here we are

here we are

Jumat, 13 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Rina Pujiyati


UJIAN TENGAH  SEMESTER (UTS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu:
Iswadi, M. Pd

PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH PADA AUD USIA 4-5TAHUN








Oleh:
RINA PUJIYATI
20158410226



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
               SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016

PROPOSAL
PENINGKATAN KETERAMPILAN MOTORIK HALUS MELALUI BERMAIN PLAYDOUGH PADA AUD USIA 4-5TAHUN



A. Latar Belakang Masalah
Usia dini berada dalam masa keemasan di sepanjang rentang usia perkembangan manusia (sujiono, 2009:202) adalah usia yang efektif untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh anak, karena pada masa ini adalah masa golden age yaitu masa peka anak untuk menerima rangsangan atau stimulasi dari lingkungan sekitar anak, baik yang berkaitan dengan aspek moral agama, sosial emosional, bahasa, kognitif dan motorik. Potensi-potensi tersebut di stimulus dan dikembangkan agar anak dapat berkembang secara optimal.
Hurlock (1978 :156) mengemukakan 5 alasan bahwa masa kanak-kanak adalah waktu yang tepat dan ideal untuk menstimulasi motorik halus yaitu : 1) karena tubuh anak lebih lentur ketimbang anak remaja; 2) anak belum banyak memiliki keterampilan yang berbenturan dengan keterampilan yang baru; 3) secara keseluruhan anak lebih berani mencoba sesuatu yang baru; 4)anak bersedia mengulangi sesuatu tindakkan hingga pada otot terlatih untuk melakukannya secara efektif; 5) anak memiliki tanggung jawab dan kewajiban yang lebih kecil, maka mereka lebih banyak mempelajari keterampilan.
Pada umumnya orang berpendapat bahwa masa kanak-kanak merupakan masa terpanjang dalam rentang kehidupan, saat di mana individu relatif tidak berdaya dan tergantung kepada orang lain.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat dikatakan bahwa masa kanak-kanak usia dini mengalami masa perkembangan yang sangat cepat dalam rentang kehidupan. Masa perkembangan ini ditandai dengan kemandirian, kemampuan kontrol diri dan hasrat untuk memperluas pergaulan, maka dari itu usia ini merupakan masa yang sangat baik untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Oleh karena itu, dibutuhkan tempat pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan anak agar tujuan pendidikan tercapai secara optimal.
Adapun di dalam peraturan menteri nomor 58 tahun 2009 standar pendidikan anak usia dini di antaranya, yaitu standar tingkat pencapaian perkembangan. Maka dari itu dapat dikatakan standar tingkat pencapaian merupakan gambaran pertumbuhan dan perkembangan yang diharapkan pada dalam rentang usia tertentu, seperti perkembangan nilai, agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa dan sosial-emosional (Petunjuk teknis kurikulum berdasarkan permen nomor 58 tahun 2009).
Upaya pengembangan anak usia dini dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya adalah dengan metode bermain untuk mengembangkan kemampuan motorik halusnya.
Kalau kita kaji bahwa yang dikatakan motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil(halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok, memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas, crayon dan spidol, serta melipat (Departemen Pendidikan Nasional, 2008:10)
Posisi anak usia dini di satu pihak berada pada masa rawan dan labil manakala anak kurang mendapatkan rangsangan positif dan menyeluruh. Pemberian rangsangan melalui pendidikan untuk anak usia dini perlu diberikan secara komprehensip, dalam makna anak tidak
hanya dicerdaskan otaknya, akan tetapi cerdas juga dalam aspek lain, karena fakta di lapangan masih banyak individu yang bermasalah di perkembangan motorik halusnya, seperti belum mampu memegang pensil dengan benar, belum mampu memegang gunting, dan memegang crayon. Hal ini yang sering menimbulkan masalah dan sering menjadikan anak tersebut mendapat hambatan saat menyelesaikan tugasnya.
Pada dasarnya semua orang bermain, dari bayi hingga remaja, bahkan sampai dewasa. Hanya saja dibandingkan remaja dan orang dewasa, anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain, karena bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak,dan anak melakukannya setiap hari dengan senang hati. Dalam keadaan senang dan santai tanpa di sadari anak akan lebih mudah mempelajari banyak hal, sehingga dengan bermain anak akan tumbuh dan berkembang (Pudjiati,2011:7-9)
Beberapa pendapat yang menjelaskan tentang masa kanak-kanak yang dikenal dengan masa bermain, hal ini dikarenakan anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya dengan bermain, karena bermain merupakan hal yang menyenangkan bagi anak-anak. Dengan hal ini anak-anak terkadang tidak menyadari dengan bermain anak akan mempelajari banyak hal. Dalam melakukan kegiatannya anak-anak tentunya tidak terlepas dari penggunaan anggota tubuhnya, dan kemampuan setiap anak akan berbeda. metode yang bisa dilakukan oleh guru dalam membantu anak yang mengalami masalah tersebut, salah satunya adalah kegiatan bermain playdough. Dalam kegiatan
tersebut individu atau anak melakukan kegiatan bermain dengan menggunakan media playdough, karena selama ini untuk membantu menstimulasi motorik halus belum menggunakan media playdough, playdough pun mempunyai kelebihan yaitu dengan tekstur yang lembut maka akan memudahkan anak untuk meremas, mencubit serta membentuk berbagai bentuk yang di kehendaki sehingga akan dapat membantu menstimulasi kelenturan dan kekuatan otot-otot halus pada pergelangan tangan dan jari-jemari anak. Maka dari itu kegiatan tersebut dapat membantu individu melaksanakan tugas perkembangan motorik halus dengan baik, karena kegiatan tersebut melatih individu untuk mengkoordinasikan otot-otot halus yaitu jari-jemari dan pergelangan tangan, hal ini merupakan latihan agar kemampuan motorik halus anak pada jari-jemari dan pergelangan tangannya lentur, sehingga anak mempunyai kekuatan dalam memegang pensil, crayon, gunting dan lain-lain yang dapat membantu aktivitas anak dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian motorik halus individu dapat berkembang sesuai dengan harapan dan terhindar dari masalah. Namun pada paud nusa indah di kelompok anggur masih terdapat 4 anak atau 50% anak yang belum mampu memegang pensil dengan benar, memegang gunting dan menggunting mengikuti bentuk pola, serta memegang crayon. Dari uraian permasalahan tersebut maka saya mengangkat judul “ Peningkatan Keterampilan  Motorik Halus melalui Bermain Playdough pada aud usia 4-5th”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang di kemukakan di atas, maka dapat diperoleh identifikasi masalah sebagai berikut:
1. Anak kurang mampu atau kesalahan melakukan gerak misal saat memegang pensil, Crayon dan gunting.
2. Kemampuan motorik halus anak belum terlatih secara optimal
3. Strategi yang kurang dalam membantu merangsang perkembangan motorik halus anak sehingga anak-anak sering bermasalah dalam menjalankan tugas perkembangan motorik halusnya.
4. Anak Kurangnya mandiri dalam kegiatan menulis, menggunting, mewarnai.
5. Kemampuan motorik halus anak belum terlatih secara optimal seperti menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.

C. Pembatasan Masalah
Permasalahan yang diuraikan dalam identifikasi masalah masih terlalu luas sehingga diperlukan pembatasan masalah agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam menerima dan pembahasan. Dalam proposal ini masalah dibatasi pada kegiatan bermain playdough di kelompok anggur  PAUD Nusa Indah dalam pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak yaitu seperti menggunakan jari-jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat.

D. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang menjadi fokus penelitian adalah apakah dengan kegiatan bermain playdough dapat meningkatkan motorik halus anak di kelompok anggur PAUD nusa indah ?

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat dalam pendidikan baik secara langsung maupun tidak langsung. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti yang selama ini bekerja di bidang pendidikan anak usia dini, yang selanjutnya hasil penelitian dapat dijadikan pedoman dalam pengembangan profesi dan meningkatkan kemampuan motorik halus anak dan menambah wawasan serta pengalaman dalam melakukan penelitian guna memperbaiki metode pembelajaran ke depannya.

2. Manfaat Praktis
1. Bagi peserta didik
a. Membantu kelenturan otot-otot halus anak didik
b. Membantu mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki anak berkaitan dengan perkembangan motorik halus dalam berbagai bidang sehingga siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang SD dan dalam kehidupan anak sehari-hari
c. Melatih kemandirian anak dalam kegiatan yang berhubungan dengan motorik halus anak
2. Bagi guru atau calon pendidik AUD
a. Membantu dan mempermudah guru atau pendidik untuk dapat mengambil sikap atau metode mengajar dengan tepat.
b. Memberikan gambaran kepada calon guru AUD tentang media pembelajaran yang tepat dalam upaya peningkatan motorik halus peserta didik.
3. Bagi sekolah


a. Sebagai bahan masukan bagi sekolah untuk bisa menerapkan metode bermain dengan media playdough sehingga anak-anak lebih kreatif
b. Dapat membantu sekolah dalam mengatasi masalah perkembangan motorik halus
c. Sebagai evaluasi bagi sekolah untuk mengidentifikasi hambatan atau penyimpangan yang mungkin terjadi dalam proses pengembangan kemampuan motorik halus sehingga jika terjadi hambatan dapat dilakukan perbaikan sejak dini.

F. Kajian Pustaka
1. Pengertian kemampuan motorik halus
Kemampuan motorik halus adalah kemampuan yang berhubungan dengan keterampilan fisik yang melibatkan otot kecil dan koordinasi mata – tangan. Semakin muda usia anak semakin lama waktu yang di butuhkan untuk berkonsentrasi pada kegiatan yang berkaitan dengan kemampuan motorik halus, hampir setiap hari anak menggunakan keterampilan motorik halusnya misal mengancing baju, makan dengan menggunakan sendok, mengikat tali sepatu saat menggunakan sepatu, jika di sekolah anak mengerjakan hal-hal seperti menggunting, menulis, mewarnai, anak meronce manik-manik dan lain sebagainya.
Kemampuan motorik halus sangat penting dalam kehidupan anak. Namun dengan berkembangnya teknologi seperti sekarang banyak anak yang bermain dengan vidio games sehingga anak-anak jarang bermain menggunakan permainan yang menggunakan motorik halus, misal bermain pasir, bermain permainan tradisional misal bermain kelereng. Sehingga hal ini pun dapat menyebabkan kurang berkembangnya otot-otot halus pada tangan. Sehingga anak bisa
mengalami kesulitan dalam menggunakan alat tulis ketika anak masuk sekolah
Hal yang sama di kemukakan dalam Depdiknas (2008:10) bahwa motorik halus adalah gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan oleh otot-otot kecil (halus) serta memerlukan koordinasi yang cermat seperti menggunting mengikuti garis, menulis, meremas, menggenggam, menggambar, menyusun balok,memasukkan kelereng ke lubang, membuka dan menutup objek dengan mudah, menuangkan air ke dalam gelas tanpa berceceran, menggunakan kuas,crayon dan spidol, serta melipat.
Dengan demikian motorik halus adalah segala kegiatan yang menggunakan otot halus pada bagian tubuh tertentu serta membutuhkan koordinasi yang cermat. Perkembangan motorik adalah salah satu hal yang penting dalam perkembangan individu. Setiap anak dapat mencapai perkembangan motorik halus yang optimal asalkan mendapat stimulasi yang tepat, semakin banyak kesempatan, praktek dan bimbingan yang kontinyu.

2. Bermain
a. Pengertian Bermain
Bermain merupakan cara ilmiah bagi seorang anak untuk mengungkapkan konflik yang ada dalam dirinya yang pada awalnya anak belum sadar bahwa dirinya sedang mengalami konflik.
Aktivitas bermain merupakan kegiatan yang spontan pada anak yang menghubungkannya dengan kegiatan orang dewasa dan lingkungan termasuk di dalamnya imajinasi, penampilan, anak dengan menggunakan seluruh perasaan,tangan atau seluruh badan, hal ini di kemukakan oleh carol.s & nita barbaour(dalam Yohana Rumanda dkk : 2011:15)
Menurut Mayesty (Sujiono. 2009:134) bagi seorang anak, bermain adalah kegiatan yang mereka lakukan sepanjang hari karena bagi anak bermain adalah hidup dan hidup adalah permainan.
Menurut Docket dan Feer (Sujiono:2009:134)) bahwa bermain merupakan kebutuhan bagi anak, karena melalui bermain, anak akan memperoleh pengetahuan yang dapat mengembangkan kemampuan dirinya.
Bermain merupakan aktivitas yang khas dari anak dan sangat berbeda dengan aktivitas lain seperti belajar dan bekerja yang selalu dilakukan dalam rangka mencapai hasil akhir.
Pernyataan ini sejalan dengan Catron dan Allen (Sujiono:2009:135) bahwa bermain dapat memberikan pengaruh secara langsung terhadap area perkembangan. Anak-anak dapat mengambil kesempatan untuk belajar tentang dirinya sendiri, orang lain dan lingkungannya. Selain itu, pembelajaran juga memberikan kebebasan pada anak untuk berimajinasi, bereksplorasi dan menciptakan bentuk sesuatu kreativitas. Anak-anak memiliki motivasi dari dalam dirinya
untuk bermain, memadukan sesuatu yang baru dengan apa yang telah diketahuinya.
Berdasarkan pengertian bermain menurut para ahli yang telah di kemukakan di atas maka bermain adalah kegiatan yang dilakukan oleh anak dan yang dapat disamakan dengan bekerja pada orang dewasa karena kegiatan bermain juga dilakukan untuk mencapai tujuan akhir.
(Sujiono.2009:149) mengatakan bahwa bermain dapat diklasifikasikan berdasarkan kemampuan anak, sebagai berikut:
a. Bermain eksploratoris.
Bermain eksplorasi mempengaruhi perkembangan anak melalui 4 cara yang berbeda yaitu; eksplorasi memberikan kesempatan pada setiap anak untuk menemukan hal baru.
b. Bermain Energetik.
Bermain yang melibatkan energi yang banyak, seperti; memanjat,melompat dan bermain bola.
c. Bermain keterampilan.
Dapat membantu anak untuk menjadi pembangun, dapat mengurangi keputusasaan, mengarah pada kebergunaan dan kemandirian, mengembangkan keterampilan baru untuk meningkatkan kepercayaan diri serta belajar melalui memegang langsung bahan.
d. Bermain Sosial.

Adanya interaksi antara dua orang atau lebih, di mana guru akan menemukan kesan partisipasi.
e. Bermain Imajinatif.
Dapat membantu anak untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan bahasa, membantu anak untuk memahami orang lain, mengembangkan kreativitasnya dan mengenali dirinya sendiri.
f. Bermain Teka-teki.
Dapat mengembangkan anak dalam berpikir, teka-teki mendorong rasa ingin tahu anak dan mengembangkan kemandirian pada anak.

Pada hakikatnya kegiatan bermain yang dilakukan anak biasanya bersifat spontan penuh imajinatif dan dilakukan dengan segenap perasaannya. Dalam bermain, anak membuat pilihan, memecahkan masalah, berkomunikasi dan bernegosiasi. Mereka menciptakan peristiwa khayalan, melatih keterampilan fisik, sosial dan kognitif.
Pudjiati, mengemukakan aspek- aspek perkembangan yang akan dirangsang dengan bermain, yaitu:
1. Aspek Fisik-Motorik.
Yang dimaksud aspek “fisik- Motorik adalah kemampuan gerak, baik gerakan kasar atau gerakan halus. Kegiatan bermain yang dapat merangsang gerakan kasar di antaranya adalah:
a. Gerakan-gerakan menendang atau menghisap jari jemari pada bayi.


b. Berjalan pada satu garis lurus atau mengangkat satu kaki untuk keseimbangan.
c. Menangkap atau menendang bola, dan lain-lain.

2. Aspek Sosial- Emosional.
Melalui bermain anak belajar mengenal jenis kelamin mereka, bagaimana membina hubungan dengan orang lain, menunggu giliran, dan mampu memahami orang lain. Kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk merangsang perkembangan sosial- emosional.

3. Aspek Bahasa.
Saat bermain anak akan mendengar dan berbicara,halini akan melatihnya untuk memahami orang lain dan menggunakan bahasa untuk mengungkapkan pikirannya.
Beberapa kegiatan bermain yang dapat dilakukan untuk mengembangkan aspek bahasa di antaranya adalah:
a. Membacakan buku cerita.
b. Menyanyikan lagu-lagu sederhana.
c. Mengajak anak berbicara.
d. Bermain tebak kata.
4. Aspek kecerdasan.
Melalui bermain anak belajar bagaimana menyelesaikan masalah, meningkatkan daya ingat, memusatkan perhatian pada suatu kegiatan,dan lain-lain. Kegiatan bermain yang dapat dilakukan di antaranya adalah:bermain jual beli.

3 . Playdough
a.         Pengertian Playdough
Playdough adalah salah satu permainan yang digemari anak. Mainan ini semacam tanah liat buatan berwarna warni yang bisa dibentuk sesuai kreasi anak. Mainan ini termasuk mainan  edukasi yang membentuk gerak motorik anak agar berkembang dengan baik, menciptakan daya imajinaasi dan kreativitas.
Hanya saja bahan playdough yang sering kita temukan dipasaran sering tidak aman bagi anak. Playdough yang kurang berkualitas akan mudah lengket di tangan, mengeluarkan minyak, memakai pewarna tekstil yang berbahaya jika ditelan, memakai pewangi yang tidak aman jika dihirup. Sedangkan playdough yang berkualitas impor dari luar negeri harganya tidaklah murah.
b.     Bahan Playdough
Kita dapat membuat mainan playdough sendiri dengan bahan-bahan yang aman. Bahan –bahannya yaitu
-          1/2kg tepung terigu
-          1 cangkir garam halus
-          2 sendok minyak sayur bisa juga minyak zaitun atau baby oil
-          1 cangkir air
-          Pewarna makanan secukupnya
c.       Cara Membuat
1.      Campurkan bahan tepung terigu dan garam halus, aduk sampai rata
2.      Masukkan minyak sayur aduk sampai rata
3.      Masukkan beberapa tetes pewarna makanan kedalam air, jika sudah tuangi adonan dengan air campuran tersebut sedikit demi sedikit sampai adonan menjadi karet
4.      Adonan jangan sampai menjadi lembek, usahakan sampai bentuknya memadat
5.      Jika sudah masukkan adonan ke dalam tempat plastik dan tutup rapatagar tidak mengeras

G. Kerangka Berfikir Tindakan
Untuk memperjelas alur pikiran tentang kegiatan bermain playdough sebagai usaha untuk meningkatkan kemampuan motorik halus kelompok anggur Paud Nusa Indah. Kemampuan motorik halus adalah kemampuan otot-otot kecil atau otot halus. Motorik halus dapat distimulasi dengan kegiatan dalam hal ini rangsangan dilakukan dengan kegiatan bermain playdough, kegiatan ini dapat meningkatkan kreativitas, imajinasi, dan kesabaran.
Berdasarkan uraian tersebut dapat diduga apabila guru PAUD nusa indah dapat melakukan pembelajaran dengan kegiatan bermain playdough dengan pembelajaran yang dirancang berdasarkan tema saat pembelajaran berlangsung.
Bermain playdough
HASIL
Kemampuan motorik halus anak dapat meningkat
Motorik halus
1. Kemampuan memegang dan memanipulasi benda-benda.
2. Kemampuan dalam koordinasi mata dan tangan

H. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teori yang telah di kemukakan di atas maka dapat diambil dugaan sementara dalam penelitian ini sebagai berikut:
“kemampuan motorik halus anak kelompok anggur PAUD nusa indah dapat ditingkatkan melalui kegiatan bermain playdough


I. Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian dalam proposal ini adalah untuk mengetahui apakah melalui playdough dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini di usia 4-5tahun di paud nusa indak kelompok anggur.

J. Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di PAUD nusa indah kelompok anggur. Waktu pelaksanaan pada semeter genap di bulan september.

K. Metode Penelitian
            Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hasil peningkatan motorik halus melalui media playdough. Pendekatan penelitian kuantitatif dalam penelitian ini bertujuan mengungkapkan data yang ada dilapangan dengan cara menguraikan dan menginterpretasikan sesuatu seperti apa yang ada dilapangan, dengan tujuan memperoleh gambaran mengenai proses peningkatan tersebut. Penelitian dilakukan di paud nusa indah Kalisari Pasar Rebo.



L. Langkah-langkah Penelitian
Dalam melakukan suatu penelitian, peneliti terlebih dahulu harus menentukan metode penelitian yang akan digunakan. Hal ini merupakan salah satu langkah dalam melakukan penelitian yang akan membawa peneliti pada suatu kesimpulan penelitian yang merupakan pemecahan masalah dari rumusan masalah yang diteliti peneliti. Peneliti membuat perencanaan tindakan siklus I.
Siklus I
            Sebagaimana yang telah direncanakan sebelumnya, tindakan pada siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan. Dalam melaksanakan siklus I peneliti menggunakan RPPM dan RPPH yang digunakan pada pertemuan 1 dan 2 adalah hampir sama, namun dalam kegiatan ini ditambahkan indikator, membuat penilaian dengan menggunakan lembar observasi, menyiapkan media playdough. Observasi dilakukan dengan memberi tanda ceklis pada lembar observasi perkembangan kemampuan motorik halus anak melalui bermain playdough.Berdasarkan hasil pengamatan maka dapat diketahui penyebab mengapa kemampuan motorik halus anak belum berkembang yaitu pembelajaran yang kurang variatif dan menarik, karena takut melakukan kesalahan, anak masih kurang serius dalam kegiatan pembelajaran.
            Pada kondisi anak yang memiliki kemampuan motorik halus dalam membuat berbagai bentuk dari playdough hanya 3 anak saja dari 10 anak. Setelah diadakan tindakan anak yang memiliki kemampuan motorik perkembangan kurang lebih 25% dari 30% menjadi 50% dan hal ini disebebkan karena : 1. Anak yang masih takut jika melakukan kesalahan diberi motivasi. 2. Anak yang memiliki kemampuan dalam membuat bentuk masih rendah diberi semangat agar mau mencoba terus sampai bisa. 3. Anak yang masih kurang serius dalam mengikuti pembelajaran diberi bimbingan dan pengarahan lagi.
            Kesimpulan yang dapat diambil pada siklus I pertemuan pertama dan kedua, kemampuan motorik halus anak sudah ada perkembangan lebih 25% yaitu dari 30% menjadi 50%. Hal ini masih ada banyak kekurangan baik itu guru maupun anak didik. Maka dibuat perencanaan untuk tindakan berikutnya.
Siklus II
            Melihat hasil yang belum memuaskan pada siklus I maka peneliti merencanakan perbaikan untuk siklus Ii dengan media yang lebih menarik lagi. Tahap yang dilakukan pada siklus II sama dengan siklus I, dalam perencanaan siklus II yang perlu disiapkan adalah : 1. Membuat RPPH, 2. Membuat perangkat penilaian, 3. Menyiapkan alat pembelajaran, 4. Menyiapkan lembar observasi. Pelaksanaan pada siklus Ii juga dilaksanakan 2 kali pertemuan. Observasi dan evaluasi dilakukan untuk membandingkan kemampuan motorik halus anak dalam membuat berbagai bentuk dari playdough pada siklus I dan siklus II. Tindakan pada siklus II dinyatakan berhasil, karena telah mencapai prosentase keberhasilan yang ditentukan 85%, bahkan dapat melebihi prosentase yang ditentukan yaitu 86,25%. Berdasarkan tindakan kelas keseluruhan dari siklus I dan siklus II, usaha untuk mengembangkan kemampuan motorik halus anak sudah berkembang yaitu dari siklus I 50% menjadi 86,25% pada siklus II.
Langkah-langkah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan peneliti pada siklus I dan II adalah :
1.                             Perencanaan yaitu membuat RPPM dan RPPH, menyiapkan alat peraga dan menentukan waktu pelaksanaan tindakan
2.                             Pelaksanaan tindakan direncanakan melalui dua siklus dan masing-masing siklus dilaksanakan 2 kali pertemuan, pelaksanaan ini dilakukan dengan berkolaborasi dengan kepala sekolah, guru kelas dan peneliti sendiri
3.                             Pengamatan disini peneliti mengamati dan mencatat apakah pelaksanaan tindakan sudah sesuai dengan perencanaan atau belum, kemudian data yang diperoleh dimasukkan ke dalam lembar observasi
4.                             Refleksi semua data kelemahan atau kekurangan yang terjadi pada kekurangan yang harus diperbaiki oleh guru dan dapat digunakan untuk menentukan langkah pada siklus berikutnya.
Dalam penelitian tentunya membutuhkan banyak data untuk mendukung sebuah penelitian ini. Jenis data yang digunakan yaitu data kualitatif yaitu data yang diperoleh dari proses pengamatan yang berbentuk kalimat yang memberikan gambaran tentang tingkat pemahaman siswa terhadap suatu kegiatan pembelajaran. Data kualitataif yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Data kemampuan motorik halus anak dalam mengekspresikan diri dalam berkarya seni dan melakukan gerakan manipulatif membuat bentuk yang perlu dikembangkan. 2. Data penerapan media bermain playdough sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan motorik halus anak.
M. Sumber data
Sumber data merupakan segala sesuatu yang dapat memberikan keterangan mengenai suatu data. Sumber data yang digunakan oleh peneliti dalam proposal ini terdiri dari sumber data yang diperoleh peneliti secara langsung dari obyek penelitian. Dalam hal ini yang menjadi sumber data diperoleh dari siswa, guru, dan data penerapan pembelajaran yang diperoleh dari guru.
Sumber data sekunder merupakan sumber data yang diperoleh peneliti secara tidak langsung dengan obyek penelitian. Sumber data sekunder yaitu buku-buku literatur, hasil observasi dll.
N. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan observasi, dokumentasi, dan evaluasi dalam pengembangan pembelajaran yang diberikan:
1. Observasi (pengamatan)
Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara pengamatan langsung serta ikut terlibat dalam pengamatan tersebut. Observasi dilakukan dengan menggunakan lembar observasi tentang objek yang diteliti, pengamat mencatat apa yang terjadi selama proses kegiatan berlangsung.
2. Dokumentasi yaitu hasil karya anak yang dilakukan saat anak melakukan kegiatan berupa foto-foto hasil kegiatan.
3. Penugasan.
Penugasan merupakan cara penilaian untuk anak baik secara perorangan maupun kelompok. Misalnya: membuat adonan playdough membuat bentuk dari playdough.



O. Teknik Analisis Data
Proses analisis data dimulai dengan menelaah data tentang kemampuan motorik halus. Data adalah catatan penilaian berupa fakta, maupun angka-angka (Arikunto, 2010:19).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh saat proses pembelajaran berlangsung.

P. Keabsahan Data
            Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah :
1.      Lembar observasi kemampuan motorik halus anak, pedoman observasi ini dibuat untuk mengetahui bagaimana kegiatan pembelajaran yang dilakukan, prosedur penyusunan dan pengisian lembar observasi adalah menentukan indikator yang lebih terkait yang akan digunakan untuk mengetahui perkembangan kemampuan motorik halus anak dengan mengekspresikan diri dalam berkarya seni dan melakukan gerakan manipulasi membuat bentuk, menjabarkan indikator ke dalam butir amatan, menentukan menentukan deskripsi kedalam butir amatan dengan pemberian skor, membuat lembar observasi yang akan digunakan untuk mencatat hasil pengamatan saat melakukan kegiatan
2.      Lembar observasi penerapan media playdough, komponen yang dinilai adalah pendahuluan, pelaksanaan, inti, penggunaan media dan penutup
3.      Foto dokumentasi/foto kegiatan pembelajaran berlasngsung
4.      Lembar catatan lapangan
Agar data yang diperoleh dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya maka perlu dilakukan validasi. Tehnik validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik triangulasi yaitu tehnik analisis yang diperoleh peneliti yang berperan sebagai guru dibandingkan dengan data guru pendamping. Keabsahan data diperoleh dengan
1.      Triangulasi sumber yaitu keabsahan data dengan menggunakan beberapa sumber yang telah diperoleh bersumber dari guru dan anak didik.
2.      Triangulasi metode yaitu merupakan keabsahan data dengan menggunakan metode tanya jawab dan hasil karya
3.      Triangulasi alat merupakan keabsahan dengan menggunakan alat yaitu menggunakan lembar observasi.

Q. Kriteria Keberhasilan Penelitian
            Kriteria keberhasilan tindakan yang diharapkan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) tentang meningkatkan motorik halus anak melalui kegiatan bermain playdough ini adalah 86,25% anak di kelompok anggur sudah mampu untuk :
1.      Mampu memegang dan memanipulasi benda-benda yaitu tangan anak kuat dan lentur
2.      Mampu dalam koordinasi tangan dan mata yaitu anak dapat menggunakan jari jemarinya sesuai contoh yang ada







DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta
Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta.
Hurlock, E.B (2002). Psikologi Perkembangan. 5th edition. Erlanga: Jakarta
Pudjiati (2011). Bermain Bagi AUD dan Alat Permainan yang Sesuai Usia Anak. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan
Sujiono, Yuliani Nurani dan Sujiono, Bambang. 2010. Bermain Kreatif Berbasis Kecerdasan Jamak. Jakarta: PT Indeks
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks
Permendiknas NO 58 Tahun 2009, Tentang Standar Pendidikan Anak Usia Dini.
https://weehomeschool.wordpress.com/2011/07/03/bermain-playdough/








Tidak ada komentar:

Posting Komentar