here we are

here we are

Kamis, 12 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Julaeha



UJIAN TENGAH  SEMESTER (UTS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

                                                       Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu:
Iswadi, M. Pd


PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN  ANAK USIA 5-6 TAHUN DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR
DI PAUD NUSA INDAH







Oleh:
JULAEHA
20158410227




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
               SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA

2016


PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Perkembangan berpikir anak usia dini sangat pesat. Usia dini merupakan masa emas atau golden age karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Usia dini menjadi masa terpenting dalam rentang kehidupan .
Dalam masa masa ini segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal, tentunya dengan bantuan orang orang yang berada di lingkungan sekitar anak. Peran lingkungan dalam hal ini pendidikan anak usia dini sangat penting untuk memberikan rangsangan atau stimulasi yang bersifat menyeluruh guna mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak melalui kegiatan belajar dan bermain. Salah satu aspek yang dikembangkan sejak usia dini ialah bahasa. Kemampuan bahasa sangat penting bagi anak, karena dipakai oleh anak untuk menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan lain-lain untuk kepentingan pribadinya (Suhartono, 2005: 8). Bahasa merupakan media komunikasi karena memberikan keterampilan kepada anak untuk dapat berkomunikasi dan mengekspresikan dirinya agar anak dapat menjadi bagian dari kelompok sosialnya.
Penguasaan bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Sistematika berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir. Yang termasuk dalam pengembangan bahasa selain dari baerbicara adalah kemampuan menyimak, membaca , dan menulis. Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2004: 25), membaca merupakan proses yang kompleks. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat fundamental karena kemampuan membaca menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lain.
Menurut Aulia (2011: 37), mengembangkan aspek kemampuan membaca permulaan hendaknya dilakukan melalui aktivitas belajar sambil bermain, dan bermain sambil belajar. Pentingnya mengembangkan aspek kemampuan membaca sejak dini (usia TK) dikemukakan oleh Leonhardt (Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, Nany Kusniati, & Sri Wulan, 2008: 5.5), mengungkapkan bahwa membaca permulaan sangat penting dimiliki anak. Anak yang gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Kegemaran membaca harus dikenalkan sejak usia dini.

Lebih lanjut Slamet Suyanto (2005a: 55), mengungkapkan bahwa anak usia 5-6 tahun berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak mulai menunjukan proses berfikir yang jelas, anak mulai mengenali beberapa simbol dan tanda, termasuk bahasa dan gambar. Penguasaan bahasa anak sudah sistematis, anak dapat melakukan permainan simbolis. Dengan dibiasakannya belajar membaca sejak dini, maka anak akan memperoleh informasi yang lebih banyak dari yang telah dibacanya.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada observasi awal terhadap anak kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah, Kecamatan Pasar Rebo, menunjukan bahwa  kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf dan kata sebagai tahapan proses membaca permulaan, belum sesuai dengan tahap-tahap perkembangan yang seharusnya. Rendahnya kemampuan membaca permulaan anak dapat diketahui ketika guru melakukan penilaian di dalam proses belajar membaca kata, hanya 1 dari 6 anak yang mampu membaca dengan kriteria baik, yakni anak masih kesulitan membedakan huruf dan membaca kata yang sudah diejanya .
Berdasarkan hasil penilaian kemampuan membaca maka dapat diketahui 99,83% dari 6 anak masih kesulitan mengenal konsep huruf dan kata sebagai tahapan kemampuan membaca permulaan, padahal kemampuan berbahasa pada aspek keterampilan membaca merupakan dasar bagi pengembangan komunikasi anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan potensi serta kemampuan yang dimiliki anak diantaranya guru hendaknya memiliki keterampilan dalam melakukan pemberian rangsangan pada setiap aspek perkembangan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini

Pemberian rangsangan salah yang selama ini dilakukan di PAUD Nusa Indah Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo, dilihat belum dilakukan dengan sesuai kaidah kaidah yang diperlukan. Dimana pelaksanaannya dinilai kurang efektif dalam pembelajaran untuk mengenalkan konsep huruf dan kata pada anak. Seperti yang dikemukakan oleh Noviar Masjidi (2007: 19), bahwa yang terjadi selama ini dalam pengenalan kosa kata pada anak yakni dengan menuliskan di papan tulis dan anak banyak yang tidak memperhatikan dan akhirnya kelas menjadi gaduh dan ramai.
Melihat dari permasalahan yang ada, kebutuhan terhadap membaca permulaan merupakan kemampuan yang perlu dikembangkan dengan cara yang sesuai, yang salah satunya adalah pemberian media b. Salah satu media yang dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan di PAUD Nusa Indah, Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo dengan menggunakan media kartu kata bergambar. Media kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat gambar. Media kartu kata bergambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengembangan dari media kartu kata dan media gambar, sehingga karakteristik media ini adalah media tersebut dilengkapi kata sebagai keterangan gambar untuk mengenalkan konsep gambar dengan lambang hurufnya. Dengan membuat sendiri alat bantu belajar maka akan meningkatkan keterlibatan psikis guru, guru cenderung lebih bersungguh-sungguh dalam mengajari anak membaca, lebih menghargai proses, dan lebih sabar dalam menjalaninya apabila sedari awal ikut merasakan bagaimana jerih payah membuat kartu kata untuk anak.
Penggunaan media kartu kata bergambar ini dapat membawa anak pada lingkungan belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran membaca permulaan karena guru menggunakan strategi bermain dan teknik yang digunakan adalah permainan kata yang dapat memberikan suatu situasi belajar yang aktif dan menyenangkan. Situasi belajar yang aktif dan menyenangkan akan membuat pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Hal ini merupakan kunci pokok tercapainya tujuan yang diharapkan pada pembelajaran anak usia dini.
Kegiatan pembelajaran dengan media kartu kata bergambar dapat menstimulasi aspek perkembangan kemampuan membaca permulaan dan memotivasi anak dalam belajar membaca. Dengan mempertimbangkan latar belakang permasalaha tersebut diatas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Meningkatan Kemampuan Membaca Anak Usia 5-6 tahun dengan menggunakan kartu bergambar di PAUD Nusa Indah.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, diketahui permasalahan yang dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1.        Kemampuan membaca permulaan anak belum sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya.
2.        Bagaimana agar anak tidak mengalami kesulitan dalam memahami konsep huruf dan membaca kata.
3.        Pemilihan dan penggunaan media pembelajaran yang sesuai untuk usia 5-6 tahun .
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi  masalah yang ada, peneliti membatasi penelitian ini sebagai berikut :
1.      Subyek penelitian adalah anak Kelompok Usia 5-6 tahun.
2.      Kesulitan dalam memahami konsep huruf dan membaca kata dalam lingkup kelompok, usia dan alfabet.
3.      Penggunaan media pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini:
Pengaruh Pemberian kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak di Kelompok Usia 5-6 Tahun PAUD Nusa Indah, Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo..
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nanfaat di bidang ilmu pendidikan khususnya yang berhubungan dengan mengembangkan kemampuan anak membaca tahap awal di usia 5-6 tahun melalui permainan kartu bergambar.
2. Manfaat secara praktis
1. Bagi Anak
a. Meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf dan kata sebagai tahapan perkembangan kemampuan membaca permulaan.
b. Meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran membaca melalui penggunaan media kartu kata bergambar.
2. Bagi Guru
a. Sebagai bahan masukan bagi guru tentang penggunaan media kartu kata bergambar dalam meningkatkan kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun.
b. Sebagai salah satu solusi permasalahan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah
3. Bagi sekolah
Dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media disetiap pembelajarannya, yakni dengan menyediakan berbagai macam media pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
F. Kajian Pustaka
1. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini
Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif (Farida Rahim, 2008: 2). Membaca pada aktivitas visual dimana proses ini melibatkan penerjemahan terhadap sebuah tulisan, sebagai proses berpikir membaca merupakan suatu proses yang memerlukan pemahaman terhadap tulisan.
Membaca merupakan bagian dari perkembangan bahasa dapat diartikan menerjemahkan simbol atau gambar ke dalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata. Anak yang menyukai gambar, huruf dan buku cerita dari sejak awal perkembangannya akan mempunyai keinginan membaca lebih besar. Hal ini dikarenakan anak tahu bahwa membaca memberikan informasi baru dan menyenangkan (Noviar Masjidi, 2007: 57).
Sabarti Akhadiah, Maidar G. Arajad, Sakura H. Ridwan, dan Zulfahnur Z. Mukti (1993: 11), mengungkapkan bahwa pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada pengembangan kemampuan dasar membaca. Kemampuan dasar membaca tersebut yaitu kemampuan untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam penelitian ini, peneliti mengacu pada pendapat Sabarti Akhadiah, dkk. (1993: 11), dalam membuat rubrik penilaian, namun tidak memasukan kemampuan menyuarakan kalimat, karena kemampuan anak di AUD khususnya di PAUD Nusa Indah kemampuan anak belum sampai ke tahap membaca kalimat, baru ke tahap pengembangan kemampuan membaca dalam menyuarakan huruf, suku kata, dan kata. Membaca permulaan menurut Ahmad Susanto (2011: 83), adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak Prasekolah. Program ini merupakan perharian pada perkataan-perkataan utuh, bermakna dalam konteks pribadi anak, bahan-bahan yang diberikan melalui permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantaran pembelajaran.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan anak dalam mengenal lambang tulisan yang menitikberatkan pada aspek kemampuan membaca. Indikator yang diteliti yakni kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata.
2. Tujuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini
Membaca merupakan kegiatan menerjemahkan simbol dan memahami arti atau maknanya melalui indera penglihatan. Membaca tidak sekedar membaca tetapi aktivitas ini mempunyai tujuan, yaitu untuk mendapatkan informasi baru yang terkandung di dalam bahan bacaan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat penting. Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60), tujuan membaca sebagai berikut:
a. Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit. Membaca merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak karena anak dapat memiliki kemampuan membaca sesuai dengan tahap perkembangan membaca anak.
b. Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku pelajaran atau buku ilmiah. Melalui buku atau bahan bacaan yang lain, membaca dapat menyumbangkan pengetahuan dan wawasan pada anak.
c. Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Membaca pada tujuan ini adalah untuk membaca pada tahap membaca selanjutnya.
Pendapat yang lain dikemukakan oleh Blanton (Farida Rahim, 2008: 11- 12), tujuan membaca pada dasarnya meliputi: a) memperoleh kesenangan; b) menyempurnakan membaca nyaring; c) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; d) dapat mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; dan e) menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Tujuan membaca menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60) dan Blanton (Farida Rahim, 2007: 11-12), merupakan tujuan membaca secara umum. Sedangkan tujuan membaca permulaan untuk anak usia dini 5-6 tahun RA atau TK mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009: 10), tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini yaitu anak dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca.
Berdasarkan pendapat tentang tujuan membaca maka dapat ditegaskan bahwa tujuan membaca permulaan pada usia dini adalah untuk memperoleh kesenangan, meningkatkan pengetahuan, serta mempersiapkan kemampuan anak dalam membaca ke tahap selanjutnya. Standar kompetensi tersebut dispesifikasikan dalam bentuk kemampuan membaca permulaan.
3. Proses Belajar Membaca Anak Usia Dini
Membaca merupakan kemampuan yang sangat kompleks karena melibatkan berbagai aspek perkembangan, untuk itu mengajarkan membaca pada anak usia dini bukan merupakan hal yang mudah karena seorang anak dapat membaca harus melewati proses belajar membaca. Adapun teori yang berkaitan dengan perolehan kemampuan membaca yang dikemukakan oleh Morrow (Nurbiana Dhieni, dkk, 2005: 5.15) sebagai berikut:
a. Membaca dipelajari melalui interaksi dan kolaborasi sosial artinya dalam proses pembelajaran membaca dan menulis situasi kelompok kecil memegang peranan penting.
b. Anak belajar membaca sebagai hasil pengalaman dari kehidupan.
c. Anak mempelajari keterampilan membaca bila mereka melihat tujuan dan kebutuhan proses membaca.
d. Membaca dipelajari melalui pembelajaran keterampilan langsung. Holdoway (Nurbiana Dhieni, dkk, 2005: 5.16) menyatakan ada tiga proses yang memungkinkan anak membaca, yaitu 1) dengan dibacakan atau melihat orang dewasa membaca; 2) kolaborasi yaitu menjalin kerja sama dengan individu yang memberikan dorongan motivasi dan bantuan bila diperlukan; dan 3) proses yaitu anak mencobakan sendiri apa yang sudah dipelajari dan mencari pengakuan dari orang dewasa.
e. Kemampuan membaca melalui beberapa tahap. Tetapi setiap anak memiliki laju pencapaian tertulisnya sendiri.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa proses belajar membaca anak usia dini ada tiga proses yakni dengan melihat orang dewasa membaca, kolaboasi dalam menjalin kerjasama dengan individu yang memberikan dorongan motivasi dan bantuan, dalam hal ini adalah kolaborasi dengan guru atau orang tua, proses yang terakhir yakni anak mencobakan sendiri apa yang sudah dipelajari dan mencari pengakuan dari orang dewasa. Dalam mengajarkan kemampuan membaca di usia dini lebih efektif jika guru memberikan dorongan atau motivasi. Motivasi dapat berasal dari dalam maupun dari luar, dalam penelitian ini pemberian motivasi melalui penggunaan media kartu kata bergambar untuk merangsang kemampuan membaca permulaan
Membaca merupakan proses rumit yang melibatkan indera pendengaran dan indera penglihatan dalam menerjemahkan makna dari simbol tulisan. Aktivitas membaca pada dasarnya meliputi dua proses yakni:
a. Proses Membaca Teknis. Membaca secara teknis mengandung pengertian bahwa membaca merupakan proses memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi. Proses ini disebut dengan proses pengenalan kata, dalam mengajarkan membaca terlebih dahulu dikenalkan dengan kata kemudian dari kata diuraikan menjadi huruf agar anak menjadi lebih paham hubungan antara huruf dalam sebuah kata.
b. Proses Memahami sebuah Bacaan. Yakni kemampuan anak dalam menangkap makna kata yang tercetak, contohnya pada waktu melihat tulisan ‘’adik minum’’ maka anak akan tahu bahwa yang sedang minum bukan kakak tapi adik dalam tulisan itu (Aulia, 2011: 36).
. Sedangkan aktivitas membaca pada dasarnya meliputi dua proses yakni: 1) proses membaca teknis yang merupakan proses memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem bunyi; dan 2) proses memahami sebuah bacaan yakni kemampuan anak dalam menangkap makna kata yang tercetak dalam suatu bacaan.
Proses membaca pada usia dini berada pada tahap membaca secara teknis, anak hanya memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata, dan belum ke tahap membaca pemahaman. Melalui media kartu kata bergambar, anak akan belajar mengenal huruf, dan menggabungkan huruf menjadi suku kata dan kata, serta dilengkapi dengan gambar yang akan membantu memudahkan anak untuk mengingat simbol tulisan.
4. Metode Pengajaran Membaca Permulaan
Dalam pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan, menurut Sabarti Akhadiah (Darmiyati Zuchdi & Budiasih, 1996: 61-66), metode tersebut meliputi:
a. Metode Abjad dan Metode Bunyi. Dalam penerapannya metode ini ditandai dengan sering digunakannya kata lepas.
1) Metode abjad. Dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan abjadnya contoh: ‘‘a’’, ‘‘be’’, ‘‘ce’’, dan seterusnya.
2) Metode bunyi. Dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan bunyinya, contohnya: beh-o-bo-beh-o-bo bobo.
b. Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga. Kedua metode ini penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.
1) Metode Kupas Rangkai Suku Kata. Langkah-langkah penerapannya sebagai berikut: a) guru mengenalkan huruf kepada anak; b) merangkaikan suku kata menjadi huruf; dan c) menggabungkan huruf menjadi suku kata.
Misalnya m-ta m-a-t-a ma-ta.
2) Metode Kata Lembaga. Langkah-langkah penerapannya yakni: a) guru membaca kata yang sudah dikenal anak; b) menguraikan huruf menjadi suku kata; c) menguraikan suku kata menjadi huruf; d) menggabungkan huruf menjadi suku kata; dan e) menggabungkan suku kata menjadi kata.
c. Metode Global. Penerapan metode ini sebagai berikut: 1) mengkaji salah satu suku kata; 2) menguraikan huruf menjadi suku kata; 3) menguraikan suku kata menjadi huruf; 4) menggabungkan huruf menjadi suku kata; 5) merangkaikan kata menjadi suku kata; dan 6) merangkaikan kata menjadi kalimat.
d. Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik). Menurut Momo (Darmiyati Zuchdi dan Budiasih, 1996: 63-66) pelaksanaan metode ini ada dua tahap yakni tahap tanpa buku dan tahap menggunakan buku: Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yakni merekam bahasa anak, menampilkan gambar sambil bercerita, membaca gambar, membaca gambar dengan kartu kalimat, membaca kalimat secara struktural, proses analitik, dan proses sintetik.
Aulia (2011: 91-97), mengemukakan bahwa ada berbagai metode pengajaran membaca yang dapat mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak. Metode tersebut meliputi: a) huruf dinding, metode yang dilakukan dengan cara menempelkan huruf-huruf di setiap dinding yang sering dijumpai anak; b) memperkenalkan huruf melalui komputer, cara yang dilakukan yakni dengan membuat power point dan anak akan mencocokan huruf yang sering didengar; c) mengenalkan huruf-huruf melalui bermain; d) metode mengeja, merupakan merangkai huruf menjadi suku kata dan merangkaikan suku kata menjadi kata sehingga mengandung arti; e) metode bertahap, dilakukan dengan cara menunjukan satu atau dua huruf; dan f) metode suku kata, dilakukan dengan cara mengenalkan rangkaian suku kata.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa ada berbagai macam metode dalam mengembangkan kemampuan membaca permulaan pada anak yaitu a) metode abjad; b) metode bunyi; c) kupas rangkai suku kata; d) metode kata lembaga; e) metode global/metode kalimat; dan e) metode Struktural Analitik Sintetik/SAS; f) metode huruf dinding; g) memperkenalkan huruf melalui komputer; h) mengenalkan huruf-huruf melalui bermain; i) metode eja; dan j) metode bertahap. Dalam penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode kata lembaga, pertama anak dikenalkan kata yang sering didengar anak kemudian kata diuraikan menjadi suku kata, suku kata diuraikan menjadi huruf, kemudian menggabungkan huruf menjadi suku kata dan menggabungkan suku kata menjadi kata.
5. Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini
Pengembangan kemampuan membaca anak usia dini diperlukan pelatihan, praktek dan pembiasaan melalui beberapa tahap-tahap perkembangannya. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk. (2008: 5.12), perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun berlangsung dalam lima tahap antara lain: tahap fantasi (magical stage), tahap pembetukan konsep diri (self concept stage), tahap membaca gambar (bridging reading stage), tahap pengenalan bacaan (take-off teader stage), dan tahap membaca lancar (independent reader stage).
Pendapat lain mengenai tahap perkembangan membaca juga dikemukakan oleh Ahmad Susanto (2011: 90), bahwa kemampuan membaca anak usia dini dibagi menjadi empat tahap perkembangan, yaitu: tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan, tahap membaca gambar, tahap pengenalan bacaan, dan tahap membaca lancar. Berdasarkan tahap perkembangan membaca, anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pengenalan bacaan. Anak sudah mulai tertarik pada bacaan dan mulai membaca tanda-tanda yang ada di lingkungan seperti membaca kardus susu, pasta gigi dan lain-lain. Anak yang sudah tertarik pada bahan bacaan dan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan konteksnya, pada tahap ini anak juga sudah mulai mengenal abjad dan pada akhirnya anak memahami bahwa setiap huruf memiliki bentuk dan makna yang berbeda.
Peran orangtua dan guru sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak sesuai dengan tahapan membacanya, orang tua dan guru harus mengembangkan media pembelajaran yang ada agar sesuai dengan tahap kemampuan membaca pada anak, salah satunya melalui media kartu kata bergambar. Media ini berisi gambar untuk menstimulasi tahap membaca gambar. Selain itu media ini dilengkapi huruf dan kata untuk menstimulasi tahap pengenalan bacaan.
6. Karakteristik Kemampuan Membaca Anak Taman Kanak-kanak
Karakteristik kemampuan membaca anak berbeda sesuai dengan tahapan usianya, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang Standar Pendidikan anak usia dini (2009: 11), mengemukakan tingkat pencapaian aspek bahasa dalam lingkup perkembangan keaksaraan sebagai indikator kemampuan membaca permulaan anak usia 5-6 tahun sebagai berikut: a) menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal; b) mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di sekitarnya; c) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama; d) memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf; dan e) membaca nama sendiri.
Indikator yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran dalam penelitian ini ialah menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, dan membaca nama sendiri. Martini Jamaris (2006: 53), mengemukakan bahwa karakteristik kemampuan dasar membaca anak usia Taman Kanak-kanak antara lain:
a. Kemampuan dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan koordinasi gerakan motorik. Gerakan ini secara khusus dapat dilihat pada waktu anak menggerakan bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalik buku gambar atau buku lainnya.
b. Kemampuan dasar membaca dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam melakukan diskriminasi secara visual. Kemampuan ini sebagai dasar untuk dapat membedakan bentuk-bentuk huruf.
c. Kemampuan dalam kosa kata. Anak usia Taman Kanak-kanak telah memiliki kosa kata yang cukup luas.
d. Kemampuan diskriminasi auditoria atau kemampuan membedakan suara yang didengar. Kemampuan ini berguna untuk membedakan suara atau bunyi huruf. Kemampuan dasar membaca ini merupakan fondasi yang melandasi pengembangan kemampuan membaca.
Berdasarkan uraian mengenai kemampuan membaca anak usia Taman Kanak-kanak dapat ditegaskan bahwa anak usia Taman Kanak-kanak memiliki potensi dalam mengembangkan kemampuan membaca. Hal ini berdasarkan tahap perkembangan yang dialami, yakni pada tahap praoperasional diketahui bahwa unsur yang menonjol pada tahap ini adalah mulai digunakannya bahasa simbolis yang berupa gambaran dan bahasa ucapan. Karakteristik anak usia 5-6 tahun pada umumnya mereka sudah menunjukan minat dalam membaca dari ketertarikannya terhadap buku, umumnya mereka mulai mengenal simbol-simbol huruf untuk persiapan membaca.
7. Pembelajaran Membaca di Taman Kanak-kanak
Slamet Suyanto (2005b: 161), menyatakan bahwa pembelajaran bahasa untuk anak Taman Kanak-kanak untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi oral, mengenal huruf dan membaca, mendengar dan memahami perintah, menulis dan menggunakan literatur. Belajar bahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu belajar bahasa untuk komunikasi dan belajar literasi, yaitu membaca dan menulis.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini (2009: 10-11), tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun mengenai indikator kemampuan membaca tercantum pada pada lingkup perkembangan keaksaraan. indikator tersebut antara lain ; menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, menyebutkan simbol huruf vokal maupun konsonan dalam sebuah kata, menyebutkan Kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, menyebutkankata-kata yang mempunyai fonem yang sama, misalnya: surat, sulur, suster dan lain-lain, membaca nama sendiri, membaca kata dengan lengkap.
Ahmad Susanto (2011: 89), menyatakan bahwa pembelajaran membaca di Taman Kanak-kanak harus benar-benar dilaksanakan dengan sistematis, artinya sesuai dengan kebutuhan, minat, perkembangan dan karakteristik anak. Proses pembelajaran, alat-alat permainan (media pembelajaran) yang digunakan, harus diperhatikan, dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini sangat penting, sebab bila anak mengalami kegagalan pada periode ini, akan berpengaruh terhadap kemampuan berbahasa anak, baik keterampilan ekspresif maupun reseptif.
Darmiyati Zuchdi dan Budiasih (1996: 51), menyatakan bahwa materi yang diajarkan dalam membaca permulaan antara lain: a) lafal, intonasi kata dan kalimat sederhana; b) huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang sudah dikenal anak (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14 huruf); c) kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah dikenal), misalnya: toko, ubi, boneka, mata, tamu; dan d) lafal dan intonasi kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf yang diperkenalkan 10 sampai 20 huruf.
Enny Zubaidah (2003: 88-89), menyatakan bahwa huruf yang dikenalkan pada anak dalam pembelajaran membaca sebaiknya huruf kecil, hal ini dikarenakan ketika anak sudah di SD pada awalnya anak akan menjumpai atau dikenalkan tentang penggunaan huruf kecil baik dalam belajar membaca maupun menulis. Dengan demikian penggunaan huruf kecil dalam pengenalan huruf akan lebih memudahkan anak dalam membaca. Sedangkan huruf konsonan dan vokal yang diperkenalkan untuk membaca permulaan menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 56), antara lain:a, i, n, m, u, b,e, p, o, l, h, t, d, dan s.
Berdasarkan uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa pembelajaran membaca merupakan salah satu dari aspek perkembangan bahasa, hal ini tercantum dalam kurikulum Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009: 13) yang memuat indikator kemampuan membaca permulaan pada lingkup perkembangan keaksaraan. Pembelajaran membaca permulaan dapat dilaksanakan di Taman Kanak-kanak secara sistematis dan menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia Taman Kanak-kanak(5-6 tahun.
8. Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan di Taman Kanak-kanak
Penilaian dilakukan untuk mengetahui nilai dari semua pelaksanaan pembelajaran yang telah dilakukan. Harun Rasyid, Mansyur dan, Suratno (2009: 12), mengemukakan bahwa penilaian merupakan usaha-usaha yang dilakukan guru maupun anak dalam pembelajaran yang sudah dilakukan, hasil dari penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas belajar mengajar yang lebih baik dari sebelumnya.
Anita Yus (2005: 31), menambahkan bahwa penilaian khususnya di Taman Kanak-kanak lebih banyak digunakan untuk mendeskripsikan ketercapaian perkembangan anak, dengan demikian penilaian dapat digunakan untuk mengetahui dan menetapkan aspek-aspek perkembangan yang telah dicapai dan aspek-aspek perkembangan yang belum dicapai oleh anak dalam kurun waktu tertentu. Ketercapaian perkembangan dapat dinyatakan dalam bentuk huruf, angka, dan deskripsi. Aspek perkembangan bahasa dalam indikator kemampuan membaca yang diteliti dalam penelitian ini yaitu kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata.
Berdasarkan pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa penilaian kemampuan membaca permulaan pada anak adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui ketercapaian aspek-aspek perkembangan bahasa yang dinyatakan dalam bentuk huruf, angka dan deskripsi dalam indikator kemampuan membaca permulaan, yakni kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata. Dalam penelitian ini istilah yang digunakan dalam penilaian kemampuan membaca permulaan yakni sudah berkembang (baik), cukup berkembang (cukup), dan kurang berkembang (kurang).

B. Hakikat Anak Usia Dini
1. Pengertian Anak Usia Dini
Anak usia dini merupakan anak yang sedang berada dalam proses perkembangan dan pertumbuhan yang sangat pesat. Anak usia dini adalah anak yang berkisar antara usia 0–8 tahun, di Indonesia yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah anak usia SD kelas 1 sampai dengan kelas 3, Taman Kanak-kanak, Kelompok Bermain, dan anak usia bayi. Masa kanak-kanak adalah anak usia 4-6 tahun (Ernawulan Syaodih, 2005: 8).
Pada masa ini (usia 0-6 tahun) merupakan masa emas atau golden age, karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, tidak tergantikan pada masa mendatang. Hal ini dikemukakan oleh Harun Rasyid, dkk. (2009: 48), bahwa pada golden age, anak akan mudah menerima, mengikuti, melihat, dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan, serta diperlihatkan.
Berdasarkan pendapat mengenai definisi anak usia dini maka dapat ditegaskan bahwa anak usia dini adalah anak usia 0-6 tahun yang berada pada masa emas atau golden age dan sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan maksimal. Dalam penelitian ini, kemampuan membaca permulaan yang akan ditingkatkan yaitu pada anak usia dini khususnya anak usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah Kelurahan Kalisari KecamatanPasar Rebo.


2. Karakteristik Anak Usia Dini
Anak usia dini memiliki karakteristik yag berbeda dengan orang dewasa, karakteristik anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 8-12), sebagai berikut; anak itu bersifat egosentris, anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, anak adalah makhluk social, anak bersifat unik, anak umumnya kaya dengan fantasi, anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, dan anak merupakan masa belajar yang potensial.
Rusdinal dan Elizar (2005: 16) mengungkapkan, bahwa karakteristik anak usia dini khususnya anak usia Taman Kanak-kanak (usia 5-7 tahun) sebagai berikut: a) anak usia TK berada pada tahap praoperasional, cirinya yakni anak belajar melalui pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat. Masa praoperasional ditandai dengan kemampuan anak yang mulai berpikir simbolis; b) anak suka menyebutkan nama-nama benda yang ada disekitarnya dan mendefinisikan kata; c) anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat. Kemampuan anak dalam memahami bahasa lisan merupakan salah satu tanda-tanda kesiapan membaca; dan d) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan spesifik.
Secara rinci Snowman (Djauhar Siddiq, Nelva Rolina & Unik Ambarwati, 2006: 19-22) mengungkap tentang ciri-ciri anak Prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada di Taman Kanak-kanak, yang meliputi aspek fisik, sosial emosional, kognitif, dan bahasa, sebagai berikut: a) anak prasekolah umumnya sangat aktif dan telah memiliki penguasaan kontrol terhadap tubuhnya. Untuk itu guru perlu mengembangkan pembelajaran yang aktif agar anak dapat menyalurkan energi yang berlebih dalam diri anak, salah satunya yakni melalui permainan yang edukatif; b) setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istrahat yang cukup, hal ini agar anak dapat melakukan aktivitas selanjutnya; c) otot-otot besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari-jari tangan; d) dapat bermain dan berkawan, umumnya mereka dapat cepat menyesuaikan diri secara sosial. Anak Taman Kanak-kanak biasanya sudah memiliki teman akrab dan berteman dalam kelompok-kelompok kecil; e) menyadari peran dari jenis kelamin melalui kesadaran terhadap alat permainan dan aktivitas bermain yang dipilih anak; f) anak Taman Kanak-kanak cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka; g) anak prasekolah seringkali memperebutkan perhatian guru; h) anak prasekolah umunya lebih terampil dalam berbahasa, sebagian dari mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya; dan i) kompetensi anak perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih sayang.
Selain memiliki ciri khas dalam aspek fisik, sosial-emosional, kognitif, dan bahasa, anak memiliki ciri khas mental, menurut Agus Hariyanto (2009: 192-194) ciri khas mental pada anak sebagai berikut: a) daya konsentrasi lemah dan mudah merasa bosan, untuk itu sangat penting menerapkan belajar sambil bermain untuk menghilangkan kejemuan anak pada saat belajar; b) memiliki rasa ingin tahu yang sangat besar dan suka menjamah benda-benda yang ditemuinya; c) belajar melalui panca indera, maka dari itu penggunaan media atau alat peraga sangat bermanfaat untuk merangsang panca indera mereka; d) menyukai hal-hal yang sudah dikenal dan senang untuk mengulang. Oleh karena itu dalam mengajarkan membaca pada anak, guru sebaiknya menggunakan kata-kata yang dekat dengan anak; e) perbendaharaan kata masih sangat terbatas. Anak biasanya hanya mengucapkan sesuatu yang sudah diketahui dan sering didengar. Guru dan orangtua sebaiknya memperkenalkan kosa kata baru untuk meningkatkan perbendaharaan kata pada anak; f) daya ingat masih kurang, untuk itu dalam mengajarkan membaca pada anak dibutuhkan kesabaran dan diajarkan berulang-ulang agar apa yang diajarkan pada anak akan cepat tersimpan dalam memori anak; g) suka menggambar, anak pada umumnya senang dengan gambar, hal ini biasanya ditunjukan dengan membuat coretan-coretan dalam kertas, untuk itu penggunaan media gambar sangat membantu dalam penstimulasian kemampuan membaca permulaan; dan h) belajar melalui bermain, dunia anak adalah bermain, maka dari itu pembelajaran di Taman Kanak-kanak harus sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini yakni belajar melalui bermain.
Berdasarkan karakteristik yang telah disampaikan maka dapat ditegaskan bahwa karakteristik anak usia TK meliputi aspek fisik, sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan mental. Anak usia TK usia 5-6 tahun (Kelompok B) berada di tahap praoperasional, pada tahap ini anak mulai dapat berpikir simbolis. Menurut Martini Jamaris (2006: 23), berpikir simbolis merupakan kemampuan anak untuk berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. Selain itu, perkembangan bahasa anak sudah baik sehingga usia ini juga merupakan masa sensitif bagi anak untuk belajar bahasa.

C. Media Kartu Kata Bergambar dalam Pembelajaran Anak TK
1. Pengertian Media
Nurbiana Dhieni, dkk. (2005: 10.2), mengemukakan media adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian penerima pesan atau informasi tersebut. Hal ini sependapat dengan Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2006: 6), mengemukakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat anak sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
Slamet Suyanto (2005b: 38), mengungkapkan media belajar anak usia dini umumnya merupakan alat permainan, dan penggunaan media belajar di Taman Kanak-kanak berguna untuk memudahkan anak belajar memahami atau menyederhanakan sesuatu yang sulit dan kompleks. Media belajar anak usia dini tidak harus mahal, dan dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak dipakai.
Dari uraian di atas dapat ditegaskan, media belajar adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk memperjelas dan mempermudah materi atau pesan yang akan disampaikan guru ke anak, media belajar anak usia dini berwujud alat permainan, melalui alat permainan ini dapat merangsang minat serta motivasi anak untuk belajar. Jenis-jenis media ialah media grafis, media audio, dan media proyeksi diam. Berdasarkan jenis media yang digunakan di Indonesia, kartu kata bergambar merupakan media visual yang berbentuk kartu yang terbuat dari kertas karton dan mengandalkan panca indera penglihatan.
2. Pengertian Kartu Kata Bergambar
Media kartu kata bergambar dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari
media kartu kata dan kartu bergambar. Media kartu kata adalah kartu yang berisi kata-kata yang akrab dengan kehidupan anak, misalnya: mama, susu, buku, nenek, keakraban anak dengan kata-kata ini akan sangat membantu meningkatkan responnya terhadap apa yang kita bacakan, dan pada akhirnya terhadap kegiatan membaca itu sendiri (Mohammad Fauzil Adhim, 2004: 71). Sedangkan, media gambar adalah media visual yang digunakan untuk tujuan pembelajaran tertentu. Dina Indriana (2011: 65), mengungkapkan bahwa media gambar mampu memberikan detail dalam bentuk gambar apa adanya, sehingga dapat membantu anak untuk mengingat. Ahmad Susanto (2011: 108), mengungkapkan bahwa kartu kata bergambar merupakan salah satu media yang mengembangkan aspek kemampuan membaca, dengan cara menampilkan gambar disertai kata yang menerangkan nama gambar untuk membantu anak mengenal susunan huruf dan meresponnya secara lisan maupun tertulis. Kartu kata bergambar dapat dibuat sendiri oleh guru, serta gambarnyapun dapat disesuaikan dengan tema tiap minggunya.
Media kartu kata bergambar yang di maksud dalam penelitian ini adalah kartu yang terbuat kertas tebal yakni kertas karton yang berukuran 15 cm x 20 cm yang berbentuk persegi panjang berisikan kata dan gambar yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan. Spesifikasi media kartu kata bergambar dalam penelitian ini yakni tulisan dalam kartu kata tidak dieja tetapi digabung contohnya ‘‘buku’’, ukuran gambar 80 mm x 75 mm, ukuran tulisan 100 pt menggunakan kertas dasar berjenis karton dan pada kartu bergambar menggunakan kertas HVS lalu dilaminating, dibelakang kartu terdapat suku kata awal dari sebuat kata. Media gambar yang digunakan terdiri dari 36 gambar yang sering ditemui anak dalam kehidupan sehari hari.
3. Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar
Kelebihan kartu kata bergambar sebagai media visual menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 29) sebagai berikut:
a. Sifatnya konkret, gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
c. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu bisa dibawa (diperlihatkan) ke objek peristiwa tersebut.
d. Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.
e. Dapat memperjelas suatu masalah dibidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membentuk pemahaman.
f. Murah harganya dan mudah untuk digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.
Kartu kata bergambar berisi kata dan gambar, adapun kelebihan media ini menurut Dina Indriana (2011: 65), yaitu: a) sifatnya yang konkret, mengatasi ruang dan waktu, mengatasi keterbatasan pengamatan, memperjelas suatu sajian masalah, biaya pembuatannya murah, mudah didapatkan, dan dapat digunakan dengan mudah. Dalam penelitian ini menggunakan media kartu kata bergambar sebagai media pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah. Dalam penggunaanya harus memperhatikan karakteristik anak. Artinya, sebelum memberikan untuk pembelajaran membaca permulaan, terlebih dahulu diketahui kemampuan yang dimiliki anak untuk dapat menggunakan kartu kata bergambar dan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran yakni melalui bermain kata, melalui bermain kata dapat merangsang anak untuk kreatif dan aktif dengan tujuan untuk mempelajari huruf, suku kata, kata, dan berbagai macam simbol gambar. Berikut contoh media kartu kata bergambar yang digunakan dalam penelitian ini:
4. Langkah Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar dalam Pembelajaran Membaca Permulaan
Menurut Slamet Suyanto (2005b: 180), langkah penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran membaca sebagai berikut:
a. Bahan-bahan
1) Sediakan berbagai kartu gambar yang namanya cukup pendek, beberapa dimulai dari huruf yang sama dan tidak ada konsonan ganda, seperti ibu, ayah, toko,susu,dll.
2) Menyediakan kartu kata dengan tulisan nama-nama benda tadi.
b.Prosedur
1) Gunakan permainan ini dalam kelompok
2) Menyediakan kartu gambar dan kartu nama benda
3) Guru menunjukan gambar benda dan anak diajak mencari kartu nama benda tersebut.
4) Setelah anak tahu cara bermainnya, biarkan anak bermain dalam kelompok.
Langkah-langkah penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca mengacu pada pendapat Slamet Suyanto (2005b: 180), dan dalam pelaksanaanya dikembangkan berdasarkan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak, yakni:
a. Anak dikondisikan untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Satu kelompok terdiri dari 4 anak.
b. Guru mempersiapkan media kartu kata bergambar dan mengenalkannya kepada anak.
c. Guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak menyebutkannya, kemudian menebak fonem yang tertulis dibagian belakang kartu, serta melihat suku kata yang ada di bagian belakang kartu.
d. Anak menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama dengan kata yang ditunjuk guru pada media kartu kata bergambar.
e. Anak membaca tulisan dengan suara yang keras dan lantang pada kata yang ditunjuk guru.
f. Guru memberikan media kartu kata bergambar pada salah satu anak dan diteruskan kepada anak yang lain sampai seluruh anak di dalam kelompok mendapat kesempatan untuk membaca kartu kata bergambar.
g. Setiap anak menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai dan diperlombakan, agar kegiatan pembelajarannya lebih menarik.
Implementasi kegiatan bermain pada penggunaan media kartu kata bergambar yakni melalui kegiatan menjodohkan kata pada gambar yang sesuai, kegiatan ini dilakukan dengan diperlombakan di dalam kelompok. Anak yang berhasil menjodohkan kata pada gambar yangs sesuai maka guru memberi reward yang di tempel di papan prestasi.
D. Keterkaitan Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar dengan Kemampuan Membaca Permulaan
Menurut Dina Indriana (2011: 47), media berfungsi mengarahkan anak untuk memperoleh berbagai pengalaman belajar. Tentunya hasil pembelajaran yang menggunakan media dan tidak menggunakan media akan berbeda hasilnya. Menentukan dan memilih media yang terbaik dalam proses belajar dan mengajar merupakan sesuatu yang penting. Salah satu media yang dapat digunakan dalam membaca permulaan adalah media kartu kata bergambar.
Gambar mudah diperoleh, tidak mahal, efektif, serta mampu meningkatkan motivasi belajar anak. Media kartu kata bergambar termasuk dalam jenis media visual. Menurut Cucu Eliyawati (2005: 114) media visual adalah media yang sering digunakan oleh guru pendidikan anak usia dini untuk dapat menyampaikan isi dari tema pembelajaran yang sedang disampaikan. Media gambar memiliki kelebihan menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 29) kelebihan media gambar yakni sifatnya konkret gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
Melalui penggunaan media kartu kata bergambar, anak akan semakin aktif dalam pembelajaran, dan lebih mudah dalam mengenal gambar, huruf dan kata, pada kartu yang dimainkannya. Pembelajaran dilakukan melalui permainan kata, yakni dengan menjodohkan kata pada tulisan yang sesuai, sehingga penerapan media ini  merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan kemampuan anak dalam membaca permulaan.
G.Kerangka Berpikir Tindakan
Kemampuan membaca permulaan adalah kecakapan anak dalam mengenal huruf dan lambang tulisan yang yang mentikberatkan pada aspek kemampuan membaca yakni kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem, dan kemampuan membaca kata. Berdasarkan observasi awal, menunjukan bahwa kemampuan membaca permulaan di Kelompok usia 5-6 tahun masih rendah yakni anak masih kesulitan dalam memahami konsep huruf dan kata sebagai tahapan kemampuan membaca permulaan. Berdasarkan kondisi tersebut guru sebaiknya berusaha menciptakan suasana belajar yang menyenangkan melalui metode permainan maupun penerapan media pembelajaran.
Penerapan media yang tepat dalam pembelajaran membaca merupakan salah satu cara untuk membantu anak dalam memahami konsep huruf dan kata. Salah satu media yang digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan yakni media kartu kata bergambar yang merupakan kartu berisikan kata-kata yang dilengkapi dengan gambar, dengan media ini, anak akan melihat, mengingat simbol tulisan, dan gambar pada setiap kartu kata bergambar yang dimainkan.
Melalui penggunaan media kartu kata bergambar kemampuan membaca permulaan akan lebih meningkat. Anak-anak akan mempunyai semangat dan lebih aktiv dalam belajar membaca karena anak dilibatkan untuk berpartisipasi langsung pada kegiatan membaca yakni dalam memahami hubungan dan konsep huruf di dalam sebuah kata serta hubungan gambar dengan dengan tulisannya. Berdasarkan penjelasan yang telah diungkapkan, maka dapat diketahui bahwa media kartu kata bergambar dapat meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah, Kelurahan kalisari tahun ajaran 2016/2017. Berikut skema kerangka berpikir :
Kondisi awal è Kemampuan membaca permulaan anak di Kelompok Usia 5-6 tahun masih rendah
Tindakan è Media kartu kata bergambar
Kondisi Akhir è Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok Usia 5-6 tahun melalui media kartu kata
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini yakni kemampuan membaca permulaan pada kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah, Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo dapat ditingkatkan dengan menggunakan media kartu kata bergambar yang berisi gambar, suku kata, dan kata sebagai keterangan gambar dalam kegiatan pembelajaran membaca.

I.Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak melalui media kartu kata bergambar di Kelompok B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.

J. Setting Penelitian
            1. Tempat Penelitian
Penelitian bertempat di PAUD Nusa Indah Kelompok Usia 5-6 tahun, Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
            2. Waktu Penelitian.
Kegiatan ini dilaksanakan pada hari Setiap Hari Senin di Sentra Persiapan, selama tiga bulan, yaitu dimulai dari bulan Setember sampai dengan bulan November 2016.

K. Metode Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas, Penelitian Tindakan Kelas atau (Classroom Action Research) adalah penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu praktik pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 3), Penelitian Tindakan Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Menurut Wina Sanjaya (2011: 26), Penelitian Tindakan Kelas merupakan proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas melalui tindakan yang sengaja dimunculkan. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini ialah berupa media kartu kata bergambar.
Peneliti memilih metode Penelitian Tindakan Kelas karena mempertimbangkan masalah yang dihadapi adalah masalah yang timbul dalam proses pembelajaran. Sehingga penelitian ini merupakan cara yang strategis untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus dilaksanakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan (Zainal Aqib, 2006: 18). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif, sehingga dalam pelaksanaanya dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah Kecamatan Pasar Rebo. Dalam penelitian ini, guru dan peneliti bekerja sama dalam membuat perencanaan (RPPH), selanjutnya guru bertugas melaksanakan pembelajaran di kelas sedangkan peneliti melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan, selanjutnya peneliti dan guru melakukan diskusi untuk merefleksikan kekurangan dan kelebihan kegiatan yang telah dilaksanakan.

L. Langkah-Langkah Penelitian

Model penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) dan menunjuk pada proses pelaksanaan yang dikemukakan Kemmis dan McTaggart yang menggunakan sistem spiral dimana setiap Siklus terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, dan refleksi (Suharsimi Arikunto, 2006: 92-93). Adapun rancangan penelitian dalam pelaksanaan dalam Siklus I sebagai berikut:
1. Perencanaan
Perencanaan dilakukan dengan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan pembelajaran membaca permulaan, yaitu:
a. Menyusun 3 Rencana Kegiatan Harian (RPPH) untuk 3 pertemuan dengan tema kebutuhanku dan subtema: pakaian,makanan dan tempat tinggal. RPPH memuat kegiatan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan. Kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru kelas Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah Kec. Pasar Rebo. RPPH ini digunakan guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b. Menyiapkan 100 buah kartu kata bergambar yang akan digunakan pada pembelajaran dengan tema Kebutuhanku, media gambar yang digunakan antara lain: baju, celana, topi, jilbab, sepatu, rumah, aneka makanan dan minuman, buah, sayuran, susu, dll. Serta menyiapkan Lembar Kegiatan Anak (LKA) yang akan digunakan dalam pembelajaran membaca di kelas. Cara membuat media kartu kata bergambar antara lain: 1) menyiapkan kertas karton berukuran 20 cm x15 cm yang berfungsi sebagai dasar untuk menempelkan gambar dan kata: 2) menempelkan gambar yang telah disesuaikan ukurannya yakni 80 mmx 75 mm pada kertas karton; 3) menempelkan tulisan dibawah gambar, ukuran tulisan 100 pt; dan 4) membuat tulisan berupa suku kata awal dari sebuah kata di bagian belakang kartu.
c. Menyiapkan instrumen pengamatan berupa panduan observasi dalam bentuk check list untuk mengungkap kemampuan membaca permulaan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem yang sama, dan membaca kata.
d. Menyiapkan ruang kelas dengan menata model tempat duduk yang dibuat berkelompok, yakni dua meja yang didekatkan dan dikelilingi empat kursi untuk empat anak, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pembelajaran seperti papan flanel, dan reward berbentuk bintang.
2. Pelaksanaan Tindakan
a. Perlakuan
Pada tahap pelaksanaan, yang bertugas melaksanakan tindakan yakni guru Kelompok usia 5-6 tahun, sebelumnya peneliti telah memperagakan cara menggunkan media kartu kata bergambar agar guru di Kelompok usia 5-6 tahun semakin terampil dalam memberi perlakuan. Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru Kelompok usia 5-6 tahun melaksanakan perlakuan menggunakan media kartu kata bergambar selama 60 menit dan peneliti melakukan pengamatan terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tindakan pada Siklus I terdiri dari 3 kali pertemuan, yaitu Pertemuan Pertama, Pertemuan Kedua, dan Pertemuan Ketiga.
Langkah-langkah tindakan pada Siklus I terdiri dari:
a. Langkah Pertama
Pada tahap awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan berdoa bersama, kemudian guru mengajak anak untuk bernyanyi dan melakukan tepuk yang sesuai dengan tema, yakni alat komunikasi.
b. Langkah Kedua
Pada langkah kedua guru mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan bermain kartu kata bergambar. Guru menyampaiakan bahwa tujuan dari kegiatan bermain kartu kata bergambar adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak.
c. Langkah Ketiga
Guru membimbing pelaksanaan kegiatan bermain kartu kata bergambar. Adapun langkah-langkah pembelajaran membaca pemulaan dengan menggunakan media kartu kata bergambar dalam penelitian ini sebagai berikut:
1) Anak-anak dikondisikan untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Satu kelompok terdiri dari 4 anak.
2) Guru mempersiapkan media kartu kata bergambar dan mengenalkannya kepada anak.
3) Guru membagikan 21 buah media kartu kata bergambar pada setiap kelompok.
4) Guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak menyebutkannya.
5) Anak menebak dan melihat suku kata yang ada di bagian belakang kartu.
6) Anak menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama dengan kata yang ditunjuk guru pada media kartu kata bergambar.
7) Anak mengamati dan menyebutkan gambar serta membaca kata dengan suara yang keras dan lantang pada kartu kata bergambar yang ditunjukan oleh guru.
8) Guru memberikan media kartu kata bergambar pada salah satu anak dan diteruskan kepada anak yang lain sampai seluruh anak di dalam kelompok mendapat kesempatan untuk membaca kartu kata bergambar.
9) Setiap anak menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai dan diperlombakan, agar kegiatan pembelajarannya lebih menarik.
c. Langkah Keempat
Pada kegiatan penutup, guru mengajak anak untuk melakukan diskusi tentang kegiatan bermain kartu kata ber bergambar dan mengevaluasi mengenai kegiatan satu hari yang telah dilalui di kelas.
b. Pengamatan atau Observasi
Observasi yang dilakukan dalam Siklus ini adalah dengan observasi langsung yang dilakukan oleh peneliti. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran yakni pembelajaran yang memuat kegiatan bermain kartu kata bergambar, pengamatan berpedoman pada lembar instrumen observasi berbentuk check list yang berisi tentang aspek kemampuan membaca yakni: kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan anak dalam menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan anak dalam membaca kata. Observasi dilaksanakan di Kelompok usia 5-6 tahun yang berjumlah 6 anak terdiri dari tiga anak perempuan dan 3 anak laki-laki.
3. Refleksi
Refleksi bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-kelebihan yang terjadi selama proses pemberian tindakan oleh guru. Kegiatan refleksi dilaksanakan dengan: a) mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil pengamatan yang berupa lembar instrumen berbentuk check list; b) melakukan diskusi dengan guru untuk mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah dilakukan dan permasalahan-permasalahan yang muncul saat memberi perlakuan; c) mencari solusi atau rencana-rencana yang telah dilakukan untuk mengatasi permasalahan yang muncul, dari hasil evaluasi inilah kemudian peneliti dan guru mencari solusi dalam bentuk perbaikan yang djadikan pedoman untuk melaksanakan tindakan di siklus berikutnya; dan d) menganalisis hasil kemampuan membaca permulaan dan pengambilan keputusan. Hasil pengamatan pada Siklus I belum mencapai target dan masih ada berbagai permasalahan yang dijadikan refleksi Siklus I antara lain: kelompok yang belum mendapat giliran untuk bermain kartu kata bergambar cenderung mengganggu kelompok yang sedang mendapat giliran untuk bermain kartu kata bergambar, anak-anak berdiskusi sendiri dikelompoknya ketika guru menerangkan dalam pembelajaran, dan media yang digunakan ukurannya kecil yakni 10 cm x 15 cm. Berdasarkan hasil kemampuan membaca permulaan yang diperoleh pada Siklus I dinilai masih kurang optimal sehingga diperlukan upaya perbaikan pada Siklus II. Pada Siklus II terjadi peningkatan dalam kemampuan membaca permulaan sesuai target yang diharapkan, sehingga penelitian ini dihentikan pada Siklus II.


M. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah anak kelompok usia 5-6 tahun yang berjumlah 6 anak di PAUD Nusa Indah, terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki. Alasan memilih subjek penelitian di kelompok ini, karena sebanyak 83,33% dari 6 anak masih kesulitan dalam memahami konsep huruf dan kata sebagai salah satu tahapan kemampuan membaca permulaan.

N. Teknik Pengumpulan Data
1. Observasi
Observasi digunakan untuk mengamati kemampuan membaca permulaan yang sesuai pada indikator penilaian yaitu kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata. Pengamatan dilakukan menggunakan lembar observasi yang diisi dengan tanda centang atau check list. Observasi dilaksanakan di dalam ruangan yakni di Kelompok usia 5-6 tahun dengan jumlah 6 anak yang terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki.
2. Dokumentasi
Teknik dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data jumlah anak Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo dan pengambilan foto kegiatan anak dan guru pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung. Dengan dokumentasi maka menjadi pelengkap data guna menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan.

O. Teknik Analisa Data
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi langsung pada proses pembelajaran membaca permulaan di PAUD Nusa Indah Kecamatan Pasar Rebo. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2006: 239) mengemukakan bahwa analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa angka. Berikut rumus yang digunakan untuk mencari presentase menurut Ngalim Purwanto (2006: 102), yaitu:
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari/ diharapkan
R =Skor mentah yang diperoleh anak
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
Langkah analisis data dalam penelitian ini:
1. Data mentah yang diperoleh dari hasil pengamatan indikator kemampuan membaca permulaan yang diberi skor (1, 2, dan 3).
2. Menghitung presentase indikator dengan rumus Ngalim Purwanto, yakni jumlah skor dari indikator kemampuan membaca dikali 100% dan dibagi skor maksimum dari indikator. Hasil persentase tersebut digunakan untuk mencari rata-rata kemampuan membaca permulaan secara keseluruhan pada setiap pertemuan.
3. Pencapaian kemampuan membaca permulaan Pratindakan diperoleh dari hasil kemampuan membaca permulaan pada satu pertemuan, yaitu dihitung dari persentase rata-rata dari jumlah keseluruhan yang diperoleh anak dalam satu kelas.
4. Pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus I dan II diperoleh dari mencari rata-rata kemampuan membaca permulaan dari Pertemuan Pertama, Pertemuan Kedua, dan Pertemuan Ketiga.
5. Hasil persentase dipaparkan dalam tabel rekapitulasi agar hasil peningkatan kemampuan membaca Pratindakan, Siklus I dan Siklus II dapat diketahui selisih peningkatannya.
Data dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterperstasikan dalam empat tingkatan menurut Anas Sudijono (2010: 43) dapat dilihat pada Tabel  berikut ini:
No       Kriteria                                                Nilai
1          Baik                                                     80-100%
2          Cukup                                                 60-79%
3          Kurang baik                                        30-59%
4          Tidak baik                                           0-29%
           
P. Teknik Keabsahan Data
Untuk menguji tingkat keterpercayaan dan keabsahan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: (1) kredebilitas (credibility), item-item yang digunakan peneliti dalam instrumen merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait sehingga peneliti menentukan indikator instrumen lebih terperinci, (2) keterbukaan (transferability), penyajian data yang disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk diketahui kepala sekolah, guru kelas, dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan sebagai bahan untuk perbaikan tindakan selanjutnya dan memperkaya peneliti untuk memahami ruang lingkup penelitian, (3) keakuratan (dependability), dalam pengisian data diperoleh informasi yang akurat. Data yang diterima peneliti tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menghambat ketercapaian tujuan penelitian, (4) kelayakan (Confirmability), data yang digunakan peneliti sebelumnya telah diinformasikan terlebih dahulu kepada para ahli (dosen pembimbing). Apabila ada indikator yang kurang tepat dalam penghambilan data maka peneliti akan memperbaiki indikator tersebut.
Q. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan membaca permulaan anak Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Indikator kemampuan membaca permulaan yang dimaksud berupa kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan anak dalam menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan anak dalam membaca kata.
Penelitian ini dikatakan berhasil apabila anak yang mengalami peningkatan kemampuan membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar sebesar ≥80% atau dengan kriteria baik. Kriteria baik untuk tiap indikator yakni apabila anak mendapat skor 3. Adapun kriteria baik untuk rekapitulasi dari seluruh indikator kemampuan membaca permulaan anak apabila memperoleh skor 9.

 DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai Aspeknya. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Anas Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Anita Yus. (2005). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Aulia. (2011). Mengajarkan Balita Anda Membaca. Yogyakarta: Intan Media.
Dina Indriana. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva Press.
Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2009). Asesmen Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, Nany Kusniati, & Sri Wulan. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta: Universitas Terbuka.
Noviar Masjidi. (2007). Agar Anak Suka Membaca. Yogyakarta: Media Insani.
Rusdinal & Elizar. (2005). Pengelolaan Kelas di Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Slamet Suyanto. (2005b). Pembelajaran untuk Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Yuliani Nurani Sujiono. (2009). Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks. 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar