here we are

here we are

Rabu, 11 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Sofiyanti

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS) GANJIL

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
“METODOLOGI PENELITIAN UNTUK AUD”
DOSEN PENGAMPU : ISWADI,M.Pd

MENGEMBANGKAN KEMAMPUAN MOTORIK KASAR MELALUI BERMAIN PANJAT TALI LABA-LABA PADA ANAK USIA 4-5 TAHUN


DI BKB PAUD DAHLIA 09 SUNTER AGUNG
JAKARTA UTARA
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh :
SOFIYANTI
NIM : 20158410205
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA
JAKARTA
2016

A.           Latar Belakang Masalah       
Pada dasarnya anak usia dini itu unik, aktif dan energik, memiliki rasa keingintahuan yang teramat besar, kaya dengan fantasi, anak senang melakuan berbagai aktifitas, terlebih lagi kalau anak dihadapkan pada suatu permainan yang menantang. Keingintahuan anak yang besar merupakan salah satu pendorong bagi mereka untuk terus melakukan aktifitas bermain tanpa mengenal kata lelah dan bosan.
Belajar keterampilan motorik tidak akan terjadi sebelum sistem syaraf dan otot berkembang dengan baik. Setiap keterampilan harus dipelajari secara individu, dan sebaiknya keterampilan harus dipelajari satu demi satu. Sebagai contoh, bila anak pada awal menggunakan panjat tali laba-laba di Sekolah tidak ada bimbingan yang diberikan oleh guru, maka keterampilan tersebut akan dipelajarinya lebih lambat bila dibandingkan dengan anak yang sejak awal mendapatkan bimbingan dari guru. Anak yang tanpa bimbingan pada awal menggunakan tali laba-laba kemungkinan akan kurang berani, kurang keseimbangan dan akhirnya jatuh dari tali laba-laba karena tidak mengerti caranya. Bermain panjat tali laba-laba merupakan suatu permainan yang dapat melatih Kemampuan motorik  kasar anak, dengan berjalan di atas tali laba-laba anak belajar menjaga keseimbangan tubuhnya agar tak mudah jatuh, Dan anak dapat terampil mengkoordinasikan tangan dan kakinya serta anak belajar keberanian dan belajar menjadi pribadi yang percaya diri.
Agar kegiatan pengembangan kemampuan motorik kasar dapat terlaksana dengan baik, maka anak diharapkan memiliki perhatian dan daya tahan yang baik pula.  Seperti percaya diri, disiplin, kecepatan bereaksi, berkonsentrasi sesuai kemampuan anak.
Sebagai upaya pengembangan kemampuan motorik kasar pada anak usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09, maka saya tertarik untuk memotivasi anak didik agar  motorik kasarnya dapat berkembang dengan baik sesuai harapan, karena perkembangan motorik kasar merupakan salah satu bagian dari pengembangan kemampuan dasar di PAUD.
Berdasarkan hasil observasi dan diskusi penulis dengan kepala sekolah dan rekan guru di BKB Paud Dahlia 09, bahwa anak kelompok  “PINTAR” Usia 4-5 Tahun, masih banyak yang belum memiliki keseimbangan tubuh yang baik dan rasa percaya diri terutama dalam bermain panjat tali laba-laba. Mereka masih merasa takut sehingga ketika menaiki panjat tali laba-laba mereka jatuh atau meminta Ibu guru memegang tangan sewaktu panjat tali laba-laba, hal ini yang melatar belakangi penulis melakukan penelitian untuk menstimulasi kemampuan motorik kasar anak melalui bermain panjat tali laba-laba.
Alasan penulis menggunakan tali laba-laba, karena tali laba-laba merupakan alat yang dapat melatih motorik kasar anak, tali laba-laba juga merupakan permainan yang menantang dan dapat membuat anak tertarik dan merasa senang.
Berdasarkan uraian tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Mengembangkan Kemampuan Motorik Kasar Anak melalui Bermain Panjat Tali Laba-laba Pada  Anak Usia 4-5 Tahun Di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara.“

B.            Fokus Penelitian
Menurut Gunarsa (1985) perkembangan motorik merupakan bertambah matangnya perkembangan otak yang mengatur sistem saraf otak (neoromuskular) memungkinkan anak-anak lebih lincah dan aktif bergerak. Perkembangan motorik memungkinkan anak dapat melakukan segala sesuatu yang terkandung dalam jiwanya dengan sewajarnya. Dengan perkembangan motorik, anak makin kaya dalam bertingkah laku sehingga memungkinkan anak memperkaya perbendaharaan mainannya bahkan memungkinkan anak memindahkan aktifitas bermainnya, kreativitas belajar dan bekerja, memungkinkan anak melakukan kewajiban tugas-tugas bahkan keinginan-keinginannya sendiri(soejanto, 2005).
Pada proses perkembangan motorik kasar melibatkan keterampilan otot besar sehingga merupakan kemampuan gerak yang mendasar. Gerakan motorik kasar diantaranya adalah kemampuan untuk memindahkan tubuh ke tempat lain seperti kemampuan anak berjalan, berlari, loncat, gerakan berpijak kemudian gerakan bergoyang, meliuk, meregang atau menekuk.
Penulis dalam penelitian ini membatasi masalah yang akan dibahas hanya tentang “MengembangkanKemampuan Motorik Kasar Anak Melalui Bermain Panjat Tali Laba-laba pada Anak Usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara”.

C.            Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian masalah yang ada, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah :
1.        Bagaimana pelaksanaan mengembangkan kemampuan motorik kasar melalui  bermain Panjat Tali Laba-laba pada anak Usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09,Sunter Agung,Jakarta Utara.
2.        Seberapa besar pengaruh bermain panjat tali laba-laba pada perkembangan kemampuan motorik kasar pada anak usi 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09, Sunter Agung, Jakarta Utara.

D.           Kegunaan Penelitian
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 Tahun melalui bermain panjat tali laba-laba di BKB PAUD Dahlia 09, Sunter Agung, Jakarta Utara.
2.    Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh bermain panjat tali laba-laba untuk  perkembangan kemampuan motorik kasar pada usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09, Sunter Agung, Jakarta Utara



E.            Deskripsi Konseptual Fokus
1.        Pengertian Kemampuan Motorik Kasar.
Menurut Utami munandar, bahwa kemampuan merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan seseorang dapat melakukan sesuatu karena adanya kemampuan yang dimilikinya.
Robbins menyatakan Kemampuan merupakan kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dari suatu pekerjaan. Kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Menurut Howard Garner pada dasarnya Kemampuan dapat dibedakan menjadi dua. Pertama kemampuan aktual dan yang kedua kemampuan potensial. Kemampuan aktul adalah kemampuan yang dapat menyelesaikan permasalahan yang telah dipelajari sebelumnya biasanya disebut kecerdasan. Kemampuan potensial mencakup kemampuan asli dalam menyelesaikan masalah atau biasa disebut intelengensi.
Kemampuan memiliki manfaat, antara lain :
a.    Dapat memberikan masukan untuk berkreatifitas dan berimajinasi dalam menciptakan sesuatu secara spontan.
b.    Dapat menyesuaikan dan melibakan diri dalam kehidupan bermasyarakat yang kesehariannya memerlukan kemampuan.
c.    Dapat meningkatkan semua jenis kemampuan.
d.    Dapat memberikan masukan kepada anak dalam pengembangan kebiasaan anak di kehidupan sehari-hari di taman kanak-kanak maupun di lingkungan yang lebih luas.
e.    Untuk memotivasi anak agar bertambah maju.
f.     Dapat memotivasi dan menambah minat siswa untuk mengembangkan kemampuan.                                      
Motorik adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan gerakan-gerakan tubuh secara umum, perkembangan kemampuan motorik diartikan sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh, otak sebagai pusat gerak. Perkembangan ini erat kaitannya dengan perkembangan motorik di otak. Gerakan ini secara jelas dibedakan menjadi gerakan kasar dan halus.
Hari Yuliarto mengatakan yang dimaksud motorik kasar ialah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gerak-gerak tubuh. Ada tiga unsur dalam perkembangan motorik pada manusia, yaitu otot, syaraf dan otak. Berdasarkan tiga unsur di atas bentuk perilaku gerak terbagi menjadi dua bentuk yaitu : Motorik kasar melibatkan otot-otot besar, syaraf dan otak sedangkan motorik halus melibatkan otot-otot kecil, syaraf dan otak).    Suherman mengatakan motorik kasar adalah kemampuan anak beraktivitas dengan menggunakan otot-otot besar. Sedangkan menurut Suyadi gerak motorik kasar adalah gerak anggota badan secara kasar atau keras. Susanto menyebutkan bahwa motorik kasar yani gerakan yang melibatkan sebagian besar bagian tubuh dan biasanya memerlukan tenaga karena dilakukan oleh otot besar.
Jadi peneliti dapat menyimpulkan  bahwa Kemampuan motorik kasar yaitu kapasitas yang dimiliki seseorang dalam melakukan gerakan jasmani yang dilakukan  dengan melibatkan otot-otot besar seperti berjalan, berlari, berjinjit, melompat, bergantung, melempar dan menangkap serta menjaga keseimbangan. Kegiatan ini diperlukan  dalam meningkatkan  keterampilan koordinasi gerakan motorik kasar. Gerakan motorik kasar memerlukan cukup tenaga dan dilakukan oleh otot-otot besar.



1.1    Kemampuan Motorik Kasar Anak 4-5 Tahun            
Anak usia dini mempunyai kemampuan belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi, terutama pada anak usia 4-5 Tahun, anak sangat menyenangi kegiatan motorik kasar, anak menyenangi kegiatan fisik yang menantang dan mengandung bahaya seperti melompat dari tempat yang tinggi atau bergelantungan dengan kepala menggelatung ke bawah. Pada usia ini anak mengalami perkembangan yang sangat pesat dari semua aspek, baik kognitif, afektif maupun fisik ( motorik ).
Berbicara mengenai motorik, tidak dapat dipisahkan dari gerak, gerak merupakan unsur utama dalam perkembangan motorik anak. Gerak tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari-hari, karena sebagaian besar aktivitas sehari-hari membutuhkan gerak. Menurut Delphie terdapat tiga bentuk gerak yakni gerak lokomotor, manipulatif, nonmanipulatif, Gerak lokomotor adalah gerakan kasar yang dilakukan dengan berpindah tempat, Gerak manipulatif aitu gerakan yang memerlukan adanya koordinasi dengan ruang dan benda yang ada di sekitar. Gerak nonmanipulatif yakni gerak yang dilakukan tanpa menggunakan alat dan tanpa berpindah tempat.                                  
Seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan anak maka berkembang pula kemampuan geraknya. Perkembangan kemampuan gerak anak disebut dengan perkembangan motorik. Perkembangan motorik beriringan dengan proses pertumbuhan secara genetis atau kematangan fisik anak. Dalam peraturan menteri pendidikan nasional No. 58 tahun 2009 menyebutkan tingkat pencapaian perkembangan motorik kasar anak sebagai berikut :





            Tabel Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak Usia Dini
     Lingkup Perkembangan
         Tingkat pencapaian Perkembangan
Usia 4 - < 5 Tahun
    Usia 5 - < 6 Tahun
Fisik Motorik
Motorik Kasar
Menirukan gerakan binatang, Pohon tertiup angin, pesawat terbang dan sebagainya.
Melakukan gerakan menggantung ( Ber-
Gelayut) , Melakukan gerakan meloncat, melompat, dan berlari secara terkoordinasi.
Menangkap sesuatu secara tepat.
Melakukan gerakan antisipasi.
Menendang sesuatu secara terarah.
Memanfaatkan permainan di luar kelas
Melakukan gerakan tubuh secara terkoordinasi untuk melatih kelenturan, keseimbangan, dan kelincahan.
Melakukan koordinasi gerak kaki, tangan, kepala dalam menirukan tarian atau senam.
Melakukan permainan fisik dengan aturan terampil mengunakan tangan kanan dan kiri.
Melakukan kegiatan kebersihan diri.


1.2    Manfaat Bermain Bagi Anak Usia Dini
Mempunyai manfaat yang sangat penting bagi anak khususnya anak usia dini, antara lain :
a.    Aspek Fisik
Anak berkesempatan melakukan kegiatan yang melibatkan gerakan-gerakan tubuhyang membuat tubuh anak sehat dan otot-otot tubuh menjadi kuat, sehingga akan merangsang kecerdasan bodly kinesteticnya baik dalam bentuk motorik kasar maupun halus.
b.      Aspek Sosial Emosional
Anak merasa senang karena ada teman bermainnya, di tahun-tahun pertama kehidupan, orang tua merupakan teman bermain yang utama bagi anak. Di sini akan terbangun kecerdasan interpersonal dan intrapesonal anak.
c.          Aspek kognitif ( berhubungan dengan berfikir ).
Anak belajar mengenal akan pengalaman mengenai objek tertentu seperti benda dengan permukaan kasar halus, rasa asam, manis dan asin. Anak belajar bahasa dan berkomuikasi timbal balik.
d.      Aspek Seni
Kemampuan dan kepekaan anak untuk mengikuti irama, nada berbagai bunyi, gerak serta menghargai hasil karya yang kreatif. Di sini akan terbangun kecerdasan musical, linguistic dan kinestetic.
e.    Mengasah ketajaman penginderaan
Penginderaan anak perlu diasah agar anak menjadi lebih peka terhadap hal-hal yang terjadi di lingkungannya. Anak menjadi lebih aktif, kritis dan kreatif. Di sini akan terbangun kecerdasan spatial visual dan interpersonal.
f.     Media Terapi                                                     
Bermain dapat digunakan sebagai media terapi karena selama bermain perilaku anak lebih bebas. Untuk melakukan terapi perlu dilaksanakan oleh ahlinya dan tidak dilakukan sembarangan.
g.    Media Intervensi
Bermain dapat digunakan untuk melatih konsentrasi atau pemusatan perhatian pada tugas tertentu, contohnya pada hambatan perkembangan bahasa, sosial, komunikasi, menurut Sylvia Warner  ( 1963 ) dalam Soendari & Wismiarti ( 2010 ), “Kata pertama itu harus bermakna bagi anak. Kata itu harus merupakan bagian dari dirinya, harus kata yang sudah menjadi bagian dari dirinya. Saya masuk ke dalam otak anak, membawa keluar apa yang saya temukan di sana dan menggunakannya sebagai bahan kerja pertama. Ini adalah kosakata penting bagi mereka.

2.        Kajian Tentang Bermain Panjat tali laba-laba
2.1    Pengertian Bermain
Para pakar sering mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain, dengan main anak belajar.   Bermain merupakan suatu aktifitas yang langsung dan spontan. Bermain dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang digunakan untuk berbagai tujuan yang menyenangkan. Setiap anak ingin selalu bermain, sebab dengan bermain anak merasa rilex, senang dan tidak tertekan di manapun, dalam kondisi apapun, anak akan berusaha mencari sesuatu untuk dapat dijadikan mainan.
Menurut Seafield dan Barbour aktivitas bermain merupakan suatu kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi, penampilan anak dengan menggunakan seluruh perasaan, tangan atau seluruh badan. Kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan, penuh imaginatif dan dilakukan dengan segenap perasaannya.
Bermain sebagai alat bagi anak dalam menunjukan perkembangannya. Perkembangan anak akan lebih meningkat, jika anak diberikan kesempatan untuk melatih keterampilan yang baru dan meningkatkan keterampilan yang sudah dimilkinya sekarang. Bermain adalah wahana belajar dan bekerja secara alamiah bagi anak. Anak lebih mudah belajar jika pengalaman belajar sejalan dengan kematangan mental atau sesuai perkembangannya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa bermain merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mencari kesenangan dan menambah wawasan, pengalaman, serta pengetahuan, dan juga dapat mengembangkan seluruh kemampuan yang dimiliki anak.
2.2    Pengertian Panjat tali laba-laba
Menurut kamus eka bahasa resmi bahasa indonesia definisi dari memanjat adalah menaiki. Tali laba-laba adalah tali yang bersimpulan atau berkaitan, antara satu dengan yang lain sehingga membentuk seperti jaring laba-laba.
Panjat tali laba-laba merupakan alat untuk melatih keseimbangan tubuh, kekuatan otot kaki dan tangan. Untuk permainan outbound jaring laba-laba tingginya sekitar 5 meter dengan lebar 3 meter.
Dengan melakukan kegiatan panjat tali laba-laba kegiatan ini dapat divariasikan dengan memanjat satu persatu tali yang akan dinaiki, sambil memegang tali tersebut dengan kuat menggunakan tangan dan menaiki dengan cara memindahkan kaki secara bergantian supaya bisa kepuncaknya atau bagian atas, dan setelah itu turun secara perlahan-lahan dengan tehnik yang sama seperti saat naik.
2.3.   Tujuan Bermain Panjat tali laba-laba Pada Anak Usia Dini
Menurut Yani Mulayani dan Juliska Gracinia  adapun beberapa tujuan dari kegiatan bermain panjat tali laba-laba ini diantaranya: (a) Melatih kekuatan otot kaki, (b) Melatih keseimbangan tubuh, (c) melatih menggerakkan kaki untuk kekuatan otot, koordinasi, (d) Melatih keberanian dan percaya diri.
Menurut Mohammad Muhyi Faruq panjat tali laba-laba bermanfaat untuk mengembangkan gerak keberanian, keseimbangan dan partisipasi anak. Dengan panjat tali laba-laba anak dapat melakukan memanjat dan turun secara perlahan-lahan, baik perorangan ataupun bersama-sama.
2.4    Tujuan Bermain Panjat tali laba-laba Pada Anak Usia Dini
Berdasarkan hasil pengamatan dari kegiatan dengan menggunakan panjat tali laba-laba, ada beberapa kelebihan dan kekurangan yang dapat diambil dari kegiatan dengan menggunakan panjat tali laba-laba, diantaranya sebagai berikut :
1.    Kelebihan Panjat tali laba-laba
a.         Bermain panjat tali laba-laba memberikan manfaat diantaranya sesuai dengan tujuan bermain panjat tali laba-laba yaitu melatih kekuatan otot kaki, melatih keseimbangan tubuh, melatih menggerakkan badan dan kaki untuk kekuatan otot, koordinasi, melatih keberanian dan percaya diri.
b.        Panjat tali laba-laba mudah didapat dan mudah juga dibuat.
c.         Panjat tali laba-lab merupakan alat yang menarik bagi anak-anak, anak merasa tertantang untuk berani menaiki dan melakukan berbagai gerakan di atasnya.
d.        Memanjat dan menuruni  tali laba-laba dapat melatih motorik kasar anak, anak menjadi terlatih dalam mengatur posisi sikap dan posisi tubuh yang benar serta fokus pada permainan tersebut
2.    Kekurangan Panjat tali laba-laba
a.         Untuk permainan ini posisi tali laba-laba agak rengang sehingga anak bisa terjatuh jika tidak berhati-hati dalam memanjat tali tersebut
b.        Bermain panjat tali laba-laba harus didampingi oleh orang dewasa atau guru, terutama  bagi anak yang rasa percaya diri dan keberaniannya belum muncul.
2.5    Langkah-langkah Bermain Panjat tali laba-laba
Dalam mengembangkan motorik kasar anak melalui bermain panjat tali laba-laba, adapun langkah-langkah penerapan dalam bermain panjat tali laba-laba yaitu sebagai berikut :
a.         Guru memberikan contoh kegiatan memanjat tali laba-laba dengan sikap permulaan yang benar.
b.        Guru memberikan kesempatan kepada setiap anak untuk mencoba melakukan kegiatan seperti yang dicontohkan.
c.         Guru memberikan bimbingan dan kesempatan mengulang kepada anak yang belum mampu memanjat tali laba-laba.

3.        Teknik Penilaian
Dalam penelitian ini instrumen untuk mengumpulkan data menggunakan tes unjuk kerja, observasi, wawancara, angket dan studi dokumentasi.
a.        Tes unjuk kerja
Tes unjuk kerja ini dilakukan oleh anak, anak melakukan kegiataan pembelajaran yang sedang diteliti yaitu anak bermain panjat tali laba-laba.
b.        Observasi
Observasi atau disebut juga pengamatan yaitu kegiatan pemusatan perhatian terhadap objek yang diamati secara langsung melalui penglihatan, Peneliti mengamati kegiatan anak.
c.         Wawancara
Wawancara merupakan percakapan yang dilakukan oleh dua pihak yaitu pewawancara (peneliti) yang mengajukan pertanyaan dengan orang yang diwawancarai (narasumber). Yang menjadi narasumber yaitu pendidik, mereka akan diberikan 10 pertanyaan seputar bagaimanakah meningkatkan kemampuan motorik kasar anak melalui bermain panjat tali laba-laba.
d.        Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi dilakukan dengan melihat data-data atau silabus kegiatan yang dilaksanakan di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara.

F.            Hasil Penelitian yang Relevan
Untuk mengetahui pelaksanaan bermain panjat tali laba-laba di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, penulis memperoleh data-data melalui observasi, tes unjuk kerja, angket dan wawancara serta dokumentasi kegiatan-kegiatan yang sudah dilakukan. Dari hasil observasi yang penulis lakukan, ditemukan fakta bahwa bermain panjat tali laba-laba mampu diikuti oleh anak sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh guru, namun karena kemampuan anak berbeda-beda maka ada anak yang memakai cara tertentu agar dapat bermain panjat tali laba-laba dengan baik tanpa jatuh, contohnya membuka kaos kakinya pada saat bermain agar tidak licin ketika memanjat tali laba-laba. Anak juga antusias bermain panjat tali laba-laba mereka ingin terus bermain karena menyenangkan dan menantang, terutama anak yang awalnya tidak berani dan tidak percaya diri, setelah sering bermain dan diberi motivasi serta tehnik yang benar mereka sangat antusias bermain panjat tali laba-laba berulang-ulang.
Kemampuan motorik kasar merupakan salah satu aspek perkembangan yang harus dikembangkan pada anak usia-4-5 tahun. Salah satu indikator yang masuk dalam aspek perkembangan kemampuan motorik kasar anak adalah kekuatan tangan dan kaki. Terkait dengan kemampuan motorik kasar anak di TK Yaa Bunayya Pacing menggunakan kegiatan titian tali dan jaring laba-laba untuk mengembangkan kemampuan motorik kasar anak tersebut. Melalui kegiatan titian tali dan jaring laba-laba yang dilakukan, dapat dilihat seberapa besar kemampuan motorik kasar anak. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dengan jelas tentang strategi meningkatkan kemampuan motorik kasar pada anak usia 4-5 tahun melalui outbound dengan kegiatan titian tali dan jaring laba-laba di TK Yaa Bunayya Pacing. Strategi yang dimaksud meliputi media, metode, proses kegiatan, tujuan, dan evaluasi kegiatan.Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Subyek penelitiannya adalah 10 anak dari kelompok A di TK Yaa Bunayya Pacing Bangsal Mojokerto.

G.           Tujuan penelitian
Mengembangkan kemampuan motorik kasar pada usia 4-5 tahun dalam bermain panjat tali laba-laba, sehingga anak dapat memiliki keseimbangan tubuh yang baik, serta menumbuhkan rasa percaya diri, partisipasi dan keberanian terutama dalam bermain panjat tali laba-laba, baik secara perorangan maupun bersama-sama.

H.           Tempat dan Waktu Penelitian
a.        Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di BKB PAUD Dahlia 09  yang beralamat di   Blok A 33 No.11A RT.07 RW.09 Kelurahan Sunter Agung, Kecamatan Tanjung Priok, Kota Adminitrasi Jakarta Utara, Provinsi DKI Jakarta.
b.        Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini dilakukan mulai tanggal 17 sampai  denagn 20 Oktober 2016.



I.              Latar Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelompok “PINTAR“ di BKB PAUD Dahlia 09 Usia 4-5 Tahun yang berjumlah 10, terdiri dari 4 laki-laki dan 6 perempuan.

J.              Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mengunakan metode deskriptif kualiatif, metode penelitian kualitatif juga dinamakan metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga metode aristik, karena proses penelitiannya lebih  bersifat seni       (kurang berpola) dan disebut metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Metode ini juga sering disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (Natural Setting), disebut juga sebagai metode etnografi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk penelitian bidang antropologi budaya, disebut metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.

K.           Data dan Sumber Data
1.        Tahap Perencanaan
Setiap kegiatan harus direncanakan dengan baik supaya pada saat pelaksanaan dapat berjalan dengan baik,tidak akan terjadi hal-hal yang membahayakan dalam melakukan kegiatan.Contoh : memeriksa alat-alat yang akan kita gunakan seperti dalam permainan ini menggunakan tali yang kuat, sehingga tidak putus pada saaat anak-anak mulai melaksanakan permainan ini.
2.        Tahap Pelaksanaan
Pada saat pelaksanaan harus di planing jauh-jauh hari,atau dengan kata lain membuat skejul kapan palaksanaan itu dimulai. Hari dan tanggal harus sudah ditentukan sehingga pelaksanaan bisa berjalan dengan baik.
3.        Tahap Pengamatan
Melakukan pengamatan pada saat melaksanakan kegiatan,agar kita tahu kendala-kendala apa yang terjadi pada saat melakukan kegiatan.
4.        Tahap Evaluasi
Tahap terakhir ini merupakan puncak dari semua tahap-tahap diatas sehingga kita dapat mengambil kesimpulan tentang fungsi, kegunaan dan dampak dari permainan bagi anak-anak pada saat mereka melakukan kegiatan.

L.            Teknik Pengumpulan Data
1.        Tahap Deskripsi
Peneliti mendeskripsikan apa yang dilihat, didengar, dirasakan dan ditanyakan
2.      Tahap Reduksi/Fokus
Peneliti fokus pada masalah yag diteliti,dengan cara menyortir data dan memilih data mana yang menarik, penting, berguna dan baru
3.        Tahap Selection
Peneliti menguraikan fokus yang telah disiapkan menjadi lebih rinci lagi

M.          Pemeriksaan Keabsahan Data ( Triangulasi )
1.        Rekapitulasi   Hasil  Observasi  Kemampuan Anak Kelas “PINTAR”   Usia 4-5 Tahun Bermain Panjat Tali Laba-laba di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara.




No
Kemampuan yang dinilai
Penilaian
Jumlah
BB
MB
BSH
BSB
1.
Mampu memanjat tali laba-laba tanpa jatuh
6
2
1
1
10
2.
Mampu memanjat tali laba-laba
5
2
2
1
10
3.
Mampu mengkoordinasikan tangan dan kaki
6
2
1
1
10
4.
Mampu memanjat lurus secara perlahan-lahan
7
1
1
1
10
5.
Berani memanjat tali laba-laba
8
1
1
0
10
6.
Percaya diri
8
1
1
0
10
7.
Mampu menuruni tali laba-laba
3
3
2
2
10


Keterangan : BB (Belum Berkembang), MB (Mulai Berkembang)
BSH (Berkembang Sesuai Harapan), BSB (Berkembang Sangat Baik)
Penjelasan :
Pada tabel kemampuan anak bermain panjat tali laba-laba di atas, masih banyak anak yang belum berkembang motorik kasarnya, mereka perlu sering dilatih dan dirangsang agar berkembang dengan baik, banyak anak yang belum berani dan belum tumbuh rasa percaya dirinya, masih takut untuk bermain panjat tali laba-laba, sehingga ketika bermain selalu meminta bantuan guru, karena takut jatuh.
2.        Rekapitulasi Data Observasi Pengaruh Bermain Panjat Tali Laba-laba
Pengaruh Bermain Panjat Tali Laba-laba Terhadap Motorik Kasar Anak Usia 4-5 Di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakara Utara.





No
Kemampuan yang dinilai
Penilaian
Jumlah
BB
MB
BSH
BSB
1.
Mampu memanjat tali laba-laba tanpa jatuh
0
2
3
5
10
2.
Mampu memanjat tali laba-laba
0
1
3
6
10
3.
Mampu mengkoordinasikan tangan dan kaki
1
2
2
5
10
4.
Mampu memanjat lurus secara perlahan-lahan
1
2
4
3
10
5.
Berani memanjat  tali laba-laba
0
1
5
4
10
6.
Percaya diri
0
2
4
4
10
7.
Mampu menuruni tali laba-laba
0
1
3
6
10

Penjela

Ul
Penjelasan :
Pada tabel kemampuan anak setelah sering bermain panjat tali laba-laba di atas terdapat penilaian sangat baik lebih tinggi dibanding penilaian kurang baik karena setelah dilakukan berulang-ulang dan  dengan tehnik yang benar maka rata-rata anak mampu melakukan kegiatan motorik kasar dengan baik sehingga Perkembangan kemampuannya sesuai dengan yang diharapkan bahkan ada yang berkembang sangat baik.
Untuk mengetahui data observasi secara detail penulis menggunakan pedoman daftar wawancara.

N.           Teknik Analisis Data
1.        Analisis kemampuan motorik kasar anak usia 4-5 Tahun  di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara.
Berdasarkan hasil tes unjuk kerja yang diberikan kepada 10 orang anak kelas “PINTAR” dilakukan analisis data tentang kemampuan  motorik kasar anak usia 4-5 Tahun melalui bermain panjat tali laba-laba di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel  Analisis Kemampuan Anak kelas “PINTAR” Usia 4-5 Tahun Bermain Panjat Tali Laba-laba di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara.
No
Kemampuan yang dinilai
Penilaian
Jumlah
BB
MB
BSH
BSB
1.
Mampu memanjat tali laba-laba tanpa jatuh
6
2
1
1
10
2.
Mampu memanjat tali laba-laba
5
2
2
1
10
3.
Mampu mengkoordinasikan tangan dan kaki
6
2
1
1
10
4.
Mampu memanjat lurus secara perlahan-lahan
7
1
1
1
10
5.
Berani memanjat tali laba-laba
8
1
1
0
10
6.
Percaya diri
8
1
1
0
10
7.
Mampu menuruni tali laba-laba
3
3
2
2
10

Jumlah
43
12
9
6
70

Keterangan :
Berdasarkan hasil analisis penelitian observasi di atas bermain panjat tali laba-laba yang dilakukan untuk mengetahui besar kemampuan pada motorik kasar anak usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara. Maka peneliti menggunakan perhitungan persentase sebagai berikut :
                                    F         
P   =              X   100 %
N                    

Keterangan :
P = Proporsi     ( pendapat responden)
F = Frekuensi      
                        N = Jumlah responden           
Persentase “Berkembang Sangat Baik”
                                    6         
P   =                 X   100 %
70
P  =      9 x 100 %

                        P  =      9  %

Persentase “Berkembang Sesuai Harapan”

                                    9
P   =             X   100 %
70

P  =      13  x 100 %

P  =      13 %


Persentase “Mulai Berkembang ”
12       
P   =                X   100 %
70

P  =      17 X 100 %

P  =      17 %

Persentase “Belum Berkembang ”

                                    43
P   =                 X   100 %
70

P  =      61  X 100 %

P  =      61 %

Kesimpulan dari hasil persentase di atas adalah :
BSB+BSH+MB = 9% + 13% + 17% = 39% dan anak yang belum berkembang motorik kasarnya sebanyak 61%. Maka perlu diberi rangsangan dan motivasi serta dilakukan berulang-ulang agar anak dapat berkembang sesuai harapan bahkan berkembang sangat baik.
2.        Analisis pengaruh bermain panjat tali laba-laba terhadap motorik kasar  usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara.
Berdasarkan hasil tes unjuk kerja yang diberikan kepada 10 orang anak kelas “PINTAR” dilakukan analisis data tentang Pengaruh Bermain panjat tali laba-laba terhadap motorik kasar anak pada usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara tersebut adalah sebagai berikut

Tabel Analisis pengaruh bermain panjat tali laba-laba terhadap motorik kasar anak usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 9 Sunter Agung, Jakarta Utara.
No
Kemampuan yang dinilai
Penilaian
Jumlah
BB
MB
BSH
BSB
1.
Mampu memanjat tali laba-laba tanpa jatuh
0
1
3
6
10
2.
Mampu memanjat tali laba-laba
0
0
4
6
10
3.
Mampu mengkoordinasikan tangan dan kaki
1
1
3
5
10
4.
Mampu memanjat lurus secara perlahan-lahan
1
1
3
5
10
5.
Berani memanjat tali laba-laba
0
0
3
7
10
6.
Percaya diri
0
0
5
5
10
7.
Mampu menuruni tali laba-laba
0
1
1
8
10

Jumlah
2
4
22
42
70

   Berdasarkan hasil analisis penelitian observasi di atas yaitu bermain panjat tali laba-laba yang dilakukan anak untuk pengembangan motorik kasar anak usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara, maka penulis menggunakan rumus presentase sebagai berikut :                     
Keterangan :
Berdasarkan hasil analisis penelitian observasi di atas bermain panjat tali laba-laba sangat berpengaruh besar pada motorik kasar anak usia 4-5 Tahun di BKB PAUD Dahlia 09 Sunter Agung, Jakarta Utara. Hasil persentasenya adalah sebagai berikut :

Persentase “Berkembang Sangat Baik”
                              F         
P   =                      X   100 %
N
42
P   =                      X   100 %
                                    70        

             P  =     60 X 100 %

                   P =      60%
                  
Persentase “Berkembang Sesuai Harapan”

                              22       
                   P   =                     X   100 %
70
                       
             P  =        31 x 100 %

                   P  =        31 %





Persentase “Mulai Berkembang ”

                               4        
                   P   =                     X   100 %
70
                       
             P  =        6  x 100 %

                   P  =        6 %


Persentase “Belum Berkembang ”

                              2         
                   P   =                     X   100 %
70
                       
             P  =        3  x 100 %

                   P  =        3 %


Kesimpulan dari hasil persentase di atas adalah :
Hasil persetase di atas anak yang sudah berhasil dalam melakukan kegiatan motorik kasar  BSB+BSH+MB = 60% + 31% + 6% = 97% dan anak yang belum berkembang motorik kasarnya sebanyak 3%. Maka dapat disimpulkan bahwa bermain panjat tali laba-laba dengan tehnik yang benar dan motivasi yang kuat menjadikan anak terampil dalam mengkordinasikan kaki dan tangannya, keseimbangan tubuh dan percaya dirinya pun meningkat, sehingga dapat dapat disimpulkan bahwa bermain panjat tali laba-laba dapat berpengaruh bagi kemampuan motorik kasar anak.






DAFTAR PUSTAKA
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung, 2008.

Robbins, Stephen P. Judge, Timothy A. Prilaku Orgaisasi Buku 1, Jakarta Salemba Empat, 2008.

Utami Munandar, Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat, cetakan ke 3, Jakarta Rineka cipta, 2009.

Staff.uny.ac.id/agung hastono, (oline tersedia) Rabu 2 Maret 2016, jam 11.59.
www.Scribd.Com/doc/Peningkatan Kemampuan Sosial AUD,  Lilis Suryani,2012. Kamis 3 Feb 2016 , jam 23.21

www.definisi-pengertian.com > 2015/04, Pengertian Motorik Kasar/ Definisi dan Pengertian Menurut Ahli, Jakarta, 2015, Jum’at 4 Feb 2016 , jam 08.50

Suherman, Suyadi dkk, Buku Saku Perkembangan Anak,  Bandung : Nuansa Cendekia, 2008.

Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal Pendidikan Nonformal dan Informal, Kementrian Pendidikan Nasional, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini,  Jakarta, 2010.

Yuliani Nurani Sujono, Pedagog/Pakar PAUD, Cara Anak Usia Dini Belajar melalui Bermain, Materi Diklat Mandiri Pendidik PAUD, Jakarta, 2014.

Dirjen PAUDNI, Yohana Rumanda, Hikmah, Pembelajaran Anak Usia Dini yang Menyenangkan melalui Bermain, Jakarta, 2011.

RR. Baiduri Nilawati, Perkembangan Anak , Materi Diklat Dasar Pendidik PAUD, Jakarta, 2014.

Aggani Sudono – Agus F. Tangyong, Etty Sisdiana Vijaya – Fawzia Aswin Hadis, F. Pangemanan – M. Moeslim – Syarifah Akrab – Sumiarti Padmonodewo, Pengembangan Anak Usia Dini, Pt Gramedia cetakan edisi revisi, Jakarta, 2009.

Mukhtar Latif, Zukhairina, Rita Zubaedah, Muhammad Afandi, Orientasi Baru Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta, 2013,edisi pertama.

Hasan Alwi dkk, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai pustaka. 2005, edisi ketiga.

Yani Mulyani & Gracinia, Mengembangkan kemampuan dasar balita di rumah kemampuan fisik , seni dan managemen diri, Jakarta : PT Elex media komputindo, 2007.

Mohammad Muhyi Faruq, 60 Permainan kecerdasan kinestetik, Jakarta, Grasindo, 2007.

Fitria nurfitasari, rohita rohita, Strategi meningkatkan kemampuan motorik kasar anak melalui outbound dengan kegiatan titian tali dan jaring laba-laba. http://ejournal.unesa.ac.id/index.php/tag/6482/kegiatan-titian-tali-dan-jaring-laba-laba





























B.     Kerangka Berfikir
Dalam penelitian ini penulis menguji suatu hipotesis yang memiliki variabel bebas. Motorik kasar adalah kemampuan motorik anak dengan menggunakan otot besar contohnya kegiatan bermain Panjat Tali Laba-laba, sebagian anak-anak masih ragu dan belum percaya diri ketika bermain dengan permainan edukatif outdoor, yang membutuhkan keberanian dan keseimbangan yang baik antara otot tangan dan kaki dan mata yang digunakan untuk fokus menaiki tali laba-laba tersebut.
Kurangnya kegiatan pengembangan kemampuan keseimbangan dalam pembelajaran motorik kasar. Kemampuan motorik kasar anak harus sering di ajarkan dan dilatih sesering mungkin sehingga kepercyaan diri anak untuk melakukan kegiatan ini tidak akan menimbulkan rasa takut atau trauma, anak akan menyukai permainan panjat tali laba-laba dan mau mencobanya.
C.    Hipotesis Penelitian
Pada tabel kemampuan anak bermain panjat tali laba-laba di atas, masih banyak anak yang belum berkembang motorik kasarnya, mereka perlu sering dilatih dan dirangsang agar berkembang morotik kasarnya dengan baik, banyak anak yang belum berani dan belum tumbuh rasa percaya dirinya, masih takut untuk bermain panjat tali laba-laba, sehingga ketika bermain selalu meminta bantuan guru, karena takut jatuh.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar