UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
”Metodologi Penelitian”
Dosen
Pengampu:
Iswadi,
M. Pd
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR ANAK USIA 4-5 TAHUN MELALUI BERMAIN TEROMPAH PANJANG DI PAUD CERIA CEMPAKA CIPAYUNG
Oleh:
LINDA DAMAYANTI
NPM: 20158410220
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016
A.
Latar
Belakang Masalah
Anak
usia dini adalah anak yang ada pada rentang usia antara 0-8 tahun, yang sedang
menjalankan suatu proses perkembangan yang sangat pesat dan fundamental untuk
kehidupan selanjutnya. Pada masa ini proses pertumbuhan dan perkembangan akan
sangat cepat dan akan mencakup berbagai aspek, yaitu pertumbuhan dan perkembangan
pada fisik (koordinasi motorik halus dan motorik kasar), kecerdasan (daya
pikir, daya cipta, kecerdasan emosi, kecerdasan spiritual), sosial emosional
(sikap dan perilaku serta beragama), bahasa dan komunikasi.
1
|
Gerakan motorik kasar itu melibatkan koordinasi antara
otot-otot besar pada anak dan dikendalikan oleh otak/pusat syaraf. Hurlock mengungkapkan bahwa: Perkembangan motorik
merupakan perkembangan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat
syaraf, urat syaraf dan otot yang terkoordinasi.[2]
Motorik adalah semua gerakan yang dapat dilakukan oleh seluruh tubuh.
Perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua bagian, yaitu gerakan motorik
kasar dan gerakan motorik halus. Gerakan
motorik kasar terbentuk saat anak mulai memiliki koordinasi sebagian besar
bagian tubuh anak atau otot-otot besar pada tubuh. Gerakan motorik halus adalah
gerakan yang dilakukan oleh bagian-bagian tubuh tertentu dan hanya melibatkan
sebagian kecil otot tubuh. Dalam perkembangannya, motorik kasar berkembang
lebih dahulu dari pada motorik halus.
Pada usia 4-5 tahun umumnya anak sudah mampu untuk berlari,
melompat, meloncat, dan semua kegiatan yang melibatkan kaki dan tangan bahkan
seluruh anggota tubuhnya. Seperti yang ditulis oleh Sujiono bahwa perkembangan
motorik kasar anak usia 4-5 tahun adalah
“Anak sudah mampu berlari dan
langsung menendang bola, melompat-lompat dengan kaki bergantian, melambungkan
bola tenis dengan satu tanngan dan menangkapnya dengan dua tangan, berjalan
pada garis yang sudah ditentukan, berjinjit dengan tangan dipinggul, menyentuh
jari kaki tanpa menyentuh lutut, mengayuhkan satu kaki kedepan atau kebelakang
tanpa kehilangan keseimbanan.”[3]
Apabila anak
pada usia 4-5 tahun tidak aktif dalam bergerak dan dalam bermain, sebagai orang
tua atau guru hendaknya waspada karena anak-anak sepeti itu berarti mengalami
gangguan dalam kemampuan motorik kasarnya. Walaupun gangguan tersebut bukanlah
sesuatu yang fatal dan dapat di berikan tindakan agar kemampuan motorik
kasarnya dapat sesuai dengan perkembangan dan usianya.
Banyak anak-anak yang kurang terampil atau
terhambat kemampuan gerak motorik kasarnya karena berbagai macam faktor.
Perkembangan motorik yang terhambat dapat disebabkan oleh kurangnya kesempatan
untuk berlatih menggunakan anggota tubuhnya atau disebabkan oleh adanya
perlindungan yang berlebihan. Pada masyarakat kita, hingga kini masih sering
orang tua yang banyak sekali menerapkan larangan dan aturan . Orang tua
terkadang lebih senang apabila anak-anaknya duduk manis membaca buku, duduk
didepan televisi menonton acara kesukaan mereka atau bermain komputer dan video games yang mereka miliki.
Mereka
juga melarang anak-anaknya untuk melakukan aktivitas motorik di lingkungan
rumah seperti berlari-lari, melompat, meloncat, bersepeda atau kegiatan fisik
lainnya dengan alasan takut anaknya akan jatuh atau terluka. Alasan orang tua
melarang anak-anaknya adalah bahwa bermain itu merupakan kegiatan yang
membuang-buang waktu. Hal ini seperti dijelaskan dalam sebuah artikel, bahwa
:
Orang tua menyadari kalau bermain dengan aktif (active
play) sangat menyenangkan dan punya banyak manfaat bagi tumbuh kembang
anak-anak, namun bisa jadi orang tua membatasinya karena sejumlah kekhawatiran.
Misalnya, orang tua khawatir anak-anaknya terluka, terlalu lelah, serta
tubuhnya menjadi kotor, bau asam, dan tidak segar saat ia bermain di luar
ruangan. Padahal jika diantisipasi dengan benar, kekhawatiran ini kemungkinan
besar tidak terjadi.[4]
Kurangnya
pemahaman orang tua dan keinginan untuk melindungi anak yang berlebihan akan
mengakibatkan kemampuan motorik anak terhambat dan perkembangannya tidak sesuai
dengan tahapan usianya.
Hambatan
lain yang terjadi pada anak-anak dalam melakukan gerak motorik kasar adalah
karena lingkungan fisik mereka yang terbatas. Rumah yang sempit sering kali
dijadikan alasan utama dari para orang
tua untuk melarang anak-anak mereka untuk beraktivitas fisik dirumah.
Kesempatan untuk bermain bersama dengan anak-anak sebayanya pun menjadi terhambat yang mengakibatkan
kurangnya keterampilan dalam mengekspresikan gerak dan cenderung menjadi
obesitas pada anak-anak.
Hasil observasi
menunjukkan bahwa di PAUD Ceria Cempaka Cipayung khususnya pada anak usia 4-5
tahun dalam kegiatan bermain terompah, Dari jumlah anak 5 terlihat 7 anak yang belum bisa, dan 8 anak
sudah bisa memainkannya. Di PAUD Ceria
Cempaka Kegiatan motorik kasar yang dilakukan
sebatas hanya melakukan senam saja setiap hari Rabu, sekali dalam satu minggu. Senam yang dilaksanakan tidak
bervariasi, monoton hanya dengan satu macam senam saja dan tidak pernah
diganti. Kegiatan bermain terompah panjang di PAUD Ceria Cempaka sudah pernah
dilakukan dalam beberapa kali pada saat kegiatan diluar ruangan sebelum masuk
kelas, tetapi dalam prakteknya kepada anak belum maksimal. Yang
mengakibatkan kemampuan motorik kasar
anak belum sesuai dengan tahapan usia 4-5 tahun. Kurang maksimalnya guru dalam
memberikan kegiatan terompah panjang kepada anak dikarenakan guru belum
memahami kalau olahraga terompah panjang itu dapat menstimulasi kemampuan
motorik kasar anak.
Pengembangan kemampuan motorik kasar anak di lembaga
PAUD masih sangat kurang dan metode pembelajaran yang dilakukan belum memenuhi
standar pembelajaran yang benar. Mereka masih mengabaikan penggunakan
pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada anak untuk memperoleh
hasil belajar yang memuaskan, melalui aktivitas yang menganggap bahwa kemampuan
motorik kasar bagi anak usia dini hanyalah materi pelengkap, karena motorik
kasar anak akan berkembang secara alamiah.
Salah satu cara untuk memecahkan masalah
tersebut adalah dengan memberi motivasi dan dorongan yang dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasarnya. Permainan terompah panjang adalah cara yang
dipergunakan oleh peneliti untuk memberikan stimulasi agar anak lebih lincah,
tangkas, dan kuat otot kakinya. Unsur-unsur tersebut akan terkoordinasi dengan
baik jika stimulasinya dilakukan dengan intensif. Adapun aspek-aspek tolak ukur
yang akan dinilai yaitu menjaga keseimbangan, kekuatan kaki, kekuatan tangan,
koordinasi tangan dan kaki dan kelincahan anak. Dalam
mengembangkan berbagai kemampuan dasar anak PAUD peran guru sangatlah penting.
Guru perlu mempelajarai tingkat kemampuan anak didiknya sehingga dapat
menentukan jenis kegiatan yang sesuai dengan tahap perkembangan anak.
Agar pengembangan keterampilan
motorik kasar anak usia 4-5 tahun dapat berkembang dengan optimal maka salah
satu cara yang dapat digunakan dengan belajar gerak melalui permainan di luar
ruangan yang dapat merangsang setiap anak untuk dapat bereksplorasi melalui
berbagai macam gerak yang mereka lakukan. Dalam permainan terompah panjang,
hampir semua aspek perkembangan anak dapat terstimulasi dan berkembang dengan
baik termasuk di dalamnya perkembangan kreativitas, berimajinasi, bereksplorasi
untuk dapat mengenal dirinya sendiri, orang lain juga lingkungannya.
Manfaat terompah panjang untuk
anak usia dini secara fisik anak menjadi
lebih kuat dan tangkas. Selain membakar lemak tubuh yang
akan mengurangi obisitas pada anak usia dini, terompah panjang juga bermanfaat
melatih keseimbangan otot kaki, kelincahan dan pernapasan. Semakin sering anak-anak bermain terompah panjang mereka akan semakin sigap
dan terampil. Belum
lagi manfaat emosional, intelektual, sosialnya dan juga ketelitian serta akurasi.
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang dikemukakan diatas, maka yang menjadi identifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah peningkatan motorik kasar (kekuatan otot kaki) anak
usia 4-5 tahun di PAUD Ceria Cempaka melalui bermain terompah panjang. Area penelitian
ini antara lain :
1.
Apakah bermain terompah
panjang dapat meningkatkan kemampuaan keseimbangan tubuh anak usia 4-5 tahun ?
2.
Apakan bermain terompah
panjang dapat meningkatkan kemampuan otot kaki anak usia 4-5 tahun ?
3.
Apakan bermain terompah
panjang dapat meningkatkan kemampuan gerak lokomotor ( gerakan yang berpindah tempat)
anak usia 4-5 tahun ?
4.
Apakan bermain terompah
panjang dapat meningkatkan kemampuan gerak manipulatif anak usia 4-5 tahun ?
Adapun
identifikasi masalah ini adalah Upaya Meningkatkan Kemampuan Motorik Kasar
melalui Bermain Terompah panjang pada anak usia 4-5 tahun di PAUD Ceria Cempaka
Cipayung.
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan
sebelumnya maka peneliti membatasi ruang lingkup tindakan ini pada pembatasan
masalah Upaya Meningkatan Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 4-5 Tahun di PAUD
Ceria Cempaka melalui Bermain Terompah panjang.
Kemampuan
motorik kasar yang dimaksud adalah kemampuan menggerakkan sendi-sendi otot
besar, dan kemampuan untuk meningkatkan sejumlah gerakan jasmani. Kemampuan
motorik kasar juga mencakup ketahanan, kecepatan, kelenturan, ketangkasan,
keseimbangan dan kekuatan. Dengan menggunakan bermacam-macam koordinasi
kelompok otot-otot tertentu anak akan belajar untuk merangkak, melempar,
berlari, meloncat atau melompat. Dalam penelitian ini kemampuan anak dalam
melakukan gerak motorik kasar mencakup kemampuan lari dan berjalan, sehingga
anak memiliki kemampuan dalam mengolah tubuh melalui permainan yang dilakukan
diluar ruangan. Kemampuan ini disesuaikan dengan Standar Kompetensi PAUD.
Permaianan terompah panjang adalah
kegiatan bermain diluar ruang kelas yang dilakukan melalui aktifitas bermain
sambil belajar. Olahraga terompah panjang yang dilakukan dengan
menggunakan bantuan terompah yang dipakai anak, dilakukan dengan menggunakan kaki
kita sebagai porosnya. Olahraga terompah panjang ini dilakukan dengan
menggunakan bantuan terompah panjang
yang di gerakan oleh dua kaki sebagai porosnya dengan koordinasi mata,
otot kaki, keseimbangan serta kerjasama.
Cara bermainnya dengan dua cara, yakni : yang pertama dengan bermain
sendiri yaitu menggunakan terompah pendek kemudian berjalan kedepan dengan mengangkat tali. Yang kedua dengan terompah panjang. cara bermain bersama dengan membentuk kelompok yang terdiri dari
dua orang anak pada tiap kelompoknya. dengan cara yang sama dan memerlukan
keseimbangan dan kerjasama.
Dalam
penelitian dibatasi pada kegiatan Lokomotor. Penelitian dilaksanakn pada anak
kelompok A yang berusia 4-5 tahun di PAUD Ceria Cempaka Cipayung Jakarta Timur
yang karakteristiknya bervariatif tingkat keaktifannya.
D.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah,
identifikasi masalah, dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya,
maka perumusan masalah yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian
tindakan ini adalah :
1.
Bagaimana penggunaan terompah
panjang dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 di PAUD Ceria
Cempaka?
2.
Bagaimana permainan terompah panjang dapat meningkatkan
kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 tahun di PAUD Ceria Cempaka Jakarta Timur
?
E.
Manfaat
Penelitian
1. Pendidik/Guru.
Melalui penelitian ini diharapkan menambah
wacana dan menambah pengetahuan bagi para guru/pendidik anak usia dini dengan
memilih variasi jenis permainan di luar ruangan yang dapat membantu
menstimulasi dan mengembangkan kemampuan motorik kasar anak.
2. Orang
Tua
Penelitian
ini juga diharapkan mampu memberikan informasi kepada orang tua dan masyarakat
umum agar dapat mendukung pertumbuhan dan perkembangan anak-anaknya secara
optimal.
3. Anak
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat membuat anak menjadi lebih senang dan gembira
pada saat mereka bermain sehingga dapat meningkatkan kemampuan motoriknya
khususnya motorik kasar.
4. Bagi
Peneliti Selanjutnya
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan pemecahan masalah penelitian
terkait atau lanjutan khususnya yang berhubungan dengan meningkatkan kemampuan
motorik kasar.
F.
Kajian
Pustaka
1. Hakikat
Kemampuan Motorik Kasar
a. Pengertian
Kemampuan
Setiap
manusia memiliki kemampuan untuk melakukan sesuatu, hanya kadar kemampuan
antara orang yang satu dengan lainnya berbeda. Ketika seseorang tidak sanggup
melakukan sesuatu yang menurut perhitungan umum seharusnya sanggup ia lakukan,
maka orang tersebut dikatakan tidak punya kemampuan. Sesungguhnya setiap orang
mempunyai kemampuan, tetapi kemampuan tersebut belum mencapai tingkat maksimal
yang disyaratkan. Untuk memiliki sebuah kemampuan maka dibutuhkan latihan yang
bersifat continue dan dimulai dari
hal termudah sampai tersulit.
Kemampuan
dapat diukur secara bertahap, seperti yang diungkapkan oleh Woodworth dan
Marquis dalam Sumardi Suryobroto
menyatakan bahwa kemampuan sebagai achievement
yang merupakan actual ability (kecakapan
nyata) dan dapat diukur dengan alat atau test tertentu.[5]
Maksud dari teori tersebut bahwa kemampuan sesungguhnya adalah kemampuan nyata
yang dimiliki setiap manusia. Kemampuan tersebut dapat diukur sehingga kita
bisa membedakan tngkat kemampuan antara satu anak dengan anak lainnya.
Secara
sederhana, kemampuan (ability)
dipandang sebagai perbuatan dari suatu indikator. Menurut Cronbach yang dikutip
Hurlock, kemampuan dapat diuraikan dengan kata otomatik, cepat, dan akurat.[6]
Seseorang dapat dikatakan mampu apabila dia dapat melakukan suatu perbuatan
sesuai dengan indikator yang telah ditentukan secara cepat dan akurat. Untuk
mencapai tingkat “mampu”, seorang anak tentu saja memerlukan stimulus dan
latihan yang sesuai.
Kemampuan
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti yang diungkapkan oleh Munandar
bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan sesuatu tindakan sebagai suatu
hasil dari pembawaan dan juga latihan.[7] Hal
tersebut menyatakan bahwa, suatu kemampuan tidak hanya dipengaruhi oleh faktor
eksternal, tetapi tidak menutup kemungkinan pula bahwa faktor internal seperti
pembawaan juga dapat mempengaruhi suatu kemampuan yang dimiliki seseorang. Oleh
karena itu, kedua faktor tersebut akan maksimal jika dapat digunakan dan
distimulus dengan optimal.
Kemampuan seseorang berdasarkan atas pembawaan yang ada dalam dirinya
dan latihan yang terbiasa dilakukannya. Kemampuan merupakan daya untuk
melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan.[8] Kemampuan
yang dimiliki oleh seseorang itu bisa merupakan bawaan sejak lahir dan juga
bisa di dapat dari hasil latihan-latihan yang ia lakukan.
Seseorang memiliki kemampuan untuk mendapatkan sesuatu yang diharapkan
untuk mencapai suatu tujuan dalam hidupnya. Jhonson yang dikutip oleh Wijaya
dkk, mengartikan kemampuan adalah sebagai perilaku rasional untuk mencapai
tujuan yang dipersyarakatkan sesuai kondisi yang diharapkan.[9] Hal ini
dapat diartikan sebagai suatu keadaan di mana untuk mencapai tujuan diperlukan
usaha agar sesuai dengan apa yang diinginkan.
Berdasarkan paparan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan
adalah kecakapan atau potensi menguasai sesuatu keahlian yang merupakan bawaan
sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek yang digunakan untuk
mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakan yang nyata yang dapat
diukur dengan indikator tertentu secara cepat dan akurat.
b. Pengertian
Motorik Kasar
Pertumbuhan dan perkembangan seorang
anak berbeda antara satu dengan yang lain, ini disebabkan oleh pola
perkembangan seorang anak yang berbeda pula. Pola perkembangan ini dipengaruhi
oleh keadaan fisik, emosi, serta mental dan intelektualnya. Perkembangan fisik
sangat berkaitan erat dengan perkembangan motorik anak. Dengan keadaan fisik
dan motorik yang baik tentunya anak juga akan lebih mudah untuk beradaptasi dengan
lingkungannya.
Banyak aspek yang dapat mendukung
perkembangan motorik anak, seperti yang di sampaikan oleh Corbin dalam Sumantri
menyatakan bahwa perkembangan motorik adalah perubahan kemampuan gerak dari
bayi sampai dewasa yang melibatkan berbagai aspek perilaku dan kemampuan gerak.[10] Aspek
perilaku dan perkembangan motorik saling mempengaruhi. Motorik merupakan
perkembangan pengendalian gerakan tubuh melalui kegiatan yang terkoordinir
antara susunan syaraf, otak, dan otot, yang merupakan unsur untuk menentukan
perkembangan motorik. Unsur yang satu akan melengkapi dan menunjang unsur yang
lain sehingga terbentuk kondisi motorik yang lebih baik. Kemampuan tersebut
melibatkan berbagai aspek perilaku dan gerakan mulai dari bayi hingga akhir
hayat.
Kegiatan motorik tidak hanya
bergantung kepada kematangan otot saja melainkan dipengaruhi pula oleh kondisi
fisik. Hurlock menyatakan bahwa perkembangan motorik berarti pengembangan
pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf, urat syaraf, dan
otot yang terkoordinasi.[11]
Artinya apabila anak mengalami gangguan petumbuhan otak akan nampak kurang
terampil menggerakkan tubuh karena perkembangan motorik anak tersebut lebih
lambat.
Gerakan motorik kasar seutuhnya
dikontrol oleh otot-otot besar. Lebih lanjut Sumantri
mengatakan motorik kasar adalah kemampuan anak usia dini yang beraktifitas
dengan menggunakan otot-otot besar.[12]Kemampuan
otot-otot besar ini termasuk dalam golongan pada kemampuan gerak dasar, yang
terdiri menjadi tiga kategori, yakni : lokomotor, non lokomotor dan
manipulatif. Kemampuan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
Pendapat yang sama
di nyatakan oleh Santrock bahwa keterampilan motorik kasar (gross motor
skills) meliputi kegiatan otot-otot besar seperti mengerakkan lengan dan
berjalan.[13]
Dengan kata lain ketrampilan motorik kasar meliputi gerakan-gerakan yang
melibatkan otot-otot besar untuk menggerakkan sendi-sendi otot yang
tidak akan dapat berkembang dengan baik tanpa memperoleh bimbingan.
Kemampuan ini dilakukan anak untuk meningkatkan kualitas hidup yang
memungkinkan tubuh melakukan fungsi berjalan, mendaki, melompat, berlari,
menendang, melempar dan sebagainya.
Kemampuan motorik kasar ini erat kaitannya dengan
gerakan sebagian besar otot-otot tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan. Hal
ini sebagaimana yang dijelaskan Decaprio bahwa motorik kasar adalah gerakan
tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar otot yang ada dalam
tubuh maupun seluruh anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan diri.[14]
Berdasarkan hal tersebut dapat diartikan bahwa kemampuan motorik kasar
merupakan keterampilan gerak tubuh yang menggunakan otot-otot besar yang ada
dalam tubuh yang dipengaruhi kematangan diri seperti berjalan, berlari,
melompat, menendang, memukul dan sebagainya.
Gerakan lengan dan
kaki merupakan gerakan sebagian besar otot tubuh. Hal ini sesuai pendapat Smith
yang menyatakan bahwa “gross motor
abilities is skill that require the us of large muscles in the legs or arms, as
well as general stength and stamina. Examples of such skill include running,
jumping, throwing, climbing and kicking.”[15]
Artinya bahwa kemampuan motorik kasar adalah keterampilan yang memerlukan
penggunan otot-otot besar di kaki atau lengan, serta kekuatan dan daya tahan.
Contohnya, berlari, melompat, melempar, memanjat dan menendang.
Kemampuan motorik kasar dipahami
sebagai kecakapan gerak tubuh yang melibatkan otot-otot besar. Keterampilan
motorik ini dapat dibedakan menjadi tiga
jenis gerakan seperti yang pendapat Gallahue, yakni : “Movement may be grouped
into three : stabilizing movement, locomotor movement, and manipulative
movements, or combinations of the three”[16]. Yang
artinya Gerakan dapat dikelompokkan menjadi tiga: menstabilkan gerakan (stability), gerakan alat gerak (locomotor), dan gerakan manipulatif (manipulative), atau kombinasi dari
ketiganya.
Berdasarkan pendapat
tersebut gerakan stabilitas mengacu pada setiap gerakan yang mendapatkan dan
mempertahankan keseimbangan dalam kaitannya dengan gaya gravitasi. Kategori ini
termasuk pada gerakan berputar, berpaling, mendorong dan menarik. Gerak
Lokomotor adalah gerak yang meliputi perubahan letak tubuh terhadap suatu titik
tertentu diatas tanah seperti berjalan, berlari, melompat, meloncat atau
melompat-lompat (skip). Sedangkan gerakan manipulatif adalah pengendalian gerak
baik motorik kasar maupun motorik halus. Pengendalian gerak motorik kasar
melibatkan kekuatan memberi dan menerima benda, seperti; melempar, menangkap,
menendang dan memukul benda.
Perkembangan motorik kasar tidak
boleh diabaikan oleh orang tua maupun guru karena kemampuan motorik ini
berkembang sejalan dengan pertambahan usia kematangan syaraf serta otot-otot
anak.Dalam Standar Kompetensi Anak Usia Dini dijelaskan mengenai pengembangan
fisik motorik kasar anak usia dini, bahwa: motorik
kasar, mencakup kemampuan gerakan tubuh secara terkoordinasi, lentur, seimbang,
lincah, lokomotor, non-lokomotor, dan mengikuti aturan.[17]
Kemampuan motorik kasar terbentuk saat anak mulai memiliki koordinasi dan
keseimbangan hampir seperti orang dewasa. Kemampuan motorik kasar merupakan
kemampuan yang membutuhkan koordinasi sebagian besar bagian tubuh anak, gerakan
ini mengandalkan kematangan dalam koordinasi yang dapat berguna bagi kehidupan
kelak.
Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut dapat dideskripsikan bahwa kemampuan motorik kasar
adalah suatu gerakan yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar
otot-otot yang ada dalam tubuh maupun seluruh anggota tubuh, yang berupa gerakan
lokomotor, gerakan non lokomotor atau keseimbangan, dan gerakan manipulatif.
2.
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Perkembangan Kemampuan Motorik Kasar.
Pencapaian suatu
keterampilan di pengaruhi oleh banyak faktor, begitu pula tentang keterampilan
motorik kasar, untuk mencapai keterampilan motorik kasar yang lebih optimal
terdapat beberapa faktor yang saling berkaitan, menunjang dan melengkapi satu
sama lain. Faktor tersebut antara lain :
1) Faktor
Internal
Faktor internal
merupakan sifat dasar genetik, yaitu potensi yang dibawa anak baik secara fisik
maupun psikis dari kedua orang tuanya. Kondisi pra dan pasca lahir, dimana
keadaan fisik dan psiklogis seorang ibu sangat memberi pengaruh. Menurut
Rahyubi, ada beberapa faktor yang mempengaruhi pada perkembangan motorik
individu. Faktor-faktor ini antara lain; perkembangan sistem syaraf, kondisi
fisik, motivasi yang kuat, lingkungan
yang kondusif, aspek psikologi, usia, jenis kelamin, serta bakat dan potensi.[18]
Faktor-faktor tersebut saling mempengaruhi perkembangan motorik anak. Anak yang
sehat sudah tentu akan berbeda tingkat perkembangan motorik kasarnya di
bandingkan dengan anak yang mempunyai penyakit tertentu. Anak laki-laki dan
anak perempuan dalam memilih permainan juga akan berbeda: kalau anak laki-laki
lebih kepada permainan yang menantang/penuh resiko dibandingkan dengan anak
perempuan.
2) Faktor
Eksternal.
Faktor
eksternalnya seperti asupan gizi yang seimbang serta lingkungan dalam
memberikan stimulasi yang proporsional sesuai dengan karakteristik dan
kebutuhan anak. Dengan asupan gizi yang seimbang maka akan diserap tubuh dan
menghasilkan tenaga. Pernyataan tersebut didukung oleh Petterson, yang berbunyi
;
“During
middle childhood, the body and brain undergo important grow changes, leading to
better motor coordinator, greater strength and more skillful problem solving.
Health and nutrition play an important part in these biological development.”
Artinya
selama masa pertengahan, tubuh dan otak mengalami perubahan petumbuhan yang
penting yang mengarah pada koordinator motorik yang baik, kekuatan yang lebih
besar dan trampil dalam memecahkan masalah. Kesehatan dan nutrisi berperan
penting dalam kebutuhan biologis.
Stimulasi juga memberi peran penting dalam
mengembangkan kemampuan motorik anak selain gizi yang seimbang. Menurut
Mahendra dalam Sumantri, menyatakan bahwa pencapaian suatu ketrampilan dianggap
dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : (1) Faktor proses belajar (learning proces), (2) Faktor pribadi (Perconal Factor), (3) Faktor Situasional
(Situatonal Factor)[19].
Dalam pembelajaran motorik, proses belajar yang harus diciptakan adalah
dilakukan berdasarkan nilai manfaatnya, dimana dapat memberikan berbagai
perubahan dalam perilaku anak ketika sedang belajar gerak motorik.
Kemampuan seseorang berbeda-beda baik
dalam fisik maupun mentalnya. Ini merupakan pertanda bahwa anak adalah
individu-individu yang memiliki ciri, kemampuan, minat, kecenderungan serta
bakat yang berbeda-beda pula. Dan diperlukan lingkungan yang berbeda pula dalam
tujuan memberikan perubahan makna serta situasi pada kondisi pembelajaran.
Hurlock dalam pendapatnya bahwa perkembangan ketrampilan seseorang dapat
dipengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya :
Perkembangan motorik bergantung pada kematangan otot
dan syaraf, belajar ketrampilan motorik tidak terjadi sebelum anak matang,
perkembangan motorik mengikuti pola yang diramalkan, dimungkinkan menentukan
norma perkembangan motorik berdasarkan umur rata-rata, meskipun perkembangan
motorik mengikuti pola yang serupa untuk semua orang, namun tetap terdapat
perbedaan individu dalam laju perkembangan motorik.[20]
Walaupun
laju pertumbuhan dan perkembangan motorik anak berbeda-beda, akan tetapi dalam
perkembangan motoriknya akan melewati tahapan-tahapan yang sama apabila pada
diri anak tersebut otot dan syarafnya sudah matang. Anak juga akan mengikuti
pola yang serupa antara anak yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan uraian diatas dapat
dideskripsikan bahwa faktor yang mempengaruhi perkembangan keterampilan motorik
kasar seorang anak secara garis besar adalah faktor internal dan faktor
eksternal. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada diri anak, seperti
perkembangan sistem syaraf, bakat, psikologi, jenis kelamin, usia dan lain
sebagainya. Sedangkan faktor internal adalah yang berasal dari luar diri anak
atau lingkungan sekitar anak, misalnya : kesempatan belajar dan praktek, model
yang baik, stimulasi yang baik, asupan gizi, dan lain sebagainya.
3.
Karakteristik
Motorik Kasar Anak Usia 4-5 tahun.
Ciri-ciri
keterampilan motorik anak usia 4-5 tahun menurut permen 58.
(1).
Menirukan gerakan binatang, pohon tertiup angin, pesawat terbang dsb.(2) melakukan
gerakan bergelantungan ( bergelayutan ), (3) melakukan gerak meloncat dan
berlari secara terkoordinasi, (4) melempar sesuatu secara terarah, (5)
menangkap sesuatu secara tepat, (6) melakukan gerakan antisipasi, (7) menendang
sesuatu secara terarah, (8) memanfaatkan alat permainan di luar kelas.
Pada usia 4-5 tahun
apabila anak tidak ada masalah dari dalam diri anak tersebut (faktor internal),
niscaya anak usia 4-5 tahun sudah dapat melaksanakan tugasnya sesuai tahapan
dan perkembangannya. Apabila di usia tersebut anak belum mencapai kemampuan
sesuai standarnya, tugas orang dewasalah yang harus memberikan stimulasi supaya
jangan sampai ada tahapan yang terlewatkan.
Hakikat
Bermain
a. Pengertian
Bermain
Bermain identik
dengan dunia anak. Bagi seorang anak tiada hari tanpa bermain, dan waktu habis
hanya untuk bermain. Pernyataan tersebut didukung oleh Yuliani bahwa bermain
adalah kegiatan yang anak-anak lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain
adalah hidup dan hidup adalah bermain[21].
Anak-anak pada umumnya sangat menikmati permainan dan akan terus melakukannya
dimanapun mereka memiliki kesempatan.
Sangat wajar
apabila anak-anak selalu mengisi waktunya dengan bermain. Santrock
mengungkapkan bahwa bermain (play)
adalah suatu kegiatan yang menyenangkan yang dilaksanakan untuk kepentingan
kegiatan itu sendiri.[22].Lebih
lanjut Santrok mengungkapkan bahwa :
Fungsi permainan bagi pemainnya memberikan kontribusi
dalam meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya, mengurangi tekanan,
meningkatkan perkembangan kognitif, meningkatkan daya menjelajah dan memberi
tempat berteduh yang aman bagi perilaku yang secara potensial berbahaya.[23]
Pada
saat bermain anak memperoleh banyak kontribusi yang akan membantunya dalam memasuki
yang lebih komplek dan formal, baik di lingkungan masyarakat (diluar dari
lingkungan keluarga) dan lingkungan sekolah.
Bermain sering dipandang sebagai aktivitas atau kegiatan
yang dilakukan untuk kesenangan. Akan tetapi, bermain bisa juga bermanfaat untuk
kesehatan mental dan fisik. Bermain bisa memberikan dukungan terhadap berbagai
aspek perkembangan, seperti perkembangan pengetahuan baru, perkembangan
keterampilan sosial, perkembangan kecakapan untuk mengatasi kesulitan,
perkembangan rasa memiliki kemampuan, dan perkembangan kemampuan motorik.
Rubin, Fein & Vandenberg dalam Mayke mengungkapkan bahwa kegiatan bermain
bagi anak, paling tidak memiliki makna sebagai berikut :
(1) Sesuatu yang menyenangkan dan memiliki nilai positif;
(2) Menumbuhkan motivasi instrinsik; (3) Bersifat spontan dan sukarela; (4)
Melibatkan peran serta aktif anak; dan (5) Memiliki hubungan sistematik dengan
sesuatu yang bukan bermain, seperti kemampuan kreativitas, kemampuan memecahkan
masalah, kemampuan berbahasa, kemampuan bersosialisasi, menumbuhkan disiplin,
mengendalikan emosi, dan lain-lain.[24]
Bermain juga dapat
mengembangkan aspek perkembangan anak seperti perkembangan kognitif, bahasa,
sosial, psikomotok, dan fisik serta mampu melatih kreativitas anak dalam
bersosialisasi dan bereksperimen dengan lingkungannya. Martini Jamaris
mengungkapkan, walaupun kegiatan bermain itu lebih ditekankan pada pengembangan
koordinasi gerakan motorik, akan tetapi kegiatan bermain ini secara bersamaan
juga mengembangkan kemampuan kognitif anak. [25] Hal
tersebut menyatakan bahwa keterkaitan antara gerakanan motorik dengan aktivitas
kognitif dapat dilihat pada saat anak memperkirakan bagaimana caranya supaya
pada saat dia melompat kaki tidak tersangkut/menginjak tali.
Berdasarkan
uraian diatas dapat dideskripsikan bahwa bermain mempunyai arti; kegiatan anak
yang dilakukan sepanjang hari yang dapat menimbulkan kesenangan pada diri anak,
secara langsung maupun tidak langsung bermain memberikan kontribusi positif
terhadap berbagai aspek perkembangan anak.
b. Ciri-Ciri
Kegiatan Bermain
Kegiatan bermain
memiliki ciri-ciri yang akan membedakan dengan kegiatan-kegiatan yang lain yang
dilakukan oleh seorang anak. Dworetzy dalam Sofia Hartati menyatakan beberapa ciri kegiatan bermain, yaitu sebagai
berikut: (1) Motivasi intrinsik. (2) Pengaruh Positif. (3) Bukan dikerjakan
sambil lalu. (4) Cara dan tujuan. (5) Kelenturan.[26]
Apabila seorang
anak sedang bermain dengan cara yang fleksibel tanpa tujuan yang jelas dalam
pikirannya, kegiatannya berputra-pura, menyenangkan bagi dirinya, dan melakukan
kegiatannya hanya untuk mengisi kesenggangan, maka dapat dikatakan ia sedang
bermain.
c. Jenis-Jenis
Kegiatan Bermain.
Kegiatan bermain menurut jenisnya terdiri
atas bermain aktif yang banyak dilakukan pada masa kanak-kanak awal dan bermain
pasif yang lebih didominasi pada akhir masa kanak-kanak yaitu sekitar usia pra
remaja karena adanya perubahan fisik, emosi, minat dan sebagainya. Di jelaskan
oleh Elizabet B Hurloch karena banyaknya kegiatan bermain, maka dapat dibagi
menjadi dua kategori utama yaitu bermain aktif dan bermain pasif yang umumnya
disebut hiburan.[27]
Kegiatan bermain aktif merupakan kegiatan
yang memberikan kesenangan dan kepuasan pada anak melalui bermacam-macam
aktivitas yang mereka lakukan sendiri. Dijelaskan oleh Mayke bahwa kegiatan
bermain aktif juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang melibatkan banyak
aktivitas tubuh atau gerakan-gerakan tubuh.[28]
Anak-anak masih banyak mempunyai tenaga yang lebih sehingga semua kegiatan akan
banyak melibatkan aktivitas fisik sehingga mereka akan merasakan kesenangan dan
kepuasan walaupun mereka tidak akan memikirkan resiko/bahaya yang sewaktu waktu
dapat dialaminya.
Bermain pasif yang
lebih didominasi pada akhir masa kanak-kanak yaitu sekitar usia pra remaja,
lebih bersifat untuk hiburan (amusement)
yakni anak hanya untuk mencari kesenangan, tetapi bukan berdasarkan kegiatan
yang dilakukannya sendiri. Mayke melanjutkan pernyataannya tentang bermain
pasif juga dapat diartikan sebagai kegiatan yang tidak terlalu banyak
melibatkan kegiatan fisik.[29]
Sebagai contoh kegiatan bersama-sama dengan teman-temannya untuk menonton film,
mereka tinggal duduk dan menikmati film tanpa dengan melibatkan aktivitas
fisik.
d. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Permainan Anak
Semua anak
menyukai kegiatan bermain, tetapi tidak semua anak bermain dengan cara yang
sama. Beberapa anak ada yang menyukai bermain aktif, namun ada juga yang
menyukai permainan pasif. Bila diamati dengan cermat ada beberapa faktor yang
mempengaruhi anak dalam memilih kegiatan bermainnya, seperti yang di uraikan
oleh Elizabet B Hurlock antara lain : (1) Kesehatan, (2) Perkembangan Motorik,
(3) Intelegensi, (4) Jenis Kelamin, (5)
Lingkungan, (6) Status Sosial Ekonomi, (7) Jumlah Waktu Bebas, (8) Peralatan
Bermain.[30]
Anak yang sehat akan lebih banyak bermain
dibandingkan dengan anak yang sedang sakit, karena anak sehat dengan sendirinya
akan memiliki banyak tenaga yang lebih sehingga permainannya lebih kepada jenis
permainan aktif dan sifatnya mengeksplor yang merangsang daya berpikir anak.
Jenis kelamin juga akan mempengaruhi ragam permainan yang mereka senangi.
Anak yang dibesarkan yang kurang
menyediakan peralatan, waktu dan ruang bermain bagi anak akan menimbulkan
aktivitas bermain anak berkurang. Hal ini biasanya disebabkan latar belakang
status sosial ekonomi orang tua. Aktivitas yang dilakukan anak dapat
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang tidak terlepas dari kehidupan lingkungan
dimana anak itu bersekolah atau tempat tinggal seperti di desa atau dikota dan
juga alat permainan yang tersedia.
e. Hakikat
Permainan Terompah panjang
Terompah adalah salah satu permainan tradisional.
Bahannya di buat dari kayu panjang seperti seluncur es yang sudah di haluskan(
diamplas)biasanya untuk 2-3 0rang. Memainkan terompah biasanya secara
berkelompok atau tim, yang masing-masing tim berlomba untuk sampai ke
finish.permainan ini menguji ketangkasan, kepemimpinan, kerjasama, kreativitas,
wawasan serta kejujuran (risykiya.blogspot. co.id/2010/12/permainan tradisional terompah)
Permainan terompah merupakan permainan
tradisional Indonesia yang dimainkan secara bersamaan dalam 1 kelompok atau
regu. Di Sumatera Barat, terompah disebut terompa galuak
yang merupakan terompah deret dari papan bertali karet yang panjang[31]. Alat yang digunakan
yaitu berupa sandal yang dibuat dari kayu. Sepasang sandal dapat di pakai untuk
3 sampai dengan 5 orang anak. Permainan ini melatih kekompakan serta konsentrasi
anak, karena anak-anak diajarkan untuk berjalan bersama dengan satu pasang
sandal secara bersamaan. Kelompok atau regu yang mencapai garis finish paling pertama dengan kompak
memenangkan permainan terompah tersebut.
Berbeda halnya dengan
daerah Sumatera Barat. Bakiak merupakan sebutan di Jawa Tengah untuk sejenis
sandal yang telapaknya terbuat dari kayu yang ringan dengan pengikat kaki
terbuat dari ban bekas yang dipaku dikedua sisinya. Di Jawa Timur dikenal
dengan sebutan Bangkiak. Sangat populer karena murah terutama dimasa ekonomi
susah sedangkan dengan bahan kayu dan ban bekas membuat bakiak tahan air serta
suhu panas dan dingin.
terompah mengadu keseimbangan dan kekompakan tim, dan termasuk
permainan yang kompetitif. Setiap kelompok biasanya terdiri dari tiga orang
anak mengenakan sandal tandem yang terbuat dari kayu. Pemenangnya adalah
kelompok yang tidak terjatuh dan tercepat mencapai garis finish.
Kegiatan terompah
panjang merupakan kegiatan motorik kasar yang dilakukan oleh anak dengan
kekuatan otot kaki dalam memainkan terompah. Terompah yang dimaksud adalah
berupa sandal yang terbuat dari kayu atau balok dengan panjang 50 cm, dengan Tali
yang terbuat dari ban bekas yang sudah tidak terpakai. Permainan terompah
panjang diberikan pada siswa dengan tujuan meningkatkan kemampuan kerja dari
otot tungkai, dimana otot tungkai tersebut akan mengalami perubahan akibat
permainan yang diberikan.
Terompah panjang sudah bisa
dimainkan sejak anak usia 4-5 tahun karena motorik kasar mereka sudah siap. Bermain lari; kejar-kejaran,
melompat, dan semua aktivitas di luar ruangan sudah sangat digemari oleh
mereka.
Anak usia 4-5
tahun motorik kasarnya sudah kuat untuk kegiatan/permainan yang memerlukan
tenaga dan otot, misalnya berlari, melompat, meloncat, menendang, dan lain
sebagainya. Salah satunya adalah permainan terompah panjang. Karena permainan
tersebut menggunakan otot untuk berjalan, dalam hal ini permainan terompah
panjang merupakan permainan yang salah satunya sebagai stimulasi dalam
mematangkan motorik kasar anak.
Berdasarkan
uraian diatas dapat di deskrepsikan bahwa permaian terompah panjang adalah
suatu permainan yang dilakukan oleh seorang anak dengan bantuan alat barupa
balok kayu yang di beri tali daribahan ban bekas.
1. Langkah-Langkah
Bermain Terompah panjang
Peraturan dalam sebuah permainan terompah panjang sebaiknya dijelaskan
terlebih dahulu, agar anak-anak memahami tata cara permainannya. (a). Sebelum
perlombaan di mulai, usia para peserta di tentukan oleh usia anak, untuk
menentukan kelompok usia.( b). Peserta di bagi menjadi dua regu dengan jumlah
satu regu terdiri dari 2 anak.(c).sebelum perlombaan di mulai, peserta
masing-masing berdiri pada garis start dekat dengan terompah. (d). Aba-aba
diberikan oleh guru, lalu pluit di bumyikan.
2. Manfaat
Bermain Terompah panjang
Setiap permainan
tradisional di atas tentunya mempunyai kelebihan serta manfaat masing-masing.
Namun secara umum, permainan-permainan tradisional memberikan manfaat yang luar
biasa pada perkembangan anak. Seperti dapat melatih kemampuan motorik anak,
kejujuran, kerjasama, kekompakan, ketrampilan, ketangkasan, keseimbangan, dan
sikap, serta dapat melatih jiwa kesosialan anak dalam menghadapi kehidupan
bermasyarakat. Permainan tradisional juga memberikan pembelajaran kepada anak
mengenai pentingnya menjaga lingkungan, menghormati sesama, hingga cinta kepada
Tuhan.
3. Aspek-Aspek
yang Dikembangkan dari Permainan Terompah panjang
Permainan Terompah
panjang dapat mengembangkan beberapa aspek, seperti yang diungkapkan oleh Anggraini
dkk, dalam sebuah Jurnal yang ditulis oleh Baridi dengan judul “Pembelajaran Latihan Terompah panjang Untuk
MeningkatkanHasil Belajar Servis Atas Bola Voli Mini Siswa Kelas V “ menjabarkan
beberapa perkembangan anak yang dapat distimulasi dengan permainan terompah
panjang inidiantaranya: (1) Aspek motorik kasar, (2) Aspek emosi,
(3) Aspek ketelitian dan akurasi, (4) Aspek Sosialisasi, dan (5) Aspek
intelektual.[32]
Untuk lebih
jelasnya diuraikan dalam setiap aspeknya, yakni : (1) Aspek motorik kasar ; dengan
bermain terompah panjang motorik kasar akan terstimulasi sehingga secara fisik anak jadi lebih terampil, Apabila sering dilakukan, anak
dapat tumbuh menjadi cekatan, tangkas dan dinamis. (2) Emosi ;
untuk melakukan suatu permainan ini. Berarti, secara emosi anak dituntut untuk membuat suatu keputusan besar;
untuk melakukan permainan (3) Ketelitian dan akurasi; Anak juga belajar melihat suatu ketepatan dan ketelitian. Misalnya,
bagaimana ketika rerompahhhhhdiiiiiiiiijalankan secara bersamaan
dengan teman satu tim, (4)
Sosialisasi; untuk bermain tali secara berkelompok, anak
membutuhkan teman yang berarti memberi kesempatannya untuk bersosialisasi. Ia
dapat belajar berempati, bergiliran, menaati aturan, dan lainnya. (5) Intelektual;
saat melakukan bermain terompah, terkadang
anak perlu berhitung agar gerak dan langkahan seirama dengan teman satu
kelompok.
G.Kerangka Berfikir Tindakan
Dalam
penelitian ini penulis menguji suatu hipotesis yang memiliki variabel bebas.
Motorik kasar adalah kemampuan motorik anak dengan menggunakan otot besar
contohnya kegiatan bermain Terompah Panjang, karena sebagian anak-anak masih
ragu dan belum percaya diri ketika bermain dengan permainan edukatif outdoor,
yang membutuhkan keberanian dan keseimbangan.
Kurangnya
kegiatan pengembangan kemampuan keseimbangan dalam pembelajaran motorik kasar.
Kemampuan motorik kasar anak harus sering di ajarkan dan dilatih sesering
mungkin sehingga kepercayaan diri anak untuk melakukan kegiatan ini tidak akan
menimbulkan rasa takut atau trauma, anak akan menyukai permainan terompah
panjang dan mau mencobanya.
Beberapa penelitian yang relevan tentang
upaya meningkatkan kemampuan motorik kasar melalui bermain terompah panjang
yaitu, penelitian dari Andolasmi dalam skripsinya yang berjudul Kemampuan Motorik Kasar Untuk Anak Usia 4-5
Tahun Yang Dikembangkan Melalui Kegiatan Menari Kreasi, menyatakan bahwa dari hasil penelitian terlihat adanya
peningkatan kemampuan motorik kasar anak melalui kegiatan menari kreasi, yang
materinya disesuaikan dengan karakteristik anak usia 4-5 tahun berdasarkan
Permen 58.[33]
Anak diberi kesempatan untuk mengekspresikan kegiatan menari kreasi dan
kemampuan motorik kasar anak dapat meningkat. Anak juga diberi kesempatan untuk
mengeksplor gerakan motorik kasar dengan kegiatan menari kreasi.
Penelitian lain yang dilakukan oleh
Hj. Sholatul Hayati dengan judul Upaya Meningkatkan Ketrampilan Motorik Kasar
Anak Usia 4-5 tahun melalui bermain diluar ruangan (outdoor) adalah dapat
melatih anak untuk keseimbangan, kekuatan, ketangkasan, koordinasi tubuh yang
dilakukan kerjasama antara guru dan orang tua sehingga dari penelitian tersebut
dapat disimpulkan bahwa hasilnya dapat meningkatkan kemampuan motorik kasar
anak[34].
Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh Arry Alphalia Arnantho dengan judul
Meningkatkan Ketrampilan Motorik Kasar anak Usia 4-5 tahun melalui Permainan
Kucing dan Tikus, terlihat adanya peningkatan dan adanya hubungan yang positif
antara ketrampilan motorik kasar anak dengan permainan kucing dan tikus. [35]
Ketiga penelitian tersebut diatas menjadi
refrensi peneliti bahwa dalam menentukan dan mengajarkan permainan terompah
panjang kepada anak usia 4-5 tahun harus disesuaikan dengan tingkat kemampuan
anak dengan memperhatikan kelebihan dan kekurangan tiap-tiap anak. Hasil-hasil
penelitian diatas juga semakin meyakinkan peneliti bahwa ada hubungan yang
positif antara permain terompah panjang dengan tingkat kemampuan motorik kasar
anak usia 4-5 tahun.
- Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian teori rancangan
alternatif atau desain alternatif intervensi tindakan yang dipilih serta
pengembangan konseptual perencanaan tindakan yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka rumusan hipotesis penelitian tindakan ini adalah meningkatan kemampuan
motorik kasar melalui bermain terompah panjang pada anak usia 4-5 tahun dengan metode penelitian tindakan kelas di PAUD Ceria Cempaka, Cipayung, Jakarta
Timur.
H.
Tujuan
Penelitian
Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 tahun di
PAUD Ceria Cempaka Cipayung melalui bermain terompah panjang.
Adapun
tujuan khusus pada penelitian ini yaitu:
1. Mendeskripsikan
secara empirik prosentase peningkatan kemampuan motorik kasar anak usia 4-5
tahun di PAUD Ceria Cempaka Cipayung.
2. Menganalasis
secara deskriptitf peningkatan kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 tahun di
PAUD Ceria Cempaka Cipayung melalui bermain terompah panjang
3. Mengetahui
apakah bermain terompah panjangdapat meningkatkan kemampuan motorik kasar anak
usia 4-5 tahun di PAUD Ceria Cempaka Cipayung.
I.
Setting
Penelitian
1. Tempat
Penelitian
Penelitian ini
dilaksanakan di PAUD Ceria Cempaka, yang terletak di Jln. Raya Cipayung No 1-2
Rt 004/02 Cipayung Jakarta Timur.
2. Waktu
Penelitian
Penelitian
dilaksanakan pada tahun ajaran 2015-2016, yakni pada bulan
J.
Metode
Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK)
dalam bentuk penelitian tindakan kolaboratif. Menurut Suharsimi Arikunto,
penelitian tindakan yang dilakukan oleh guru dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran dikelasnya.[36]
Pada penelitian kolaboratif peneliti berkolaborasi dengan guru kelas. Peneliti
terlibat langsung dalam proses penelitian sejak awal sampai dengan hasil
penelitian berupa laporan. Dengan demikian sejak perencanaan, pelaksanaan,
observasi dan refleksi peneliti senantiasa terlibat, selanjutnya peneliti
memantau, mencatat dan mengumpulkan data, lalu menganalisa data serta berakhir
dengan melaporkan hasil penelitian.
K. Langkah-langkah
Penelitian
Langkah-langkah
penelitian terdiri dari 3 siklus. Stiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu:
perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan reflaksi.
1.
Siklus 1
a.
Perencanaan
perencanaan yang disusun
untuk keseluruhan aspek kegiatan pembelajaran. Perencanaan disusun berdasarkan
permasalahan penelitian yaitu terkait dengan upaya meningkatkan kemampuan
motorik kasar melalui permainan terompah di PAUD Ceria Cempaka Cipayung, Jakarta
Timur. Pada tahapan ini peneliti merencanakan waktu pembelajaran, rencana
pembelajaran, menyiapkan media yang ingin digunakan, dan membuat instrumen
pemantau tindakan, serta pengumpulan data.
b. pelaksanaan
Dalam tahapan ini,
peneliti bersama kolaborator melaksanakan satuan perencanaan tindakan yang
sudah direncanakan, yaitu upaya meningkatan kemampuan motorik kasar melalui
permainan terompah Pelaksanaan tindakan dilakukan 7 kali pertemuan, yang
dilakukan dalam dua siklus dan dilakukan selama satu jam (60 menit).
c.
pengamatan
Peneliti dan kolaborator
bersama-sama mengamati tindakan yang dilakukan oleh anak kemudian dicatat dalam
lembar catatan lapangan. Selain itu
peneliti dan kolaborator mengamati setiap
peningkatan kemampuan motorik kasar yang muncul dan memberikan tanda checklist
(√) pada lembar pedoman observasi peningkatan kemampuan motorik kasar.
d.refleksi
Pada tahap refleksi ini,
peneliti melakukan pengolahan data. Setiap selesai melakukan kegiatan
pembelajaran, peneliti bersama kolaborator melakukan refleksi hasil dari
meningkatnya kemampuan motorik kasar setelah melakukan kegiatan permainanterompah
.Data hasil observas tindakan diolah pada refleksi siklus 1. Apabila hasil dari
siklus 1 belum tercapai keberhasilannya, maka peneliti akan membuat rancangan
mengenai tindakan baru yang akan dilaksanakan pada siklus 2. Rancangan siklus 2
dibuat dan didiskuskan bersama kolaborator. Setelah terjadi kesepakata bersama
mengenai tindakan siklus 2, maka dilaksanakan tindakan seperti siklus 1 . Pada
refleksi siklus 2 , peneliti akan melakukan perbandingan antara data refleksi
pra penelitian, siklus 1 dan siklus 2
2. Siklus
2
a. Perencanaan
Merencanakan untuk
melakukan pembelajaran yang menunjang pembelajaran yang telah dilakukan
disiklus 1 yaitu pembiasaan bermain terompah panjang pada saat sebelum
melakukan pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Anak dibiasakan bekerja
sama dalam memecahkan suatu masalah contohnya dalam permainan terompah anak di
tuntut untuk saling bekerja sama, kekompakan dalam memecahkan masalah.
c. Pengamatan
Indikator
keberhasilan tindakan ini, merupakan
kesepakatan antara kolaborator dan peneliti. Kolaborator dan peneliti membuat
kesepakatan dengan menentukan besarnya presentase kenaikan minimal sebesar 71%.
Hal ini sesuai dengan pendapat Mills yang menyatakan bahwa: the end-of survey revealed that 71% of
student agreed.[37]
Pendapat ini menyatakan bahwa penelitian berakhir apabila 71% siswa/anak setuju
atau mengalami kenaikan.Jika presentase yang diperoleh kurang dari 71% seperti
yang telah disepakati bersama maka penelitian tindakan ini akan dilanjutkan
pada siklus selanjutnya, yaitu siklus ke tiga.
d. Refleksi
Peneliti dan pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan yang sudah mulai menunjukan hasil positif dan
menyusun langkah langkah selanjutnya guna mendukaung peneliti
3.
Siklus 3
a. Perencanaan
Merencanakan
program pembelajaran pada anak yang masih mengalami kendala ketika anak masih
sulit untuk bekerja sama dengan temannya pada saat bermain terompah panjang.
b. Pelaksanaan
Selain pembiasaan selalu
bermain bersama, berbagi akan menumbuhkan sikap saling peduli kepada teman,
dengan begitu anak akan timbul rasa peduli dan mau bekerja sama dalam bermain
terompah panjang anak akan terbawa dan termotivasi dalam pembelajara yang
bersifat bekerja sama.
c. Pengamatan
diharapkan dari
penelitian tindakan yang dilakukan adalah meningkatnya kemampuan motorik kasar
melalui kegiatan bermain lompat talipada
anak usia 5-6 tahun yang berada di PAUD Ceria Cempaka, Jakarta Timur. Perubahan
yang diharapkan diantaranya adalah meningkatnya kemampuan motorik kasar anak
yang ditandai dengan adanya peningkatan motorik kasar anak yang dapat
diamati saat anak melakukan aktivitas
sehari – hari pada saat anak-anak bermain di luar ruangan.
d. Refleksi
Peneliti
dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama
proses pembelajaran penelitian telah
berjalan sesuai yang diharapkan, maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup
untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang di harapkan
L. Sumber
data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari :
Siswa kelompok A di Paud ceria cempaka
Guru inti kelompok A Paud
ceria cempaka
Guru pendamping kelompok
A di paud ceria cempaka
M. Tehnik
pengumpulan data
Teknik yang digunakan dalam menjaring
data tentang pemantauan tindakan (action) adalah berbentuk catatan lapangan,
catatan wawancara, dan dokumentasi.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan melakukan observasi atau melakukan pengamatan
terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Berdasarkan keterlibatan peneliti
dalam penelitian tindakan ini, maka jenis observasi yang dilakukan adalah
observasi partisipan. Dapat dikatakan, peneliti merupakan bagian dari kelompok
yang diamati.[38]
Jadi, keberadaan peneliti sangat dirasakan hadirnya oleh subjek penelitian dan
kehadirannyapun tidak mungkin dapat diwakilkan, karena penelitian tindakan
kelas ini melibatkan peran penuh peneliti dari awal sampai akhir penelitian.
Teknik pengumpulan data yang
dilakukan dalam penelitian tindakan ini, antara lain :
1.
Catatan
Lapangan
Catatan
lapangan dibuat secara sistematis tentang situasi kelas, baik selama maupun
segera setelah kegiatan pembelajaran usai. Catatan – catatan ini akan
didiskusikan bersama dengan kolaborator dan dilakukan secara langsung.
2.
Dokumentasi
Dokumentasi
menjadi salah satu teknik pengumpul data yang digunakan untuk melengkapi data.
Catatan dokumentasi antara lain: foto dan rekaman video. Alat yang digunakan
adalah kamera.Teknik diatas digunakan untuk menjaring data penelitian (research) dengan bantuan pedoman
observasi, dimana pedoman observasi tersebut terdiri atas butir-butir indikator
yang berkaitan dengan kemampuan motorik kasar.
3.
Catatan
Wawancara
Catatan wawancara
dilakukan dengan mewawancarai guru pendamping yang berperan sebagai
kolaborator.Dalam pengisian lembar observasi, peneliti memberikan chek list (√) pada sklala keterampilan
motorik kasar yang sesuai. Model yang digunakan adalah model skala Likert, yaitu untuk mengukur
keterampilan motorik kasar anak ketika melakukan permainan. Setiap butir
indikator diberi tanda chek list (√)
pada kolom baik, cukup dan kurang. Setiap butir indikator diberi skor 1-3
sesuai dengan tingkat jawabannya.
N. Teknik
Analisa Data
Teknik
dan kriteria analisis yang digunakan untuk menganalisa data antara lain:
·
Reduksi Data
Mengubah
rekaman data kedalam fokus permasalahan, data yang terkumpul dan rekaman
catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam tahapan ini
data dari wawancara dan observasi akan diseleksi data-data mana saja yang perlu
dibuang dan dipilih. Untuk mempermudah dalam seleksi peneliti menggunakan
pengkodean untuk memudahkan data mana yang ingin digunakan dan data yang mana
yang ingin dibuang.
·
Deskripsi Data
Deskripsi
data dapat diartikan sebagai sekumpulan informasi yang tersusun sehingga
memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Setelah data diseleksi pada tahap reduksi, selanjutnya data akan disajikan secara
deskriptif dan dalam bentuk diagram.
·
Verifikasi Data
Setelah
data dipilih pada tahap reduksi data dan telah disajikan dalam bentuk
deskriftif pada tahap penyajian data, tiba saatnya peneliti menarik kesimpulan
atau verifikasi pada tahap ini. Pengolah data kualitatif tidak akan akan
dilakukan secara bertahap dengan tetap memperhatikan perolehan data. Dengan
kata lain, penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan
konfigurasi yang utuh.
O. Keabsahan
Data
Pengecekan
keabsahan data dilakukan antara lain dengan :
Pengamat menggunakan
teknik-teknik perpanjangan kehadiran peneliti lapangan, observasi partisipan.
Diskusi dengan guru kelas
P. Kriteria
Keberhasilan Penelitian
Indikator
keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
·
Jika minimal 80% siswa
menggunakan media terompah panjang sebagai media pembelajaran yang positif
dengan kegiatan permainan kooperatif.
·
Jika minimal 80% siswa
bermainan terompah panjang dapat meningkatkan keseimbangan, koordinasi tubuh
dan kerjasama
·
Agresifitas dan bermain
kekerasan fisik bisa dikurangi
Daftar Pustaka
·
Arry Alphalia Arnantho, Meningkatkan Ketrampilan Motorik Kasar anak
Usia 4-5 tahun melalui Permainan Kucing dan Tikus, ( Jakarta: Universitas
Negri Jakarta, 2011), h 167
·
Bambang Sujiono,dkk, Metode Pengembangan Fisik (Jakarta:Universitas
Terbuka,2009), h.1.16
·
Cecep Wijaya, Kemampuan Dasar Guru
dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), h.8
·
David L Gallahue, Understanding Motor Development Infan, Children, Andolescents, Adulits,
Fourth edition, (USA: McGraw-Hill, 1998), h. 80
·
Dr. Martini Jamaris, Perkembangan Dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak,(Jakarta:Grasindo,2006),
h.121.
·
Elizabet B. Hurlock. Terj. Meitasari
tjandrasa, Perkembangan Anak
(Jakarta:Erlangga,1998), h.150
·
Heri Rahyubi, Teori-Teori Beljar dan Aplikasi Pembelajaran
Motorik (bandung, nusa media 2012)., h. 225
·
Hj. Sholatul Hayati, (Upaya Meningkatkan Ketrampilan Motorik Kasar Anak Usia 4-5 tahun
melalui bermain diluar ruangan /outdoor, (Jakarta: Universitas Negri
Jakarta, 2011), h.137
·
Jefrfrey Trawick Smith, Early Childhood Development a Multicultural
Perspective-Third Edition (New Jersey: Merril Prentice Hall, 2003)., h. 197
·
John W.Santrock, Life-Span Development (Perkembangan Masa Hidup) Jilid
I.(Jakarta.Erlangga, 1995) h.272.
John
W.Santrock, Op.Cit, h. 272.
·
Kurtilas 2013 (Peraturan
Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 tahun 2014) h. 5
·
Mayke S. Tejasaputra, Bermain, Mainan dan Permainan untuk Pendidikan Anak Usia Dini
(Jakarta:Grasindo,2003), p. 16
·
MS.Sumantri, op.cit.,hh.98-99
·
Richard Decaprio, Aplikasi Teori Pembelajaran Motorik di Sekolah (Jogjakarta: Diva
Press, 2013).,h. 18
·
Santrock, J. W. (2002). Life-span
Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga, h.
145.
·
Sujiono, Metode Pengembangan Fisik(Jakarta :Universitas Terbuka, 2009), h.1
·
Utami. Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah (Jakarta: PT.
Gramedia, 1999), hal. 17
·
Yuliani Nurani Sujono, Konsep Dasar pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta:
indeks 2009), h.144.
[1] Sujiono, Metode Pengembangan
Fisik(Jakarta :Universitas Terbuka, 2009), h.1
[2]Elizabet B. Hurlock. Terj. Meitasari tjandrasa, Perkembangan Anak (Jakarta:Erlangga,1998), h.150
[3]Bambang Sujiono,dkk, Metode
Pengembangan Fisik (Jakarta:Universitas Terbuka,2009), h.1.16
[4]http://www.ayahbunda.co.id/balita-bermain-permainan/aktif-bermain-menyenangkan-dan-menyehatkan-bagi-balita
[5]Sumardi Suryobroto, Psikologi
Pendidikan (Jakarta : Grasindo Persada, 2001),h. 161
[6]Elizabet G. Hurlock, Perkembangan Anak Jilid I Edisi Ke-Enam, Alih
Bahasa: Meitasari, et.al. (Jakarta: Erlangga, 2001), h.154
[7]Utami. Munandar, Mengembangkan
Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah (Jakarta: PT. Gramedia, 1999), hal. 17
[8]Utami Munandar, loc.cit.,
[9]Cecep Wijaya, Kemampuan Dasar Guru dalam Proses Belajar
Mengajar (Bandung:Remaja Rosdakarya, 1992), h.8
[10]MS.Sumantri, Model Pengembangan
Ketrampilan Motorik Anak Usia Dini (Dirjen Perguruan Tinggi DEPDIKNAS
2015),h.48
[11]Elizabet B. Hurlock. Terj. Meitasari tjandrasa, Perkembangan Anak (Jakarta:Erlangga,1998), h.150
[12]MS.Sumantri, op.cit.,hh.98-99
[13]Santrock, J. W. (2002). Life-span Development (Perkembangan
Masa Hidup). Edisi ke-5. Jakarta: Erlangga, h. 145.
[14]Richard Decaprio, Aplikasi Teori
Pembelajaran Motorik di Sekolah (Jogjakarta: Diva Press, 2013).,h. 18
[15]Jefrfrey Trawick Smith, Early
Childhood Development a Multicultural Perspective-Third Edition (New
Jersey: Merril Prentice Hall, 2003)., h. 197
[16]David L Gallahue, Understanding
Motor Development Infan, Children, Andolescents, Adulits, Fourth edition,
(USA: McGraw-Hill, 1998), h. 80
[17]Kurtilas 2013 (Peraturan Mentri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 137 tahun 2014) h. 5
[18] Heri Rahyubi, Teori-Teori Beljar
dan Aplikasi Pembelajaran Motorik (bandung, nusa media 2012)., h. 225
[19]Sumantri, Op. Cid, h.110-113
[20]Elizabeth Hurlock, Op. Cit.,h.151-152.
[21]Yuliani Nurani Sujono, Konsep
Dasar pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: indeks 2009), h.144.
[22]John W.Santrock, Life-Span
Development (Perkembangan Masa Hidup) Jilid I.(Jakarta.Erlangga, 1995)
h.272.
[23]John W.Santrock, Op.Cit, h.
272.
[24]Mayke S. Tejasaputra, Bermain, Mainan
dan Permainan untuk Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta:Grasindo,2003), p.
16
[25]Dr. Martini Jamaris, Perkembangan
Dan Pengembangan Anak Usia Taman Kanak-Kanak,(Jakarta:Grasindo,2006),
h.121.
[26]Sofia Hartati, How To Be a Good
Teacher and To Be a Good Mother, (Jakarta:Enno,2007), h.57.
[27]Elizabeth B Hurlock, Op.Cit, h.326.
[28]Mayke S. Tejasaputra, Op.Cit.,
p. 53
[29]Mayke S. Tejasaputra, Op.Cit.,
p. 63
[30]Elizabeth B Hurlock, Op.Cit, h.327
[33]Andolasmi, Upaya Meningkatkan
Kemampuan Motorik Kasar Anak Usia 4-5 Tahun Melalui Kegiatan Menari Kreasi (
Jakarta : Universitas Negri Jakarta, 2012), hh. 184-185
[34]Hj. Sholatul Hayati, (Upaya Meningkatkan Ketrampilan Motorik Kasar
Anak Usia 4-5 tahun melalui bermain diluar ruangan /outdoor, (Jakarta:
Universitas Negri Jakarta, 2011), h.137
[35]Arry Alphalia Arnantho, Meningkatkan Ketrampilan Motorik Kasar anak
Usia 4-5 tahun melalui Permainan Kucing dan Tikus, ( Jakarta: Universitas
Negri Jakarta, 2011), h 167
[36]Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: Bumi Aksara, 2015), h.124
[37]Geoffrey E. Mills,Action
Research: A Guide For Teacher Research ( New Jersey: Pearson
Education, 2003,p.101.
[38]S Nasution, Metode Research (Penelitian Ilmiah), (Jakarta: Bumi
Aksara, 2003), hal.107.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar