here we are

here we are

Kamis, 12 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Novia Puspitasari

UJIAN TENGAH  SEMESTER (UTS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu :
Iswadi, M. Pd.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA ANAK KELOMPOK B
DI BKB PAUD ANGGREK MENGGUNAKAN METODE BERCERITA
DENGAN MEDIA BONEKA TANGAN









Oleh:
NOVIA PUSPITASARI
NPM. 20158410236



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
               SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016

PROPOSAL PTK PAUD PENGEMBANGAN BAHASA

Nama Peneliti              :           Novia Puspitasari
NPM                           :           20158410236
Unit Kerja                   :           BKB PAUD Anggrek
Judul Penelitian          :          Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Kelompok B di BKB PAUD Anggrek Menggunakan Metode Bercerita Dengan  Media Boneka Tangan

A.    Latar Belakang Masalah
Masa usia dini merupakan masa anak mulai mengenal diri dan lingkungan. Rentang usia pada anak usia dini berada dalam kisaran usia antara 0-8 tahun. Di masa anak usia dini adalah masa periode paling cepat dalam perkembangan bahasa. Banyak anak mengembangkan kemampuan berbicara tanpa arahan langsung dari orang dewasa. Anak belajar berbicara dari percakapan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Kemampuan berbicara anak juga akan berdampak pula pada kecerdasan. Biasanya anak yang memiliki kecerdasan yang tinggi akan belajar berbicara dengan mudah, cepat memahami pembicaraan orang lain dan mempunyai kosa kata yang lebih banyak. Anak yang memiliki kemampuan berbicara telah menunjukkan kematangan dan kesiapan dalam belajar, karena dengan berbicara anak akan mengungkapkan keinginan, minat, perasaan, dan menyampaikan isi hati secara lisan kepada orang lain.
Namun, kemampuan berbicara ini tidak akan tumbuh dengan sendirinya, tetapi harus melalui proses pembelajaran dan stimulus dari lingkungan terdekat anak. Keluarga merupakan lingkungan pertama yang dapat menumbuhkan kemampuan berbicara anak. Di PAUD, guru merupakan salah seorang yang dapat mengembangkan kemampuan berbicara pada anak.
Kegiatan pengembangan kemampuan berbicara anak pada umumnya dilakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar. Pendidik sebaiknya memfasilitasi dengan cara menggunakan metode pembelajaran yang tepat, yang dapat merangsang minat anak untuk berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran. Bercerita merupakan salah satu metode yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Pendidik harus berusaha membawakan cerita semenarik mungkin yang mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak. Dalam bercerita pendidik hendaknya mengidentifikasi dan mengeksplorasi sumber belajar untuk dijadikan media yang tepat bagi peningkatan kemampuan berbicara anak, dan menciptakan lingkungan belajar yang kondusif, karena pendidik yang kreatif akan senantiasa mencari pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terpaku pada media atau sumber belajar yang monoton, melainkan memilih media pembelajaran yang menarik, bermakna dan menyenangkan sesuai dengan kebutuhan anak.
Media pembelajaran berfungsi sebagai alat yang menarik perhatian serta untuk menumbuhkan minat anak agar anak dapat berperan serta dalam proses pembelajaran.  Salah satu media pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah menggunakan media boneka tangan. Boneka tangan adalah media yang sangat akrab dengan dunia bermain anak. Melalui boneka tangan diharapkan anak akan lebih tertarik untuk mencoba menggunakan dan senang memainkannya secara langsung dengan jari-jari tangannya. Boneka tangan sangat populer bagi dunia bermain anak. Dengan menggunakan media boneka tangan diharapkan akan meningkatkan minat anak untuk berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Pada kenyataannya di BKB PAUD Anggrek, kemampuan berbicara anak masih sangat rendah hal tersebut dapat dilihat dari tingkat keaktifan anak pada saat proses pembelajaran, masih banyaknya anak yang tidak mampu menjawab pertanyaan atau menjawab tidak sesuai dengan pertanyaan yang diajukan, tidak mampu menceritakan kembali apa yang telah didengarnya, tidak mampu melanjutkan cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru, belum mampu bercerita tentang kejadian di sekitarnya secara sederhana. Pada saat menceritakan kembali isi cerita, anak kekurangan bahan yang akan diceritakannya dan anak juga sering lupa dengan kalimat yang diucapkan guru saat bercerita. Permasalahan tersebut muncul dikarenakan pengetahuan guru yang kurang dalam menggunakan strategi pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan bicara agar anak dapat terstimulasi untuk lebih meningkatkan kemampuan berbicaranya.
Dalam rangka mengembangkan permasalahan tersebut, melalui penelitian tentang bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara anak melalui metode bercerita dengan media boneka tangan, penulis rumuskan dalam judul penelitian, "Meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B di BKB PAUD Anggrek menggunakan metode bercerita dengan media boneka tangan".
B.     Identifikasi Masalah
Setelah melakukan pengamatan terhadap anak-anak ditemukan beberapa masalah terkait dengan judul penelitian, diantaranya :
1.         Kemampuan berbicara anak Kelompok B di  BKB  PAUD  Anggrek dalam mengucapkan  kalimat  saat  menceritakan kalimat yang diucapkan guru saat bercerita belum berkembang dengan optimal.
2.         Penggunaan    metode   dan   media  yang  kurang  tepat  dalam  mengembangkan
kemampuan berbicara anak.
C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan pada identifikasi masalah, penelitian ini dibatasi pada masalah sebagai berikut :
1.         Kemampuan berbicara anak Kelompok B di BKB PAUD Anggrek dalam mengucapkan kalimat saat menjawab dan menceritakan cerita yang telah dibawakan oleh guru.
2.         Penggunaan metode dan media yang tepat dalam mengembangkan      kemampuan berbicara anak.
  1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, rumusan masalah yang akan diteliti adalah : Bagaimana meningkatkan kemampuan berbicara anak kelompok B di BKB PAUD Anggrek, menggunakan metode bercerita dengan media boneka tangan?
  1. Manfaat Penelitian
Selain tujuan yang ingin dicapai, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun praktis.
1.      Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini dapat menemukan pengetahuan  baru  tentang kemampuan berbicara anak menggunakan metode bercerita melalui media boneka tangan dan penelitian ini juga dapat digunakan sebagai pedoman dalam mengadakan penelitian selanjutnya yang lebih mendalam.
2.      Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini dibagi menjadi 4, yaitu untuk :
1.      Anak
Membantu anak dalam proses meningkatkan kemampuan berbicara pada anak dan menumbuhkan minat dan motivasi anak dalam pembelajaran.
2.      Guru
Guru lebih mudah mengajarkan kemampuan berbicara pada anak, karena memakai media yang menarik, menyenangkan, dan bermakna bagi anak. Guru juga dapat memperkaya tehnik dan strategi dalam pembelajaran kemampuan berbicara. Guru juga dapat menciptakan kegiatan belajar mengajar yang tidak membosankan.  
3.      Orang tua
Penelitian ini diharapkan menjadi alternatif dalam meningkatkan kemampuan berbicara sebagai pengetahuan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari hari.
4.      Peneliti
Penelitian   ini   diharapkan  dapat   menambah  pengetahuan  peneliti   tentang kemampuan berbicara pada anak dengan menggunakan metode bercerita melalui media boneka tangan.
  1. Kajian Pustaka
1.      Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia Dini
Kemampuan berbicara merupakan suatu proses penggunaan bahasa ekspresif dalam membentuk arti. Bahasa ada yang bersifat reseptif (dimengerti, diterima) maupun ekspresif (dinyatakan). Contoh bahasa reseptif adalah mendengarkan dan membaca suatu informasi, sedangkan contoh bahasa ekspresif adalah berbicara dan menuliskan informasi untuk dikomunikasikan kepada orang lain. Untuk mengembangkan kemampuan berbicara dapat dilakukan dengan merancang pembelajaran yang melibatkan anak dalam interaksi sosial. Menurut Browne (2009) anak dapat mengembangkan kemampuan berbicara tanpa diajarkan langsung oleh orang dewasa. Anak belajar berbicara dari percakapan yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Menurut Jalonggo (2007) bahwa keluarga adalah tempat pertama dalam mengembangkan kemampuan bahasa anak, kemampuan berbicara anak dipengaruhi oleh pola asuh yang kreatif, inovatif. Orang tua harus dapat memberi kontribusi positif terhadap kemampuan berbicara anak. Guru harus dapat mengelola kelas dengan baik, pengelolaan kelas yang bervariasi akan memberi banyak kesempatan pada anak untuk berbicara. Guru harus dapat mendorong anak untuk mau berbicara sebagai kegiatan utama dalam belajar. Berbicara bukanlah sekedar pengucapan kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan, atau mengkomunikasikan pikiran, ide, maupun perasaan. Hurlock mengemukakan dua kriteria untuk mengukur tingkat kemampuan berbicara anak, apakah anak berbicara secara benar atau hanya sekedar “membeo” sebagai berikut :
1.      Anak mengetahui arti kata yang digunakan dan mampu menghubungkannya dengan objek yang diwakilinnya.
2.      Anak mampu melafalkan kata-kata yang dapat dipahami orang lain dengan mudah.
3.      Anak memahami kata-kata tersebut bukan karena telah sering mendengar atau menduga-duga.
Beberapa ahli sepakat bahwa anak memiliki kemampuan untuk menirukan bahasa orang tua yang dilakukan dengan dua cara yaitu secara spontan dan melalui penugasan dari orang dewasa untuk meniru bahasa tersebut. Kemampuan anak untuk meniru secara spontan bahasa orang dewasa biasanya dengan mengulang kembali pernyataan yang diberikan dengan menggunakan tata bahasa anak sendiri secara bebas. Vigotsky (1986) menjelaskan tiga tahap perkembangan bicara anak yang berhubungan erat dengan perkembangan berpikir anak yaitu tahap eksternal, egosentris dan internal. Karakteristik umum kemampuan bahasa anak pada usia 4-6 tahun meliputi kemampuan untuk dapat berbicara dengan baik, melaksanakan tiga perintah lisan secara berurutan dengan benar, mendengar dan menceritakan kembali cerita sederhana dengan urutan yang mudah dipahami. Anak membutuhkan reinforcement (penguat), reward (hadiah, pujian), stimulasi dan model atau contoh yang baik dari orang dewasa agar kemampuannya dalam berbahasa dapat berkembang secara maksimal.



2.      Metode Bercerita Dengan Media Boneka Tangan
a.    Metode Bercerita
Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik menurut Nurbiana Dhieni, dkk (2008).
Bercerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang secara lisan kepada orang lain dengan alat atau tanpa alat tentang apa yang harus disampaikan dalam bentuk pesan, informasi atau hanya sebuah dongeng yang untuk didengarkan dengan rasa menyenangkan. Menikmati sebuah cerita mulai tumbuh pada seorang anak semenjak anak mengerti akan peristiwa yang terjadi disekitarnya dan setelah memorinya mampu merekam beberapa kabar berita, masa tersebut terjadi pada usia 4-5 tahun. Sanders (dalam Tadzkirotun Musfiroh, 2005) mengemukakan bahwa ada beberapa alasan penting mengapa anak perlu mendengarkan cerita. Salah satu alasannya karena mendengarkan cerita merupakan sesuatu yang menyenangkan bagi anak. Dengan demikian bercerita adalah suatu metode pengembangan bahasa yang dapat mengembangkan beberapa aspek fisik maupun psikologis bagi anak Pendidikan Usia Dini atau Taman Kanak-kanak sesuai dengan tahap perkembangannya.
Manfaat metode bercerita adalah dapat melatih daya serap, daya tangkap, daya pikir, daya konsentrasi, daya imajinasi anak, menciptakan situasi yang menggembirakan serta mengembangkan suasana hubungan yang akrab sesuai dengan tahap perkembangannya, anak usia dini senang mendengarkan cerita terutama apabila pendidik dapat menyajikannya dengan menarik dan dapat membantu perkembangan bahasa anak dalam berkomunikasi.
b.    Media Boneka Tangan
Media adalah segala bentuk alat komunikasi yang dapat digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi dari sumber yang bertujuan agar dapat merangsang pikiran, perasaan, minat, dan perhatian penerima pesan atau informasi tersebut. Media pendidikan adalah semua benda, tindakan atau keadaan yang dengan sengaja diusahakan/diadakan untuk memenuhi kebutuhan anak usia dini dalam rangka mencapai tujuan.
Kegiatan bercerita dengan menggunakan media atau alat pendukung isi cerita artinya guru menyajikan sebuah cerita pada anak dengan menggunakan berbagai media yang menarik, aman, dapat dimainkan oleh guru maupun anak dan sesuai dengan tahap perkembangan anak baik asli atau tiruan. Dalam memilih media pembelajaran, perlu disesuaikan dengan kebutuhan, situasi dan kondisi masing-masing. Tujuan bercerita dengan alat peraga adalah agar anak dapat menanggapi secara tepat terhadap isi cerita yang sedang disampaikan guru, dengan alat peraga sebagai pendukung cerita membantu imajinasi anak untuk memahami isi cerita. Boneka tangan adalah tiruan dari bentuk manusia dan bahkan sekarang termasuk tiruan dari bentuk binatang. Dalam penggunaan boneka tangan dimanfaatkan sebagai media pembelajaran dengan cara dimainkan dalam sandiwara boneka tangan.
Yunita Dwi  Ernawati (2014) melakukan penelitian dengan judul “Peningkatan kemampuan menyimak melalui cerita dengan boneka pada anak kelompok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal Baleharjo” menyatakan bahwa cerita dengan boneka dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak kelompok A TK Aisyiyah Bustanul Athfal Baleharjo. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode bercerita melalui media boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan menyimak pada anak.
Di Indonesia penggunaan boneka tangan sebagai media pendidikan bukan merupakan sesuatu yang asing. Boneka adalah media yang sangat akrab dengan dunia bermain anak. Dengan melalui penggunaan media boneka tangan secara tidak langsung anak akan belajar mengenai kemampuan berbicara tanpa disadari. Dengan melalui boneka tangan diharapkan anak akan lebih tertarik untuk mencoba menggunakan dan senang memainkannya secara langsung dengan jari-jari tangannya.
  1. Kerangka Berfikir Tindakan
a.         Berdasarkan kajian dan penelitian yang telah dilakukan oleh Ika Yunita dengan judul “Meningkatkan keterampilan berbicara menggunakan metode bercerita dengan media boneka tangan pada anak kelompok A1 TK Kartika III-38 Kentungan, Depok, Sleman” tahun 2014. Dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dengan media boneka tangan dapat meningkatkan keterampilan berbicara pada anak.
b.         Boneka menjadi alat peraga yang dianggap mendekati naturalitas bercerita.
       Guru bercerita kepada anak dengan media itu. Anak akan tertarik dengan cerita dan akan mendengarkan cerita guru. Setelah guru selesai bercerita, guru melakukan tanya jawab tentang cerita tersebut. Setelah itu, anak diminta untuk menceritakan kembali cerita yang dibawakan guru dengan menggunakan boneka tangan. Kemampuan anak dalam menceritakan kembali cerita menjadi tolak ukur bagi kemampuan berbicara anak.
c.         Penggunaan boneka sebagai media dalam proses bercerita diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak. Melalui cerita dengan boneka, anak akan semakin tertarik dalam berbicara dan bertanya. Selain itu, guru juga dapat melibatkan anak secara interaktif, sehingga anak akan lebih mudah dalam memahami isi cerita.
  1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “Cerita dengan menggunakan boneka tangan dapat meningkatkan kemampuan berbicara anak Kelompok B di BKB PAUD Anggrek”.
  1. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mengetahui sejauh mana pengaruh cerita dengan menggunakan boneka tangan dalam pembelajaran dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak Kelompok B di BKB PAUD Anggrek.
  1. Setting Penelitian
1.         Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada anak kelompok B di BKB PAUD Anggrek,  Cipinang Melayu, Jakarta Timur
2.         Waktu penelitian
Penelitian dilakukan dari bulan Agustus hingga bulan September 2017 Tahun Ajaran 2017/2018


  1. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dan metode penelitian yang digunakan adalah metode pendekatan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Rustam & Mundilarto (2004) berpendapat bahwa penelitian tindakan kelas merupakan sebuah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di kelasnya sendiri dengan jalan merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan partisipatif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai tenaga pendidik sehingga hasil belajar peserta didiknya dapat meningkat.

  1. Langkah-langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi :
1.    Siklus 1  :
a.         Perencanaan, pada Siklus 1 dilaksanakan enam kali pertemuan. Adapun tahap perencanaan pada Siklus 1 meliputi kegiatan sebagai berikut. 1) Melakukan koordinasi dengan guru kelas tentang kegiatan yang akan dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berbicara melalui cerita dengan boneka tangan pada anak Kelompok B dan berkolaborasi dengan guru kelas sebagai pengajar dan peneliti sebagai observer. 2) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).
b.         Pelaksanaan, melaksanakan RPPH yang telah dibuat, kemudian membiasakan pada anak untuk berbicara dengan mulai bercerita gambar yang dibuat sendiri dengan kalimat sederhana dan meminta anak untuk menirukan kembali 2 sampai dengan 4 kata.
c.         Pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Tahap tindakan dan pengamatan dalam hal ini dilakukan dalam waktu yang sama.
d.         Refleksi,  peneliti  mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar. Mengkaji secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan data yang sudah terkumpul kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.


2.    Siklus 2  :
a.         Perencanaan, pada Siklus 2 dilaksanakan lima kali pertemuan. Pada siklus ini berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 1 yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH).
b.         Pelaksanaan, melaksanakan RPPH yang telah dibuat pada siklus 2, membiasakan pada anak untuk mau melanjutkan cerita sederhana yang sudah dimulai guru dan membiasakan anak menggunakan dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana berapa dan bagaimana secara sederhana.
c.          Pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Anak mulai ada perubahan untuk mulai aktif bertanya dan menjawab pertanyaan serta beberapa anak sudah mulai mencoba melanjutkan cerita sederhana yang sudah dimulai guru.
d.         Refleksi,  peneliti  dan pengamat mendiskusikan hasil pengamatan yang sudah mulai menunjukan hasil positif dan menyusun langkah langkah selanjutnya guna mendukung peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran berikutnya.
3.    Siklus 3  :
a.       Perencanaan, pada Siklus 3 dilaksanakan 4 kali pertemuan. Pada siklus ini berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2, yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
b.      Pelaksanaan, melaksanakan RPPH yang telah dibuat pada siklus 3, membiasakan pada anak untuk berbicara dalam kalimat kompleks dan meminta anak menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru.
c.       Pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Anak mulai terbiasa untuk menggunakan dan menjawab pertanyaan apa, mengapa, kapan, dimana berapa dan bagaimana secara sederhana. Anak juga mulai menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru.
d.      Refleksi,  peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses  pembelajaran, penelitian telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang di harapkan.
  1. Sumber Data
Sumber data yang digunakan  dalam penelitian ini terdiri dari :
·           Siswa kelompok B di BKB PAUD Anggrek
·           Guru inti kelompok B di BKB PAUD Anggrek
·           Guru pendamping kelompok B di BKB PAUD Anggrek
  1. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan teknik sebagai berikut :
·           Observasi, merupakan tehnik pengumpulan data yang dapat dilakukan dengan cara melihat dan mengamati siswa  kelompok B dalam kegiatan pembelajaran.
·           Wawancara, dilakukan dengan cara tanya jawab kepada guru pendamping dan siswa langsung yang diajukan secara singkat dan jelas. Format wawancara kepada guru dan siswa dilakukan melalui format yang telah dipersiapkan sebelumnya.
·           Studi dokumen, diambil dari buku-buku yang mendukung penelitian.
  1. Teknik Analisa Data
Teknik dan kriteria analisis yang digunakan untuk menganalisa data, antara lain :
§  Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Data yang diperoleh dari lapangan dicatat secara secara teliti dan rinci. Data yang terkumpul dan rekaman catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam mereduksi data-data kemampuan bicara dengan wawancara dan observasi adalah dengan mencari indikator-indikator bahasa yang muncul pada setiap peristiwa. Dalam tahap ini data dari wawancara dan observasi yang telah disusun sebelumnya akan diseleksi data-data mana yang perlu dipilih dan dibuang.  Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

§  Deskripsi data
Setelah data direduksi, maka selanjutnya adalah mendiskripsikan data, dalam deskripsi data kuantitatif penyajian data dipaparkan, hasil penelitian yang dilakukan dari hasil pengamatan kemampuan berbicara dianalisis dengan cara menghitung hasil akhir peningkatan kemampuan berbicara anak pada setiap siklus, data tersebut dapat diperoleh dari lembar observasi pada pada saat kegiatan berlangsung melalui cerita dengan boneka tangan. Dengan demikian, dapat diketahui persentase kemampuan berbicara anak. Hasil observasi yang diperoleh dalam penghitungan kuantitatif mengenai kemampuan berbicara pada anak, kemudian dideskripsikan disajikan dengan tabel sebagai berikut :
Pencapaian Kemampuan Berbicara
Indikator
Jumlah Anak
Persentase
Mampu bercerita gambar yang dibuat sendiri


Mampu menirukan kembali 2 s/d 4 urutan kata


Mampu berbicara lancar dengan kalimat sederhana


Mampu  melanjutkan cerita sederhana yang sudah dimulai guru


Mampu menggunakan dan dapat menjawab pertanyaan apa, mengapa, dimana, berapa dan bagaimana secara sederhana


Mampu menceritakan kembali isi cerita sederhana yang sudah diceritakan oleh guru


Rata – rata



Data kemampuan berbicara yang diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana. Menurut Anas Sudjiono (1986: 43) dapat dianalisa dengan rumus sebagai berikut :
P  =  F   x  100%
                            N
                                                           
Keterangan :           P  =  Angka persentase
F  =  Frekuensi yang sedang dicari persentase
N  =  Jumlah responden anak
§  Verifikasi Data
Pada tahap ini peneliti dapat menarik kesimpulan atau verifikasi. Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan awal dapat bersifat sementara dan masih dapat berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang dapat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi bila pada kesimpulan awal telah ditemukan bukti-bukti yang valid, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
  1. Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan antara lain dengan :
·      Pengamat menggunakan tehnik-tehnik perpanjangan kehadiran peneliti lapangan, observasi partisipan.
·      Diskusi dengan guru kelas.
  1. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila terjadi perubahan yaitu, berupa peningkatan kemampuan yang diperoleh oleh anak. Perubahan anak didik dalam berbicara saat menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali cerita guru. Kemampuan anak dalam berbicara meningkat melalui metode bercerita dengan media boneka tangan. Peningkatan kemampuan bicara dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase setiap aspek kemampuan yang dikembangkan yaitu apabila 80% dari jumlah anak memperlihatkan indikator dalam persentase baik.






Daftar Pustaka

-       Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak Edisi Kedua, Jakarta : Erlangga, 1995.
-       Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta : Universitas Terbuka, 2008.
-       Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta : Universitas Terbuka, 2014.
-       Santrock, John W., Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup, Jakarta : Erlangga, 1995.
-       Siti Aisyah, dkk., Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Universitas Terbuka, 2014.
-       Tadzkiroatun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta :  Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005.
-       Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Indeks, 2009.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar