasar.
d.      Unsur Kesegaran Jasmani
Bambang Sujiono (2008: 7.3) kesegaran jasmani memiliki fungsi yang sangat penting bagi individu untuk menyelesaikan tugas hidupnya. Khususnya bagi anak usia dini kesegaran jasmani sangat penting digunakan untuk dapat mempersiapkan kegiatan disekolah. Unsur- unsur dari kesegaran jasmani menurut Bambang Sujiono ( 2008: 7.3) adalah:
1.      Kekuatan (strengh), merupakan kemampuan seseorang untung mengakibatkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan dapat dikembangkan melalui latihan-latihan.
2.      Daya Tahan (endurance), kemampuan untuk mensuplay oksigen yang diperlukan untuk melakukan suatu kegiatan.
3.      Kecepatan, kecepatan dapat dilakukan dengan memberikan kegiatan latihan yang serba cepat, misalnya dengan lari jarak pendek.
4.      Kelincahan (agility), merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan secara cepat.
5.      Kelenturan (flexibility), kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak semaksimal mungkin menurut kemungkinan rentang geraknya, berhubungan dengan persendian.
6.      Koordinasi, merupakan suatu kemampuan gerak yang mencakup dua ataupun lebih kemapuan pola gerak.
7.      Keseimbangan, terbagi menjadi dua macam yaitu keseimbangan statistic dan keseimbangan dinamik. Keseimbangan statistic merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk tidak bergoyang atau roboh. Sedangkan keseimbangan dinamik merupakan kemampuan untuk mempertahankan tubuh agar tidak jatuh pada saat melakukan kegiatan.
Dengan demikian dapat dikatakan juga bahwa keseimbangan statistic merupakan keseimbangan pada saat tubuh diam dan keseimbangan dinamik terjadi pada saat tubuh sedang bergerak.
e.       Peran Pendidik dalam Pengembangan keterampilan Motorik Anak Usia Dini
Sumantri (2005: 169) Pendidik berperan sangat penting dalam membantu mempasilitasi dan memberi pengawasan bagin perkembangan anak didiknya. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh pendidik dalam proses khususnya motoric kasar pada anak usia dini (3-6 tahun) sebagai berikut:
1.      Kesiapan Belajar
Apabila kegiatan pengembangan keterampilan motoric itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka yang dipelajari dengan waktu usaha yang sama oleh orang yang sudah siap akan lebih unggul ketimbang oleh orang yang belum siap untuk belajar.
2.      Kemampuan Belajar
Banyak anak yang tidak  berkesempatan untuk mempelajari motoric karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.
3.      Kesempatan berpikir/latihan
Anak harus diberi waktu untuk berpraktek/latihan sebanyak yang diperlukan untuk menguasai. Meskipun demikian kualitas praktek/latihan jauh lebih penting ketimbang kualitasnya.
4.      Model yang baik
Dalam mempelajari aktivitas motoric, terutama gerakan yang cukup sulit meniru suatu model memainkan peran yang penting, maka untuk mempelajari suatu dengan baik.
5.      Bimbingan
Untuk dapat meniru seperti model dengan baik dan benar, anak membutuhkan bimbingan yang terarah.
6.      Motivasi
Motivasi belajar penting untuk mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk mempelajari, sumber motivasi adalah kepuasan pribadi yang didapatkan oleh anak dari kegiatan yang ia lakukan.
2.      Hakikat Bermain anak usia dini
Bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan demi kesenangan. Bermain dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau tekanan dari pihak luar Takdiroatun Musfiroh (2005: 2), meskipun sama-sama mengandung aktivitas, bermain dibedakan dengan bekerja. Kegiatan dalam bermain menimbulkan efek kesenangan bagi pelakunya. Martini Jamaris (2006: 114) bermain merupakan kegiatan yang dapat menstimulasi perkembangan kognitif, psikososial, fisiologis, bahasa dan komunikasi.
Soegeng Santoso (2002) menyatakan bahwa bermain adalah suatu kegiatan tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan tertentu. Sofia Hartati (2005: 85) bermain merupakan sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal karena memiliki pengaruh terhadap perkembangan. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik kesimpulanbahwa bermain adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak untuk mengembangkan aspek perkembangan pada diri anak yang bersifat sukarela.
Filsuf Frobel (Mayke S. Tedjasaputra, 2001: 1) menyatakan bahwa melalui bermain didalam pembelajaran itu penting karena anak akan menjadi guru pada dirinya sendiri lewat pengalaman-pengalaman yang mereka lewati.
a.       Teori Bermain
Slamet Suyanto (2005: 120) Teori klasik menerangkan bahwa ada empat alasan mengapa anak suka dengan bermain dengan dasar sebagai berikut:
1.      Kelebihan Energi
Teori yang didukung oleh Filsuf Inggris Herbet Spencer yang mengatakatan bahwa anak memiliki energy yang digunakan untuk mempertahankan hidup
2.      Rekreasi dan Relaksasi
Teori ini mengatakan bahwa bermain dilakukan anak untuk menyegarkan tubuh. Apabila energy sudah digunakan untuk melakukan pekerjaan, anak akan kelelahan dan kurang semangat.
3.      Instink
Bermain pada anak merupakan sifat bawaan anak yang digunakan anak untuk mempersiapkan diri melakukan peran sebagai orang dewasa
4.      Rekapitulasi
Teori ini mengatakan bahwa bermain sendiri adalah peristiwa mengulang kembali apa yang telah dilakukan oleh nenek moyang dan sekaligus mempersiapkan diri untuk hidup pada zaman sekarang.
b.      Fungsi Bermain
Bermain merupakan factor terpenting dalam kegiatan pembelajaran dimana bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini.  Santrock (1998) menjelaskan bahwa fungsi bermain pada saat ini secara terus menerus yang memberikan pengalaman menekan pada anak.
Diana Mutiah (2010: 113) fungsi bermain terhadap sensoris motor penting untuk mengembangkan otot-otot  dan energi yang ada , seperti diketahui bahwa anak-anak memiliki energi lebih yang harus disalurkan.
c.       Perkembangan kemampuan bermain
Mildred Parten dalam Turner & Helmes 1993 (Sofia Hartati 2005: 87) mengamati perkembangan bermain pada anak dan mendapatkan bahwa pola perkembangan bermain menggambarkan pola perkembangan social anak.
                                                                         
3.      Hakikat Lempar Tangkap
a.       Melempar
Pengertian lempar menurut Djumidar (2005: 7.3) lempar adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menyalurkan tenaga pada suatu benda yang kemudian menghasilkan daya pada benda tersebut, daya yang diberikan kepada benda tersebut kemudian memiliki sebuah kekuatan yang mendorong untuk bergerak berbagai arah kedepan atau keatas.
Hurlock (1978: 160) sejak umur kurang dari 6 bulan bayi sudah mulai bias memegang benda kecil disekitar dengan tangan mereka, dan kemudian anak dapat melepaskan benda tersebut seolah seperti melempar walaupun gerakan tersebut belum bisa dilakukan seperti melempar yang dilakukan secara benar. Pada usia 4 tahun ada sedikit anak yang sudah bisa melemparkan bola.
Menurut Sumantri (2005: 87) melempar adalah gerakan yang mengarahkan pada suatu benda yang dipegang dengan cara mengayunkan tangan kearah tertentu. Gerakan yang dilakukan pada saat melempar adalah menggunakan kekuatan tangan dan lengan yang memerlukan koordinasi beberapa unsur gerakan, misalnya gerakan lengan dengan jari-jari yang harus melepaskan benda yang dipegang pada saat tepat.
Melempar bisa dilakukan dengan menggunakan satu ataupun dua tangan. Djumidar (2005: 7.3) gerak dasar melempar :
1.      Melempar keatas satu atau dua tangan
2.      Melempar kebawah satu atau dua tangan
3.      Melempar kebelakang
4.      Melempar kesamping
5.      Melempar dari samping
6.      Melempar jauh
b.      Menangkap
Kadang manusia tidak menyadari kapan dimulainya belajar melakukan kegiatan menangkap. Biasanya hal tersebut dilakukan secara reflek begitu saja jika ada sesuatu yang mungkin membahayakan pada diri, dan berusaha untuk mengindari. Sumantri (2005: 89) awal dari usaha menangkap yang dilakukan oleh anak kecil adalah berupa gerakan tangan untuk menghentikan suatu benda yang menggulir dilantai atau benda yang didekatnya.
Hurlock (1978: 160) keterampilan menangkap jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan keterampilan melempar, maka dari itu keterampilan anak dalam menangkap bola berkembang kemudian. Kemampuan menangkap pada anak sejalan dengan kemampuan anak untuk menaksir sebuah kecepatan suatu benda dan jarak benda yang akan ditangkap serta ketepatan reaksi gerak tangan yang dilakukan oleh anak.
4.      Alasan memilih bermain lempar tangkap
Sebagai orang tua maupun pendidik memiliki harapan bahwa anaknya dapat berkembang dengan baiksesuai dengan tahapan perkembangan yang semestinya akan dilalui oleh anak khususnya perkembangan motoric kasar adalah melalui metode bermain, seperti yang telah disampaikan oleh Tadkiroatun Musfiroh (2005: 2) bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan demi kesenangan.
Sofia Hartati (2005: 58) bermain merupakan sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal karena memiliki pengaruh terhadap perkembangan dan beberapa pendapat para ahli yang lain menjelaskan tentang makna bermain. Tuntutan aspek perkembangan motoric kasar pada anak tentunya sangat banyak, setiap tahunnya anak harus melewati tahapan perkembangan fisik motoric yang selalu meningkat sejalan dengan kondisi tubuh semakin besar. Disini peneliti mengambil melalui bermain lempar tangkap bola kecil untuk meneliti pentingnya motoric kasar anak usia taman kanak-kanak.
  1. Kerangka Berfikir Tindakan
Berdasarkan kajian dan penelitian yang dilakukan oleh penulis bahwa merancang pelaksanaan kegiatan pembelajaran anak untuk meningkatkan kemampuan motoric kasar sebagai pengamatan untuk mengetahui keberhasilan dari kegiatan bermain yang diterapkan, Diwujudkan melalui Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis lakukan dalam rangka peningkatan motoric kasar melalui pendekatan bermain lempar tangkap bola kecil kelas A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02.

  1. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah” Melalui bermain lempar tangkap bola kecil pada anak dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar Anak Usia Dini pada BKB PAUD Pulau Kelapa 02.
  1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana dalam permainan lempar tangkap bola kecil untuk melatih motoric kasar anak di BKB PAUD Pulau Kelapa 02, pulau kelapa kecamatan kepulauan seribu.
  1. Setting Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan November sampai dengan bulan Desember 2016 bertempat di BKB PAUD Pulau Kelapa 02, pulau kelapa, kecamatan kepulauan seribu. Semester 1 tahun pelajaran 2016/2017.
  1. Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
  1. Langkah-langkah Penilaian
1.      Siklus pertama
a.        Perencanaan, pada siklus 1 dilaksanakan pada lima kali pertemuan, adapun tahap perencanaan pada siklus 1 meliputi kegiatan yaitu:
1.      Adanya kordinasi dengan guru kelas tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan melempar dan menangkap bola kecil pada anak usia kelompok A.
2.      Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ( RPPH ).
b.      Pelaksanaan, Melaksanaan RPP yang dibuat untuk membiasakan pada anak untuk belajar melempar dan menangkap bola kecil pada anak usia kelompok A.
c.       Pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan selama pelaksanaan tindakan tersebut. Tahap pengamatan dilakukan dalam waktu yang sama.
d.      Refleksi, peneliti mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar, secara menyeluruh tindakan hasil pengamatan dan hasil belajar. Mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi.
2.      Siklus 2 :
a.       Perencanaan, pada siklus 2 dilaksanakan delapan kali pertemuan. Pada siklus ini berisi tentang penggambaran masalh yang terjadi pada siklus 1 yang akan diatasi  untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ( RPPH).
b.      Pelaksanaan, melaksanakan RPPH  yang telah dibuat pada siklus 2, membiasakan pada anak untuk belajar melempar dan menangkap bola kecil pada anak kelompok A.
c.       Pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Anak mulai ada perubahan untuk mulai aktif bermain melempar dan menangkap bola kecil meskipun masih belum sempurna.
d.      Refleksi,peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pengamatan yang sudah mulai menunjukkan hasil yang baik lalu menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk mendukung peneliti melaksanakan kegiatan berikutnya.
3.      Siklus 3 :
a.       Perencanaan, pada siklus 3 dilaksanakan dua belas kali pertemuan, pada siklus 3 berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2, yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ( RPPH).
b.      Pelaksanaan, melaksanakan RPPH yang telah dibuat pada siklus 3, membiasakan pada anak untuk belajar menangkap dan melempar bola kecil pada anak kelompok A.
c.       Pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, anak mulai terbiasa untuk melempar dan menangkap pada bola kecil pada anak kelompok A.
d.      Refleksi, peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran penelitian telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang diinginkan oleh sipeneliti.                  
  1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
-          Siswa kelomkpok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02
-          Guru inti kelompok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02
-          Guru pendamping kelompok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02
  1. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid ada beberapa teknik yaitu:
1.      Observasi
Pengumpulan data melalui observasi atau pengamatan ada dua macam yaitu pengamatan menggunakan format terbuka dan menggunakan daftar ceklist. Andriani (2012) pada penelitian ini digunakan observasi dengan memberi makna pada data tersebut kemudian dikuantifikasikan dengan lambing angka yaitu peneliti  memberikan angka pada pilihan yang tersedia untuk masing-masing aspek yang akan dinilai, Misalnya 4 (berkembang sangat baik), 3 (berkembang sesuai harapan), 2 (mulai berkembang), 1 (belum berkembang).
Observasi dilakukan berkenaan dengan (a) kemampuan anak menguasai gerakan-gerakan dalam permainan melempar dan menangkap bola, (b) kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi selama kegiatan permainan lempar dan tangkap bola.
2.      Unjuk Kerja
Menurut Kuander (2011: 401) unjuk kerja adalah “penelitian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk prilaku yang diharapkan muncul dalam diri siswa”. Penilain dapat dilakukan dengan menggunakan format penilian kualitatif atau format berskala.   
  1. Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriftif kuantitatif. Deskripsi kuantitatif yaitu memaparkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu hasil dari pengamatan melempar dan menangkap bola kecil. Perhitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung hasil akhir peningkatan melempar dan menangkap bola kecil pada anak setiap siklusnya. Data tersebut diperoleh dari lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian, dapat diketahui presentase dalam melempar dan menangkap bola kecil. Hasil yang diperoleh dalam penghitungan kuantitatif kemudian dideskripsikan secara naratif. Data yang akan dianalisis berupa data dari lembar observasi pada saat kegiatan berlangsung melalui melempar dan menangkap bola kecil, data keterampilan melempar dan menangkap bola kecil yang diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan statistic deskriptif sederhana. menurut
Acep Yoni (2010: 177) data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dikumpulkan dianalisis untuk mengetahui target pencapaian pembelajaran dengan menggunakan rumus:

Persentase = Skor yang diperoleh h   x 100%
                    Skor maksimal ideal
                                                           
Acep Yoni (2010: 176) menyatakan data tersebut diinterprestasikan kedalam persentase sebagai berikut:
1.      Sangat Baik, apabila nilai yang diperoleh anak 75%-100%
2.      Baik, apabila nilai yang diperoleh anak 50%-74,99%
3.      Cukup, apabila nilai yang diperoleh anak 25%-49,99%
4.      Kurang, apabila nilai yang diperoleh anak 0%-24,99%
  1. Keabsahan Data
Keabsahan data dilakukan dengan:
-          Pengamat menggunakan teknik-teknik perpanjangan dalam kehadiran peneliti lapangan dan observasi partisipasi.
-          Diskusi dengan guru kelas kelompok A
  1. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Tindakan dalam penelitian ini akan dikatakan berhasil jika kemampuan motoric kasar anak mengalami peningkatan sebesar 75% dari jumlah anak kelompok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02.






DAFTAR PUSTAKA
1.      Acep Yoni. (2010). Menyusun Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
2.      Samsudin. (2008). Pembelajaran Motorik di Taman Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada media grup.
3.      Soegeng Santoso & Anne Lies Ranti. (2002). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: Depdikbud.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar