here we are

here we are

Jumat, 13 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Ade Nina Iriani

UJIAN TENGAH SEMESTER ( UTS )
Disusu untuk mmenuhi tugas mata kuliah
“ METODOLOGI PENELITIAN “
Dosen Pengampu : Iswadi, M.Pd
PENINGKATAN KETERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN PADA KELOMPOK B BKB PAUD FALMBOYANT Gedong Pasar Rebo Jakarta Timur


Oleh:
Nama : ADE NINA IRIANI
NPM : 20158410215
Kelas : 1 F PKK

                 
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
               SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016


PROPOSAL PTK PAUD PENGEMBANGAN BAHASA

Nama Peneliti             : ADE NINA IRIANI
NPM                           : 20158410215
Unit Kerja                     : BKB PAUD FLAMBOYANT GEDONG PASAR REBO JAKARTA TIMUR
Judul Penelitian            : PENINGKATAN KERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN 

A.    Latar Belakang Masalah
Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyapaikan gagasan, pikiran atau peraasan sehingg gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat dipahami orang lain.
Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur.
Memang setiap orang dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetepi tidak semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar. Oleh karena itu, pelajaran berbicara seharusnya mendapat perhatian dalam pengajaran keterampilan berbahasa di sekolah PAUD.
Seperti yang diungkapkan Galda (dalam Supriadi,2005:178) keterampilan berbicara di PAUD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa disekolah, karena dengan pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya.
Pendapat terebut didukung oleh Farris (dalam Supriadi, 2005:179) yang menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seseorang siswa akan mampu mengembangakan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengkosepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
Dengan kata lain, dalam kehidupan sehari-hari siswa selalu melakukan dan dihadapankan pada kegiatan berbicara. Namun pada kenyataannya pembelajaran berbicara di sekolah-sekolah belum bisa dikatakan maksimal, sehingga keterampilan siswa dalam berbicara pun masih rendah.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru kelas dan hasil observasi awal, dapat didentifikasi penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa, yakni sebagai berikut: (1) Sikap dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bicara rendah. Pada umumnya siswa merasa takut dan malu disaat diajak berkomunikasi dengan guru maupun dengan teman-temannta. (2) Siswa kurang terampil sebagai akibat dari kurangnya latihan berbicara. Menurut guru, kegiatan berbicara selama ini masih kurang mendapat perhatian. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya waktu dalam kegiatan belajar mengajar dikelas. (3) pembelajaran berbicara yang dilakukan guru dapat dikatakan masih sederhana atau konversional karena masih bertumpu pada buku pelajaran. Ketergantungan buku pelajaran tersebut menyebabkan guru enggan untuk mengubah metode pembelajaran. Metode pembelajaran berbicara yang sering digunakan guru adalah metode panugasan secara individun sehinngga banyak menyita waktu pembelajaran yang hanya 1 jam dalam sehari. Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama keterampilan berbicara, diperlukan metode pengajaran yang lebih menekankan pada aktifitas belajar aktif dan kreatifitas pada siswa selama proses pembelajarn berlangsung.
Hal ini diperkuat oleh pendapat Nurhatim (2009) yang mengatakan bahwa penggunaan suatu metode memiliki arti penting sebagai variasi pembelajaran dengan tujuan siswa dapat mengikuti aktivitas pembelajaran dikelas yang menyenangkan dan tidak membosankan. Untuk itu guru perlu mengubah metode mengajar konvensional dengan penerapan metode bermain peran. Bermain peran merupakan teknik bermain peran secara sederhana. Dalam bermain peran, siswa dibagi untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu sesuai dengan tema pelajaran saat itu.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti menerapakan metode bermain peran dalam bentuk penelitian tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan metode tersebut adalah dengan pertimbangan bahwa metodw ini dirasa lebih efektif dan lebih efisien untuk diterapakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dikatakan efisien karena penerapan metode bermain peran akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan karena siswa dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Selain itu siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu karena mereka dapat tampil dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sedangakan dikatakan efisien, dimungkinkan karena proses belajar lebih banyak dilakukan dengan bermain sambil belajar atau belajar sambil bermain. Permaianan adalah hal paling menarik untuk anak usia dini.

B.     Indentifikasi Masalah   
Untuk memberikan gambaran secara jelas mengenai arah penelitian, maka indentifikasi permasalahannya sebagai berikut:
a.       Apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara pada anak usia dini?
b.      Apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan bericara siswa?




C.    Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah ini adalah untuk:
1.      Mengetahui apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatakan kualitas proses pembelajaran keterampian berbicara sisaw PAUD FLAMBOYANT tahun ajaran 2016/2017.
2.      Mengetahui apakah penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan berbicara siswa PAUD FLAMBOYANT tahu ajaran 2016/2017.
D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah,rumusan masalah yang akan diteiti : Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran pada anak kelompok B di BKB PAUD Flamboyant.

E.     Manfaat Penelitian
1.      Manfaat Teoretis
Mengetahui peningkatan keterampilan berbica siswa dengan penerapan metode bermain peran.
2.      Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a.       Bagi Siswa
Penerapan bermain peran dalam pengajaran keterampilan berbicara dapat meningkatkan minat dan keaktifan siswa sehingga kemampuan berbicara dapat meningkkat.
b.      Bagi Guru/kolaborator
Hasil penelitian ini dapat memberikan pengalaman langsung pada guru-guru untuk dapat mengembangkan pembelajaran dengan metode yang lebih inovatif dan lebih berorentasi pada proses sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat.
c.       Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan dalan upaya pengadaan inovasi pembeljaran bagi guru-guru lain dan juga memotivasi mereka untuk selalu melakukan inovasi unuk menemukan metode.
d.      Bagi Peneliti
Dengan melakukan penelitian ini, peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman mengenai penerapan metode pembelajarn yang inovatif.   
F.     KAJIAN PUSTAKA
1.      Hakikat  Kemampuan Berbicara
a.      Pengertian berbicara
Tarigan (dalam Suhartono, 2005:20) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapakan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Selanjutnya Hariyadi dan Zamzami (dalam Suhartono,2005:20) juga mengungkapkan bahwa berbicara pada hakekatnya merupakan suatu proses komunikasi, sebab di dalamnya terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Hurlock (1978:176) menyatakan bahwa berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan arti dengan bunyi yang di hasilkan. Meskipun demikian tidak semua bunyi yang dihasilkan anak dapat dipandang sebagai bicara. Ada dua kriteria yang dapat digunakan untuk memutuskan apakah anak berbicara dalam arti yang benar atau hanya “membeo”. Kriteria itu adalah pertama, anak harus mengetahui arti kata yang digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang diwakilinya. Kedua, anak harus menghafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah. Anak belum dikatakan berbicara apabila anak tidak mengetahui arti kata yang digunakannya. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa keterampilan berbicara adalah proses berkomunikasi dengan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi untuk menyampaikan maksud sehingga maksud tersebut dapat dipahami orang lain. Proses berkomunikasi agar mudah dipahami maka kata yang diucapkan tentunya harus jelas dan lancar. Anak dikatakan keterampilan bicaranya meningkat apabila anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan secara tepat, pengucapan suku kata yang berbeda-beda dan diucapkan secara jelas, anak mempunyai pembendaharaan kata yang memadai untuk keperluan berkomunikasi, serta mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi secara lisan.
a.       Faktor yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicra Keterampilan bahasa termasuk bicara tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Santrock (2007:369) menyebutkan bahwa bahasa dipengaruhi oleh faktor biologis dan lingkungan. Chomsky (dalam Sandrock, 2007:369-370) berpendapat bahwa manusia secara biologis telah terprogram untuk belajar bahasa pada suatu tertentu dengan cara tertentu. Anak-anak dilahirkan k dunia dengan perangkat perolehan bahasa ( languange acquisition device atau LAD) yakni suatu warisan biologis yang memampukan anak mendeteksi gambaran dan aturan bahasa, termasuk fonologi, sintaksis, dan semantik.

b.      Hakikat Metode Bermaian Peran

Sudjana (1989:61) menyatakan bermain peran adalah sandiwara tanpa naskah, tanpa latihan lebih dulu sehingga dilakukan secara spontan, masalah yang didramakan adalah mengenai situasi sosial. Hamalik (2006:214) menjelaskan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman lainnya adalah bermain peran karena pada umumnya siswa menyenangi penggunaan strategi ini karena berkenaan dengan isu-isu sosial dan kesempatan komunikasi interpersonal di dalam kelas. Di dalam bermain, peran gurumenerima peran noninterpersonal di dalam kelas, siswa menerima karakter, perasaan, dan ide-ide orang lain dalam situasi yang khusus. Metode adalah suatu cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin baik metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan apakah suatu metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor (surakhmad,1986:75). Lain halnya dengan Subari (1994:93) yang menjelaskan bahwa metode bermain peran adalah mendramatisasi cara bertingkah laku di dalam hubungan sosial dan menekankan penghayatan di mana para siswa turut serta dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah sosial. Dalam metode bermain peran unsur yang menonjol adalah unsur hubungan sosial, dalam bermain peran menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa bermain peran adalah suatu metode dengan cara memainkan suatu peran yang menekankn penghayatan di mana para siswa turut serta dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah .
G.    Kerangka Berpikir Tindakan
Peneliti yang relevan disini dimaksudkan agar peneliti tidak hanya meniru tapi juga dapat mengambil masukan-masukan untuk penelitian selanjutnya. Peneliti dapat menentukan langkah yang harus diambil dalam penelitian yang mereka lakukan baik untuk pernbaikan atau hal-hal yang tidak perlu dilakukan selama penelitian sehingga yang dilakukan lebih optimal.
Kunci keberhasilan bermain peran dalam pengembangan bahasa di anak usia dini adalah anak didik dapat mengekspresikan, berdialog dan berdiskusi diakhir kegiatan bermain peran yang telah dilaksanaka.
Dengan diterapkannya metode bermain peran diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan kegiatan pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan bergairah dengan menggunakan berbagai sumber belajar, anak aktif dan kreatif.
H.    Hipotesis Tindakan
Berdasarkan acuan teoritik dan kerangka berpikir yang telah dipaparkan maka Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah “ dengan bermain peran dapat meningkatkan keterampilan bicara anak Kelompik B BKB PAUD Flamboyant”, Gedong Pasar Rebo Jakarta Timur.

I.       Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: a) meningkatkan kemampuan berbicara anak Paud sebagai persiapan untuk memasuki sekolah dasar, b) menambah alternatif metode pengajaran bahasa khususnya pengenalan metode bermain peran yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta perkembangan anak kelompok B di BKB PAUD Flamboyant Gedong Pasar Rebo Jakarta Timur.
J.      Setting Penelitian
1.      Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan pada kelompok B usia 5-6 tahun di BKB Paud Flamboyant Jl. H. Taiman Barat RT 005/02 Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Jakarta Timur.

2.      Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan pada Semester Ganjil tahun ajaran 2016-2017, yakni pada bulan Oktober – November  2016.
K.    Metode Penelitian
 Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK merupakan penelitian yang dilakukan oleh pendidik dalam kelasnya yang bertujuan untuk meninggkatkan kualitas kinerja pendidik dan efesiensi praktik pembelajaran sehingga meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui refleksi diri.

L.     Langkah – langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
A.  Siklus I
1.      Perencanaan
Peneliti membuat perencanaan tindakan yang meliputi Menentukan kelas subyek penelitian, merencanakan kegiatan pembelajaran (KBM) dengan memilih materi yang sesuai, merencanakan waktu pemnbelajaran, membuat rencana pembelajaran, metode pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran menyiapkan media pembelajaran, membuat instrumen pemantau tindakan berupa lembar observational check list dan evaluasi untuk setiap siklus.
Menentukan pelaku observasi, alat bantu observsi, pedoman observasi dan cara pelaksanaan observasi.
     b.  Pelaksanaan
Pelaksanan tindakan dalam penelitian ini akan dilakukan melalui pelaksanan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan yang bersumber pada program semester 1 kelompok B. Sebelum melakukan yang akan dilaksankan dalam penelitian, terlebih dahulu membuka pembelajaran dengan menggunakan apersepsi, menyampaikan tujuan dan menjelaskan kegiatan apa yang akan dilakukan dengan memberikan arahan. Guru meminta anak untuk bermaiin peran. Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan berupa lembar observasi. Setelah itu peneliti dan kolaborator mendiskusikan tentang hasil assessment awal kemampuan berbicara yang telah dilakukan. Peneliti memberi penjelasan agar anak-anak dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik.
                   c. Pengamatan
Dalam penelitian ini pengamatan dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer untuk melihat apakah tindakan yang telah dilakukan sesuai dengan oleh peneliti. Observasi akan mengamati kegiatan proses pembelajaran yang meliputi beberapa aspek pengamatan yaitu: pengamatan terhadap kegiatan guru mengajar, pengamatan terhadap kegiatan anak ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran dan review pada akhir pembelajaran.


                    d. Refleksi
Peneliti beserta pengamat mendiskusikan hasil pengamatan dari tahapan bermain peran anak dan hasil belajar anak selama mengikuti proses belajar mengajar, apakah ada perubahan  berbicara dalam bermain peran.
                B.  Siklus 2
                  a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat perecanaan tindakan sesuai dengan hasil refleksi siklus I, yaitu memperbaiki pelaksanaan pembelajaran permainan peran sehingga memunculkan kemampuan berbicara anak. Materi yang dipilih sesuai dengan kemampuan anak. Setiap pertemuan peneliti membuat instrumen pemantau tindakan, pengumpulan data serta evaluasi dari keseluruhan pertemuan yang dilaksanakan dalam tiap siklus. Peneliti menentukan indikator kemampuan yang digunakan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dalam bermaain peran. Keberhasilan dapat dilihat berdasarkan hasil lembar check list yang mengalami peningkatan secara signifikan sekurang-kurangnya sebesar 20 %.
                    b. Pelaksanaan
Tiap siklus dilakukan selama 1x 35 menit jam pelajaran. Selain melaksanakan pembelajaran, peneliti menyiapkan media yang sesuai dengan tindakan, menyiapkan alat pengumpul data berupa dokumentasi, lembar catatan lapangan, serta lembar check list.

c.       Pengamatan
Pengamat melihat adanya perubahan berkomuniksi atau berbicara dalam bermain peran setelah dilakukan pembelajaran. Yang tadinya anak berbicara 20 %,  setelah menggunakan metodebermain peran menjadi 50 %.

                   d.  Refleksi
peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil pengamatan yang sudah mulai menunjukan hasil positif dan menyusun langkah selanjutnya guna mendukung penelitian.
C.    Siklus 3
a.       Perencanaan
Merencanakan program pembelajaran pada anak yang masih mengalami kendala ketika berbicara atau berkomunikasi. Dengan cara mengulang pembelajaran dalam menggunakan metode bermain peran.
b.      Pelaksanaan
Pembelajaran dilakukan selama 1x 35 menit jam pelajaran dengan lebih menekankan pada anak yang masih mengalami kendala dalam berbicara.
c.       Pengamatan
Hasil pengamatan pengamat setelah dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung dan pengamatan terhadap reinforcement pada awal kegitan dan review diakhir kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan 90 % anak bisa berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain.
d.      Refleksi
Peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran peneliti telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka penilti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang diharapkan.
M.   Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1.      Siswa BKB PAUD Flamboyant Gedong
2.      Guru inti BKB PAUD Flamboyant Gedong
3.      Guru pendamping BKB PAUD Flamboyant Gedong
  1. Teknik Pengumpilan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah dengan cara, yaitu :
1.      Observasi
Observasi adalah metode atau cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara langsung.[1] Berdasarkan keterlibatan peneliti dalam penelitian tindakan ini, maka jenis observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan. Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka.
2.      Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi pada penelitian ini berupa foto-foto yang diambil pada saat kegiatan pelaksanaan peneliti berlangsung.
3.      Catatan Lapangan
Catatan lapangan yaitu catatan peneliti selama pelaksanaan peneliti berlangsung baik berupa kelebihan yang perlu dipertahankan maupun kekurangan yang perlu mendapat perbaikan. Selanjutnya untuk memperoleh data pemantau tindakan dengan menggunakan lembar pengamatan, dan catatan lapangan atau anekdot.
  1. Teknik Analisis Data
1.      Reduksi Data
Mengubah rekaman data ke dalam fokus permasalahan, data yang terkumpul dan rekaman catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam tahapan ini data dari observasi, studi dokumentasi dan catatan lapangan akan diseleksi data-data mana saja yang perlu dibuang dan dipilih. Untuk mempermudah dalam seleksi peneliti menggunakan pengkodean untuk memudahkan data mana yang ingin digunakan dan data yang mana ingin dibuang.
2.      Deskripsi Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Deskripsi kuantitatif yaitu memaparkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu hasil dari pengamatan keterampilan berbicara. Penghitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung hasil akhir peningkatan keterampilan berbicara anak pada setiap siklus. Data tersebut diperoleh dari lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian, dapat diketahui persentase keterampilan berbicara anak. hasil yang diperoleh dalam penghitungan kuantitatif kemudian dideskripsikan secara naratif. Data yang akan dianalisis berupa data dari lembar observasi pada saat kegiatan berlangsung melalui bermai peran.
Hasil observasi mengenai keterampilan berbicara pada anak dapat disajikan dengan tabel sebagai berikut :
Pencapaian Keterampilan Berbicara
Indikator
Jumlah Anak
Persentase
Mampu berbicara dengan jelas sehingga dapat dipahami


Mampu menceritakan kembali cerita dengan lancer


Mampu membentuk kalimat dengan runtut


Rata – rata



Data keterampilan berbicara yang diperoleh akan dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana. Menurut Anas Sudjiono (1986: 43) dapat dianalisa dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :  P  =   F  x  100%
                              N
                     P  =  Angka persentase
   F  =  Frekuensi yang sedang dicari persentase
   N  =  Jumlah responden anak
Data tersebut akan diinterpretasikan ke dalam empat tingkatan, menurut Arikunto (2010: 192) yaitu :
1. Kesesuaian kriteria (0%) : 0-25 : belum berkembang
2. Kesesuaian kriteria (0%) : 26-50 : mulai berkembang
3. Kesesuaian kriteria (0%) : 51-75 : berkembang sesuai harapan
4. Kesesuaian kriteria (0%) : 76-100 : berkembang sangat baik
3.      Verifikasi Data  
Verivikasi disini merupakan hasil dari proses pembelajaran bermain peran. Setelah data dipilih pada tahap reduksi data dan telah disajikan dalam bentuk deskritif pada tahap penyajian data, tiba saatnya peniliti menarik kesimpulan atau verivikasi pada tahap ini. namun, pengolah data kulitatif tidak akan tergesa-gesa tetapi secara bertahap denga tetap memperhatikan perolehan data. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh.
  1. Teknik Keabsahan Data
Untuk menguji tingkat keterpercayaan dan keabsahan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: (1) kredebilitas (credibility), item-item yang digunakan peneliti dalam instrumen merupakan penjabaran dari teori-teori yang terkait sehingga peneliti menentukan indikator instrumen lebih terperinci, (2) keterbukaan (transferability), penyajian data yang disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk diketahui kepala sekolah, guru kelas, dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan sebagai bahan untuk perbaikan tindakan selanjutnya dan memperkaya peneliti untuk memahami ruang lingkup penelitian, (3) keakuratan (dependability), dalam pengisian data diperoleh informasi yang akurat. Data yang diterima peneliti tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat menghambat ketercapaian tujuan penelitian, (4) kelayakan (Confirmability), data yang digunakan peneliti sebelumnya telah diinformasikan terlebih dahulu kepada para ahli (dosen pembimbing). Apabila ada indikator yang kurang tepat dalam penghambilan data maka peneliti akan memperbaiki indikator tersebut.
  1. Kriteria keberhasilan penelitian
Dalam penelitian ini jika pelaksanaan siklus 1 pada penelitian ini belum menunjukkan tindakan penelitian hasil yang optimal, maka akan dilakukan dengan pelaksanaan siklus 2, jika belum menunjukkan peningkatan hasil yang optimal, maka di perlukan pengembangan perencanaan tindakan untuk penelitian selanjutnya melalui siklus 3. Pengembangan perencanaan tindakan ini lebih difokuskan pada metode bermain peran yang lebih baik lagi.









  


             
DAFTAR PUSTAKA

Tim PKP PG-PAUD ( 2009) Panduan Kemantapan Kemampuan Mengajar profesionalJakarta ; Universitas Terbuka Wardhani Igakk, Wihardit Kuswaya, (2008) Penelitian Tindakan KelasJakarta : Universitas Terbuka
Roestiah, 2011, Strategi Belajar Mengajar,Jakarta : Rineka Cipta
Tarigan, Henry Guntur.1990. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.Bandung:Angkasa







[1] M”. Ngalim Purwanto, Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), h.149

Tidak ada komentar:

Posting Komentar