UJIAN TENGAH SEMESTER (
UTS )
Disusu untuk mmenuhi
tugas mata kuliah
“ METODOLOGI PENELITIAN “
Dosen Pengampu : Iswadi,
M.Pd
PENINGKATAN KETERAMPILAN
BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN PADA KELOMPOK B BKB PAUD
FALMBOYANT Gedong Pasar Rebo Jakarta Timur
Oleh:
Nama : ADE NINA IRIANI
NPM : 20158410215
Kelas : 1 F PKK
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN
ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016
PROPOSAL PTK
PAUD PENGEMBANGAN BAHASA
Nama Peneliti : ADE NINA
IRIANI
NPM : 20158410215
Unit
Kerja : BKB PAUD FLAMBOYANT GEDONG PASAR
REBO JAKARTA TIMUR
Judul
Penelitian : PENINGKATAN KERAMPILAN BERBICARA MELALUI PENERAPAN METODE BERMAIN
PERAN
A.
Latar Belakang Masalah
Berbicara merupakan salah
satu aspek keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, artinya suatu
kemampuan yang dimiliki seseorang untuk menyapaikan gagasan, pikiran atau
peraasan sehingg gagasan-gagasan yang ada dalam pikiran pembicara dapat
dipahami orang lain.
Berbicara berarti
mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif melalui lambang-lambang bunyi
agar terjadi kegiatan komunikasi antara penutur dan mitra tutur.
Memang setiap orang
dikodratkan untuk bisa berbicara atau berkomunikasi secara lisan, tetepi tidak
semua memiliki keterampilan untuk berbicara secara baik dan benar. Oleh karena
itu, pelajaran berbicara seharusnya mendapat perhatian dalam pengajaran
keterampilan berbahasa di sekolah PAUD.
Seperti yang diungkapkan
Galda (dalam Supriadi,2005:178) keterampilan berbicara di PAUD merupakan inti
dari proses pembelajaran bahasa disekolah, karena dengan pembelajaran berbicara
siswa dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar kelas sesuai dengan
perkembangan jiwanya.
Pendapat terebut didukung
oleh Farris (dalam Supriadi, 2005:179) yang menyatakan bahwa pembelajaran
keterampilan berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu
seseorang siswa akan mampu mengembangakan kemampuan berpikir, membaca, menulis,
dan menyimak. Kemampuan berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka
mengorganisasikan, mengkosepkan, dan menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide
kepada orang lain secara lisan.
Dengan kata lain, dalam
kehidupan sehari-hari siswa selalu melakukan dan dihadapankan pada kegiatan
berbicara. Namun pada kenyataannya pembelajaran berbicara di sekolah-sekolah
belum bisa dikatakan maksimal, sehingga keterampilan siswa dalam berbicara pun
masih rendah.
Berdasarkan hasil
wawancara dengan guru kelas dan hasil observasi awal, dapat didentifikasi
penyebab rendahnya kemampuan berbicara siswa, yakni sebagai berikut: (1) Sikap
dan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran bicara rendah. Pada umumnya siswa
merasa takut dan malu disaat diajak berkomunikasi dengan guru maupun dengan
teman-temannta. (2) Siswa kurang terampil sebagai akibat dari kurangnya latihan
berbicara. Menurut guru, kegiatan berbicara selama ini masih kurang mendapat
perhatian. Hal tersebut disebabkan karena kurangnya waktu dalam kegiatan
belajar mengajar dikelas. (3) pembelajaran berbicara yang dilakukan guru dapat
dikatakan masih sederhana atau konversional karena masih bertumpu pada buku
pelajaran. Ketergantungan buku pelajaran tersebut menyebabkan guru enggan untuk
mengubah metode pembelajaran. Metode pembelajaran berbicara yang sering
digunakan guru adalah metode panugasan secara individun sehinngga banyak
menyita waktu pembelajaran yang hanya 1 jam dalam sehari. Untuk mengoptimalkan
hasil belajar, terutama keterampilan berbicara, diperlukan metode pengajaran
yang lebih menekankan pada aktifitas belajar aktif dan kreatifitas pada siswa
selama proses pembelajarn berlangsung.
Hal ini diperkuat oleh
pendapat Nurhatim (2009) yang mengatakan bahwa penggunaan suatu metode memiliki
arti penting sebagai variasi pembelajaran dengan tujuan siswa dapat mengikuti
aktivitas pembelajaran dikelas yang menyenangkan dan tidak membosankan. Untuk
itu guru perlu mengubah metode mengajar konvensional dengan penerapan metode
bermain peran. Bermain peran merupakan teknik bermain peran secara sederhana.
Dalam bermain peran, siswa dibagi untuk memerankan tokoh-tokoh tertentu sesuai
dengan tema pelajaran saat itu.
Berdasarkan uraian
diatas, maka peneliti menerapakan metode bermain peran dalam bentuk penelitian
tindakan kelas. Adapun alasan pemilihan metode tersebut adalah dengan
pertimbangan bahwa metodw ini dirasa lebih efektif dan lebih efisien untuk
diterapakan dalam pembelajaran keterampilan berbicara. Dikatakan efisien karena
penerapan metode bermain peran akan lebih menghemat waktu, hal ini disebabkan
karena siswa dapat tampil praktik berbicara secara berkelompok. Selain itu
siswa dapat menghilangkan perasaan takut dan malu karena mereka dapat tampil
dan bekerja sama dengan anggota kelompoknya. Sedangakan dikatakan efisien,
dimungkinkan karena proses belajar lebih banyak dilakukan dengan bermain sambil
belajar atau belajar sambil bermain. Permaianan adalah hal paling menarik untuk
anak usia dini.
B.
Indentifikasi Masalah
Untuk memberikan gambaran
secara jelas mengenai arah penelitian, maka indentifikasi permasalahannya
sebagai berikut:
a.
Apakah penerapan metode
bermain peran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran keterampilan
berbicara pada anak usia dini?
b.
Apakah penerapan metode
bermain peran dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran keterampilan
bericara siswa?
C.
Pembatasan Masalah
Adapun pembatasan masalah
ini adalah untuk:
1.
Mengetahui apakah
penerapan metode bermain peran dapat meningkatakan kualitas proses pembelajaran
keterampian berbicara sisaw PAUD FLAMBOYANT tahun ajaran 2016/2017.
2.
Mengetahui apakah
penerapan metode bermain peran dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran
keterampilan berbicara siswa PAUD FLAMBOYANT tahu ajaran 2016/2017.
D.
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar
belakang dan indentifikasi masalah,rumusan masalah yang akan diteiti :
Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara melalui metode bermain peran pada
anak kelompok B di BKB PAUD Flamboyant.
E.
Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoretis
Mengetahui peningkatan
keterampilan berbica siswa dengan penerapan metode bermain peran.
2.
Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini
diharapakan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
a.
Bagi Siswa
Penerapan bermain peran
dalam pengajaran keterampilan berbicara dapat meningkatkan minat dan keaktifan
siswa sehingga kemampuan berbicara dapat meningkkat.
b.
Bagi Guru/kolaborator
Hasil penelitian ini
dapat memberikan pengalaman langsung pada guru-guru untuk dapat mengembangkan
pembelajaran dengan metode yang lebih inovatif dan lebih berorentasi pada
proses sehingga kualitas pembelajaran dapat meningkat.
c.
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini
dapat dijadikan acuan dalan upaya pengadaan inovasi pembeljaran bagi guru-guru
lain dan juga memotivasi mereka untuk selalu melakukan inovasi unuk menemukan
metode.
d.
Bagi Peneliti
Dengan melakukan
penelitian ini, peneliti memperoleh wawasan dan pengalaman mengenai penerapan
metode pembelajarn yang inovatif.
F.
KAJIAN PUSTAKA
1.
Hakikat Kemampuan Berbicara
a.
Pengertian berbicara
Tarigan
(dalam Suhartono, 2005:20) menyatakan bahwa berbicara adalah kemampuan
mengucapakan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan,
menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Selanjutnya
Hariyadi dan Zamzami (dalam Suhartono,2005:20) juga mengungkapkan bahwa
berbicara pada hakekatnya merupakan suatu proses komunikasi, sebab di dalamnya
terjadi pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Hurlock (1978:176) menyatakan
bahwa berbicara tidak hanya melibatkan koordinasi kumpulan otot mekanisme suara
yang berbeda, tetapi juga mempunyai aspek mental yakni kemampuan mengaitkan
arti dengan bunyi yang di hasilkan. Meskipun demikian tidak semua bunyi yang
dihasilkan anak dapat dipandang sebagai bicara. Ada dua kriteria yang dapat digunakan
untuk memutuskan apakah anak berbicara dalam arti yang benar atau hanya
“membeo”. Kriteria itu adalah pertama, anak harus mengetahui arti kata yang
digunakannya dan mengaitkannya dengan objek yang diwakilinya. Kedua, anak harus
menghafalkan kata-katanya sehingga orang lain memahaminya dengan mudah. Anak
belum dikatakan berbicara apabila anak tidak mengetahui arti kata yang
digunakannya. Dari beberapa definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa
keterampilan berbicara adalah proses berkomunikasi dengan mengucapkan
bunyi-bunyi artikulasi untuk menyampaikan maksud sehingga maksud tersebut dapat
dipahami orang lain. Proses berkomunikasi agar mudah dipahami maka kata yang
diucapkan tentunya harus jelas dan lancar. Anak dikatakan keterampilan
bicaranya meningkat apabila anak dapat melafalkan bunyi bahasa yang digunakan
secara tepat, pengucapan suku kata yang berbeda-beda dan diucapkan secara
jelas, anak mempunyai pembendaharaan kata yang memadai untuk keperluan
berkomunikasi, serta mampu menggunakan kalimat secara baik untuk berkomunikasi
secara lisan.
a. Faktor
yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicra Keterampilan bahasa termasuk bicara
tentunya dipengaruhi oleh banyak faktor. Santrock (2007:369) menyebutkan bahwa
bahasa dipengaruhi oleh faktor biologis dan lingkungan. Chomsky (dalam
Sandrock, 2007:369-370) berpendapat bahwa manusia secara biologis telah
terprogram untuk belajar bahasa pada suatu tertentu dengan cara tertentu.
Anak-anak dilahirkan k dunia dengan perangkat perolehan bahasa ( languange
acquisition device atau LAD) yakni suatu warisan biologis yang memampukan
anak mendeteksi gambaran dan aturan bahasa, termasuk fonologi, sintaksis, dan
semantik.
b. Hakikat
Metode Bermaian Peran
Sudjana
(1989:61) menyatakan bermain peran adalah sandiwara tanpa naskah, tanpa latihan
lebih dulu sehingga dilakukan secara spontan, masalah yang didramakan adalah
mengenai situasi sosial. Hamalik (2006:214) menjelaskan bahwa pengajaran
berdasarkan pengalaman lainnya adalah bermain peran karena pada umumnya siswa
menyenangi penggunaan strategi ini karena berkenaan dengan isu-isu sosial dan
kesempatan komunikasi interpersonal di dalam kelas. Di dalam bermain, peran
gurumenerima peran noninterpersonal di dalam kelas, siswa menerima karakter,
perasaan, dan ide-ide orang lain dalam situasi yang khusus. Metode adalah suatu
cara yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan. Makin baik
metode itu, makin efektif pula pencapaian tujuan. Untuk menetapkan apakah suatu
metode dapat disebut baik, diperlukan patokan yang bersumber dari beberapa faktor
(surakhmad,1986:75). Lain halnya dengan Subari (1994:93) yang menjelaskan bahwa
metode bermain peran adalah mendramatisasi cara bertingkah laku di dalam
hubungan sosial dan menekankan penghayatan di mana para siswa turut serta dalam
memainkan peranan di dalam mendramatisasikan masalah-masalah sosial. Dalam metode
bermain peran unsur yang menonjol adalah unsur hubungan sosial, dalam bermain
peran menempatkan diri sebagai tokoh atau pribadi tertentu. Berdasarkan
beberapa pendapat di atas, maka disimpulkan bahwa bermain peran adalah suatu
metode dengan cara memainkan suatu peran yang menekankn penghayatan di mana
para siswa turut serta dalam memainkan peranan di dalam mendramatisasikan
masalah-masalah .
G.
Kerangka Berpikir
Tindakan
Peneliti yang relevan disini
dimaksudkan agar peneliti tidak hanya meniru tapi juga dapat mengambil
masukan-masukan untuk penelitian selanjutnya. Peneliti dapat menentukan langkah
yang harus diambil dalam penelitian yang mereka lakukan baik untuk pernbaikan
atau hal-hal yang tidak perlu dilakukan selama penelitian sehingga yang
dilakukan lebih optimal.
Kunci keberhasilan bermain peran
dalam pengembangan bahasa di anak usia dini adalah anak didik dapat
mengekspresikan, berdialog dan berdiskusi diakhir kegiatan bermain peran yang
telah dilaksanaka.
Dengan diterapkannya metode bermain
peran diharapkan akan dapat meningkatkan kemampuan anak dalam berbicara dan
kegiatan pembelajaran akan menyenangkan, tidak membosankan, belajar dengan
bergairah dengan menggunakan berbagai sumber belajar, anak aktif dan kreatif.
H.
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan acuan teoritik dan
kerangka berpikir yang telah dipaparkan maka Hipotesis tindakan dalam
penelitian ini adalah “ dengan bermain peran dapat meningkatkan keterampilan
bicara anak Kelompik B BKB PAUD Flamboyant”, Gedong Pasar Rebo Jakarta Timur.
I.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk: a)
meningkatkan kemampuan berbicara anak Paud sebagai persiapan untuk memasuki
sekolah dasar, b) menambah alternatif metode pengajaran bahasa khususnya
pengenalan metode bermain peran yang sesuai dengan situasi dan kondisi serta
perkembangan anak kelompok B di BKB PAUD Flamboyant Gedong Pasar Rebo Jakarta
Timur.
J.
Setting Penelitian
1.
Tempat Penelitian
Tempat pelaksanaan
penelitian ini dilakukan pada kelompok B usia 5-6 tahun di BKB Paud Flamboyant
Jl. H. Taiman Barat RT 005/02 Kelurahan Gedong Kecamatan Pasar Rebo Jakarta
Timur.
2.
Waktu Penelitian
Penelitian di laksanakan pada Semester
Ganjil tahun ajaran 2016-2017, yakni pada bulan Oktober – November 2016.
K.
Metode Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK
merupakan penelitian yang dilakukan oleh pendidik dalam kelasnya yang bertujuan
untuk meninggkatkan kualitas kinerja pendidik dan efesiensi praktik pembelajaran
sehingga meningkatkan hasil belajar peserta didik melalui refleksi diri.
L.
Langkah – langkah Penelitian
Langkah-langkah penelitian ini
terdiri dari 3 siklus. Setiap siklus terdiri dari 4 tahap, yaitu perencanaan,
pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
A. Siklus I
1.
Perencanaan
Peneliti membuat perencanaan tindakan
yang meliputi Menentukan kelas subyek penelitian, merencanakan kegiatan
pembelajaran (KBM) dengan memilih materi yang sesuai, merencanakan waktu
pemnbelajaran, membuat rencana pembelajaran, metode pembelajaran, strategi
pembelajaran, metode pembelajaran menyiapkan media pembelajaran, membuat
instrumen pemantau tindakan berupa lembar observational check list dan evaluasi
untuk setiap siklus.
Menentukan pelaku observasi, alat
bantu observsi, pedoman observasi dan cara pelaksanaan observasi.
b. Pelaksanaan
Pelaksanan tindakan dalam penelitian
ini akan dilakukan melalui pelaksanan pembelajaran sesuai perencanaan tindakan
yang bersumber pada program semester 1 kelompok B. Sebelum melakukan yang akan
dilaksankan dalam penelitian, terlebih dahulu membuka pembelajaran dengan
menggunakan apersepsi, menyampaikan tujuan dan menjelaskan kegiatan apa yang
akan dilakukan dengan memberikan arahan. Guru meminta anak untuk bermaiin peran.
Peneliti dan kolaborator melakukan pengamatan berupa lembar observasi. Setelah
itu peneliti dan kolaborator mendiskusikan tentang hasil assessment awal
kemampuan berbicara yang telah dilakukan. Peneliti memberi penjelasan agar
anak-anak dapat mengikuti kegiatan ini dengan baik.
c. Pengamatan
Dalam penelitian ini pengamatan
dilakukan oleh teman sejawat sebagai observer untuk melihat apakah tindakan
yang telah dilakukan sesuai dengan oleh peneliti. Observasi akan mengamati
kegiatan proses pembelajaran yang meliputi beberapa aspek pengamatan yaitu:
pengamatan terhadap kegiatan guru mengajar, pengamatan terhadap kegiatan anak
ketika proses pembelajaran berlangsung. Pada awal pembelajaran dan review pada
akhir pembelajaran.
d. Refleksi
Peneliti beserta pengamat
mendiskusikan hasil pengamatan dari tahapan bermain peran anak dan hasil
belajar anak selama mengikuti proses belajar mengajar, apakah ada
perubahan berbicara dalam bermain peran.
B. Siklus 2
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti membuat
perecanaan tindakan sesuai dengan hasil refleksi siklus I, yaitu memperbaiki
pelaksanaan pembelajaran permainan peran sehingga memunculkan kemampuan
berbicara anak. Materi yang dipilih sesuai dengan kemampuan anak. Setiap
pertemuan peneliti membuat instrumen pemantau tindakan, pengumpulan data serta
evaluasi dari keseluruhan pertemuan yang dilaksanakan dalam tiap siklus.
Peneliti menentukan indikator kemampuan yang digunakan untuk mengetahui
peningkatan kemampuan berbicara dalam bermaain peran. Keberhasilan dapat dilihat
berdasarkan hasil lembar check list yang mengalami peningkatan secara
signifikan sekurang-kurangnya sebesar 20 %.
b. Pelaksanaan
Tiap siklus dilakukan selama 1x 35
menit jam pelajaran. Selain melaksanakan pembelajaran, peneliti menyiapkan
media yang sesuai dengan tindakan, menyiapkan alat pengumpul data berupa
dokumentasi, lembar catatan lapangan, serta lembar check list.
c.
Pengamatan
Pengamat melihat adanya
perubahan berkomuniksi atau berbicara dalam bermain peran setelah dilakukan pembelajaran.
Yang tadinya anak berbicara 20 %,
setelah menggunakan metodebermain peran menjadi 50 %.
d.
Refleksi
peneliti dan pengamat mendiskusikan
hasil pengamatan yang sudah mulai menunjukan hasil positif dan menyusun langkah
selanjutnya guna mendukung penelitian.
C. Siklus 3
a.
Perencanaan
Merencanakan program pembelajaran
pada anak yang masih mengalami kendala ketika berbicara atau berkomunikasi.
Dengan cara mengulang pembelajaran dalam menggunakan metode bermain peran.
b.
Pelaksanaan
Pembelajaran dilakukan selama 1x 35
menit jam pelajaran dengan lebih menekankan pada anak yang masih mengalami
kendala dalam berbicara.
c.
Pengamatan
Hasil pengamatan pengamat setelah
dilakukan pada proses pembelajaran berlangsung dan pengamatan terhadap reinforcement pada awal kegitan dan
review diakhir kegiatan pembelajaran terjadi peningkatan 90 % anak bisa
berbicara atau berkomunikasi dengan orang lain.
d.
Refleksi
Peneliti dan pengamat mendiskusikan
hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran
peneliti telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka penilti dan pengamat
merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang
diharapkan.
M.
Sumber Data
Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari :
1.
Siswa BKB PAUD Flamboyant
Gedong
2.
Guru inti BKB PAUD
Flamboyant Gedong
3.
Guru pendamping BKB PAUD
Flamboyant Gedong
- Teknik Pengumpilan
Data
Teknik
pengumpulan data yang digunakan untuk mendapatkan data penelitian adalah dengan
cara, yaitu :
1.
Observasi
Observasi adalah metode atau
cara-cara menganalisis dan mengadakan pencatatan secara sistematis mengenai
tingkah laku dengan melihat dan mengamati individu atau kelompok secara
langsung.[1]
Berdasarkan keterlibatan peneliti dalam penelitian tindakan ini, maka jenis
observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi partisipan.
Dalam observasi partisipan, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang
dilakukan oleh subjek yang diteliti atau yang diamati, seolah-olah merupakan
bagian dari mereka.
2.
Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi pada penelitian ini
berupa foto-foto yang diambil pada saat kegiatan pelaksanaan peneliti
berlangsung.
3.
Catatan Lapangan
Catatan lapangan yaitu catatan
peneliti selama pelaksanaan peneliti berlangsung baik berupa kelebihan yang
perlu dipertahankan maupun kekurangan yang perlu mendapat perbaikan.
Selanjutnya untuk memperoleh data pemantau tindakan dengan menggunakan lembar
pengamatan, dan catatan lapangan atau anekdot.
- Teknik Analisis Data
1.
Reduksi Data
Mengubah rekaman data ke dalam fokus
permasalahan, data yang terkumpul dan rekaman catatan-catatan lapangan kemudian
dirangkum dan diseleksi. Dalam tahapan ini data dari observasi, studi
dokumentasi dan catatan lapangan akan diseleksi data-data mana saja yang perlu
dibuang dan dipilih. Untuk mempermudah dalam seleksi peneliti menggunakan
pengkodean untuk memudahkan data mana yang ingin digunakan dan data yang mana
ingin dibuang.
2.
Deskripsi Data
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik
analisis deskriptif kuantitatif. Deskripsi kuantitatif yaitu memaparkan hasil
penelitian yang dilakukan yaitu hasil dari pengamatan keterampilan berbicara.
Penghitungan data kuantitatif adalah dengan menghitung hasil akhir peningkatan
keterampilan berbicara anak pada setiap siklus. Data tersebut diperoleh dari
lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian, dapat
diketahui persentase keterampilan berbicara anak. hasil yang diperoleh dalam
penghitungan kuantitatif kemudian dideskripsikan secara naratif. Data yang akan
dianalisis berupa data dari lembar observasi pada saat kegiatan berlangsung melalui
bermai peran.
Hasil observasi mengenai keterampilan berbicara pada anak dapat
disajikan dengan tabel sebagai berikut :
Pencapaian
Keterampilan Berbicara
Indikator
|
Jumlah
Anak
|
Persentase
|
Mampu berbicara
dengan jelas sehingga dapat dipahami
|
|
|
Mampu menceritakan
kembali cerita dengan lancer
|
|
|
Mampu membentuk
kalimat dengan runtut
|
|
|
Rata – rata
|
|
|
Data keterampilan berbicara yang diperoleh
akan dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif sederhana. Menurut Anas
Sudjiono (1986: 43) dapat dianalisa dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
P = F x 100%
N
P
= Angka persentase
F =
Frekuensi yang sedang dicari persentase
N =
Jumlah responden anak
Data tersebut akan diinterpretasikan ke dalam empat tingkatan,
menurut Arikunto (2010: 192) yaitu :
1. Kesesuaian kriteria (0%) : 0-25 : belum berkembang
2. Kesesuaian kriteria (0%) : 26-50 : mulai berkembang
3. Kesesuaian kriteria (0%) : 51-75 : berkembang sesuai harapan
4. Kesesuaian kriteria (0%) : 76-100 : berkembang sangat baik
3.
Verifikasi Data
Verivikasi disini merupakan hasil dari
proses pembelajaran bermain peran. Setelah data dipilih pada tahap reduksi data
dan telah disajikan dalam bentuk deskritif pada tahap penyajian data, tiba
saatnya peniliti menarik kesimpulan atau verivikasi pada tahap ini. namun,
pengolah data kulitatif tidak akan tergesa-gesa tetapi secara bertahap denga
tetap memperhatikan perolehan data. Dengan kata lain, penarikan kesimpulan
adalah suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh.
- Teknik Keabsahan
Data
Untuk menguji tingkat keterpercayaan
dan keabsahan data peneliti menggunakan teknik sebagai berikut: (1)
kredebilitas (credibility), item-item
yang digunakan peneliti dalam instrumen merupakan penjabaran dari teori-teori
yang terkait sehingga peneliti menentukan indikator instrumen lebih terperinci,
(2) keterbukaan (transferability),
penyajian data yang disusun oleh peneliti disampaikan secara transparan untuk
diketahui kepala sekolah, guru kelas, dan dosen pembimbing. Hal ini dilakukan
sebagai bahan untuk perbaikan tindakan selanjutnya dan memperkaya peneliti
untuk memahami ruang lingkup penelitian, (3) keakuratan (dependability), dalam pengisian data diperoleh informasi yang
akurat. Data yang diterima peneliti tidak dipengaruhi oleh faktor-faktor yang
dapat menghambat ketercapaian tujuan penelitian, (4) kelayakan (Confirmability), data yang digunakan
peneliti sebelumnya telah diinformasikan terlebih dahulu kepada para ahli
(dosen pembimbing). Apabila ada indikator yang kurang tepat dalam penghambilan
data maka peneliti akan memperbaiki indikator tersebut.
- Kriteria
keberhasilan penelitian
Dalam penelitian ini jika pelaksanaan
siklus 1 pada penelitian ini belum menunjukkan tindakan penelitian hasil yang
optimal, maka akan dilakukan dengan pelaksanaan siklus 2, jika belum
menunjukkan peningkatan hasil yang optimal, maka di perlukan pengembangan
perencanaan tindakan untuk penelitian selanjutnya melalui siklus 3.
Pengembangan perencanaan tindakan ini lebih difokuskan pada metode bermain
peran yang lebih baik lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Tim
PKP PG-PAUD ( 2009) Panduan Kemantapan Kemampuan Mengajar profesionalJakarta ;
Universitas Terbuka Wardhani Igakk, Wihardit Kuswaya, (2008) Penelitian
Tindakan KelasJakarta : Universitas Terbuka
Roestiah,
2011, Strategi Belajar Mengajar,Jakarta : Rineka Cipta
Tarigan,
Henry Guntur.1990. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan
Berbahasa.Bandung:Angkasa
(http://Asy-syifagunungselan.blogspot.com/2013/05/ptkmeningkatkankemampuanberbicaramelaluimetodebermainperan.html.diakses
02 januari2017)
[1] M”. Ngalim Purwanto,
Prinsip-prinsip dan Tekhnik Evaluasi Pengajaran (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2001), h.149
Tidak ada komentar:
Posting Komentar