UJIAN
TENGAH SEMESTER ( UTS )
Diajukan
untuk memenuhi tugas mata kuliah
“Metodologo
Penelitian”
Dosen
Pengampuh
Ismadi,
M. Pd
PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR
ANAK MELALUI BERMAIN LEMPAR
TANGKAP BOLA KECIL
KELOMPOK A DI BKB PAUD PULAU KELAPA
02, KEPULAUAN SERIBU UTARA
Oleh :
NAMA : FITRIYANI
NIM
: 20158410222
KELAS
: PKK 1F
PROGRAM STUDI PAUD FAKULTAS ILMU
PENDIDIKAN
STKIP KUSUMA NEGARA JAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2016
PROPOSAL
PTK PAUD PENGEMBANGAN MOTORIK KASAR
Nama : FITRIYANI
NPM : 20158410222
Unit
kerja : BKB PAUD PULAU KELAPA 02, KEPULAUAN SERIBU UTARA
Judul Penelitian : peningkatan kemampuan
motorik kasar anak melalui bermain
lempar
tangkap bola kecil pada anak kelompok
A di BKB PAUD PULAU
KELAPA
02,
KEPULAUAN
SERIBU UTARA
- Latar Belakang
Masalah
Anak usia dini adalah anak yang berada
pada usia 0-8 tahun menurut National
association for the education yang children, ( Takdirotun Musfiroh 2008: 1
). Pada masa kanak-kanak dunia anak identic dengan keceriaan, kesenangan dan
kegembiraan, sering kita dengar bahwa pada masa ini anak mengalami masa golden
age atau masa keemasan dimana 80% dari notak anak sudah bekerja yang
ditandai dengan perubahan pada perkembangan anak secara cepat baik fisik,
kognitif, social emosional, nilai moral agama, bahasa. Anak-anak tidak bias
lepas dari aktifitas-aktifitas yang membuat dirinya bias merasakan dirinya
senang, mereka bias melupakan keceriaan, kegembiraan dan senang melalui
bermain, karena dunia anak memang dunia bermain. Namun tidak sedikit orang tua
mengetahui manfaat sebenarnya dari sebuah bermain, beberapa orang tua ada yang
kurang bahkan tidak menyukai anaknya bermain karena bermain menurut beberapa
orang tua hanya menghabiskan waktu anak sia-sia, anaknya dituntut untuk belajar
dan belajar. Padahal sejatinya anak usia dini diberikan waktu yang banyak untuk
bermain, karena dunia anak adalah dunia bermain sambil belajar.
Pendidikan yang diberikan kepada anak
sejak dini tidak seperti pendidikan yang sangat formal seperti yang dewasa
lakukan, harus berangkat kesekolah dengan seragam, belajar secara serius, dan
menaati aturan. Pembelajaran pada anak usia dini lebih menekankan pada
pembiasaan pada anak dan aspek-aspek perkembangan pada anak itu sendiri.
Pendidikan anak usia dini (PAUD) Merupakan
pendidikan yang diberikan kepada anak usia 0-8 tahun. Anak usia dini dipandang
memiliki sebuah kreatifitas yang berbeda dibandingkan dengan usia-usia yang ada
setelah usia tersebut. Anak adalah generasi penerus bangsa yang kelak membangun
bangsa Indonesia menjadi bangsa yang maju, maka Pendidikan Anak Usia Dini
sangat penting bagi keluarga untuk menciptakan generasi sumber daya manusia
yang lebih baik.
Perekembangan motorik merupakan
perkembangan gerakan jasmani yang melalui kegiatan pada pusat syaraf, dan otot
yang terkoordinasi Hurlock (1978: 150), pada saat anak berumur 4-5 tahun anak
dapat mengendalikan gerakan secara kasar yang melibatkan bagian bada seperti
badan, berlari, melompat dan lain-lain. Setelah usia 5 tahun perkembangan besar
dalam pengendalian koordinasi lebih baik yang juga melibatkan otot kecil yang
digunakan untu melempar dan menangkap bola.
Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 angka 14menyatakan bahwa Pendidikan Anak
Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak
lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan
pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar
anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Dengan demikian
maka anak perlu dibimbing dalam segala hal baik yang berhubungan dengan
aktifitas sosialnya , aktifitas moralnya, aktifitas komunikasinya dan aktifitas
motoriknya. Usia ini merupakan masa yang paling baik untuk menanamkan
nilai-nilai yang ada karena anak sedang berada pada tahap pertumbuhan dan
perkembangan fisik yang paling pesat khususnya dalam kemampuan fisik maupun motorik.
Pada pembelajaran anak usia dini, materi
yang diajarkan guru kepada anak harus sesuai dengan kurikulum yang ada atau yang digunakan oleh sekolah tersebut,
dikarenakan ketidak sesuaian materi dengan kurikulum yang ada dapat memberikan
pengaruh adanya ketidak optimalan suatu tujuan pembelajaran. Seperti yang
diketahui bahwa tangan memiliki peranan
penting bagi manusia, apabila tangan tidak dilatih secara baik bias saja tangan
menjadi kaku dan tidak tumbuh secara optimal jika tidak ada latihan. Hurlock (
1978: 151 ) berbagai kegiatan motoric yang menggunakan tangan, pergelangan
tangan dan jari tangan merupakan
perkembangan yang dapat diprediksikan. Melalui bermain tersebut diharapkan anak
dapat lebih focus dalam kemampuan ketangkasan seperti melempar, menangkap
dimana tangan akan sangat digunakan pada saat bermain.
Bermain dapat dilakukan dengan berbagai
macam bentuk salah satunya adalah dengan bermain melempar dan menangkap. Dalam
peningkatan motoric kasar anak usia dini kelompo A akan menggunakan media
bermain yang sangat mudah didapatkan dan ditemui dilapangan seperti benda-benda
ringan yang tidak memberatkan anak. Maka yang digunakansebagai alat bantu untuk
membantu mengembangkan agar anak memiliki kemampuan motorik, media juga
berfungsi sebagai rangsang agar anak tertarik.
Pada kenyataan seperti dalam pengamatan
peneliti yang dilakukan dilapangan pada motoric kasar anak terutama bermain
lempar tangkap mengalami beberapa hambatan di BKB PAUD Pulau Kelapa 02 ,
beberapa hal disebabkan karena pembelajaran motoric kasar pada sekolah tersebut
belum dilakukan secara optimal melibatkan aktifitas fisik dengan bermain pada
diri anak-aanak. Rentang umur siswa juga terlihat, anak yang berusia lebih
besar dan memiliki postur tubuh lebih besar dapat melakukan melempar dan
menangkap, sedangkan anak yang berusia lebih kecil masih terlihat kurang mampu
dalam melaksanakannya.
Berdasarkan pengamatan saat proses
pembelajaran motoric kasar beberapa siswa kurang mampu dalam melakukan praktek
bermain dengan melempar dan menangkap bola, meskipun ada beberapa anak sudah bias
melakukan gerakan lempar dan tangkap, anak masih terlihat sangat kaku pada saat
melakukan dan masih membutuhkan bantuan dari guru. Kurang lebih 10% dari jumlah
anak memang sudah dapat melakukan praktek melempar dan meangkap namun terlihat
bahwa anak masih terlihat canggung dan kaku seperti anak belum bias menjaga
keseimbangan pada dirinya setelah melakukan gerakan. Anak juga masih melakukan
gerakan dengan arahan-arahan yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan hasil observasi dilapangan
tersebut ditemukan bahwa kemampuan anak dalam lempar tangkap bola masih rendah,
selain hal tersebut motivasi dari diri anak sendiri juga sangat kurang. Proses
pembelajaran motoric kasar biasanya selalu dilakukan diluar kelas, biasanya
setelah anak jenuh anak malah bermain sendiri berlari-larian tidak teratur atau
berbicara dengan teman sehingga membuat situasi pembelajaran tidak kondusif
lagi.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis
berminat untuk melakukan sebuah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dengan judul
peningkatan kemampuan motoric kasar anak melalui bermain lempar tangkap bola
kecil pada kelompok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02, melalui penelitian tersebut diharapkan agar kemampuan motoric
kasar pada sekolah tersebut dapat ditingkatkan melalui metode bermain melalui
bermain sederhana.
- Identifikasi Masalah
Dari latar belakang permasalahan tersebut
untuk dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:
1.
Kemampuan motoric kasar anak masih rendah
2.
Anak kurang semangat dan antusias dalam
mengikuti pelajaran
3.
Anak kurang percaya diri pada saat
melakukan aktifitas melempar dan menangkap bola
4.
Metode bermain belum dilakukan secara
maksimal
5.
Peningkatan motoric kasar siswa kelas A
belum diketahui melalui pendekatan bermain.
- Pembatasan Masalah
Berbagai pada berbagai permasalahan yang
muncul dalam identifikasi masalah diatas, tidak semua akan dijadikan masalah
penelitian karena terbatasnya waktu, tenaga, biaya dan kemampuan. Maka dari itu
penelitian hanya akan dibatasi pada permasalahan peningkatan kemampuan motoric
kasar anak melalui bermain lempar tangkap bola kecil kelompok A.
Media yang digunakan untuk menunjang penelitian adalah bola plastic
dengan ukuran kecil dan berwarna warni dan ditinjau dari tingkat keamanan bagi
anak usia dini.
- Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan
identifikasi masalah, rumusan masalah yang akan diteliti adalah : Bagaimana
bermain lempar tangkap bola dapat meningkatkan kemampuan motoric kasar anak
kelompok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02?
- Manfaat Penelitian
Dengan mengetahui peningkatan kemampuan
motoric kasar melalui bermain lempar tangkap bola belajar pada kelompok A di BKB PAUD Pulau Kelapa 02, akan memberi
manfaat:
1. Manfaat
Teoritis
Hasil
penelitian dapat menambah pengetahuan mengenai motoric kasar anak dan tentang
peningkatan kemampuan motoric kasar anak melalui metode bermain.
2. Manfaat
Praktis
Hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi tentang peningkatan kemampuan motoric
kasar anak melaui bermain lempar
tangkap.
a. Bagi
anak
Memberikan
pengalaman , pengetahuan baru pada anak dalam meningkatkan keterampilan
mengasah motoric kasar melalui bermain lempar tangkap.
b.
Bagi guru
Sebagai
sarana untuk mengevaluasi keberhasilan dalam tugasnya sehingga guru akan selalu
memperhatikan motoric kasar anak.
c. Bagi
sekolah
Sebagai
bahan masukan dalam pertimbangan serta masukan untuk menentukan kebijakan dan
program dalam upaya meningkatkan kualitas perkembangan fisik pada kelompok A.
- Kajian Pustaka
1.
Hakikat
Motorik Kasar
Bambang sujiono 2008: 1. 13 Perkembangan
motoric meliputi motoric kasar dan motoric halus. Gerakan motoric kasar mulai
terbentuk pada saat anak mulai memiliki koordinasi dan keseimbangan yang hampir
seperti orang dewasa. Sumantri (2005: 48) yang menyatakan bahwa pengertian
motoric sebagai istilah umum untuk berbagai bentuk perilaku gerak manusia.
Gallahue (Samsudin 2008: 10) menyatakan bahwa motoric adalah suatu dasar
biologi atau mekanika yang menyebabkan terjadinya gerak, gerak adalah kulminasi
suatu tindakan yang didasari sebuah proses motoric. Karena motoric menyebabkan
terjadinya sebuah gerak, karena itu setiap penggunaan kata motoric selalu
dikaitkan dengan gerak, sehingga penerapan dalam keseharian antara gerak dan
motoric sering tidak dibedakan. Gerakan motoric adalah suatu kemampuan yang
membutuhkan koordinasi tubuh anak, hal itu memerlukan tenaga dikarenakan
dilakukan berhubungan dengan otot-otot besar pada anak. Gerakan motoric kasar
melibatkan seluruh tubuh anak seperti aktivitas otot tangan dan kaki. Gerakan
tersebut mengandalkan kematangan dalam koordinasi ( bambang Sujiono, 2008:
1.13).
Santrock (2002: 225) Pada setiap tahapan
usia anak, anak memiliki kemampuan motoric kasar yang berbeda-beda, pada usia 3
tahun anak akan menyukai gerakan sederhana spereti melompat dan berlarian, pada
usia 4 tahun anak akan gerakan yang sama namun berani mengambil resiko dan pada
usia 5 tahun keatas anak akan berani mengambil resiko melebihi pada usia 4
tahun seperti anak sudah mampu melakukan gerakan berlari dengan kencang dan
menyukai perlombaan dapat disimpulkan bahwa anak sangat menyukai berbagai
kegiatan fisik motoric seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan usia mereka.
Corbin (Sumantri 2005: 48) perkembangan
motoric anak merupakan sebuah perubahan kemampuan motoric dari bayi sampai
dewasa yang melibatkan berbagai aspek prilaku dan kemampuan motoric. Aspek
prilaku dan perkembangan motoric saling mempengaruhi satu sama lain, dimana
semua memiliki hubungan satu dengan yang lainnya. Perkembangan motoric sejalan
dengan bertambahnya usia secara bertahap dan berkesinambungan gerakan individu
meningkat dari keadaan sederhana, tidak terorganisasi, tidak terampil menuju
kearah keterampilan yang lebih motoric yang lebih kompleks dan terorganisasi
dengan baik, yang pada akhirnya penyesuaian keterampilan menyertai proses
terjadinya penuaan secara bertahap.
Yudha M (2005: 19) Perkembangan motoric
adalah kemampuan pertumbuhan gerakan sekaligus kematangan gerak yang diperlukan
bagi seorang anak untuk melaksanakan suatu keterampilan. Dalam setiap periode
usia keterampilan anak akan bertambah , semakin anak berusia semakin terampil.
Dari beberapa pendapat mengenai perkembangan motoric diatas dapat disimpulkan
bahwa perkembangan motoric merupakan peningkatan yang terjadi baik secara
perlahan maupun pesat dalm keterampilan gerak pada diri anak.
Hurlock
(1978: 156) menyatakan bahwa masa kecil sering disebut dengan “saat ideal”
untuk mempelajari keterampilan motoric dikarenakan berbagai alas an diantaranya
sebagai berikut:
1. Karena
tubuh anak jatuh lebih lentur dibandingkan dengan tubuh remaja apalagi orang
dewasa, sehingga anak jauh lebih muda menerima pelajaran.
2. Anak
belum banyak memiliki keterampilan yang berbenturan dengan keterampilan yang
baru dipelajari, maka anak akn lebih muda mempelajari keterampilan.
3. Secara
keseluruhan anak lebih berani pada waktu kecil ketimbang setelah besar, hampir
setiap anak mempunyai keinginan untuk mencoba tanpa harus membayangkan apa yang
akan terjadi pada saat setelahnya, maka mereka berani mencoba sesuatu yang
baru.
4. Apabila
remaja dan orang dewasa merasa bosan dengan pengulangan, sebaliknya anak sangat
menyukai sebuah pengulangan. Anak
bersedia mengulangi suatu tindakan sampai berkali-kali sehingga pola otot
terlatih melakukan secara efektif.
5. Anak
memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil ketimbang waktu yang akan mereka miliki
dikemudian hari, maka mereka memiliki jauh lebih banyak untuk belajar menguasai
keterampilan ketimbang yang dimiliki remaja atau orang dewasa. Dunia anak
adalah dunia bermain sambil belajar, anak belajar melalui eksplorasi mereka
sendiri dialam sekitar mereka, anak dapat belajar melalui rekaman peristiwa
yang mereka lihat secara langsung.
Jadi dapat dikatakan bahwa pada masa anak
usia dini atau masa kanak-kanak merupakan masa yang paling tepat untuk
mempelajari keterampilan motoric dikarenakan pada masa tersebut anak masih
memiliki ruang dan kesempatan yang luas untuk mempelajari
keterampilan-keterampilan motoric jika dibandingkan dengan usia-usia lain yang
bahkan berada diatas usia kanak-kanak.
a. Faktor
perkembangan motorik anak usia dini
1. Perkembangan
anatomis
Kathlen
( Sumantri 2005: 95) mengemukakan bahwa perkembangan anatomis ditunjuk dengan
adanya perubahan kuantitas pada struktur tulang-tulang, proporsi tinggi kepala
dan badan secara menyeluruh.
2. Perkembangan
fisologis
Perkembangan
fisologis ditandai dengan adanya perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif
dan fungsional. Pada anak usia dini otot berfungsi sebagai pengontrol motorik
dan denyut jantung frekuensinya sekitar 140 denyut per menit.
Perkembangan
motorik meliputi perkembangan otot kasar dan otot halus, otot berfungsi untuk
melakukan gerakan dasar tubuh yang terkoordinasi oleh otak, seperti berjalan,
berlari, melompat, menendang, melempar, memukul dan menarik. Hurlock (1978: 156)
pada saat anak mempelajari kemampuan motorik anak membutuhkan bimbingan agar
waktu anak mempelajari keterampilan lebih efisien, karena apabila anak belajar
sendiri akan lebih lama dan waktu tidak
berjalan secara efisien.
b. Tujuan
dan Fungsi
Yudha M Saputra ( 2005: 20) tujuan dan
fungsi peningkatan dimaksud sebagai upaya dalam meningkatkan penguasaan
keterampilan yang tergambar dalam kemampuan menyelesaikan tugas motoric
tertentu. Dalam penelitian ini bermain lempar tangkap bola dilakukan sebagai
usaha meningkatkan kemampuan motoric anak dengan media menggunakan bola.
c. Sasaran
Motorik
Sumantri ( 2005: 99) gerak sangat
berpengaruh pada anak untuk masa saat ini atau masa selanjutnya, gerak sangat
berguna bagi perkembangan dan pertumbuhan anak TK. Pengayaan motoric kasar
merupakan kemampuan anak TK beraktifitas dengan menggunakan otot besar, pada
anak TK kemampuan mengunakan tergolong dalam kemampuan gerak
dasar.
d. Unsur
Kesegaran Jasmani
Bambang Sujiono (2008: 7.3) kesegaran
jasmani memiliki fungsi yang sangat penting bagi individu untuk menyelesaikan
tugas hidupnya. Khususnya bagi anak usia dini kesegaran jasmani sangat penting
digunakan untuk dapat mempersiapkan kegiatan disekolah. Unsur- unsur dari
kesegaran jasmani menurut Bambang Sujiono ( 2008: 7.3) adalah:
1. Kekuatan
(strengh), merupakan kemampuan
seseorang untung mengakibatkan tegangan terhadap suatu tahanan. Kekuatan dapat
dikembangkan melalui latihan-latihan.
2.
Daya Tahan (endurance), kemampuan untuk mensuplay oksigen yang diperlukan untuk
melakukan suatu kegiatan.
3.
Kecepatan, kecepatan dapat dilakukan
dengan memberikan kegiatan latihan yang serba cepat, misalnya dengan lari jarak
pendek.
4.
Kelincahan (agility), merupakan kemampuan seseorang untuk melakukan gerakan
secara cepat.
5.
Kelenturan (flexibility), kualitas yang memungkinkan suatu segmen bergerak
semaksimal mungkin menurut kemungkinan rentang geraknya, berhubungan dengan
persendian.
6.
Koordinasi, merupakan suatu kemampuan
gerak yang mencakup dua ataupun lebih kemapuan pola gerak.
7.
Keseimbangan, terbagi menjadi dua
macam yaitu keseimbangan statistic dan keseimbangan dinamik. Keseimbangan
statistic merupakan kemampuan untuk mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk
tidak bergoyang atau roboh. Sedangkan keseimbangan dinamik merupakan kemampuan
untuk mempertahankan tubuh agar tidak jatuh pada saat melakukan kegiatan.
Dengan
demikian dapat dikatakan juga bahwa keseimbangan statistic merupakan
keseimbangan pada saat tubuh diam dan keseimbangan dinamik terjadi pada saat
tubuh sedang bergerak.
e. Peran
Pendidik dalam Pengembangan keterampilan Motorik Anak Usia Dini
Sumantri (2005: 169) Pendidik berperan
sangat penting dalam membantu mempasilitasi dan memberi pengawasan bagin
perkembangan anak didiknya. Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh
pendidik dalam proses khususnya motoric kasar pada anak usia dini (3-6 tahun)
sebagai berikut:
1. Kesiapan
Belajar
Apabila kegiatan pengembangan keterampilan
motoric itu dikaitkan dengan kesiapan belajar, maka yang dipelajari dengan
waktu usaha yang sama oleh orang yang sudah siap akan lebih unggul ketimbang
oleh orang yang belum siap untuk belajar.
2. Kemampuan
Belajar
Banyak anak yang tidak berkesempatan untuk mempelajari motoric
karena hidup dalam lingkungan yang tidak menyediakan kesempatan belajar atau
karena orang tua takut hal yang demikian akan melukai anaknya.
3. Kesempatan
berpikir/latihan
Anak harus diberi waktu untuk berpraktek/latihan
sebanyak yang diperlukan untuk menguasai. Meskipun demikian kualitas
praktek/latihan jauh lebih penting ketimbang kualitasnya.
4. Model
yang baik
Dalam mempelajari aktivitas motoric,
terutama gerakan yang cukup sulit meniru suatu model memainkan peran yang
penting, maka untuk mempelajari suatu dengan baik.
5. Bimbingan
Untuk dapat meniru seperti model dengan
baik dan benar, anak membutuhkan bimbingan yang terarah.
6. Motivasi
Motivasi belajar penting untuk
mempertahankan minat dari ketertinggalan. Untuk mempelajari, sumber motivasi
adalah kepuasan pribadi yang didapatkan oleh anak dari kegiatan yang ia
lakukan.
2.
Hakikat
Bermain anak usia dini
Bermain merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan demi kesenangan. Bermain dilakukan secara sukarela, tanpa paksaan atau
tekanan dari pihak luar Takdiroatun Musfiroh (2005: 2), meskipun sama-sama
mengandung aktivitas, bermain dibedakan dengan bekerja. Kegiatan dalam bermain
menimbulkan efek kesenangan bagi pelakunya. Martini Jamaris (2006: 114) bermain
merupakan kegiatan yang dapat menstimulasi perkembangan kognitif, psikososial,
fisiologis, bahasa dan komunikasi.
Soegeng Santoso (2002) menyatakan bahwa
bermain adalah suatu kegiatan tingkah laku yang dilakukan anak secara sendirian
atau berkelompok dengan menggunakan alat atau tidak untuk mencapai tujuan
tertentu. Sofia Hartati (2005: 85) bermain merupakan sarana yang dapat
mengembangkan anak secara optimal karena memiliki pengaruh terhadap
perkembangan. Dari beberapa pendapat para ahli diatas dapat ditarik
kesimpulanbahwa bermain adalah sebuah kegiatan yang dilakukan oleh anak-anak
untuk mengembangkan aspek perkembangan pada diri anak yang bersifat sukarela.
Filsuf Frobel (Mayke S. Tedjasaputra,
2001: 1) menyatakan bahwa melalui bermain didalam pembelajaran itu penting karena
anak akan menjadi guru pada dirinya sendiri lewat pengalaman-pengalaman yang
mereka lewati.
a. Teori
Bermain
Slamet Suyanto (2005: 120) Teori klasik
menerangkan bahwa ada empat alasan mengapa anak suka dengan bermain dengan
dasar sebagai berikut:
1. Kelebihan
Energi
Teori
yang didukung oleh Filsuf Inggris Herbet Spencer yang mengatakatan bahwa anak
memiliki energy yang digunakan untuk mempertahankan hidup
2. Rekreasi
dan Relaksasi
Teori
ini mengatakan bahwa bermain dilakukan anak untuk menyegarkan tubuh. Apabila
energy sudah digunakan untuk melakukan pekerjaan, anak akan kelelahan dan
kurang semangat.
3.
Instink
Bermain
pada anak merupakan sifat bawaan anak yang digunakan anak untuk mempersiapkan
diri melakukan peran sebagai orang dewasa
4. Rekapitulasi
Teori
ini mengatakan bahwa bermain sendiri adalah peristiwa mengulang kembali apa
yang telah dilakukan oleh nenek moyang dan sekaligus mempersiapkan diri untuk
hidup pada zaman sekarang.
b. Fungsi
Bermain
Bermain merupakan factor terpenting dalam
kegiatan pembelajaran dimana bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan
pembelajaran anak usia dini. Santrock
(1998) menjelaskan bahwa fungsi bermain pada saat ini secara terus menerus yang
memberikan pengalaman menekan pada anak.
Diana
Mutiah (2010: 113) fungsi bermain terhadap sensoris motor penting untuk
mengembangkan otot-otot dan energi yang
ada , seperti diketahui bahwa anak-anak memiliki energi lebih yang harus
disalurkan.
c. Perkembangan
kemampuan bermain
Mildred Parten dalam Turner & Helmes
1993 (Sofia Hartati 2005: 87) mengamati perkembangan bermain pada anak dan
mendapatkan bahwa pola perkembangan bermain menggambarkan pola perkembangan
social anak.
3. Hakikat Lempar Tangkap
a. Melempar
Pengertian lempar menurut Djumidar (2005:
7.3) lempar adalah suatu gerakan yang dilakukan oleh seseorang untuk
menyalurkan tenaga pada suatu benda yang kemudian menghasilkan daya pada benda
tersebut, daya yang diberikan kepada benda tersebut kemudian memiliki sebuah
kekuatan yang mendorong untuk bergerak berbagai arah kedepan atau keatas.
Hurlock (1978: 160) sejak umur kurang dari
6 bulan bayi sudah mulai bias memegang benda kecil disekitar dengan tangan
mereka, dan kemudian anak dapat melepaskan benda tersebut seolah seperti
melempar walaupun gerakan tersebut belum bisa dilakukan seperti melempar yang
dilakukan secara benar. Pada usia 4 tahun ada sedikit anak yang sudah bisa
melemparkan bola.
Menurut Sumantri (2005: 87) melempar
adalah gerakan yang mengarahkan pada suatu benda yang dipegang dengan cara
mengayunkan tangan kearah tertentu. Gerakan yang dilakukan pada saat melempar
adalah menggunakan kekuatan tangan dan lengan yang memerlukan koordinasi
beberapa unsur gerakan, misalnya gerakan lengan dengan jari-jari yang harus
melepaskan benda yang dipegang pada saat tepat.
Melempar bisa dilakukan dengan menggunakan
satu ataupun dua tangan. Djumidar (2005: 7.3) gerak dasar melempar :
1. Melempar
keatas satu atau dua tangan
2. Melempar
kebawah satu atau dua tangan
3. Melempar
kebelakang
4. Melempar
kesamping
5. Melempar
dari samping
6. Melempar
jauh
b. Menangkap
Kadang manusia tidak menyadari kapan
dimulainya belajar melakukan kegiatan menangkap. Biasanya hal tersebut
dilakukan secara reflek begitu saja jika ada sesuatu yang mungkin membahayakan
pada diri, dan berusaha untuk mengindari. Sumantri (2005: 89) awal dari usaha
menangkap yang dilakukan oleh anak kecil adalah berupa gerakan tangan untuk
menghentikan suatu benda yang menggulir dilantai atau benda yang didekatnya.
Hurlock (1978: 160) keterampilan menangkap
jauh lebih sulit jika dibandingkan dengan keterampilan melempar, maka dari itu
keterampilan anak dalam menangkap bola berkembang kemudian. Kemampuan menangkap
pada anak sejalan dengan kemampuan anak untuk menaksir sebuah kecepatan suatu
benda dan jarak benda yang akan ditangkap serta ketepatan reaksi gerak tangan
yang dilakukan oleh anak.
4.
Alasan
memilih bermain lempar tangkap
Sebagai orang tua maupun pendidik memiliki
harapan bahwa anaknya dapat berkembang dengan baiksesuai dengan tahapan
perkembangan yang semestinya akan dilalui oleh anak khususnya perkembangan
motoric kasar adalah melalui metode bermain, seperti yang telah disampaikan
oleh Tadkiroatun Musfiroh (2005: 2) bahwa bermain merupakan suatu kegiatan yang
dilakukan demi kesenangan.
Sofia Hartati (2005: 58) bermain merupakan
sarana yang dapat mengembangkan anak secara optimal karena memiliki pengaruh
terhadap perkembangan dan beberapa pendapat para ahli yang lain menjelaskan
tentang makna bermain. Tuntutan aspek perkembangan motoric kasar pada anak
tentunya sangat banyak, setiap tahunnya anak harus melewati tahapan
perkembangan fisik motoric yang selalu meningkat sejalan dengan kondisi tubuh
semakin besar. Disini peneliti mengambil melalui bermain lempar tangkap bola
kecil untuk meneliti pentingnya motoric kasar anak usia taman kanak-kanak.
- Kerangka Berfikir
Tindakan
Berdasarkan kajian dan penelitian yang
dilakukan oleh penulis bahwa merancang pelaksanaan kegiatan pembelajaran anak
untuk meningkatkan kemampuan motoric kasar sebagai pengamatan untuk mengetahui
keberhasilan dari kegiatan bermain yang diterapkan, Diwujudkan melalui
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang penulis lakukan dalam rangka peningkatan
motoric kasar melalui pendekatan bermain lempar tangkap bola kecil kelas A di
BKB PAUD Pulau Kelapa 02.
- Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kajian teori dan kerangka
berfikir diatas, maka hipotesis penelitian ini adalah” Melalui bermain lempar
tangkap bola kecil pada anak dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar Anak
Usia Dini pada BKB PAUD Pulau Kelapa 02.
- Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini
adalah untuk mengetahui sejauh mana dalam permainan lempar tangkap bola kecil
untuk melatih motoric kasar anak di BKB PAUD Pulau Kelapa 02, pulau kelapa
kecamatan kepulauan seribu.
- Setting Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan pada bulan
November sampai dengan bulan Desember 2016 bertempat di BKB PAUD Pulau Kelapa
02, pulau kelapa, kecamatan kepulauan seribu. Semester 1 tahun pelajaran
2016/2017.
- Metode Penelitian
Pendekatan yang digunakan adalah
pendekatan kualitatif dan kuantitatif dan metode penelitian yang digunakan
adalah metode pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
- Langkah-langkah
Penilaian
1. Siklus
pertama
a. Perencanaan, pada siklus 1 dilaksanakan pada
lima kali pertemuan, adapun tahap perencanaan pada siklus 1 meliputi kegiatan
yaitu:
1. Adanya
kordinasi dengan guru kelas tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk
meningkatkan kemampuan melempar dan menangkap bola kecil pada anak usia
kelompok A.
2. Membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ( RPPH ).
b. Pelaksanaan,
Melaksanaan RPP yang dibuat untuk membiasakan pada anak untuk belajar melempar
dan menangkap bola kecil pada anak usia kelompok A.
c. Pengamatan,
peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan selama
pelaksanaan tindakan tersebut. Tahap pengamatan dilakukan dalam waktu yang
sama.
d. Refleksi,
peneliti mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar, secara
menyeluruh tindakan hasil pengamatan dan hasil belajar. Mengkaji secara
menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang sudah terkumpul
kemudian dilakukan evaluasi.
2. Siklus
2 :
a. Perencanaan,
pada siklus 2 dilaksanakan delapan kali pertemuan. Pada siklus ini berisi
tentang penggambaran masalh yang terjadi pada siklus 1 yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran Harian ( RPPH).
b. Pelaksanaan,
melaksanakan RPPH yang telah dibuat pada
siklus 2, membiasakan pada anak untuk belajar melempar dan menangkap bola kecil
pada anak kelompok A.
c. Pengamatan,
peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Anak mulai ada perubahan untuk
mulai aktif bermain melempar dan menangkap bola kecil meskipun masih belum
sempurna.
d. Refleksi,peneliti
dan pengamat mendiskusikan hasil pengamatan yang sudah mulai menunjukkan hasil
yang baik lalu menyusun langkah-langkah selanjutnya untuk mendukung peneliti
melaksanakan kegiatan berikutnya.
3. Siklus
3 :
a. Perencanaan,
pada siklus 3 dilaksanakan dua belas kali pertemuan, pada siklus 3 berisi
tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2, yang akan diatasi
untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian ( RPPH).
b. Pelaksanaan,
melaksanakan RPPH yang telah dibuat pada siklus 3, membiasakan pada anak untuk
belajar menangkap dan melempar bola kecil pada anak kelompok A.
c. Pengamatan,
peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan
terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung, anak mulai terbiasa untuk
melempar dan menangkap pada bola kecil pada anak kelompok A.
d. Refleksi,
peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah
dilakukan, selama proses pembelajaran penelitian telah berjalan sesuai yang
diharapkan, maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan
penelitian karena sudah memenuhi target yang diinginkan oleh sipeneliti.
- Sumber Data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
-
Siswa kelomkpok A di BKB PAUD Pulau Kelapa
02
-
Guru inti kelompok A di BKB PAUD Pulau
Kelapa 02
-
Guru pendamping kelompok A di BKB PAUD
Pulau Kelapa 02
- Teknik Pengumpulan
Data
Untuk
memperoleh data yang valid ada beberapa teknik yaitu:
1. Observasi
Pengumpulan data melalui observasi atau
pengamatan ada dua macam yaitu pengamatan menggunakan format terbuka dan
menggunakan daftar ceklist. Andriani (2012) pada penelitian ini digunakan
observasi dengan memberi makna pada data tersebut kemudian dikuantifikasikan
dengan lambing angka yaitu peneliti memberikan
angka pada pilihan yang tersedia untuk masing-masing aspek yang akan dinilai,
Misalnya 4 (berkembang sangat baik), 3 (berkembang sesuai harapan), 2 (mulai
berkembang), 1 (belum berkembang).
Observasi dilakukan berkenaan dengan (a)
kemampuan anak menguasai gerakan-gerakan dalam permainan melempar dan menangkap
bola, (b) kemampuan guru dalam proses belajar mengajar yang terjadi selama
kegiatan permainan lempar dan tangkap bola.
2. Unjuk
Kerja
Menurut Kuander (2011: 401) unjuk kerja
adalah “penelitian tindakan atau tes praktik yang secara efektif dapat
digunakan untuk kepentingan pengumpulan berbagai informasi tentang bentuk
prilaku yang diharapkan muncul dalam diri siswa”. Penilain dapat dilakukan
dengan menggunakan format penilian kualitatif atau format berskala.
- Teknik Analisa Data
Analisis data dalam penelitian ini
menggunakan teknik analisis deskriftif kuantitatif. Deskripsi kuantitatif yaitu
memaparkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu hasil dari pengamatan melempar
dan menangkap bola kecil. Perhitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung
hasil akhir peningkatan melempar dan menangkap bola kecil pada anak setiap
siklusnya. Data tersebut diperoleh dari lembar observasi yang telah disusun
sebelumnya. Dengan demikian, dapat diketahui presentase dalam melempar dan
menangkap bola kecil. Hasil yang diperoleh dalam penghitungan kuantitatif
kemudian dideskripsikan secara naratif. Data yang akan dianalisis berupa data
dari lembar observasi pada saat kegiatan berlangsung melalui melempar dan
menangkap bola kecil, data keterampilan melempar dan menangkap bola kecil yang
diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan statistic deskriptif sederhana.
menurut
Acep
Yoni (2010: 177) data yang berhasil dikumpulkan oleh peneliti dikumpulkan
dianalisis untuk mengetahui target pencapaian pembelajaran dengan menggunakan
rumus:
Persentase
= Skor yang diperoleh h x 100%
Skor maksimal ideal
Acep Yoni (2010: 176) menyatakan data
tersebut diinterprestasikan kedalam persentase sebagai berikut:
1. Sangat
Baik, apabila nilai yang diperoleh anak 75%-100%
2. Baik,
apabila nilai yang diperoleh anak 50%-74,99%
3. Cukup,
apabila nilai yang diperoleh anak 25%-49,99%
4. Kurang,
apabila nilai yang diperoleh anak 0%-24,99%
- Keabsahan Data
Keabsahan
data dilakukan dengan:
-
Pengamat menggunakan teknik-teknik
perpanjangan dalam kehadiran peneliti lapangan dan observasi partisipasi.
-
Diskusi dengan guru kelas kelompok A
- Kriteria Keberhasilan
Penelitian
Tindakan dalam penelitian ini akan
dikatakan berhasil jika kemampuan motoric kasar anak mengalami peningkatan
sebesar 75% dari jumlah anak kelompok A di BKB
PAUD Pulau Kelapa 02.
DAFTAR PUSTAKA
1. Acep
Yoni. (2010). Menyusun Penelitian
Tindakan Kelas. Yogyakarta: Familia.
2. Samsudin.
(2008). Pembelajaran Motorik di Taman
Kanak-Kanak. Jakarta: Prenada media grup.
3. Soegeng
Santoso & Anne Lies Ranti. (2002). Kesehatan
dan Gizi. Jakarta: Depdikbud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar