UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
”Metodologi
Penelitian”
Dosen
Pengampu:
Iswadi,
M. Pd
PENINGKATAN
KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH PADA AUD USIA 4-5TAHUN
Oleh:
RINA PUJIYATI
20158410226
PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
2016
PROPOSAL
PENINGKATAN
KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH PADA AUD USIA 4-5TAHUN
A. Latar Belakang Masalah
Usia
dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia
(sujiono, 2009:202) adalah usia yang efektif untuk mengembangkan potensi yang
dimiliki oleh anak, karena pada masa ini adalah masa golden age yaitu
masa peka anak untuk menerima rangsangan atau stimulasi dari lingkungan sekitar
anak, baik yang berkaitan dengan aspek moral agama, sosial emosional, bahasa,
kognitif dan motorik. Potensi-potensi tersebut di stimulus dan dikembangkan
agar anak dapat berkembang secara optimal.
Hurlock (1978 :156) mengemukakan 5 alasan bahwa masa
kanak-kanak adalah waktu yang tepat dan ideal untuk menstimulasi motorik halus
yaitu : 1) karena tubuh anak lebih lentur ketimbang anak remaja; 2) anak belum
banyak memiliki keterampilan yang berbenturan dengan keterampilan yang baru; 3)
secara keseluruhan anak lebih berani mencoba sesuatu yang baru; 4)anak bersedia
mengulangi sesuatu tindakkan hingga pada otot terlatih untuk melakukannya
secara efektif; 5) anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil,
maka mereka lebih banyak mempelajari keterampilan.
Pada umumnya orang
berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa terpanjang dalam rentang kehidupan,
saat di mana individu relatif tidak berdaya dan tergantung kepada orang lain.
Dari
beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa masa kanak-kanak usia dini
mengalami masa perkembangan yang sangat cepat dalam rentang kehidupan. Masa
perkembangan ini ditandai dengan kemandirian, kemampuan kontrol diri dan hasrat
untuk memperluas pergaulan, maka dari itu usia ini merupakan masa yang sangat
baik untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu,
dibutuhkan tempat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak
agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal.
Adapun
di dalam peraturan menteri nomor 58 tahun 2009 standar pendidikan anak usia
dini di antaranya, yaitu standar tingkat pencapaian perkembangan. Maka dari itu
dapat dikatakan standar tingkat pencapaian merupakan gambaran pertumbuhan dan
perkembangan yang diharapkan pada dalam rentang usia tertentu, seperti
perkembangan nilai, agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan
sosial-emosional (Petunjuk teknis kurikulum berdasarkan permen nomor 58 tahun
2009).
Upaya
pengembangan anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya
adalah dengan metode bermain untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
Kalau kita kaji bahwa yang
dikatakan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh
tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil(halus) serta memerlukan koordinasi
yang cermat seperti menggunting mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam,
menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup
objek dengan mudah, menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan
kuas, crayon dan spidol, serta melipat (Departemen Pendidikan Nasional,
2008:10)
Posisi
anak usia dini di satu pihak berada pada masa rawan dan labil manakala anak
kurang mendapatkan rangsangan positif dan menyeluruh. Pemberian rangsangan
melalui pendidikan untuk anak usia dini perlu diberikan secara komprehensip,
dalam makna anak tidak
hanya
dicerdaskan otaknya, akan tetapi cerdas juga dalam aspek lain, karena fakta di
lapangan masih banyak individu yang bermasalah di perkembangan motorik
halusnya, seperti belum mampu memegang pensil dengan benar, belum mampu
memegang gunting, dan memegang crayon. Hal ini yang sering menimbulkan masalah
dan sering menjadikan anak tersebut mendapat hambatan saat menyelesaikan
tugasnya.
Pada
dasarnya semua orang bermain, dari bayi hingga remaja, bahkan sampai dewasa.
Hanya saja dibandingkan remaja dan orang dewasa, anak-anak menghabiskan
sebagian besar waktunya dengan bermain, karena bermain adalah kegiatan yang
menyenangkan bagi anak,dan anak melakukannya setiap hari dengan senang hati.
Dalam keadaan senang dan santai tanpa di sadari anak akan lebih mudah
mempelajari banyak hal, sehingga dengan bermain anak akan tumbuh dan berkembang
(Pudjiati,2011:7-9)
Beberapa
pendapat yang menjelaskan tentang masa kanak-kanak yang dikenal dengan masa
bermain, hal ini dikarenakan anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya
dengan bermain, karena bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi anak-anak.
Dengan hal ini anak-anak terkadang tidak menyadari dengan bermain anak akan
mempelajari banyak hal. Dalam melakukan kegiatannya anak-anak tentunya tidak
terlepas dari penggunaan anggota tubuhnya, dan kemampuan setiap anak akan
berbeda. metode yang bisa dilakukan oleh guru dalam membantu anak yang
mengalami masalah tersebut, salah satunya adalah kegiatan bermain playdough.
Dalam kegiatan
tersebut
individu atau anak melakukan kegiatan bermain dengan menggunakan media playdough,
karena selama ini untuk membantu menstimulasi motorik halus belum menggunakan
media playdough, playdough pun mempunyai kelebihan yaitu dengan tekstur yang
lembut maka akan memudahkan anak untuk meremas, mencubit serta membentuk
berbagai bentuk yang di kehendaki sehingga akan dapat membantu menstimulasi
kelenturan dan kekuatan otot-otot halus pada pergelangan tangan dan jari-jemari
anak. Maka dari itu kegiatan tersebut dapat membantu individu melaksanakan
tugas perkembangan motorik halus dengan baik, karena kegiatan tersebut melatih
individu untuk mengkoordinasikan otot-otot halus yaitu jari-jemari dan
pergelangan tangan, hal ini merupakan latihan agar kemampuan motorik halus anak
pada jari-jemari dan pergelangan tangannya lentur, sehingga anak mempunyai
kekuatan dalam memegang pensil, crayon, gunting dan lain-lain yang dapat
membantu aktivitas anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian motorik
halus individu dapat berkembang sesuai dengan harapan dan terhindar dari
masalah. Namun pada paud nusa indah di kelompok anggur masih terdapat 4 anak
atau 50% anak yang belum mampu memegang pensil dengan benar, memegang gunting
dan menggunting mengikuti bentuk pola, serta memegang crayon. Dari uraian
permasalahan tersebut maka saya mengangkat judul “ Peningkatan Keterampilan Motorik Halus melalui Bermain Playdough pada
aud usia 4-5th”.
B.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang yang di kemukakan di atas, maka dapat diperoleh identifikasi
masalah sebagai berikut:
1. Anak kurang mampu atau
kesalahan melakukan gerak misal saat memegang pensil, Crayon dan gunting.
2. Kemampuan motorik halus anak
belum terlatih secara optimal
3. Strategi yang kurang
dalam membantu merangsang perkembangan motorik halus anak sehingga anak-anak
sering bermasalah dalam menjalankan tugas perkembangan motorik halusnya.
4. Anak Kurangnya mandiri dalam
kegiatan menulis, menggunting, mewarnai.
5.
Kemampuan motorik halus anak belum terlatih secara optimal seperti menggunakan
jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
C. Pembatasan Masalah
Permasalahan
yang diuraikan dalam identifikasi masalah masih terlalu luas sehingga
diperlukan pembatasan masalah agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menerima
dan pembahasan. Dalam proposal ini masalah dibatasi pada kegiatan bermain playdough
di kelompok anggur PAUD Nusa Indah dalam
pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak yaitu seperti
menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang di atas, maka masalah yang menjadi fokus penelitian adalah
apakah dengan kegiatan bermain playdough dapat meningkatkan motorik halus anak
di kelompok anggur PAUD nusa indah ?
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat
dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yang selama ini bekerja di
bidang pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya hasil penelitian dapat
dijadikan pedoman dalam pengembangan profesi dan meningkatkan kemampuan motorik
halus anak dan menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian
guna memperbaiki metode pembelajaran ke depannya.
2. Manfaat Praktis
1. Bagi peserta didik
a. Membantu kelenturan otot-otot
halus anak didik
b. Membantu mengembangkan
berbagai potensi yang dimiliki anak berkaitan dengan perkembangan motorik halus
dalam berbagai bidang sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang SD
dan dalam kehidupan anak sehari-hari
c. Melatih kemandirian anak
dalam kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus anak
2. Bagi guru atau calon pendidik
AUD
a. Membantu dan mempermudah
guru atau pendidik untuk dapat mengambil sikap atau metode mengajar dengan
tepat.
b. Memberikan gambaran
kepada calon guru AUD tentang media pembelajaran yang tepat dalam upaya
peningkatan motorik halus peserta didik.
3. Bagi sekolah
a. Sebagai bahan masukan
bagi sekolah untuk bisa menerapkan metode bermain dengan media playdough
sehingga anak-anak lebih kreatif
b. Dapat membantu sekolah dalam
mengatasi masalah perkembangan motorik halus
c.
Sebagai evaluasi bagi sekolah untuk mengidentifikasi hambatan atau penyimpangan
yang mungkin terjadi dalam proses pengembangan kemampuan motorik halus sehingga
jika terjadi hambatan dapat dilakukan perbaikan sejak dini.
F. Kajian
Pustaka
1. Pengertian kemampuan
motorik halus
Kemampuan
motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang
melibatkan otot kecil dan koordinasi mata – tangan. Semakin muda usia anak
semakin lama waktu yang di butuhkan untuk berkonsentrasi pada kegiatan yang
berkaitan dengan kemampuan motorik halus, hampir setiap hari anak menggunakan
keterampilan motorik halusnya misal mengancing baju, makan dengan menggunakan
sendok, mengikat tali sepatu saat menggunakan sepatu, jika di sekolah anak mengerjakan
hal-hal seperti menggunting, menulis, mewarnai, anak meronce manik-manik dan
lain sebagainya.
Kemampuan
motorik halus sangat penting dalam kehidupan anak. Namun dengan berkembangnya
teknologi seperti sekarang banyak anak yang bermain dengan vidio games sehingga
anak-anak jarang bermain menggunakan permainan yang menggunakan motorik halus,
misal bermain pasir, bermain permainan tradisional misal bermain kelereng.
Sehingga hal ini pun dapat menyebabkan kurang berkembangnya otot-otot halus
pada tangan. Sehingga anak bisa
mengalami
kesulitan dalam menggunakan alat tulis ketika anak masuk sekolah
Hal
yang sama di kemukakan dalam Depdiknas (2008:10) bahwa motorik halus adalah
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot
kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting
mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun
balok,memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah,
menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas,crayon dan
spidol, serta melipat.
Dengan
demikian motorik halus adalah segala kegiatan yang menggunakan otot halus pada
bagian tubuh tertentu serta membutuhkan koordinasi yang cermat. Perkembangan
motorik adalah salah satu hal yang penting dalam perkembangan individu. Setiap
anak dapat mencapai perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapat
stimulasi yang tepat, semakin banyak kesempatan, praktek dan bimbingan yang
kontinyu.
2. Bermain
a. Pengertian Bermain
Bermain merupakan cara
ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya
yang pada awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami konflik.
Aktivitas bermain merupakan
kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang
dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi, penampilan, anak dengan
menggunakan seluruh perasaan,tangan atau seluruh badan, hal ini di kemukakan
oleh carol.s & nita barbaour(dalam
Yohana Rumanda dkk : 2011:15)
Menurut
Mayesty (Sujiono. 2009:134) bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang
mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup
adalah permainan.
Menurut Docket dan Feer
(Sujiono:2009:134)) bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui
bermain, anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan
dirinya.
Bermain merupakan aktivitas yang
khas dari anak dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan
bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir.
Pernyataan ini sejalan
dengan Catron dan Allen
(Sujiono:2009:135) bahwa bermain dapat memberikan pengaruh secara langsung
terhadap area perkembangan. Anak-anak dapat mengambil kesempatan untuk belajar
tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Selain itu, pembelajaran
juga memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, bereksplorasi dan
menciptakan bentuk sesuatu kreativitas. Anak-anak memiliki motivasi dari dalam
dirinya
untuk
bermain, memadukan sesuatu yang baru dengan apa yang telah diketahuinya.
Berdasarkan pengertian bermain
menurut para ahli yang telah di kemukakan di atas maka bermain adalah kegiatan
yang dilakukan oleh anak dan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang
dewasa karena kegiatan bermain juga dilakukan untuk mencapai tujuan akhir.
(Sujiono.2009:149) mengatakan bahwa
bermain dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan anak, sebagai berikut:
a. Bermain eksploratoris.
Bermain eksplorasi
mempengaruhi perkembangan anak melalui 4 cara yang berbeda yaitu; eksplorasi
memberikan kesempatan pada setiap anak untuk menemukan hal baru.
b. Bermain Energetik.
Bermain yang melibatkan
energi yang banyak, seperti; memanjat,melompat dan bermain bola.
c. Bermain keterampilan.
Dapat membantu anak untuk
menjadi pembangun, dapat mengurangi keputusasaan, mengarah pada kebergunaan dan
kemandirian, mengembangkan keterampilan baru untuk meningkatkan kepercayaan
diri serta belajar melalui memegang langsung bahan.
d. Bermain Sosial.
Adanya
interaksi antara dua orang atau lebih, di mana guru akan menemukan kesan
partisipasi.
e. Bermain Imajinatif.
Dapat membantu anak untuk
mengembangkan kemampuan berpikir dan bahasa, membantu anak untuk memahami orang
lain, mengembangkan kreativitasnya dan mengenali dirinya sendiri.
f. Bermain Teka-teki.
Dapat mengembangkan anak
dalam berpikir, teka-teki mendorong rasa ingin tahu anak dan mengembangkan
kemandirian pada anak.
Pada hakikatnya kegiatan
bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh imajinatif dan
dilakukan dengan segenap perasaannya. Dalam bermain, anak membuat pilihan,
memecahkan masalah, berkomunikasi dan bernegosiasi. Mereka menciptakan
peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial dan kognitif.
Pudjiati, mengemukakan
aspek- aspek perkembangan yang akan dirangsang dengan bermain, yaitu:
1. Aspek Fisik-Motorik.
Yang dimaksud aspek “fisik-
Motorik adalah kemampuan gerak, baik gerakan kasar atau gerakan halus. Kegiatan
bermain yang dapat merangsang gerakan kasar di antaranya adalah:
a. Gerakan-gerakan
menendang atau menghisap jari jemari pada bayi.
b.
Berjalan pada satu garis lurus atau mengangkat satu kaki untuk keseimbangan.
c. Menangkap atau menendang
bola, dan lain-lain.
2. Aspek Sosial- Emosional.
Melalui bermain anak
belajar mengenal jenis kelamin mereka, bagaimana membina hubungan dengan orang
lain, menunggu giliran, dan mampu memahami orang lain. Kegiatan bermain yang
dapat dilakukan untuk merangsang perkembangan sosial- emosional.
3. Aspek Bahasa.
Saat bermain anak akan
mendengar dan berbicara,halini akan melatihnya untuk memahami orang lain dan
menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikirannya.
Beberapa kegiatan bermain
yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek bahasa di antaranya adalah:
a.
Membacakan buku cerita.
b.
Menyanyikan lagu-lagu sederhana.
c.
Mengajak anak berbicara.
d. Bermain tebak kata.
4. Aspek kecerdasan.
Melalui bermain anak
belajar bagaimana menyelesaikan masalah, meningkatkan daya ingat, memusatkan
perhatian pada suatu kegiatan,dan lain-lain. Kegiatan bermain yang dapat
dilakukan di antaranya adalah:bermain jual beli.
3 . Playdough
a.
Pengertian
Playdough
Playdough adalah salah satu
permainan yang digemari anak. Mainan ini semacam tanah liat buatan berwarna
warni yang bisa dibentuk sesuai kreasi anak. Mainan ini termasuk mainan edukasi yang membentuk gerak motorik anak
agar berkembang dengan baik, menciptakan daya imajinaasi dan kreativitas.
Hanya saja bahan playdough
yang sering kita temukan dipasaran sering tidak aman bagi anak. Playdough yang
kurang berkualitas akan mudah lengket di tangan, mengeluarkan minyak, memakai
pewarna tekstil yang berbahaya jika ditelan, memakai pewangi yang tidak aman
jika dihirup. Sedangkan playdough yang berkualitas impor dari luar negeri
harganya tidaklah murah.
b. Bahan
Playdough
Kita dapat membuat mainan
playdough sendiri dengan bahan-bahan yang aman. Bahan –bahannya yaitu
-
1/2kg
tepung terigu
-
1
cangkir garam halus
-
2
sendok minyak sayur bisa juga minyak zaitun atau baby oil
-
1
cangkir air
-
Pewarna
makanan secukupnya
c. Cara
Membuat
1.
Campurkan
bahan tepung terigu dan garam halus, aduk sampai rata
2.
Masukkan
minyak sayur aduk sampai rata
3.
Masukkan
beberapa tetes pewarna makanan kedalam air, jika sudah tuangi adonan dengan air
campuran tersebut sedikit demi sedikit sampai adonan menjadi karet
4.
Adonan
jangan sampai menjadi lembek, usahakan sampai bentuknya memadat
5.
Jika
sudah masukkan adonan ke dalam tempat plastik dan tutup rapatagar tidak
mengeras
G. Kerangka Berfikir Tindakan
Untuk memperjelas alur
pikiran tentang kegiatan bermain playdough sebagai usaha untuk meningkatkan
kemampuan motorik halus kelompok anggur Paud Nusa Indah. Kemampuan motorik
halus adalah kemampuan otot-otot kecil atau otot halus. Motorik halus dapat
distimulasi dengan kegiatan dalam hal ini rangsangan dilakukan dengan kegiatan
bermain playdough, kegiatan ini dapat meningkatkan kreativitas, imajinasi, dan
kesabaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat
diduga apabila guru PAUD nusa indah dapat melakukan pembelajaran dengan
kegiatan bermain playdough dengan pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema
saat pembelajaran berlangsung.
Bermain playdough
HASIL
Kemampuan motorik halus anak dapat
meningkat
Motorik halus
1. Kemampuan memegang dan
memanipulasi benda-benda.
2. Kemampuan dalam koordinasi mata
dan tangan
H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori yang
telah di kemukakan di atas maka dapat diambil dugaan sementara dalam penelitian
ini sebagai berikut:
“kemampuan motorik halus anak
kelompok anggur PAUD nusa indah dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain
playdough
I. Tujuan Penelitian
Tujuan
penelitian dalam proposal ini adalah untuk mengetahui apakah melalui playdough
dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini di usia 4-5tahun
di paud nusa indak kelompok anggur.
J. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di
PAUD nusa indah kelompok anggur. Waktu pelaksanaan pada semeter genap di bulan
september.
K.
Metode Penelitian
Penelitian
ini dilakukan untuk mengetahui hasil peningkatan motorik halus melalui media
playdough. Pendekatan penelitian kuantitatif dalam penelitian ini bertujuan
mengungkapkan data yang ada dilapangan dengan cara menguraikan dan
menginterpretasikan sesuatu seperti apa yang ada dilapangan, dengan tujuan
memperoleh gambaran mengenai proses peningkatan tersebut. Penelitian dilakukan
di paud nusa indah Kalisari Pasar Rebo.
L.
Langkah-langkah Penelitian
Dalam
melakukan suatu penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menentukan metode
penelitian yang akan digunakan. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam
melakukan penelitian yang akan membawa peneliti pada suatu kesimpulan
penelitian yang merupakan pemecahan masalah dari rumusan masalah yang diteliti
peneliti. Peneliti membuat perencanaan tindakan siklus I.
Siklus I
Sebagaimana yang telah direncanakan
sebelumnya, tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Dalam
melaksanakan siklus I peneliti menggunakan RPPM dan RPPH yang digunakan pada
pertemuan 1 dan 2 adalah hampir sama, namun dalam kegiatan ini ditambahkan
indikator, membuat penilaian dengan menggunakan lembar observasi, menyiapkan
media playdough. Observasi dilakukan dengan memberi tanda ceklis pada lembar
observasi perkembangan kemampuan motorik halus anak melalui bermain
playdough.Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diketahui penyebab mengapa kemampuan
motorik halus anak belum berkembang yaitu pembelajaran yang kurang variatif dan
menarik, karena takut melakukan kesalahan, anak masih kurang serius dalam
kegiatan pembelajaran.
Pada kondisi anak yang memiliki
kemampuan motorik halus dalam membuat berbagai bentuk dari playdough hanya 3
anak saja dari 10 anak. Setelah diadakan tindakan anak yang memiliki kemampuan
motorik perkembangan kurang lebih 25% dari 30% menjadi 50% dan hal ini
disebebkan karena : 1. Anak yang masih takut jika melakukan kesalahan diberi
motivasi. 2. Anak yang memiliki kemampuan dalam membuat bentuk masih rendah
diberi semangat agar mau mencoba terus sampai bisa. 3. Anak yang masih kurang
serius dalam mengikuti pembelajaran diberi bimbingan dan pengarahan lagi.
Kesimpulan yang dapat diambil pada
siklus I pertemuan pertama dan kedua, kemampuan motorik halus anak sudah ada
perkembangan lebih 25% yaitu dari 30% menjadi 50%. Hal ini masih ada banyak
kekurangan baik itu guru maupun anak didik. Maka dibuat perencanaan untuk
tindakan berikutnya.
Siklus II
Melihat hasil yang belum memuaskan
pada siklus I maka peneliti merencanakan perbaikan untuk siklus Ii dengan media
yang lebih menarik lagi. Tahap yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus
I, dalam perencanaan siklus II yang perlu disiapkan adalah : 1. Membuat RPPH,
2. Membuat perangkat penilaian, 3. Menyiapkan alat pembelajaran, 4. Menyiapkan
lembar observasi. Pelaksanaan pada siklus Ii juga dilaksanakan 2 kali
pertemuan. Observasi dan evaluasi dilakukan untuk membandingkan kemampuan
motorik halus anak dalam membuat berbagai bentuk dari playdough pada siklus I
dan siklus II. Tindakan pada siklus II dinyatakan berhasil, karena telah
mencapai prosentase keberhasilan yang ditentukan 85%, bahkan dapat melebihi
prosentase yang ditentukan yaitu 86,25%. Berdasarkan tindakan kelas keseluruhan
dari siklus I dan siklus II, usaha untuk mengembangkan kemampuan motorik halus
anak sudah berkembang yaitu dari siklus I 50% menjadi 86,25% pada siklus II.
Langkah-langkah
penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan peneliti pada siklus I dan II
adalah :
1.
Perencanaan
yaitu membuat RPPM dan RPPH, menyiapkan alat peraga dan menentukan waktu
pelaksanaan tindakan
2.
Pelaksanaan
tindakan direncanakan melalui dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan
2 kali pertemuan, pelaksanaan ini dilakukan dengan berkolaborasi dengan kepala
sekolah, guru kelas dan peneliti sendiri
3.
Pengamatan
disini peneliti mengamati dan mencatat apakah pelaksanaan tindakan sudah sesuai
dengan perencanaan atau belum, kemudian data yang diperoleh dimasukkan ke dalam
lembar observasi
4.
Refleksi
semua data kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada kekurangan yang harus
diperbaiki oleh guru dan dapat digunakan untuk menentukan langkah pada siklus
berikutnya.
Dalam penelitian tentunya
membutuhkan banyak data untuk mendukung sebuah penelitian ini. Jenis data yang
digunakan yaitu data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari proses
pengamatan yang berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang tingkat
pemahaman siswa terhadap suatu kegiatan pembelajaran. Data kualitataif yang
digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data kemampuan motorik halus anak
dalam mengekspresikan diri dalam berkarya seni dan melakukan gerakan
manipulatif membuat bentuk yang perlu dikembangkan. 2. Data penerapan media
bermain playdough sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus
anak.
M. Sumber data
Sumber
data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan mengenai suatu
data. Sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam proposal ini terdiri dari
sumber data yang diperoleh peneliti secara langsung dari obyek penelitian.
Dalam hal ini yang menjadi sumber data diperoleh dari siswa, guru, dan data
penerapan pembelajaran yang diperoleh dari guru.
Sumber
data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung dengan obyek penelitian. Sumber data sekunder yaitu buku-buku
literatur, hasil observasi dll.
N. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dengan
menggunakan observasi, dokumentasi, dan evaluasi dalam pengembangan
pembelajaran yang diberikan:
1. Observasi (pengamatan)
Observasi
merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung serta ikut
terlibat dalam pengamatan tersebut. Observasi dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi tentang objek yang diteliti, pengamat mencatat apa yang
terjadi selama proses kegiatan berlangsung.
2. Dokumentasi yaitu hasil karya anak yang dilakukan saat anak
melakukan kegiatan berupa foto-foto hasil kegiatan.
3.
Penugasan.
Penugasan
merupakan cara penilaian untuk anak baik secara perorangan maupun kelompok. Misalnya:
membuat adonan playdough membuat bentuk dari playdough.
O. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai
dengan menelaah data tentang kemampuan motorik halus. Data adalah catatan
penilaian berupa fakta, maupun angka-angka (Arikunto, 2010:19).
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data yang diperoleh saat proses pembelajaran berlangsung.
P. Keabsahan
Data
Instrumen yang
digunakan untuk mengumpulkan data adalah :
1.
Lembar
observasi kemampuan motorik halus anak, pedoman observasi ini dibuat untuk
mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan, prosedur penyusunan
dan pengisian lembar observasi adalah menentukan indikator yang lebih terkait
yang akan digunakan untuk mengetahui perkembangan kemampuan motorik halus anak
dengan mengekspresikan diri dalam berkarya seni dan melakukan gerakan
manipulasi membuat bentuk, menjabarkan indikator ke dalam butir amatan,
menentukan menentukan deskripsi kedalam butir amatan dengan pemberian skor,
membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk mencatat hasil pengamatan
saat melakukan kegiatan
2.
Lembar
observasi penerapan media playdough, komponen yang dinilai adalah pendahuluan,
pelaksanaan, inti, penggunaan media dan penutup
3.
Foto
dokumentasi/foto kegiatan pembelajaran berlasngsung
4.
Lembar
catatan lapangan
Agar data yang diperoleh
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya maka perlu dilakukan validasi. Tehnik
validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik triangulasi yaitu
tehnik analisis yang diperoleh peneliti yang berperan sebagai guru dibandingkan
dengan data guru pendamping. Keabsahan data diperoleh dengan
1.
Triangulasi
sumber yaitu keabsahan data dengan menggunakan beberapa sumber yang telah
diperoleh bersumber dari guru dan anak didik.
2.
Triangulasi
metode yaitu merupakan keabsahan data dengan menggunakan metode tanya jawab dan
hasil karya
3.
Triangulasi
alat merupakan keabsahan dengan menggunakan alat yaitu menggunakan lembar
observasi.
Q. Kriteria
Keberhasilan Penelitian
Kriteria keberhasilan tindakan yang
diharapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang meningkatkan motorik
halus anak melalui kegiatan bermain playdough ini adalah 86,25% anak di
kelompok anggur sudah mampu untuk :
1.
Mampu memegang dan memanipulasi benda-benda yaitu tangan anak kuat dan
lentur
2.
Mampu dalam koordinasi tangan dan mata yaitu anak dapat menggunakan jari
jemarinya sesuai contoh yang ada
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat
Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.
Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkembangan.
5th edition. Erlanga: Jakarta
Pudjiati (2011). Bermain Bagi AUD dan Alat
Permainan yang Sesuai Usia Anak. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak
Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal
Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Sujiono, Yuliani Nurani dan Sujiono,
Bambang. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
Permendiknas NO 58 Tahun 2009, Tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
https://weehomeschool.wordpress.com/2011/07/03/bermain-playdough/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar