UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
” Metodologi Penelitian ”
Dosen
Pengampu:
Iswadi,
M. Pd
PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)
MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN ANAK USIA 5-6 TAHUN DENGAN KARTU KATA BERGAMBAR
DI PAUD NUSA INDAH
Oleh:
JULAEHA
20158410227
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
2016
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Perkembangan
berpikir anak usia dini sangat pesat. Usia dini merupakan masa emas atau golden
age karena anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat
dan tidak tergantikan pada masa mendatang. Usia dini menjadi masa terpenting
dalam rentang kehidupan .
Dalam
masa masa ini segala potensi kemampuan anak dapat dikembangkan secara optimal,
tentunya dengan bantuan orang orang yang berada di lingkungan sekitar anak. Peran
lingkungan dalam hal ini pendidikan anak usia dini sangat penting untuk
memberikan rangsangan atau stimulasi yang bersifat menyeluruh guna
mengoptimalkan aspek-aspek perkembangan anak melalui kegiatan belajar dan
bermain. Salah satu aspek yang dikembangkan sejak usia dini ialah bahasa.
Kemampuan bahasa sangat penting bagi anak, karena dipakai oleh anak untuk
menyampaikan keinginan, pikiran, harapan, permintaan, dan lain-lain untuk
kepentingan pribadinya (Suhartono, 2005:
8). Bahasa merupakan media komunikasi karena memberikan keterampilan kepada
anak untuk dapat berkomunikasi dan mengekspresikan dirinya agar anak dapat
menjadi bagian dari kelompok sosialnya.
Penguasaan
bahasa sangat erat kaitannya dengan kemampuan kognisi anak. Sistematika
berbicara anak menggambarkan sistematikanya dalam berpikir. Yang termasuk dalam
pengembangan bahasa selain dari baerbicara adalah kemampuan menyimak, membaca ,
dan menulis. Menurut Mohammad Fauzil Adhim (2004: 25), membaca merupakan proses
yang kompleks. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat fundamental
karena kemampuan membaca menjadi dasar untuk mengembangkan kemampuan yang lain.
Menurut Aulia (2011: 37), mengembangkan
aspek kemampuan membaca permulaan hendaknya dilakukan melalui aktivitas belajar
sambil bermain, dan bermain sambil belajar. Pentingnya mengembangkan aspek
kemampuan membaca sejak dini (usia TK) dikemukakan oleh Leonhardt (Nurbiana
Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, Nany Kusniati, & Sri Wulan, 2008: 5.5),
mengungkapkan bahwa membaca permulaan sangat penting dimiliki anak. Anak yang
gemar membaca akan mempunyai rasa kebahasaan yang lebih tinggi. Kegemaran
membaca harus dikenalkan sejak usia dini.
Lebih
lanjut Slamet Suyanto (2005a: 55), mengungkapkan bahwa anak usia 5-6 tahun
berada pada tahap praoperasional. Pada tahap ini anak mulai menunjukan proses
berfikir yang jelas, anak mulai mengenali beberapa simbol dan tanda, termasuk
bahasa dan gambar. Penguasaan bahasa anak sudah sistematis, anak dapat
melakukan permainan simbolis. Dengan dibiasakannya belajar membaca sejak dini,
maka anak akan memperoleh informasi yang lebih banyak dari yang telah
dibacanya.
Berdasarkan pengamatan peneliti pada
observasi awal terhadap anak kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah,
Kecamatan Pasar Rebo, menunjukan bahwa kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf dan
kata sebagai tahapan proses membaca permulaan, belum sesuai dengan tahap-tahap
perkembangan yang seharusnya. Rendahnya kemampuan membaca permulaan anak dapat
diketahui ketika guru melakukan penilaian di dalam proses belajar membaca kata,
hanya 1 dari 6 anak yang mampu membaca dengan kriteria baik, yakni anak masih
kesulitan membedakan huruf dan membaca kata yang sudah diejanya .
Berdasarkan hasil penilaian kemampuan membaca
maka dapat diketahui 99,83% dari 6 anak masih kesulitan mengenal konsep huruf
dan kata sebagai tahapan kemampuan membaca permulaan, padahal kemampuan
berbahasa pada aspek keterampilan membaca merupakan dasar bagi pengembangan
komunikasi anak. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengembangkan
potensi serta kemampuan yang dimiliki anak diantaranya guru hendaknya memiliki
keterampilan dalam melakukan pemberian rangsangan pada setiap aspek
perkembangan (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 137 Tahun 2014 tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini
Pemberian
rangsangan salah yang selama ini dilakukan di PAUD Nusa Indah Kelurahan
Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo, dilihat belum dilakukan dengan sesuai kaidah
kaidah yang diperlukan. Dimana pelaksanaannya dinilai kurang efektif dalam
pembelajaran untuk mengenalkan konsep huruf dan kata pada anak. Seperti yang
dikemukakan oleh Noviar Masjidi (2007: 19), bahwa yang terjadi selama ini dalam
pengenalan kosa kata pada anak yakni dengan menuliskan di papan tulis dan anak
banyak yang tidak memperhatikan dan akhirnya kelas menjadi gaduh dan ramai.
Melihat
dari permasalahan yang ada, kebutuhan terhadap membaca permulaan merupakan
kemampuan yang perlu dikembangkan dengan cara yang sesuai, yang salah satunya
adalah pemberian media b. Salah satu media yang dapat digunakan untuk
mengembangkan kemampuan membaca permulaan di PAUD Nusa Indah, Kelurahan
Kalisari, Kecamatan Pasar Rebo dengan menggunakan media kartu kata bergambar.
Media kartu kata bergambar adalah kartu yang berisi kata-kata dan terdapat
gambar. Media kartu kata bergambar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah
pengembangan dari media kartu kata dan media gambar, sehingga karakteristik
media ini adalah media tersebut dilengkapi kata sebagai keterangan gambar untuk
mengenalkan konsep gambar dengan lambang hurufnya. Dengan membuat sendiri alat
bantu belajar maka akan meningkatkan keterlibatan psikis guru, guru cenderung
lebih bersungguh-sungguh dalam mengajari anak membaca, lebih menghargai proses,
dan lebih sabar dalam menjalaninya apabila sedari awal ikut merasakan bagaimana
jerih payah membuat kartu kata untuk anak.
Penggunaan media kartu kata bergambar ini
dapat membawa anak pada lingkungan belajar yang menyenangkan dalam pembelajaran
membaca permulaan karena guru menggunakan strategi bermain dan teknik yang
digunakan adalah permainan kata yang dapat memberikan suatu situasi belajar
yang aktif dan menyenangkan. Situasi belajar yang aktif dan menyenangkan akan
membuat pembelajaran menjadi bermakna bagi anak. Hal ini merupakan kunci pokok
tercapainya tujuan yang diharapkan pada pembelajaran anak usia dini.
Kegiatan
pembelajaran dengan media kartu kata bergambar dapat menstimulasi aspek
perkembangan kemampuan membaca permulaan dan memotivasi anak dalam belajar
membaca. Dengan mempertimbangkan latar belakang permasalaha tersebut diatas
maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian Meningkatan Kemampuan Membaca Anak Usia 5-6 tahun dengan menggunakan
kartu bergambar di PAUD Nusa Indah.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang di atas, diketahui permasalahan yang dapat diidentifikasi
sebagai berikut:
1.
Kemampuan membaca
permulaan anak belum sesuai dengan tahap perkembangan yang seharusnya.
2.
Bagaimana agar anak tidak
mengalami kesulitan dalam memahami konsep huruf dan membaca kata.
3.
Pemilihan dan penggunaan
media pembelajaran yang sesuai untuk usia 5-6 tahun .
C.
Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang ada, peneliti membatasi
penelitian ini sebagai berikut :
1. Subyek
penelitian adalah anak Kelompok Usia 5-6 tahun.
2. Kesulitan
dalam memahami konsep huruf dan membaca kata dalam lingkup kelompok, usia dan alfabet.
3. Penggunaan
media pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak usia
5-6 tahun.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan
uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian
ini:
Pengaruh
Pemberian kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan membaca pada anak
di Kelompok Usia 5-6 Tahun PAUD Nusa Indah, Kelurahan Kalisari, Kecamatan Pasar
Rebo..
E.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan nanfaat
di bidang ilmu pendidikan khususnya yang berhubungan dengan mengembangkan
kemampuan anak membaca tahap awal di usia 5-6 tahun melalui permainan kartu
bergambar.
2. Manfaat secara praktis
1.
Bagi Anak
a.
Meningkatkan kemampuan anak dalam mengenal konsep huruf dan kata sebagai
tahapan perkembangan kemampuan membaca permulaan.
b.
Meningkatkan motivasi anak dalam mengikuti kegiatan pembelajaran membaca
melalui penggunaan media kartu kata bergambar.
2.
Bagi Guru
a.
Sebagai bahan masukan bagi guru tentang penggunaan media kartu kata bergambar
dalam meningkatkan kemampuan membaca anak usia 5-6 tahun.
b.
Sebagai salah satu solusi permasalahan kemampuan membaca permulaan anak
Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah
3.
Bagi sekolah
Dapat
digunakan sebagai acuan dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan media
disetiap pembelajarannya, yakni dengan menyediakan berbagai macam media pembelajaran
untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan.
F.
Kajian Pustaka
1. Pengertian Kemampuan Membaca Permulaan Anak Usia
Dini
Membaca
pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya
sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir,
psikolinguistik, dan metakognitif (Farida Rahim, 2008: 2). Membaca pada
aktivitas visual dimana proses ini melibatkan penerjemahan terhadap sebuah
tulisan, sebagai proses berpikir membaca merupakan suatu proses yang memerlukan
pemahaman terhadap tulisan.
Membaca
merupakan bagian dari perkembangan bahasa dapat diartikan menerjemahkan simbol
atau gambar ke dalam suara yang dikombinasikan dengan kata-kata. Anak yang
menyukai gambar, huruf dan buku cerita dari sejak awal perkembangannya akan
mempunyai keinginan membaca lebih besar. Hal ini dikarenakan anak tahu bahwa
membaca memberikan informasi baru dan menyenangkan (Noviar Masjidi, 2007: 57).
Sabarti
Akhadiah, Maidar G. Arajad, Sakura H. Ridwan, dan Zulfahnur Z. Mukti (1993:
11), mengungkapkan bahwa pengajaran membaca permulaan lebih ditekankan pada
pengembangan kemampuan dasar membaca. Kemampuan dasar membaca tersebut yaitu
kemampuan untuk dapat menyuarakan huruf, suku kata, kata dan kalimat yang
disajikan dalam bentuk tulisan ke dalam bentuk lisan. Dalam penelitian ini,
peneliti mengacu pada pendapat Sabarti Akhadiah, dkk. (1993: 11), dalam membuat
rubrik penilaian, namun tidak memasukan kemampuan menyuarakan kalimat, karena
kemampuan anak di AUD khususnya di PAUD Nusa Indah kemampuan anak belum sampai
ke tahap membaca kalimat, baru ke tahap pengembangan kemampuan membaca dalam
menyuarakan huruf, suku kata, dan kata. Membaca permulaan menurut Ahmad Susanto
(2011: 83), adalah membaca yang diajarkan secara terprogram kepada anak
Prasekolah. Program ini merupakan perharian pada perkataan-perkataan utuh,
bermakna dalam konteks pribadi anak, bahan-bahan yang diberikan melalui
permainan dan kegiatan yang menarik sebagai perantaran pembelajaran.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa kemampuan membaca permulaan adalah
kecakapan anak dalam mengenal lambang tulisan yang menitikberatkan pada aspek
kemampuan membaca. Indikator yang diteliti yakni kemampuan menyebutkan lambang
bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata.
2. Tujuan Membaca Permulaan Anak Usia Dini
Membaca
merupakan kegiatan menerjemahkan simbol dan memahami arti atau maknanya melalui
indera penglihatan. Membaca tidak sekedar membaca tetapi aktivitas ini
mempunyai tujuan, yaitu untuk mendapatkan informasi baru yang terkandung di
dalam bahan bacaan. Kemampuan membaca merupakan kemampuan yang sangat penting.
Menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60), tujuan membaca sebagai berikut:
a.
Membaca sebagai suatu kesenangan tidak melibatkan proses pemikiran yang rumit.
Membaca merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi anak karena anak dapat
memiliki kemampuan membaca sesuai dengan tahap perkembangan membaca anak.
b.
Membaca untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan, seperti membaca buku
pelajaran atau buku ilmiah. Melalui buku atau bahan bacaan yang lain, membaca
dapat menyumbangkan pengetahuan dan wawasan pada anak.
c.
Membaca untuk dapat melakukan suatu pekerjaan atau profesi. Membaca pada tujuan
ini adalah untuk membaca pada tahap membaca selanjutnya.
Pendapat
yang lain dikemukakan oleh Blanton (Farida Rahim, 2008: 11- 12), tujuan membaca
pada dasarnya meliputi: a) memperoleh kesenangan; b) menyempurnakan membaca
nyaring; c) memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik; d) dapat
mengkaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya; dan e)
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang spesifik.
Tujuan
membaca menurut Dwi Sunar Prasetyono (2008: 60) dan Blanton (Farida Rahim,
2007: 11-12), merupakan tujuan membaca secara umum. Sedangkan tujuan membaca
permulaan untuk anak usia dini 5-6 tahun RA atau TK mengacu pada Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009: 10), tentang Standar Pendidikan
Anak Usia Dini yaitu anak dapat berkomunikasi secara lisan, memiliki perbendaharaan
kata, serta mengenal simbol-simbol untuk persiapan membaca.
Berdasarkan
pendapat tentang tujuan membaca maka dapat ditegaskan bahwa tujuan membaca
permulaan pada usia dini adalah untuk memperoleh kesenangan, meningkatkan
pengetahuan, serta mempersiapkan kemampuan anak dalam membaca ke tahap
selanjutnya. Standar kompetensi tersebut dispesifikasikan dalam bentuk
kemampuan membaca permulaan.
3. Proses Belajar Membaca Anak Usia Dini
Membaca
merupakan kemampuan yang sangat kompleks karena melibatkan berbagai aspek
perkembangan, untuk itu mengajarkan membaca pada anak usia dini bukan merupakan
hal yang mudah karena seorang anak dapat membaca harus melewati proses belajar
membaca. Adapun teori yang berkaitan dengan perolehan kemampuan membaca yang
dikemukakan oleh Morrow (Nurbiana Dhieni, dkk, 2005: 5.15) sebagai berikut:
a.
Membaca dipelajari melalui interaksi dan kolaborasi sosial artinya dalam proses
pembelajaran membaca dan menulis situasi kelompok kecil memegang peranan
penting.
b.
Anak belajar membaca sebagai hasil pengalaman dari kehidupan.
c.
Anak mempelajari keterampilan membaca bila mereka melihat tujuan dan kebutuhan
proses membaca.
d.
Membaca dipelajari melalui pembelajaran keterampilan langsung. Holdoway
(Nurbiana Dhieni, dkk, 2005: 5.16) menyatakan ada tiga proses yang memungkinkan
anak membaca, yaitu 1) dengan dibacakan atau melihat orang dewasa membaca; 2)
kolaborasi yaitu menjalin kerja sama dengan individu yang memberikan dorongan
motivasi dan bantuan bila diperlukan; dan 3) proses yaitu anak mencobakan
sendiri apa yang sudah dipelajari dan mencari pengakuan dari orang dewasa.
e.
Kemampuan membaca melalui beberapa tahap. Tetapi setiap anak memiliki laju
pencapaian tertulisnya sendiri.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa proses belajar membaca anak usia dini
ada tiga proses yakni dengan melihat orang dewasa membaca, kolaboasi dalam
menjalin kerjasama dengan individu yang memberikan dorongan motivasi dan bantuan,
dalam hal ini adalah kolaborasi dengan guru atau orang tua, proses yang
terakhir yakni anak mencobakan sendiri apa yang sudah dipelajari dan mencari
pengakuan dari orang dewasa. Dalam mengajarkan kemampuan membaca di usia dini
lebih efektif jika guru memberikan dorongan atau motivasi. Motivasi dapat
berasal dari dalam maupun dari luar, dalam penelitian ini pemberian motivasi
melalui penggunaan media kartu kata bergambar untuk merangsang kemampuan
membaca permulaan
Membaca
merupakan proses rumit yang melibatkan indera pendengaran dan indera
penglihatan dalam menerjemahkan makna dari simbol tulisan. Aktivitas membaca
pada dasarnya meliputi dua proses yakni:
a.
Proses Membaca Teknis. Membaca secara teknis mengandung pengertian bahwa
membaca merupakan proses memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara
dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata menjadi sistem
bunyi. Proses ini disebut dengan proses pengenalan kata, dalam mengajarkan
membaca terlebih dahulu dikenalkan dengan kata kemudian dari kata diuraikan
menjadi huruf agar anak menjadi lebih paham hubungan antara huruf dalam sebuah
kata.
b.
Proses Memahami sebuah Bacaan. Yakni kemampuan anak dalam menangkap makna kata
yang tercetak, contohnya pada waktu melihat tulisan ‘’adik minum’’ maka anak
akan tahu bahwa yang sedang minum bukan kakak tapi adik dalam tulisan itu
(Aulia, 2011: 36).
.
Sedangkan aktivitas membaca pada dasarnya meliputi dua proses yakni: 1) proses
membaca teknis yang merupakan proses memahami hubungan antara huruf dengan
bunyi atau suara dengan mengubah simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata
menjadi sistem bunyi; dan 2) proses memahami sebuah bacaan yakni kemampuan anak
dalam menangkap makna kata yang tercetak dalam suatu bacaan.
Proses
membaca pada usia dini berada pada tahap membaca secara teknis, anak hanya
memahami hubungan antara huruf dengan bunyi atau suara dengan mengubah
simbol-simbol tertulis berupa huruf atau kata, dan belum ke tahap membaca
pemahaman. Melalui media kartu kata bergambar, anak akan belajar mengenal
huruf, dan menggabungkan huruf menjadi suku kata dan kata, serta dilengkapi
dengan gambar yang akan membantu memudahkan anak untuk mengingat simbol
tulisan.
4.
Metode Pengajaran Membaca Permulaan
Dalam
pembelajaran membaca permulaan, ada beberapa metode yang dapat digunakan,
menurut Sabarti Akhadiah (Darmiyati Zuchdi & Budiasih, 1996: 61-66), metode
tersebut meliputi:
a.
Metode Abjad dan Metode Bunyi. Dalam penerapannya metode ini ditandai dengan
sering digunakannya kata lepas.
1)
Metode abjad. Dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan abjadnya contoh:
‘‘a’’, ‘‘be’’, ‘‘ce’’, dan seterusnya.
2)
Metode bunyi. Dalam mengucapkan huruf-hurufnya sesuai dengan bunyinya,
contohnya: beh-o-bo-beh-o-bo bobo.
b.
Metode Kupas Rangkai Suku Kata dan Metode Kata Lembaga. Kedua metode ini
penerapannya menggunakan cara mengurai dan merangkaikan.
1)
Metode Kupas Rangkai Suku Kata. Langkah-langkah penerapannya sebagai berikut:
a) guru mengenalkan huruf kepada anak; b) merangkaikan suku kata menjadi huruf;
dan c) menggabungkan huruf menjadi suku kata.
Misalnya
m-ta m-a-t-a ma-ta.
2)
Metode Kata Lembaga. Langkah-langkah penerapannya yakni: a) guru membaca kata
yang sudah dikenal anak; b) menguraikan huruf menjadi suku kata; c) menguraikan
suku kata menjadi huruf; d) menggabungkan huruf menjadi suku kata; dan e)
menggabungkan suku kata menjadi kata.
c.
Metode Global. Penerapan metode ini sebagai berikut: 1) mengkaji salah satu
suku kata; 2) menguraikan huruf menjadi suku kata; 3) menguraikan suku kata
menjadi huruf; 4) menggabungkan huruf menjadi suku kata; 5) merangkaikan kata
menjadi suku kata; dan 6) merangkaikan kata menjadi kalimat.
d.
Metode SAS (Struktural Analitik Sintetik). Menurut Momo (Darmiyati Zuchdi dan
Budiasih, 1996: 63-66) pelaksanaan metode ini ada dua tahap yakni tahap tanpa
buku dan tahap menggunakan buku: Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yakni
merekam bahasa anak, menampilkan gambar sambil bercerita, membaca gambar,
membaca gambar dengan kartu kalimat, membaca kalimat secara struktural, proses
analitik, dan proses sintetik.
Aulia
(2011: 91-97), mengemukakan bahwa ada berbagai metode pengajaran membaca yang
dapat mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak. Metode tersebut meliputi:
a) huruf dinding, metode yang dilakukan dengan cara menempelkan huruf-huruf di
setiap dinding yang sering dijumpai anak; b) memperkenalkan huruf melalui
komputer, cara yang dilakukan yakni dengan membuat power point dan anak
akan mencocokan huruf yang sering didengar; c) mengenalkan huruf-huruf melalui
bermain; d) metode mengeja, merupakan merangkai huruf menjadi suku kata dan
merangkaikan suku kata menjadi kata sehingga mengandung arti; e) metode
bertahap, dilakukan dengan cara menunjukan satu atau dua huruf; dan f) metode
suku kata, dilakukan dengan cara mengenalkan rangkaian suku kata.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa ada berbagai macam metode dalam
mengembangkan kemampuan membaca permulaan pada anak yaitu a) metode abjad; b)
metode bunyi; c) kupas rangkai suku kata; d) metode kata lembaga; e) metode
global/metode kalimat; dan e) metode Struktural Analitik Sintetik/SAS; f)
metode huruf dinding; g) memperkenalkan huruf melalui komputer; h) mengenalkan
huruf-huruf melalui bermain; i) metode eja; dan j) metode bertahap. Dalam
penelitian ini, metode yang digunakan ialah metode kata lembaga, pertama anak
dikenalkan kata yang sering didengar anak kemudian kata diuraikan menjadi suku
kata, suku kata diuraikan menjadi huruf, kemudian menggabungkan huruf menjadi
suku kata dan menggabungkan suku kata menjadi kata.
5.
Tahap Perkembangan Membaca Anak Usia Dini
Pengembangan
kemampuan membaca anak usia dini diperlukan pelatihan, praktek dan pembiasaan
melalui beberapa tahap-tahap perkembangannya. Menurut Nurbiana Dhieni, dkk.
(2008: 5.12), perkembangan dasar kemampuan membaca pada anak usia 4-6 tahun
berlangsung dalam lima tahap antara lain: tahap fantasi (magical stage),
tahap pembetukan konsep diri (self concept stage), tahap membaca gambar (bridging
reading stage), tahap pengenalan bacaan (take-off teader stage), dan
tahap membaca lancar (independent reader stage).
Pendapat
lain mengenai tahap perkembangan membaca juga dikemukakan oleh Ahmad Susanto
(2011: 90), bahwa kemampuan membaca anak usia dini dibagi menjadi empat tahap
perkembangan, yaitu: tahap timbulnya kesadaran terhadap tulisan, tahap membaca
gambar, tahap pengenalan bacaan, dan tahap membaca lancar. Berdasarkan tahap
perkembangan membaca, anak usia 5-6 tahun berada pada tahap pengenalan bacaan.
Anak sudah mulai tertarik pada bacaan dan mulai membaca tanda-tanda yang ada di
lingkungan seperti membaca kardus susu, pasta gigi dan lain-lain. Anak yang
sudah tertarik pada bahan bacaan dan mulai mengingat kembali bentuk huruf dan
konteksnya, pada tahap ini anak juga sudah mulai mengenal abjad dan pada
akhirnya anak memahami bahwa setiap huruf memiliki bentuk dan makna yang
berbeda.
Peran
orangtua dan guru sangat penting dalam mengembangkan kemampuan anak sesuai
dengan tahapan membacanya, orang tua dan guru harus mengembangkan media
pembelajaran yang ada agar sesuai dengan tahap kemampuan membaca pada anak,
salah satunya melalui media kartu kata bergambar. Media ini berisi gambar untuk
menstimulasi tahap membaca gambar. Selain itu media ini dilengkapi huruf dan
kata untuk menstimulasi tahap pengenalan bacaan.
6.
Karakteristik Kemampuan Membaca Anak Taman Kanak-kanak
Karakteristik
kemampuan membaca anak berbeda sesuai dengan tahapan usianya, berdasarkan
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang Standar Pendidikan anak
usia dini (2009: 11), mengemukakan tingkat pencapaian aspek bahasa dalam
lingkup perkembangan keaksaraan sebagai indikator kemampuan membaca permulaan
anak usia 5-6 tahun sebagai berikut: a) menyebutkan simbol-simbol huruf yang
dikenal; b) mengenal suara huruf awal dari nama benda-benda yang ada di
sekitarnya; c) menyebutkan kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal
yang sama; d) memahami hubungan antara bunyi dan bentuk huruf; dan e) membaca
nama sendiri.
Indikator
yang digunakan sebagai acuan dalam pembuatan perencanaan pembelajaran dalam
penelitian ini ialah menyebutkan simbol-simbol huruf yang dikenal, menyebutkan
kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, dan membaca nama
sendiri. Martini Jamaris (2006: 53), mengemukakan bahwa karakteristik kemampuan
dasar membaca anak usia Taman Kanak-kanak antara lain:
a.
Kemampuan dalam melakukan koordinasi gerakan visual dan koordinasi gerakan
motorik. Gerakan ini secara khusus dapat dilihat pada waktu anak menggerakan
bola matanya bersamaan dengan tangan dalam membalik buku gambar atau buku
lainnya.
b.
Kemampuan dasar membaca dapat dilihat dari kemampuan anak tersebut dalam
melakukan diskriminasi secara visual. Kemampuan ini sebagai dasar untuk dapat
membedakan bentuk-bentuk huruf.
c.
Kemampuan dalam kosa kata. Anak usia Taman Kanak-kanak telah memiliki kosa kata
yang cukup luas.
d.
Kemampuan diskriminasi auditoria atau kemampuan membedakan suara yang didengar.
Kemampuan ini berguna untuk membedakan suara atau bunyi huruf. Kemampuan dasar
membaca ini merupakan fondasi yang melandasi pengembangan kemampuan membaca.
Berdasarkan
uraian mengenai kemampuan membaca anak usia Taman Kanak-kanak dapat ditegaskan
bahwa anak usia Taman Kanak-kanak memiliki potensi dalam mengembangkan
kemampuan membaca. Hal ini berdasarkan tahap perkembangan yang dialami, yakni
pada tahap praoperasional diketahui bahwa unsur yang menonjol pada tahap ini
adalah mulai digunakannya bahasa simbolis yang berupa gambaran dan bahasa
ucapan. Karakteristik anak usia 5-6 tahun pada umumnya mereka sudah menunjukan
minat dalam membaca dari ketertarikannya terhadap buku, umumnya mereka mulai
mengenal simbol-simbol huruf untuk persiapan membaca.
7.
Pembelajaran Membaca di Taman Kanak-kanak
Slamet
Suyanto (2005b: 161), menyatakan bahwa pembelajaran bahasa untuk anak Taman
Kanak-kanak untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi oral, mengenal huruf
dan membaca, mendengar dan memahami perintah, menulis dan menggunakan
literatur. Belajar bahasa dibagi menjadi dua bagian yaitu belajar bahasa untuk
komunikasi dan belajar literasi, yaitu membaca dan menulis.
Menurut
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tentang Standar Pendidikan Anak
Usia Dini (2009: 10-11), tingkat pencapaian perkembangan anak usia 5-6 tahun
mengenai indikator kemampuan membaca tercantum pada pada lingkup perkembangan
keaksaraan. indikator tersebut antara lain ; menyebutkan simbol-simbol huruf
yang dikenal, menyebutkan simbol huruf vokal maupun konsonan dalam sebuah kata,
menyebutkan Kelompok gambar yang memiliki bunyi atau huruf awal yang sama, menyebutkankata-kata
yang mempunyai fonem yang sama, misalnya: surat, sulur, suster dan lain-lain,
membaca nama sendiri, membaca kata dengan lengkap.
Ahmad
Susanto (2011: 89), menyatakan bahwa pembelajaran membaca di Taman Kanak-kanak
harus benar-benar dilaksanakan dengan sistematis, artinya sesuai dengan
kebutuhan, minat, perkembangan dan karakteristik anak. Proses pembelajaran,
alat-alat permainan (media pembelajaran) yang digunakan, harus diperhatikan,
dan lingkungan belajar yang kondusif. Hal ini sangat penting, sebab bila anak
mengalami kegagalan pada periode ini, akan berpengaruh terhadap kemampuan
berbahasa anak, baik keterampilan ekspresif maupun reseptif.
Darmiyati
Zuchdi dan Budiasih (1996: 51), menyatakan bahwa materi yang diajarkan dalam
membaca permulaan antara lain: a) lafal, intonasi kata dan kalimat sederhana;
b) huruf-huruf yang banyak digunakan dalam kata dan kalimat sederhana yang
sudah dikenal anak (huruf-huruf diperkenalkan secara bertahap sampai dengan 14
huruf); c) kata-kata baru yang bermakna (menggunakan huruf-huruf yang sudah
dikenal), misalnya: toko, ubi, boneka, mata, tamu; dan d) lafal dan intonasi
kata yang sudah dikenal dan kata baru (huruf yang diperkenalkan 10 sampai 20
huruf.
Enny
Zubaidah (2003: 88-89), menyatakan bahwa huruf yang dikenalkan pada anak dalam
pembelajaran membaca sebaiknya huruf kecil, hal ini dikarenakan ketika anak
sudah di SD pada awalnya anak akan menjumpai atau dikenalkan tentang penggunaan
huruf kecil baik dalam belajar membaca maupun menulis. Dengan demikian
penggunaan huruf kecil dalam pengenalan huruf akan lebih memudahkan anak dalam
membaca. Sedangkan huruf konsonan dan vokal yang diperkenalkan untuk membaca
permulaan menurut Ahmad Rofi’uddin dan Darmiyati Zuhdi (1999: 56), antara
lain:a, i, n, m, u, b,e, p, o, l, h, t, d, dan s.
Berdasarkan
uraian di atas, dapat ditegaskan bahwa pembelajaran membaca merupakan salah
satu dari aspek perkembangan bahasa, hal ini tercantum dalam kurikulum
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 (2009: 13) yang memuat indikator
kemampuan membaca permulaan pada lingkup perkembangan keaksaraan. Pembelajaran
membaca permulaan dapat dilaksanakan di Taman Kanak-kanak secara sistematis dan
menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik anak usia Taman
Kanak-kanak(5-6 tahun.
8.
Penilaian Kemampuan Membaca Permulaan di Taman Kanak-kanak
Penilaian
dilakukan untuk mengetahui nilai dari semua pelaksanaan pembelajaran yang telah
dilakukan. Harun Rasyid, Mansyur dan, Suratno (2009: 12), mengemukakan bahwa
penilaian merupakan usaha-usaha yang dilakukan guru maupun anak dalam
pembelajaran yang sudah dilakukan, hasil dari penilaian tersebut dapat
dijadikan sebagai umpan balik untuk melakukan perubahan aktivitas belajar
mengajar yang lebih baik dari sebelumnya.
Anita
Yus (2005: 31), menambahkan bahwa penilaian khususnya di Taman Kanak-kanak
lebih banyak digunakan untuk mendeskripsikan ketercapaian perkembangan anak,
dengan demikian penilaian dapat digunakan untuk mengetahui dan menetapkan
aspek-aspek perkembangan yang telah dicapai dan aspek-aspek perkembangan yang
belum dicapai oleh anak dalam kurun waktu tertentu. Ketercapaian perkembangan
dapat dinyatakan dalam bentuk huruf, angka, dan deskripsi. Aspek perkembangan
bahasa dalam indikator kemampuan membaca yang diteliti dalam penelitian ini
yaitu kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem
yang sama, dan kemampuan membaca kata.
Berdasarkan
pendapat di atas dapat ditegaskan bahwa penilaian kemampuan membaca permulaan
pada anak adalah kegiatan yang dilakukan guru untuk mengetahui ketercapaian
aspek-aspek perkembangan bahasa yang dinyatakan dalam bentuk huruf, angka dan
deskripsi dalam indikator kemampuan membaca permulaan, yakni kemampuan
menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem yang sama, dan
kemampuan membaca kata. Dalam penelitian ini istilah yang digunakan dalam
penilaian kemampuan membaca permulaan yakni sudah berkembang (baik), cukup
berkembang (cukup), dan kurang berkembang (kurang).
B.
Hakikat Anak Usia Dini
1.
Pengertian Anak Usia Dini
Anak
usia dini merupakan anak yang sedang berada dalam proses perkembangan dan
pertumbuhan yang sangat pesat. Anak usia dini adalah anak yang berkisar antara
usia 0–8 tahun, di Indonesia yang termasuk dalam kelompok anak usia dini adalah
anak usia SD kelas 1 sampai dengan kelas 3, Taman Kanak-kanak, Kelompok
Bermain, dan anak usia bayi. Masa kanak-kanak adalah anak usia 4-6 tahun
(Ernawulan Syaodih, 2005: 8).
Pada
masa ini (usia 0-6 tahun) merupakan masa emas atau golden age, karena
anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, tidak
tergantikan pada masa mendatang. Hal ini dikemukakan oleh Harun Rasyid, dkk.
(2009: 48), bahwa pada golden age, anak akan mudah menerima, mengikuti,
melihat, dan mendengar segala sesuatu yang dicontohkan, diperdengarkan, serta
diperlihatkan.
Berdasarkan
pendapat mengenai definisi anak usia dini maka dapat ditegaskan bahwa anak usia
dini adalah anak usia 0-6 tahun yang berada pada masa emas atau golden age dan
sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, sehingga
diperlukan stimulasi yang tepat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan
maksimal. Dalam penelitian ini, kemampuan membaca permulaan yang akan ditingkatkan
yaitu pada anak usia dini khususnya anak usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah
Kelurahan Kalisari KecamatanPasar Rebo.
2.
Karakteristik Anak Usia Dini
Anak
usia dini memiliki karakteristik yag berbeda dengan orang dewasa, karakteristik
anak usia dini dikemukakan oleh Sofia Hartati (2005: 8-12), sebagai berikut;
anak itu bersifat egosentris, anak memiliki rasa ingin tahu yang besar, anak
adalah makhluk social, anak bersifat unik, anak umumnya kaya dengan fantasi,
anak memiliki daya konsentrasi yang pendek, dan anak merupakan masa belajar
yang potensial.
Rusdinal
dan Elizar (2005: 16) mengungkapkan, bahwa karakteristik anak usia dini
khususnya anak usia Taman Kanak-kanak (usia 5-7 tahun) sebagai berikut: a) anak
usia TK berada pada tahap praoperasional, cirinya yakni anak belajar melalui
pengalaman konkret dan dengan orientasi dan tujuan sesaat. Masa praoperasional
ditandai dengan kemampuan anak yang mulai berpikir simbolis; b) anak suka
menyebutkan nama-nama benda yang ada disekitarnya dan mendefinisikan kata; c)
anak belajar melalui bahasa lisan dan pada masa ini berkembang pesat. Kemampuan
anak dalam memahami bahasa lisan merupakan salah satu tanda-tanda kesiapan
membaca; dan d) anak memerlukan struktur kegiatan yang lebih jelas dan
spesifik.
Secara
rinci Snowman (Djauhar Siddiq, Nelva Rolina & Unik Ambarwati, 2006: 19-22)
mengungkap tentang ciri-ciri anak Prasekolah (3-6 tahun) yang biasanya ada di
Taman Kanak-kanak, yang meliputi aspek fisik, sosial emosional, kognitif, dan
bahasa, sebagai berikut: a) anak prasekolah umumnya sangat aktif dan telah
memiliki penguasaan kontrol terhadap tubuhnya. Untuk itu guru perlu
mengembangkan pembelajaran yang aktif agar anak dapat menyalurkan energi yang
berlebih dalam diri anak, salah satunya yakni melalui permainan yang edukatif;
b) setelah anak melakukan berbagai kegiatan, anak membutuhkan istrahat yang
cukup, hal ini agar anak dapat melakukan aktivitas selanjutnya; c) otot-otot
besar pada anak prasekolah lebih berkembang dari kontrol terhadap jari-jari
tangan; d) dapat bermain dan berkawan, umumnya mereka dapat cepat menyesuaikan
diri secara sosial. Anak Taman Kanak-kanak biasanya sudah memiliki teman akrab
dan berteman dalam kelompok-kelompok kecil; e) menyadari peran dari jenis
kelamin melalui kesadaran terhadap alat permainan dan aktivitas bermain yang
dipilih anak; f) anak Taman Kanak-kanak cenderung mengekspresikan emosinya
dengan bebas dan terbuka; g) anak prasekolah seringkali memperebutkan perhatian
guru; h) anak prasekolah umunya lebih terampil dalam berbahasa, sebagian dari
mereka senang berbicara, khususnya dalam kelompoknya; dan i) kompetensi anak
perlu dikembangkan melalui interaksi, minat, kesempatan, mengagumi dan kasih
sayang.
Selain
memiliki ciri khas dalam aspek fisik, sosial-emosional, kognitif, dan bahasa,
anak memiliki ciri khas mental, menurut Agus Hariyanto (2009: 192-194) ciri
khas mental pada anak sebagai berikut: a) daya konsentrasi lemah dan mudah
merasa bosan, untuk itu sangat penting menerapkan belajar sambil bermain untuk
menghilangkan kejemuan anak pada saat belajar; b) memiliki rasa ingin tahu yang
sangat besar dan suka menjamah benda-benda yang ditemuinya; c) belajar melalui
panca indera, maka dari itu penggunaan media atau alat peraga sangat bermanfaat
untuk merangsang panca indera mereka; d) menyukai hal-hal yang sudah dikenal
dan senang untuk mengulang. Oleh karena itu dalam mengajarkan membaca pada
anak, guru sebaiknya menggunakan kata-kata yang dekat dengan anak; e)
perbendaharaan kata masih sangat terbatas. Anak biasanya hanya mengucapkan
sesuatu yang sudah diketahui dan sering didengar. Guru dan orangtua sebaiknya
memperkenalkan kosa kata baru untuk meningkatkan perbendaharaan kata pada anak;
f) daya ingat masih kurang, untuk itu dalam mengajarkan membaca pada anak
dibutuhkan kesabaran dan diajarkan berulang-ulang agar apa yang diajarkan pada
anak akan cepat tersimpan dalam memori anak; g) suka menggambar, anak pada
umumnya senang dengan gambar, hal ini biasanya ditunjukan dengan membuat
coretan-coretan dalam kertas, untuk itu penggunaan media gambar sangat membantu
dalam penstimulasian kemampuan membaca permulaan; dan h) belajar melalui
bermain, dunia anak adalah bermain, maka dari itu pembelajaran di Taman
Kanak-kanak harus sesuai dengan prinsip pembelajaran anak usia dini yakni
belajar melalui bermain.
Berdasarkan
karakteristik yang telah disampaikan maka dapat ditegaskan bahwa karakteristik
anak usia TK meliputi aspek fisik, sosial-emosional, kognitif, bahasa, dan
mental. Anak usia TK usia 5-6 tahun (Kelompok B) berada di tahap
praoperasional, pada tahap ini anak mulai dapat berpikir simbolis. Menurut
Martini Jamaris (2006: 23), berpikir simbolis merupakan kemampuan anak untuk
berpikir tentang objek dan peristiwa walaupun objek dan peristiwa tersebut
tidak hadir secara fisik (nyata) di hadapan anak. Selain itu, perkembangan
bahasa anak sudah baik sehingga usia ini juga merupakan masa sensitif bagi anak
untuk belajar bahasa.
C.
Media Kartu Kata Bergambar dalam Pembelajaran Anak TK
1.
Pengertian Media
Nurbiana
Dhieni, dkk. (2005: 10.2), mengemukakan media adalah segala bentuk alat
komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari
sumber yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan
perhatian penerima pesan atau informasi tersebut. Hal ini sependapat dengan
Arief S. Sadiman, Rahardjo, Anung Haryono, dan Rahardjito (2006: 6),
mengemukakan bahwa media merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk
menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran,
perasaan, perhatian, dan minat anak sedemikian rupa sehingga proses belajar
terjadi.
Slamet
Suyanto (2005b: 38), mengungkapkan media belajar anak usia dini umumnya
merupakan alat permainan, dan penggunaan media belajar di Taman Kanak-kanak
berguna untuk memudahkan anak belajar memahami atau menyederhanakan sesuatu
yang sulit dan kompleks. Media belajar anak usia dini tidak harus mahal, dan
dapat diperoleh dari benda-benda yang tidak dipakai.
Dari
uraian di atas dapat ditegaskan, media belajar adalah segala sesuatu yang dapat
digunakan untuk memperjelas dan mempermudah materi atau pesan yang akan
disampaikan guru ke anak, media belajar anak usia dini berwujud alat permainan,
melalui alat permainan ini dapat merangsang minat serta motivasi anak untuk
belajar. Jenis-jenis media ialah media grafis, media audio, dan media proyeksi
diam. Berdasarkan jenis media yang digunakan di Indonesia, kartu kata bergambar
merupakan media visual yang berbentuk kartu yang terbuat dari kertas karton dan
mengandalkan panca indera penglihatan.
2.
Pengertian Kartu Kata Bergambar
Media
kartu kata bergambar dalam penelitian ini merupakan pengembangan dari
media
kartu kata dan kartu bergambar. Media kartu kata adalah kartu yang berisi
kata-kata yang akrab dengan kehidupan anak, misalnya: mama, susu, buku, nenek,
keakraban anak dengan kata-kata ini akan sangat membantu meningkatkan responnya
terhadap apa yang kita bacakan, dan pada akhirnya terhadap kegiatan membaca itu
sendiri (Mohammad Fauzil Adhim, 2004: 71). Sedangkan, media gambar adalah media
visual yang digunakan untuk tujuan pembelajaran tertentu. Dina Indriana (2011:
65), mengungkapkan bahwa media gambar mampu memberikan detail dalam bentuk
gambar apa adanya, sehingga dapat membantu anak untuk mengingat. Ahmad Susanto
(2011: 108), mengungkapkan bahwa kartu kata bergambar merupakan salah satu
media yang mengembangkan aspek kemampuan membaca, dengan cara menampilkan
gambar disertai kata yang menerangkan nama gambar untuk membantu anak mengenal
susunan huruf dan meresponnya secara lisan maupun tertulis. Kartu kata
bergambar dapat dibuat sendiri oleh guru, serta gambarnyapun dapat disesuaikan
dengan tema tiap minggunya.
Media
kartu kata bergambar yang di maksud dalam penelitian ini adalah kartu yang
terbuat kertas tebal yakni kertas karton yang berukuran 15 cm x 20 cm yang
berbentuk persegi panjang berisikan kata dan gambar yang digunakan untuk
mengembangkan kemampuan membaca permulaan. Spesifikasi media kartu kata
bergambar dalam penelitian ini yakni tulisan dalam kartu kata tidak dieja tetapi
digabung contohnya ‘‘buku’’, ukuran gambar 80 mm x 75 mm, ukuran tulisan 100 pt
menggunakan kertas dasar berjenis karton dan pada kartu bergambar menggunakan
kertas HVS lalu dilaminating, dibelakang kartu terdapat suku kata awal dari
sebuat kata. Media gambar yang digunakan terdiri dari 36 gambar yang sering
ditemui anak dalam kehidupan sehari hari.
3.
Kelebihan Media Kartu Kata Bergambar
Kelebihan
kartu kata bergambar sebagai media visual menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006:
29) sebagai berikut:
a.
Sifatnya konkret, gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah
dibandingkan dengan media verbal semata.
b.
Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu.
c.
Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa ke kelas dan tidak selalu
bisa dibawa (diperlihatkan) ke objek peristiwa tersebut.
d.
Media gambar atau foto dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.
e.
Dapat memperjelas suatu masalah dibidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa
saja, sehingga dapat mencegah atau membentuk pemahaman.
f.
Murah harganya dan mudah untuk digunakan tanpa memerlukan peralatan khusus.
Kartu
kata bergambar berisi kata dan gambar, adapun kelebihan media ini menurut Dina
Indriana (2011: 65), yaitu: a) sifatnya yang konkret, mengatasi ruang dan
waktu, mengatasi keterbatasan pengamatan, memperjelas suatu sajian masalah,
biaya pembuatannya murah, mudah didapatkan, dan dapat digunakan dengan mudah.
Dalam penelitian ini menggunakan media kartu kata bergambar sebagai media
pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok usia
5-6 tahun di PAUD Nusa Indah. Dalam penggunaanya harus memperhatikan
karakteristik anak. Artinya, sebelum memberikan untuk pembelajaran membaca
permulaan, terlebih dahulu diketahui kemampuan yang dimiliki anak untuk dapat
menggunakan kartu kata bergambar dan memperhatikan prinsip-prinsip pembelajaran
yakni melalui bermain kata, melalui bermain kata dapat merangsang anak untuk
kreatif dan aktif dengan tujuan untuk mempelajari huruf, suku kata, kata, dan
berbagai macam simbol gambar. Berikut contoh media kartu kata bergambar yang
digunakan dalam penelitian ini:
4.
Langkah Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar dalam Pembelajaran Membaca
Permulaan
Menurut
Slamet Suyanto (2005b: 180), langkah penggunaan media kartu bergambar dalam pembelajaran
membaca sebagai berikut:
a.
Bahan-bahan
1)
Sediakan berbagai kartu gambar yang namanya cukup pendek, beberapa dimulai dari
huruf yang sama dan tidak ada konsonan ganda, seperti ibu, ayah, toko,susu,dll.
2)
Menyediakan kartu kata dengan tulisan nama-nama benda tadi.
b.Prosedur
1)
Gunakan permainan ini dalam kelompok
2)
Menyediakan kartu gambar dan kartu nama benda
3)
Guru menunjukan gambar benda dan anak diajak mencari kartu nama benda tersebut.
4)
Setelah anak tahu cara bermainnya, biarkan anak bermain dalam kelompok.
Langkah-langkah
penggunaan media kartu kata bergambar dalam pembelajaran membaca mengacu pada
pendapat Slamet Suyanto (2005b: 180), dan dalam pelaksanaanya dikembangkan
berdasarkan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-kanak, yakni:
a.
Anak dikondisikan untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Satu kelompok
terdiri dari 4 anak.
b.
Guru mempersiapkan media kartu kata bergambar dan mengenalkannya kepada anak.
c.
Guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak
menyebutkannya, kemudian menebak fonem yang tertulis dibagian belakang kartu,
serta melihat suku kata yang ada di bagian belakang kartu.
d.
Anak menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama dengan kata yang ditunjuk
guru pada media kartu kata bergambar.
e.
Anak membaca tulisan dengan suara yang keras dan lantang pada kata yang
ditunjuk guru.
f.
Guru memberikan media kartu kata bergambar pada salah satu anak dan diteruskan
kepada anak yang lain sampai seluruh anak di dalam kelompok mendapat kesempatan
untuk membaca kartu kata bergambar.
g.
Setiap anak menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai dan diperlombakan,
agar kegiatan pembelajarannya lebih menarik.
Implementasi
kegiatan bermain pada penggunaan media kartu kata bergambar yakni melalui kegiatan
menjodohkan kata pada gambar yang sesuai, kegiatan ini dilakukan dengan
diperlombakan di dalam kelompok. Anak yang berhasil menjodohkan kata pada
gambar yangs sesuai maka guru memberi reward yang di tempel di papan
prestasi.
D.
Keterkaitan Penggunaan Media Kartu Kata Bergambar dengan Kemampuan Membaca
Permulaan
Menurut
Dina Indriana (2011: 47), media berfungsi mengarahkan anak untuk memperoleh
berbagai pengalaman belajar. Tentunya hasil pembelajaran yang menggunakan media
dan tidak menggunakan media akan berbeda hasilnya. Menentukan dan memilih media
yang terbaik dalam proses belajar dan mengajar merupakan sesuatu yang penting.
Salah satu media yang dapat digunakan dalam membaca permulaan adalah media
kartu kata bergambar.
Gambar
mudah diperoleh, tidak mahal, efektif, serta mampu meningkatkan motivasi
belajar anak. Media kartu kata bergambar termasuk dalam jenis media visual.
Menurut Cucu Eliyawati (2005: 114) media visual adalah media yang sering
digunakan oleh guru pendidikan anak usia dini untuk dapat menyampaikan isi dari
tema pembelajaran yang sedang disampaikan. Media gambar memiliki kelebihan
menurut Arief S. Sadiman, dkk. (2006: 29) kelebihan media gambar yakni sifatnya
konkret gambar atau foto lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan
dengan media verbal semata.
Melalui
penggunaan media kartu kata bergambar, anak akan semakin aktif dalam
pembelajaran, dan lebih mudah dalam mengenal gambar, huruf dan kata, pada kartu
yang dimainkannya. Pembelajaran dilakukan melalui permainan kata, yakni dengan menjodohkan
kata pada tulisan yang sesuai, sehingga penerapan media ini merupakan cara yang efektif dalam meningkatkan
kemampuan anak dalam membaca permulaan.
G.Kerangka
Berpikir Tindakan
Kemampuan
membaca permulaan adalah kecakapan anak dalam mengenal huruf dan lambang
tulisan yang yang mentikberatkan pada aspek kemampuan membaca yakni kemampuan
menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan menyebutkan fonem, dan kemampuan
membaca kata. Berdasarkan observasi awal, menunjukan bahwa kemampuan membaca
permulaan di Kelompok usia 5-6 tahun masih rendah yakni anak masih kesulitan
dalam memahami konsep huruf dan kata sebagai tahapan kemampuan membaca
permulaan. Berdasarkan kondisi tersebut guru sebaiknya berusaha menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan melalui metode permainan maupun penerapan
media pembelajaran.
Penerapan
media yang tepat dalam pembelajaran membaca merupakan salah satu cara untuk
membantu anak dalam memahami konsep huruf dan kata. Salah satu media yang
digunakan untuk mengembangkan kemampuan membaca permulaan yakni media kartu
kata bergambar yang merupakan kartu berisikan kata-kata yang dilengkapi dengan
gambar, dengan media ini, anak akan melihat, mengingat simbol tulisan, dan
gambar pada setiap kartu kata bergambar yang dimainkan.
Melalui
penggunaan media kartu kata bergambar kemampuan membaca permulaan akan lebih
meningkat. Anak-anak akan mempunyai semangat dan lebih aktiv dalam belajar
membaca karena anak dilibatkan untuk berpartisipasi langsung pada kegiatan
membaca yakni dalam memahami hubungan dan konsep huruf di dalam sebuah kata
serta hubungan gambar dengan dengan tulisannya. Berdasarkan penjelasan yang
telah diungkapkan, maka dapat diketahui bahwa media kartu kata bergambar dapat
meningkatkan kemampuan membaca permulaan anak Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD
Nusa Indah, Kelurahan kalisari tahun ajaran 2016/2017. Berikut skema kerangka
berpikir :
Kondisi awal è Kemampuan membaca permulaan anak di Kelompok Usia 5-6 tahun masih
rendah
Tindakan è Media kartu kata bergambar
Kondisi Akhir è Peningkatan kemampuan membaca permulaan pada anak Kelompok Usia
5-6 tahun melalui media kartu kata
H.
Hipotesis Tindakan
Hipotesis
dalam penelitian ini yakni kemampuan membaca permulaan pada kelompok usia 5-6
tahun di PAUD Nusa Indah, Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo dapat
ditingkatkan dengan menggunakan media kartu kata bergambar yang berisi gambar,
suku kata, dan kata sebagai keterangan gambar dalam kegiatan pembelajaran
membaca.
I.Tujuan
Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang
telah diuraikan di atas, maka tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
kemampuan membaca permulaan anak melalui media kartu kata bergambar di Kelompok
B2 RA Ma’arif NU Karang Tengah, Kecamatan Kertanegara Kabupaten Purbalingga.
J.
Setting Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Penelitian bertempat di PAUD Nusa Indah Kelompok
Usia 5-6 tahun, Kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur.
2.
Waktu Penelitian.
Kegiatan
ini dilaksanakan pada hari Setiap Hari Senin di Sentra Persiapan, selama tiga
bulan, yaitu dimulai dari bulan Setember sampai dengan bulan November 2016.
K.
Metode Penelitian
Pendekatan
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan
Kelas, Penelitian Tindakan Kelas atau (Classroom Action Research) adalah
penelitian tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki mutu
praktik pembelajaran. Menurut Suharsimi Arikunto (2007: 3), Penelitian Tindakan
Kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama. Menurut Wina Sanjaya (2011: 26), Penelitian Tindakan Kelas merupakan
proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri
dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai
tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh
dari perlakuan tersebut. Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan
bahwa Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian yang dilakukan di kelas
dengan tujuan untuk memperbaiki mutu praktek pembelajaran di kelas melalui
tindakan yang sengaja dimunculkan. Tindakan yang digunakan dalam penelitian ini
ialah berupa media kartu kata bergambar.
Peneliti
memilih metode Penelitian Tindakan Kelas karena mempertimbangkan masalah yang
dihadapi adalah masalah yang timbul dalam proses pembelajaran. Sehingga
penelitian ini merupakan cara yang strategis untuk memperbaiki layanan
kependidikan yang harus dilaksanakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan
peningkatan kualitas program sekolah secara keseluruhan (Zainal Aqib, 2006:
18). Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas kolaboratif, sehingga
dalam pelaksanaanya dilakukan secara kolaboratif antara peneliti dengan guru
Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah Kecamatan Pasar Rebo. Dalam
penelitian ini, guru dan peneliti bekerja sama dalam membuat perencanaan (RPPH),
selanjutnya guru bertugas melaksanakan pembelajaran di kelas sedangkan peneliti
melakukan pengamatan terhadap berlangsungnya proses tindakan, selanjutnya
peneliti dan guru melakukan diskusi untuk merefleksikan kekurangan dan
kelebihan kegiatan yang telah dilaksanakan.
L.
Langkah-Langkah Penelitian
Model
penelitian digunakan untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang penelitian
yang akan dilaksanakan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode
Penelitian Tindakan Kelas (Action Research) dan menunjuk pada proses
pelaksanaan yang dikemukakan Kemmis dan McTaggart yang menggunakan sistem
spiral dimana setiap Siklus terdiri dari tiga tahap yaitu perencanaan,
pelaksanaan, dan refleksi (Suharsimi Arikunto, 2006: 92-93). Adapun rancangan
penelitian dalam pelaksanaan dalam Siklus I sebagai berikut:
1.
Perencanaan
Perencanaan
dilakukan dengan mempersiapkan hal-hal yang dibutuhkan dalam melaksanakan
pembelajaran membaca permulaan, yaitu:
a.
Menyusun 3 Rencana Kegiatan Harian (RPPH) untuk 3 pertemuan dengan tema kebutuhanku
dan subtema: pakaian,makanan dan tempat tinggal. RPPH memuat kegiatan membaca
permulaan menggunakan media kartu kata bergambar untuk meningkatkan kemampuan
membaca permulaan. Kemudian dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru kelas
Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah Kec. Pasar Rebo. RPPH ini digunakan
guru sebagai acuan dalam penyampaian pembelajaran yang akan dilaksanakan.
b.
Menyiapkan 100 buah kartu kata bergambar yang akan digunakan pada pembelajaran
dengan tema Kebutuhanku, media gambar yang digunakan antara lain: baju, celana,
topi, jilbab, sepatu, rumah, aneka makanan dan minuman, buah, sayuran, susu, dll.
Serta menyiapkan Lembar Kegiatan Anak (LKA) yang akan digunakan dalam
pembelajaran membaca di kelas. Cara membuat media kartu kata bergambar antara
lain: 1) menyiapkan kertas karton berukuran 20 cm x15 cm yang berfungsi sebagai
dasar untuk menempelkan gambar dan kata: 2) menempelkan gambar yang telah
disesuaikan ukurannya yakni 80 mmx 75 mm pada kertas karton; 3) menempelkan
tulisan dibawah gambar, ukuran tulisan 100 pt; dan 4) membuat tulisan berupa
suku kata awal dari sebuah kata di bagian belakang kartu.
c.
Menyiapkan instrumen pengamatan berupa panduan observasi dalam bentuk check
list untuk mengungkap kemampuan membaca permulaan anak dalam menyebutkan
lambang bunyi huruf, menyebutkan fonem yang sama, dan membaca kata.
d.
Menyiapkan ruang kelas dengan menata model tempat duduk yang dibuat
berkelompok, yakni dua meja yang didekatkan dan dikelilingi empat kursi untuk
empat anak, serta menyiapkan perlengkapan yang diperlukan dalam pembelajaran
seperti papan flanel, dan reward berbentuk bintang.
2.
Pelaksanaan Tindakan
a.
Perlakuan
Pada
tahap pelaksanaan, yang bertugas melaksanakan tindakan yakni guru Kelompok usia
5-6 tahun, sebelumnya peneliti telah memperagakan cara menggunkan media kartu
kata bergambar agar guru di Kelompok usia 5-6 tahun semakin terampil dalam
memberi perlakuan. Pada tahap pelaksanaan tindakan, guru Kelompok usia 5-6
tahun melaksanakan perlakuan menggunakan media kartu kata bergambar selama 60
menit dan peneliti melakukan pengamatan terhadap peningkatan kemampuan membaca permulaan
selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Tindakan pada Siklus I terdiri dari 3
kali pertemuan, yaitu Pertemuan Pertama, Pertemuan Kedua, dan Pertemuan Ketiga.
Langkah-langkah tindakan
pada Siklus I terdiri dari:
a.
Langkah Pertama
Pada
tahap awal pelaksanaan kegiatan pembelajaran didahului dengan berdoa bersama,
kemudian guru mengajak anak untuk bernyanyi dan melakukan tepuk yang sesuai
dengan tema, yakni alat komunikasi.
b.
Langkah Kedua
Pada
langkah kedua guru mengkomunikasikan tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan
bermain kartu kata bergambar. Guru menyampaiakan bahwa tujuan dari kegiatan
bermain kartu kata bergambar adalah untuk meningkatkan kemampuan membaca
permulaan anak.
c.
Langkah Ketiga
Guru
membimbing pelaksanaan kegiatan bermain kartu kata bergambar. Adapun
langkah-langkah pembelajaran membaca pemulaan dengan menggunakan media kartu
kata bergambar dalam penelitian ini sebagai berikut:
1)
Anak-anak dikondisikan untuk duduk di kelompoknya masing-masing. Satu kelompok
terdiri dari 4 anak.
2)
Guru mempersiapkan media kartu kata bergambar dan mengenalkannya kepada anak.
3)
Guru membagikan 21 buah media kartu kata bergambar pada setiap kelompok.
4)
Guru mengenalkan satu per satu lambang bunyi huruf yang membentuk kata dan anak
menyebutkannya.
5)
Anak menebak dan melihat suku kata yang ada di bagian belakang kartu.
6)
Anak menyebutkan kata yang memiliki fonem yang sama dengan kata yang ditunjuk
guru pada media kartu kata bergambar.
7)
Anak mengamati dan menyebutkan gambar serta membaca kata dengan suara yang
keras dan lantang pada kartu kata bergambar yang ditunjukan oleh guru.
8)
Guru memberikan media kartu kata bergambar pada salah satu anak dan diteruskan
kepada anak yang lain sampai seluruh anak di dalam kelompok mendapat kesempatan
untuk membaca kartu kata bergambar.
9)
Setiap anak menempelkan kartu kata pada gambar yang sesuai dan diperlombakan,
agar kegiatan pembelajarannya lebih menarik.
c.
Langkah Keempat
Pada
kegiatan penutup, guru mengajak anak untuk melakukan diskusi tentang kegiatan
bermain kartu kata ber bergambar dan mengevaluasi mengenai kegiatan satu hari
yang telah dilalui di kelas.
b.
Pengamatan atau Observasi
Observasi
yang dilakukan dalam Siklus ini adalah dengan observasi langsung yang dilakukan
oleh peneliti. Observasi dilaksanakan selama proses pembelajaran yakni
pembelajaran yang memuat kegiatan bermain kartu kata bergambar, pengamatan
berpedoman pada lembar instrumen observasi berbentuk check list yang
berisi tentang aspek kemampuan membaca yakni: kemampuan anak dalam menyebutkan
lambang bunyi huruf, kemampuan anak dalam menyebutkan fonem yang sama, dan
kemampuan anak dalam membaca kata. Observasi dilaksanakan di Kelompok usia 5-6
tahun yang berjumlah 6 anak terdiri dari tiga anak perempuan dan 3 anak
laki-laki.
3.
Refleksi
Refleksi
bertujuan untuk mengetahui kekurangan-kekurangan maupun kelebihan-kelebihan
yang terjadi selama proses pemberian tindakan oleh guru. Kegiatan refleksi
dilaksanakan dengan: a) mengumpulkan data-data yang diperoleh dari hasil
pengamatan yang berupa lembar instrumen berbentuk check list; b)
melakukan diskusi dengan guru untuk mengevaluasi hasil dari tindakan yang telah
dilakukan dan permasalahan-permasalahan yang muncul saat memberi perlakuan; c)
mencari solusi atau rencana-rencana yang telah dilakukan untuk mengatasi
permasalahan yang muncul, dari hasil evaluasi inilah kemudian peneliti dan guru
mencari solusi dalam bentuk perbaikan yang djadikan pedoman untuk melaksanakan
tindakan di siklus berikutnya; dan d) menganalisis hasil kemampuan membaca
permulaan dan pengambilan keputusan. Hasil pengamatan pada Siklus I belum
mencapai target dan masih ada berbagai permasalahan yang dijadikan refleksi
Siklus I antara lain: kelompok yang belum mendapat giliran untuk bermain kartu
kata bergambar cenderung mengganggu kelompok yang sedang mendapat giliran untuk
bermain kartu kata bergambar, anak-anak berdiskusi sendiri dikelompoknya ketika
guru menerangkan dalam pembelajaran, dan media yang digunakan ukurannya kecil
yakni 10 cm x 15 cm. Berdasarkan hasil kemampuan membaca permulaan yang
diperoleh pada Siklus I dinilai masih kurang optimal sehingga diperlukan upaya
perbaikan pada Siklus II. Pada Siklus II terjadi peningkatan dalam kemampuan
membaca permulaan sesuai target yang diharapkan, sehingga penelitian ini
dihentikan pada Siklus II.
M.
Sumber Data
Sumber
data dalam penelitian ini adalah anak kelompok usia 5-6 tahun yang berjumlah 6
anak di PAUD Nusa Indah, terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki.
Alasan memilih subjek penelitian di kelompok ini, karena sebanyak 83,33% dari 6
anak masih kesulitan dalam memahami konsep huruf dan kata sebagai salah satu
tahapan kemampuan membaca permulaan.
N.
Teknik Pengumpulan Data
1.
Observasi
Observasi
digunakan untuk mengamati kemampuan membaca permulaan yang sesuai pada
indikator penilaian yaitu kemampuan menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan
menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan membaca kata. Pengamatan dilakukan
menggunakan lembar observasi yang diisi dengan tanda centang atau check list.
Observasi dilaksanakan di dalam ruangan yakni di Kelompok usia 5-6 tahun dengan
jumlah 6 anak yang terdiri dari 3 anak perempuan dan 3 anak laki-laki.
2.
Dokumentasi
Teknik
dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa data jumlah anak
Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah kelurahan Kalisari Kecamatan Pasar
Rebo dan pengambilan foto kegiatan anak dan guru pada saat kegiatan
pembelajaran berlangsung. Dengan dokumentasi maka menjadi pelengkap data guna
menyempurnakan penelitian yang telah dilakukan.
O.
Teknik Analisa Data
Data
dalam penelitian ini diperoleh melalui dokumentasi dan observasi langsung pada
proses pembelajaran membaca permulaan di PAUD Nusa Indah Kecamatan Pasar Rebo.
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan statistik
deskriptif kuantitatif. Suharsimi Arikunto (2006: 239) mengemukakan bahwa
analisis deskriptif kuantitatif digunakan untuk menganalisis data berupa angka.
Berikut rumus yang digunakan untuk mencari presentase menurut Ngalim Purwanto
(2006: 102), yaitu:
Keterangan:
NP
= Nilai persen yang dicari/ diharapkan
R
=Skor mentah yang diperoleh anak
SM
= Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
Langkah
analisis data dalam penelitian ini:
1.
Data mentah yang diperoleh dari hasil pengamatan indikator kemampuan membaca
permulaan yang diberi skor (1, 2, dan 3).
2.
Menghitung presentase indikator dengan rumus Ngalim Purwanto, yakni jumlah skor
dari indikator kemampuan membaca dikali 100% dan dibagi skor maksimum dari
indikator. Hasil persentase tersebut digunakan untuk mencari rata-rata
kemampuan membaca permulaan secara keseluruhan pada setiap pertemuan.
3.
Pencapaian kemampuan membaca permulaan Pratindakan diperoleh dari hasil
kemampuan membaca permulaan pada satu pertemuan, yaitu dihitung dari persentase
rata-rata dari jumlah keseluruhan yang diperoleh anak dalam satu kelas.
4.
Pencapaian kemampuan membaca permulaan pada Siklus I dan II diperoleh dari
mencari rata-rata kemampuan membaca permulaan dari Pertemuan Pertama, Pertemuan
Kedua, dan Pertemuan Ketiga.
5.
Hasil persentase dipaparkan dalam tabel rekapitulasi agar hasil peningkatan
kemampuan membaca Pratindakan, Siklus I dan Siklus II dapat diketahui selisih
peningkatannya.
Data
dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterperstasikan
dalam empat tingkatan menurut Anas Sudijono (2010: 43) dapat dilihat pada Tabel
berikut ini:
No Kriteria Nilai
1 Baik 80-100%
2 Cukup 60-79%
3 Kurang baik 30-59%
4 Tidak baik 0-29%
P.
Teknik Keabsahan Data
Untuk
menguji tingkat keterpercayaan dan keabsahan data peneliti menggunakan teknik
sebagai berikut: (1) kredebilitas (credibility),
item-item yang digunakan peneliti dalam instrumen merupakan penjabaran dari
teori-teori yang terkait sehingga peneliti menentukan indikator instrumen lebih
terperinci, (2) keterbukaan (transferability),
penyajian data yang disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk
diketahui kepala sekolah, guru kelas, dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan
sebagai bahan untuk perbaikan tindakan selanjutnya dan memperkaya peneliti
untuk memahami ruang lingkup penelitian, (3) keakuratan (dependability), dalam pengisian data diperoleh informasi yang
akurat. Data yang diterima peneliti tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
dapat menghambat ketercapaian tujuan penelitian, (4) kelayakan (Confirmability), data yang digunakan
peneliti sebelumnya telah diinformasikan terlebih dahulu kepada para ahli
(dosen pembimbing). Apabila ada indikator yang kurang tepat dalam penghambilan
data maka peneliti akan memperbaiki indikator tersebut.
Q.
Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kriteria
keberhasilan dalam penelitian ini adalah meningkatnya kemampuan membaca
permulaan anak Kelompok usia 5-6 tahun di PAUD Nusa Indah Kelurahan Kalisari
Kecamatan Pasar Rebo, Jakarta Timur. Indikator kemampuan membaca permulaan yang
dimaksud berupa kemampuan anak dalam menyebutkan lambang bunyi huruf, kemampuan
anak dalam menyebutkan fonem yang sama, dan kemampuan anak dalam membaca kata.
Penelitian
ini dikatakan berhasil apabila anak yang mengalami peningkatan kemampuan
membaca permulaan menggunakan media kartu kata bergambar sebesar ≥80% atau
dengan kriteria baik. Kriteria baik untuk tiap indikator yakni apabila anak
mendapat skor 3. Adapun kriteria baik untuk rekapitulasi dari seluruh indikator
kemampuan membaca permulaan anak apabila memperoleh skor 9.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad
Susanto. (2011). Perkembangan Anak Usia Dini Pengantar dalam Berbagai
Aspeknya. Jakarta: Kencana Perdana Media Group.
Anas
Sudijono. (2010). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Anita
Yus. (2005). Penilaian Perkembangan Belajar Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta:
Aulia. (2011). Mengajarkan Balita Anda Membaca. Yogyakarta: Intan Media.
Dina
Indriana. (2011). Ragam Alat Bantu Media Pengajaran. Yogyakarta: Diva
Press.
Farida Rahim. (2008). Pengajaran Membaca di Sekolah
Dasar. Jakarta: Bumi Aksara.
Harun Rasyid, Mansyur, & Suratno. (2009). Asesmen
Perkembangan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Multi Pressindo.
Menteri Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 58 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Nurbiana Dhieni, Lara Fridani, Gusti Yarmi, Nany
Kusniati, & Sri Wulan. (2005). Metode Pengembangan Bahasa. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Noviar Masjidi. (2007). Agar Anak Suka Membaca. Yogyakarta:
Media Insani.
Rusdinal & Elizar. (2005). Pengelolaan Kelas di
Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Slamet Suyanto. (2005b). Pembelajaran
untuk Anak Taman Kanak-kanak. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional,
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Yuliani Nurani Sujiono. (2009). Konsep
Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Indeks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar