UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
”
Metodologi Penelitian ”
Dosen
Pengampu:
Iswadi,
M. Pd
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA
ANAK MELALUI METODE KARYA WISATA DI PAUD SYARIF HIDAYATULLAH KELURAHAN BUKIT
DURI KECAMATAN TEBET JAKARTA SELATAN
Oleh:
SITI RIQQOH
NPM 20158410238
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan
secara umum dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Usaha-usaha
yang dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norma tersebut serta
mewariskannya kepada generasi berikutnya untuk dikembangkan dalam hidup dan
kehidupan yang terjadi dalam suatu proses pendidikan. Atau dengan kata lain
bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang dikembangkan
atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma masyarakat) yang
berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan pernyataan
tujuan pendidikanya. Sekaligus juga menunjukkan sesuatu bagaimana warga Negara
bangsanya berpikir dan berprilaku secara turun-temurun hingga kepada generasi
berikutnya yang dalam perkembangannya akan sampai pada tingkat peradaban yang
maju atau meningkatnya nilai-nilai kehidupan dan pembinaan kehidupan yang lebih
sempurna.[1][1]
Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah salah satu upaya
pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun,
yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan
dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.[2][2]
pendidikan
yang dimulai sejak dini akan berbeda, karena dengan pendidikan atau pembiasaan
akan lebih meransang otak anak untuk menerima pendidikan-pendidikan
selanjutnya. Melalui proses pembelajaran dan/atau cara lain yang dikenal atau
diakui masyarakat. Hendaknya pendidikan juga memperhatikan lingkungan
disekitarnya, sehingga tidak bertentangan dengan norma-norma yang ada dalam
masyarakat. Setiap anak membutuhkan ransangan pendidikan untuk mengoptimalkan
potensinya. Melalui pendidikan anak juga diperkenalkan dengan lingkungannya
agar dia dapat menyesuaikan diri ilingkungannya.[3][3]
Tingkat pencapaian perkembangan
menggambarkan pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan dicapai anak pada
rentang usia tertentu. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek
pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial
emosional. Pertumbuhan anak yang mencakup pemantauan kondisi kesehatan dan gizi
mengacu pada panduan kartu menuju sehat (KMS) dan deteksi tumbuh kembang anak.
Perkembangan anak berlangsung secara berkesinambungan, yang berarti bahwa
tingkat perkembangan yang dicapai pada suatu tahap diharapkan meningkat baik
secara kuantitatif maupun kualitatif pada tahap selanjutnya. Walaupun setiap
anak adalah unik, karena perkembangan anak berbeda satu sama lain yang
dipengaruhi oleh factor internal dan eksternal, namun demikian, perkembangan
anak tetap mengikuti pola yang umum. Agar anak mencapai tingkat perkembangan yang
optimal, dibutuhkan keterlibatan orangtua dan orang dewasa untuk memberikan
ransangan yang bersifat menyeluruh dan terpadu yang meliputi pendidikan,
pengasuhan, kesehatan, gizi dan perlindungan yang diberikan secara konsisten
melalui pembiasaan.[4][4] Bentuk kerja sama dengan orangtua
dan orang dewasa ini sangat penting dilakukan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan anak melalui enam aspek perkembangan yang meliputi
aspek moral dan agama, fisik motorik, kognitif, bahasa, seni, dan sosial-emosional.
Maka dari itu, pendidik dituntut kreatif dalam melaksanakan kegiatan
pembelajaran di PAUD, terutama dalam meningkatkan kecerdasan bahasa anak.
Kemampuan
berbahasa sangat dibutuhkan anak untuk berkomunikasi, atau berhubungan dengan
orang lain. Salah satu cara yang dapat digunakan guru untuk meningkatkan
kemampuan berbahasa anak didiknya adalah dengan menggunakan metode karya
wisata.[5][5]
Karyawisata
merupakan salah satu metode pembelajaran di Taman Kanak-kanak yang dilaksanakan
dengan cara mengamati dunia sesuai dengan kenyataan yang ada secara langsung.
Dengan karyawisata anak-anak dapat diajak untuk mengamati manusia, hewan,
tumbuh-tumbuhan dan benda-benda lainnya. Dengan mengamati secara langsung, anak
dapat memperoleh kesan yang sesuai dengan pengamatannya. Pengamatan itu
diperoleh melalui panca indera seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan,
pembauan dan perabaan.[6][6]
Manfaat metode karyawisata bagi anak
adalah dapat menumbuhkan minat anak untuk mengenal dan belajar mengenai sesuatu
hal yang nyata. Dengan karyawisata, anak juga belajar untuk mengamati dan
melakukan kegiatan-kegiatan lain, misalnya bermain peran, mencocokkan gambar
dengan kata, bercerita dan sebagainya.[7][7]
Penggunaan metode ini dikarenakan pembelajarannya yang
menarik dan menyenangkan serta banyak diminati oleh anak. Pendidikpun dapat
memanfaatkan lingkungan dan alam sekitar sebagai objek wisata.
Dengan
demikian akan lebih mudah untuk mengembangkan kemampuan bahasa anak.
Perkembangan bahasa anak memang masih jauh dari sempurna. Namun potensinya
dapat diransang lewat komunikasi yang aktif dengan menggunakan bahasa yang baik
dan benar. Kualitas bahasa yang digunakan orang-orang yang dekat dengan
anak-anak akan mempengaruhi keterampilan anak dalam berbicara atau berbahasa.[8][8] Maka dalam hal ini pendidik di
tuntut untuk berkomunikasi baik dengan anak.
Fungsi
strategis dijalankan guru yaitu membantu anak agar mampu berbahasa dengan baik.
Guru memiliki peranan penting dalam mengembangkan metode pembelajaran untuk
memenuhi kebutuhan anak disekolah. Guru selama ini telah berusaha menjalankan
fungsinya sebagai pendidik yang membantu terlaksananya pendidikan dan
pembelajaran.
Pengembangan
metode karyawisata menjadi sangat penting jika guru di PAUD Syarif Hidayatullah
Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet adalah ingin meningkatkan kecerdasan
berbahasa anak. Namun permasalahannya, metode karyawisata di PAUD Darul Amin
Kedemangan kabupaten Muaro Jambi hanya dilaksanakan sekali dalam satu semester,
sehingga peningkatan kecerdasan berbahasa anak menjadi tidak optimal.
Keterbatasan dana menjadi alasan dalam pelaksanaan metode karyawisata. Hal ini
disebabkan kurangnya pemahaman pendidik mengenai hal yang diperlukan dalam
mengembangkan metode tersebut, padahal pendidik dapat memanfaatkan lingkungan
sekitar sebagai tempat wisata.
Dari
hasil grand tour pada 10 November
2016, pengelola PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet
sudah menjalankan program kerjanya misal: rapat dengan anggota guru yang
membahas tentang pengembangan metode pembelajaran anak usia dini secara berkala
dan berkelanjutan, memantau dan mengawasi pelaksanaan kegiatan, mendata sarana
dan prasarana yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Hanya saja dalam pelaksanaan
program khususnya pengembangan metode karyawisata, kepala sekolah masih
mengalami kesulitan mencari tempat wisata. Kondisi ini mengakibatkan
terhambatnya proses pembelajaran yang sifatnya mendesak, misalnya; kegiatan
pembelajaran sehari-hari.
Dalam menjalankan
tugas dan fungsinya kepala sekolah mempunyai suatu program yang telah
direncanakan sesuai dengan keadaan dan kebutuhan anak, dipantau dan dikoordinir
pelaksanaanya, dan pada akhirnya dari setiap pelaksanaan kegiatan dievaluasi
untuk melihat sejauh mana kekurangan-kekurangan dan keberhasilan yang telah
dicapai demi perkembangan metode karyawisata dalam meningkatkan bahasa anak.
Dengan demikian akan sangat terlihat arti dari peran kepala sekolah dalam
membantu pendidik.
PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan
Bukit Duri Kecamatan Tebet juga menghadapi sejumlah kendala dalam meningkatkan
kemampuan bahasa anak, hal ini diduga kurangnya kekompakan pendidik untuk
mengembangkan kegiatan pembelajaran di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit
Duri Kecamatan Tebet Jakarta Selatan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka
penulis tertarik untuk meneliti permasalahan yang berkenaan dengan judul: Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak
Melalui Metode Karyawisata di PAUD Syarif
Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet Jakarta Selatan.
B. Identifikasi
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah
yang telah dikemukakan diatas, maka terdapat identifikasi sebagai berikut:
1.
Kurangnya kreativitas guru dalam metode pembelajaran
2. Rendahnya kemampuan anak dalam
berbicara
3. Metode pembelajaran yang
dilaksanakan di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet
belum optimal.
C. Pembatasan
Masalah
Penelitian
ini hanya memfokuskan kajian tentang peranan guru dalam meningkatkan kemampuan
berbahasa anak melalui metode karya wisata di PAUD Syarif Hidayatullah
Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet.
D. Perumusan
Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah
diatas, rumusan masalah “Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Anak Melalui Metode
karya Wisata di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Syarif Hidayatullah Kelurahan
Bukit Duri Kecamatan Tebet” adalah:
1.
Bagaimana meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui
metode karya wisata di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan
Tebet?
2.
Apa saja kendala dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak
melalui metode karya wisata di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri
Kecamatan Tebet?
3.
Bagaimana upaya mengatasi masalah dalam meningkatkan
kemampuan berbahasa anak melalui metode karya wisata di PAUD Syarif
Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet?
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Sebagai salah satu masukan, pikiran
dan pertimbangan bagi pihak sekolah dalam membantu meningkatkan kemampuan
berbahasa anak melalui metode karya wisata di PAUD Syarif Hidayatullah
Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet.
2. Manfaat praktis
a. Bagi anak
Dari hasil penelitian ini dapat
meningkatkan kecerdasan linguistik dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak
melalui metode karyawisata sesuai dengan tahap perkembangannya sehingga anak
mudah memahami pembelajaran yang disampaikan oleh guru.
b. Bagi guru PAUD
Pendidik memperoleh pengalaman yang
menarik dan gambaran umum mengenai upaya meningkatkan kemampuan bahasa anak
melalui metode karyawisata di PAUD.
c. Bagi sekolah
Dapat meningkatkan mutu dan kualitas
pendidikan dan menjadi data sekolah, member pengetahuan baru tentang kemampuan
bahasa anak melalui metode karyawisata.
F. Kajian
Pustaka
1. Kecerdasan
Bahasa
Badudu
mengemukakan bahwa bahasa adalah alat penghubung atau komunikasi antar anggota masyarakat
yang terdiri dari individu-individu yang menyatakan pikiran, perasaan dan
keinginannya.bahasa sebagai sistem bunyi yang sering digunakan masyarakat dalam
rangka bekerja sama, berinteraksi dengan mengidentifikasi diri.[9][9]
[9] Gunarti Winda, dkk. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Bahasa di TK.
Jakarta: Depdiknas, 2008, h. 1.35 Dari pengertian tersebut dapat dijelaskan bahwa bahasa
merupakan alat komunikasi antar seseorang untuk menyampaikan informasi melalui
kombinasi symbol-simbol sesuai dengan ketentuan atau sistem komunikasi yang
digunakan seseorang untuk memperoleh informasi.
Kecerdasan
linguistik (bahasa) adalah kemampuan dalam mengolah kata atau menggunakan
kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tertulis. Orang yang cerdas
dalam bidang ini dapat berargumentasi, meyakinkan orang, menghibur atau
mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang diucapkan. Kecerdasan ini menuntut
kemampuan anak untuk menyimpan berbagai informasi yang berkaitan dengan proses
berpikirnya.[10][10] Kecerdasan
linguistik-verbal mengacu pada kemampuan untuk menyusun pikiran dengan jelas
dan mampu menggunakan kemampuan ini secara kompeten melalui kata-kata untuk
mengungkapkan pikiran-pikiran ini dalam berbicara, membaca dan menulis.
Kecerdasan verbal penting bukan hanya untuk keterampilan berkomunikasi
melainkan juga penting untuk mengungkapkan pikiran, keinginan dan pendapat
seseorang.[11][11] Dari
pengertian diatas dapat dijelaskan bahwa kecerdasan bahasa adalah kecerdasan
dalam mengolah kata atau kemampuan menggunakan kata secara efektif baik lisan
maupun tertulis. Orang yang cerdas dalam bidang ini dapat berargumentasi,
meyakinkan orang, menghibur atau mengajar dengan efektif lewat kata-kata yang
diucapkannya. Kecerdasan ini memiliki empat keterampilan yaitu menyimak,
membaca, menulis dan berbicara.
2. Metode karyawisata
Metode
karyawisata adalah kunjungan secara langsung ke objek-objek yang sesuai dengan
tema yang dibahas. Melalui kunjungan tersebut anak dapat mengamati langsung
sekaligus memperoleh kesan dari pengamatannya.[12][12] Melalui
metode karywisata diharapkan dapat: (1) meransang minat anak terhadap sesuatu;
(2) memperluas informasi yang diperoleh di tempat kegiatan; (3) memberi
pengalaman belajar secara langsung; (4) menumbuhkan minat anak terhadap
sesuatu; (5) menambah wawasan anak; (6) menjadi sarana rekreasi; (7) memberi
perasaan yang menyenangkan; (8) sarana mempererat hubungan antara orangtua dan
pendidik PAUD, orangtua dengan orangtua, orangtua dengan anak, serta anak
dengan anak.[13][13] Karyawisata merupakan salah satu metode melaksanakan
kegiatan pengajaran di PAUD dengan cara mengamati dunia sesuai dengan
kenyataanyang ada secara langsung yang meliputi manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan
dan benda-benda lainnya. Pengamatan secara langsung bagi anak memperoleh kesan
yang sesuai dengan pengamatannya. Pengamatan ini juga diperoleh melalui panca
indera yakni mata, lidah, telinga, hidung dan tangan.
Metode
karyawisata sering diidentikkan dengan kegiatan darma wisata rekreasi yang
hanya dilaksanakan diakhir tahun kegiatan pengembangan. Padahal, metode
karyawisata merupakan suatu metode yang memungkinkan pendidik untuk mengajak
anak berkunjung ke suatu tempat (objek) tertentu untuk mempelajari sesuatu hal
secara lebih mendalam dan konkret. Metode karyawisata akan membantu anak
memahami kehidupan nyata dalam lingkungan sekitar mereka. [14][14]
Anak dengan menggunakan ke lima
inderanya untuk mengamati dunia nyata secara langsung dalam kegiatan
karyawisata dapat mengembangkan pengetahuan dan memperluas wawasan:
a. Setiap benda itu mempunyai
sifat-sifat yang dapat dilihat, dibau, didengar, dirasakan dan diraba serta
dapat dideskripsikan.
b. Benda-benda itu dapat dibandingkan
satu dengan yang lain berdasarkan persamaan dan perbedaan yang dapat dilihat,
dibau, didengar, dirasakan dan diraba.
c. Benda-benda itu dapat
digolong-golongkan berdasarkan kesamaan sifat yang dapat dilihat, dibau, didengar,
dirasakan dan diraba. [15][15]
Karena
proses belajar anak lebih ditekan pada “berbuat” daripada mendengarkan ceramah,
maka mengajar anak usia dini itu lebih merupakan pemberian bahan dan aktivitas
sedemikian rupa sehingga anak belajar menurut pengalamannya sendiri. Ini
berarti bahwa melalui karyawisata diharapkan anak mendapat kesempatan yang luas
untuk melakukan kegiatan dan dihadapkan dengan bermacam benda yang dapat
menarik perhatiannya, memenuhi kebutuhan rasa ingin tahunya, dan mengadakan
kajian terhadap fakta yang dihadapisecara langsung. Karyawisata member
kesempatan anak untuk melihat, mendengar, membau, mengecap dan meraba tentang
benda-benda disekitarnya. Berbagai macam pengalaman yang diperoleh dengan
tangan pertama tersebut merupakan hal yang menarik perhatian dan akan mendorong
anak ingin mengetahui dan mengkaji lebih lanjut semua hal yang dipersepsikan. [16][16] Karyawisata
merupakan metode yang dapat menumbuhkan minat anak untuk mengenal dan belajar
mengenai sesuatu hal yang nyata. Misalnya, untuk menumbuhkan minat tentang
dunia binatang, anak dapat dibawa berkaryawisata ke kebun binatang. Sedangkan
untuk mengembangkan pengetahuan dan mengenal lingkungan sekitar secara nyata,
anak dapat diajak ke pantai/laut, ke gunung, kebun bunga dan buah atau kantor
pos, dan kapal laut. Beberapa hal yang mungkin dilakukan anak setelah mengamati
berbagai benda adalah:
a) Anak berusaha mempertajam kesan
pengamatannya sehingga memperjelas pengertian tentang sesuatu hal. Misalnya,
setelah anak-anak diajak ke kebun binatang, mereka lebih memahami berbagai
jenis, ukuran dan suara binatang. Atau setelah diajak ke kantor pos anak akan
menjadi paham tentang tukang pos, surat, amplop dan sebagainya. Pemahaman
merupakan penguatan bagi anak untuk mempelajari sesuatu hal atau benda lebih
lanjut.
b) Anak berusaha untuk mereproduksi
hal-hal yang telah diamatinya. Reproduksi lebih mudah dikomunikasikan kepada
guru atau anak lain dibandingkan bila dikemukakan melalui kata-kata.[17][17]
G. Kerangka
Berpikir Tindakan
Kolbiyah, Suci. 2010. Peningkatan
Keterampilan Berbicara Melalui metode Karyawisata pada Anak Kelompok B TK Al
Hidayah 01 Dadaplangu Ponggok Blitar. kemampuan berbicara merupakan kemampuan
anak untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan/kesanggupan
anak menyusun kosa kata menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur
dapat dilatih agar mereka biasa berinteraksi dengan yang lainnya, serta anak
dapat memberikan keterangan / informasi tentang suatu hal secara sederhana.
Penelitian
ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan berbicara anak yang meliputi
aspek kelancaran berbicara anak, kenyaringan berbicara anak, dan keruntutan
berbicara anak, serta mendiskripsikan pelaksanaan metode karya wisata dapat
meningkatkan keterampilan berbicara pada kemampuan berbahasa di TK Al Hidayah
01 Dadaplangu Ponggok Blitar.
Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode karya wisata. Penelitian ini
terdiri dari dua siklus, tiap siklus dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:
(1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) observasi dan (4) refleksi. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriptif kualitatif.
Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan
metode karya wisata dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak, yaitu pada
aspek kelancaran berbicara hasil yang diperoleh pada siklus I persentase nilai
rata-rata siswa 67% dan pada siklus II naik menjadi 86%. Pada aspek kenyaringan
berbicara hasil yang diperoleh pada siklus I persentase nilai rata-rata anak
69% dan pada siklus II naik menjadi 85%. Pada aspek keruntutan berbicara hasil yang
diperoleh pada siklus I persentase nilai rata-rata anak 72% dan pada siklus II
naik menjadi 85%.
Dari
data tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran dengan menggunakan
metode karya wisata dapat meningkatkan keterampilan berbicara anak. Dari hasil
penelitian tersebut diharapkan agar guru mencoba menerapkan metode karya wisata
untuk membantu mengatasi kesulitan anak pada pembelajaran berbicara, sedangkan
untuk peneliti lain diharapkan dapat menyempurnakan penelitian ini dengan
menerapkannya pada ruang lingkup yang lebih luas.
H. Hipotesis
Tindakan
Berdasarkan
kerangka
berpikir diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian
tindakan kelas sebagai berikut: melalui metode karyawisata anak dapat
meningkatkan kemampuan berbahasa anak di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan
Bukit Duri Kecamatan Tebet.
I. Tujuan
Penelitian
1. Untuk mengetahui cara meningkatkan
kemampuan berbahasa anak melalui metode karya wisata di PAUD Syarif
Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet.
2. Untuk mengetahui apa saja kendala
dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui metode karya wisata di PAUD
Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet.
3. Untuk mengetahui upaya mengatasi
masalah dalam meningkatkan kemampuan berbahasa anak melalui metode karya wisata
di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet.
J. Setting
Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan
Tebet yang terletak di perkampungan dan
mudah dijangkau tepatnya di jalan Bukit Duri Kecamatan Tebet Tahun Ajaran
2016/2017.
2.
Waktu penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan pada pertengahan semester I, untuk meningkatkan kemampuan
bahasa sebagai persiapan memasuki pendidikan selanjutnya. Peneliti akan
melaksanakan penelitian kurang lebih selama 3 bulan pada bulan Januari-Maret 2017.
3.
Subyek penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilakukan di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri
Kecamatan Tebet Tahun Ajaran 2016/2017. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik Kelompok Bermain
yang berjumlah 30 anak terdiri dari 12 laki-laki dan 18 perempuan.
4.
Objek penelitian
Objek penelitian yang akan diteliti
adalah Metode Karyawisata.
K. Metode
Penelitian
Penelitian yang akan digunakan adalah PTK (Penelitian
Tindakan kelas). PTK merupakan proses pengumpulan dan penganalisisan data yang
dilakukan secara logis dan sistematis untuk memecahkan masalah-masalah yang
ditemukan dalam proses pembelajaran.[18][18] Penelitian tindakan kelas dilakukan
mengikuti jadwal pembelajaran yang sudah biasa, yang telah diatur dalam kurikulum
dan silabus.[19][19]
Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan Metode Penelitian Tindakan kelas untuk memecahkan masalah-masalah
yang ditemukan dalam proses peningkatan kemampuan bahasa melalui karyawisata
pada Anak Usia Dini. Dalam penelitian tindakan kelas data dikumpulkan dengan
menggunakan teknik observasi, evaluasi dan klasifikasi. Data pre test , post
test siklus pertama dan kedua dibandingkan untuk melihat apakah terjadi
peningkatan kemampuan bahasa melalui karyawisata pada anak di PAUD Syarif Hidayatullah
Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet.
L. Langkah-Langkah
Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan desain tindakan kelas (PTK). Penelitian tindakan kelas (PTK)
dilaksanakan dengan bentuk siklus yang berulang. Terdapat empat langkah dalam
PTK yang merupakan satu siklus yaitu :
A.
Siklus 1
1.
Perencanaan (Planning)
Perencanaan
merupakan bagian awal dari rancangan penelitian, tindakan berisi rencana
tindakan yang akan dilaksanakan untuk memecahkan masalah yang ditetapkan.[20][20]
Rencana penelitian tindakan kelas
merupakan tindakan yang tersusun dan harus memiliki pandangan jauh kedepan,
yakni untuk memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran serta hasil
belajar anak. Peneliti membuat perencanaan tindakan yang meliputi kegiatan
pembelajaran dalam upaya meningkatkan kemampuan berbahasa pada anak didik.
Dalam hal ini peneliti merencanakan kegiatan pembelajaran (KBM) dengan memilih
materi yang sesuai, merencanakan waktu pemnbelajaran, membuat rencana
pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, menyiapkan media
pembelajaran, membuat instrumen pemantau tindakan berupa lembar observational
check list dan evaluasi untuk setiap siklus. Rencana pembelajaran disusun
berdasarkan tahapan kemampuan kognitif anak dalam kemampuan berbahasa dasar .
2.
Pelaksanaan (Acting)
Tindakan
guru sebagai peneliti yang dilakukan secara sadar dan terkendali dan merupakan
variasi praktik yang cermat dan bijaksana untuk mengembangkan tindakan-tindakan
selanjutnya.
Pelaksanaan
tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah
direncanakan sebelumnya. Menyangkut strategi apa yang digunakan, materi apa
yang diajarkan atau dibahas dan sebagainya.[21][21] . Guru
mengkondisikan anak untuk menilai pembelajaran, Guru menyampaikan materi
pembelajaran, Guru menyuruh anak untuk mengikuti kegiatan yang dilaksanakan
(praktek karyawisata), Menyuruh anak untuk mencoba mengutarakan pengalaman
selama berkaryawisata, Berkaryawisata dengan memanfaatkan lingkungan disekitar
sekolah, Memberikan hadiah, berupa pujian, tepuk tangan, acungan jempol, bagi
anak yang berani mengutarakan pengalamannya.
3.
Pengamatan (Observasi)
Tahap
ketiga yaitu kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat. Pada bagian
pengamatan, dilakukan perekaman data yang meliputi proses dan hasil dari
pelaksanaan kegiatan. Pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan,
keduanya berlangsung dalam waktu bersamaan. Tujuan dilakukannya pengamatan
adalah untuk mengumpulkan bukti hasil tindakan yang sudah dilakukan agar dapat
dievaluasi dan dijadikan landasan bagi pengamat dalam melakukan refleksi. Peneliti
akan mengamati kegiatan yang dilakukan anak didik untuk melakukan evaluasi.
4.
Refleksi (Reflekting)
Tahap
terakhir dalam penelitian tindakan kelas adalah refleksi. Refleksi adalah
perbuatan memikirkan sesuatu.[22][22]
Refleksi yaitu kegiatan untuk
mengemukakan kembali apa yang sudah terjadi. Peneliti beserta pengamat, akan
mendiskusikan apakah selama mengikuti kegiatan, ada perubahan kemampuan
berbahasa pada anak-anak.
B.
Siklus 2
1.
Perencanaan
Pada tahap
ini peneliti membuat perecanaan tindakan sesuai dengan hasil refleksi siklus I,
yaitu memperbaiki pelaksanaan metode karyawisata sehingga memunculkan kemampuan
berbahasa perrmulaan. Materi yang dipilih sesuai dengan kemampuan anak. Setiap
pertemuan peneliti membuat instrumen pemantau tindakan, pengumpulan data serta
evaluasi dari keseluruhan pertemuan yang dilaksanakan dalam tiap siklus.
Peneliti menentukan indikator kemampuan yang digunakan untuk mengetahui peningkatan
kemampuan berbahasa permulaan anak. Keberhasilan dapat dilihat berdasarkan
hasil lembar chekk list yang mengalami peningkatan secara signifikan
sekurang-kurangnya sebesar 20 %.
2.
Pelaksanaan
Tiap siklus
dilakukan selama 1x45 menit jam pelajaran. Selain melaksanakan pembelajaran,
peneliti menyiapkan media yang sesuai dengan tindakan, menyiapkan alat
pengumpul data berupa dokumentasi, lembar catatan lapangan, serta lembar check
list.
3.
Pengamatan
Melakukan
pengamatan dengan melibatkan teman sejawat untuk mengamati bagaimana keaktifan
anak dan kinerja guru dengan menggunakan lembar observasi.
4.
Refleksi
Peneliti
(penulis) mengoreksi keberhasilan penelitian tindakan kelas berdasarkan
ketercapaian indikator kinerja. Apabila belum tercapai maka dilakukan siklus
selanjutnya
C.
Siklus 3
1.
Perencanaan
Guru
menyusun RPPH, Guru mengidentifikasi masalah,
Guru menyusun kembali rencana pembelajaran dengan kegiatan karyawisata
sesuai siklus II
2.
Pelaksanaan
. Guru mengkondisikan anak untuk menilai
pembelajaran, guru menyampaikan materi pembelajaran sesuai dengan tema, menyuruh
anak untuk mencoba mengutarakan pengalaman selama berkaryawisata, Berkaryawisata
ke kebun binatang, memberikan hadiah, berupa pujian, tepuk tangan, acungan
jempol, bagi anak yang berani mengutarakan pengalaman selama berkaryawisata
dengan menggunakan bahasa mereka sendiri, memberi motivasi dan semangat kepada
anak agar mampu menemukan ide-ide baru.
3.
Pengamatan
Melakukan
pengamatan dengan melibatkan teman sejawat untuk mengamati bagaimana keaktifan
anak dan kinerja guru dengan menggunakan lembar observasi.
4.
Refleksi
Peneliti
(penulis) mengoreksi keberhasilan penelitian tindakan kelas berdasarkan
ketercapaian indikator kinerja. Apabila tercapai maka penelitian dinyatakan
berhasil.
M. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari :
1. Siswa
PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet Tahun Ajaran
2015/2016. Subyek penelitian tindakan kelas ini adalah anak didik Kelompok
Bermain yang berjumlah 30 anak terdiri dari 12 laki-laki dan 18 perempuan.
2. Guru
inti PAUD Syarif Hidayatullah
3. Guru
pendamping PAUD Syarif Hidayatullah
N. Teknik
Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk
mendapatkan data penelitian adalah dengan cara, yaitu :
1. Observasi
Observasi
adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara
sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau
kelompok secara langsung. Berdasarkan
keterlibatan peneliti dalam penelitian tindakan ini, maka jenis observasi yang
dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Dalam observasi
partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh
subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari
mereka.
2. Studi
Dokumentasi
Studi
dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto yang diambil pada saat
kegiatan pelaksanaan peneliti berlangsung.
3. Catatan
Lapangan
Catatan
lapangan yaitu catatan peneliti selama pelaksanaan peneliti berlangsung baik
berupa kelebihan yang perlu dipertahankan maupun kekurangan yang perlu mendapat
perbaikan. Selanjutnya untuk memperoleh data pemantau tindakan dengan
menggunakan lembar pengamatan, dan catatan lapangan atau anekdot.
O. Teknik
Analisa Data
1. Reduksi Data
Mengubah
rekaman data ke dalam fokus permasalahan, data yang terkumpul dan rekaman
catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam tahapan ini
data dari observasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan akan diseleksi
data-data mana saja yang perlu dibuang dan dipilih. Untuk mempermudah dalam
seleksi peneliti menggunakan pengkodean untuk memudahkan data mana yang ingin
digunakan dan data yang mana ingin dibuang.
2. Deskripsi
Data
Deskripsi
data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun sehingga
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Setelah data diseleksi pada tahap reduksi selanjutnya data akan disajikan
secara deskriptif dan dalam bentuk diagram.
3. Verifikasi
Verifikasi
disini merupakan hasil dari proses peningkatan kemampuan bahasa melalui
karyawisata pada anak di PAUD Syarif Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri
Kecamatan Tebet.. Setelah data dipilih pada tahap reduksi data dan telah
disajikan dalam bentuk deskritif pada tahap penyajian data, tiba saatnya
peniliti menarik kesimpulan atau verivikasi pada tahap ini. namun, pengolah
data kulitatif tidak akan tergesa-gesa tetapi secara bertahap dengan tetap
memperhatikan perolehan data. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan adalah
suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh.
P. Keabsahan
Data
(1) kredebilitas (credibility), item-item yang
digunakan peneliti dalam instrumen merupakan penjabaran dari teori-teori yang
terkait sehingga peneliti menentukan indikator instrumen lebih terperinci,
(2) keterbukaan (transferability), penyajian data yang
disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk diketahui kepala
sekolah, guru kelas, dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan sebagai bahan
untuk perbaikan tindakan selanjutnya dan memperkaya peneliti untuk memahami
ruang lingkup penelitian,
(3) keakuratan
(dependability), dalam pengisian data diperoleh informasi yang akurat. Data
yang diterima peneliti tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat
menghambat ketercapaian tujuan penelitian,
(4) kelayakan (Confirmability), data yang digunakan
peneliti sebelumnya telah diinformasikan terlebih dahulu kepada para ahli
(dosen pembimbing). Apabila ada indikator yang kurang tepat dalam pengambilan
data maka peneliti akan memperbaiki indikator tersebut.
Q. Kriteria
Keberhasilan
Dalam penelitian ini jika pelaksanaan siklus 1 pada
penelitian ini belum menunjukkan tindakan penelitian hasil yang optimal, maka
akan dilakukan dengan pelaksanaan siklus 2, jika belum menunjukkan peningkatan
hasil yang optimal, maka di perlukan pengembangan perencanaan tindakan untuk
penelitian selanjutnya melalui siklus 3. Pengembangan perencanaan tindakan ini
lebih difokuskan pada pelaksanaan kegiatan karyawisata pada anak di PAUD Syarif
Hidayatullah Kelurahan Bukit Duri Kecamatan Tebet.
[3][3] Mukhtar Latif,
dkk, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia
Dini, Jakarta: Kencana Prenada media Group 2013, h.26
[9][9] Gunarti Winda,
dkk. Pedoman Pembelajaran Bidang
Pengembangan Bahasa di TK. Jakarta: Depdiknas, 2008, h. 1.35
[10][10] Soefandi
Indra, dkk. Strategi Mengembangkan
Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia, 2009, h. 58
[11][11] Slim,
Caroline, dkk. How To Multiply Your
Child’s Intelligence Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Universitas
Negeri Yogyakarta: PT. INDEKS, 2008, h. 11-12
[15][15] Moeslichatoen
R.,M.Pd. Metode Pengajaran di Taman
Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta,
2004, h. 70
[16][16] Ibid.,
Catherin Landert, (1986) dalam Gunarti. Pedoman
Pembelajaran Bidang Pengembangan Bahasa di TK. 2008, h. 4.22
[20][20] Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009, h. 137
[22][22] Ibid., Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
h. 140
DAFTAR PUSTAKA
Ø Drs.
H. Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,
Jakarta: Rineka Cipta 2010, h.2
Ø Gunarti
Winda, dkk. Pedoman Pembelajaran Bidang
Pengembangan Bahasa di TK. Jakarta: Depdiknas, 2008, h. 1.35
Ø Moeslichatoen
(1999), dalam Nurbiana Dhieni. Metode
Pengembangan Bahasa, 2008, h. 8.8
Ø Moeslichatoen
(1999), Metode Pengembangan Bahasa,
2008, h.8.4
Ø Moeslichatoen
R.,M.Pd. Metode Pengajaran di Taman
Kanak-kanak. Jakarta: Rineka Cipta,
2004, h. 70
Ø Mukhtar
Latif, dkk, Orientasi Baru Pendidikan
Anak Usia Dini, Jakarta: Kencana Prenada media Group 2013, h.26
Ø Mukhtar
Latif, dkk. Orientasi Baru PAUD, 2013,
op. cit., h. 114
Ø Nana
Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya, 2009, h. 137
Ø Nurbiana
Dhieni, dkk, Metode Pengembangan Bahasa,
Jakarta: Universitas Terbuka, 2008, h. 8.4
Ø Permen Diknas
No. 58 Tahun 2009, h.20
Ø Slim,
Caroline, dkk. How To Multiply Your
Child’s Intelligence Cara Mengembangkan Berbagai Komponen Kecerdasan. Universitas
Negeri Yogyakarta: PT. INDEKS, 2008, h. 11-12
Ø Soefandi
Indra, dkk. Strategi Mengembangkan
Potensi Kecerdasan Anak. Jakarta: Bee Media Indonesia, 2009, h. 58
Ø Tom
Olfia, Panduan penulisan Skripsi STKIP
AD. ha. 48
Ø Undang-Undang Sikdiknas
edisi terbaru 2012, (Bandung; Fukosindo, 2012).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar