JUDUL
UPAYA MENINGKATKAN BERHITUNG PERMULAAN MENGGUNAKAN
STRATEGI BERMAIN BOLA ANGKA MENGGUNAKAN MEDIA TABUNG PUTAR DI PAUD KENANGA
02 PAPANGGO TANJUNG PRIOK JAKARTA UTARA
OLEH :
NAMA
: RESMI ASNIM
NPM : 20158410198
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016
NAMA : RITA
LISNAWATI
NPM :
20158410207
METODE
PENELITIAN : TINDAKAN KELAS
I. PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Program pendidikan untuk anak merupakan salah satu
unsur atau komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaam
program ini sangat penting sebab melalui program inilah semua rencana,
pelaksanaan, pengembangan, penilaian dikendalikan. Salah satu program
pendidikan adalah berhitung.Kenyataan menunjukkan bahwa berhitung di tingkat PAUD seringkali
kurang menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian,diantaranya
adalah bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan
alat peraga yang sangat minim. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM)
guru dan anak didik kurang begitu semangat, anak cenderung bosan dengan tugas
yang diberikan dan akhirnya menyepelekan pelajaran akibatnya proses KBM
(Kegiatan Belajar Mengajar) terhambat dan kurang maksimal. Seperti untuk kegiatan belajar
berhitung hanya menggunakan media papan tulis dan pohon hitung saja. Hal ini
sangat mempengaruhi tingkat belajar, semangat dan kemampuan anak dalam
pembelajaran berhitung..
Sebagai
guru PAUD menyadari bahwa pendidikan di tingkat Anak Usia Dini, media (alat
peraga) sangat diperlukan. Karena pembelajaran di PAUD disampaikan dengan cara
bermain maka dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan dapat
memperbaiki kemampuan berhitung anak PAUD Kenanga 02 Papanggo Jakarta Utara.
Dari
Maria Montesori berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui tangannya. Karena
itulah bila guru menjelaskan sebuah
materi diharapkan anak-anak mengenal yang konkret, semi abstrak dan abstrak.
Montesori berprinsip pendidikan harus berpegang pada keseimbangan (cosmic
plan). Karena itu dia menciptakan alat peraga yang berupa duplikasi..
Berdasarkan
uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan
Berhitung Permulaan Menggunakan Strategi Bermain Bola Angka Menggunakan Media
Tabung Putar di PAUD Kenanga 02 Papanggo Jakarta Utara.
B.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas,
maka identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :
1. Anak didik kurang menyukai pelajaran berhitung.
2. Rendahnya minat terhadap pelajaran berhitung
3. Kurangnya media (alat peraga) dalam pelajaran berhitung
C. PEMBATASAN
MASALAH
Berdasarkan uraian diatas, sebagai berikut :
1. Apakah guru sudah
menggunakan alat peraga atau media dengan sesuai ?
2. Apakah kondisi awal anak
didik untuk mengikuti pelajaran berhitung sudah memadai ?
D. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar belakang
masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi
fokus dari perbaikan pembelajaran yaitu:
“Apakah menggunakan
strategi bermain Bola Angka menggunakan media Tabung Putar dapat meningkatkan
kemampuan berhitung permulaan pada anak usia dini di PAUD Kenanga 02 Papanggo.
E. MANFAAT
PENELITIAN
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas
(PTK) ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan
sehingga menjadi pengetahuan bagi
orang tua dan guru.
b. Sebagai informasi pengetahuan untuk
meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
·
Membantu anak menemukan dan memahami
konsep-konsep yang sulit.
·
Mendorong
semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
·
Menanamkan
pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
·
Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir
logis dan kritis dalam memecahkan
masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.
b. Bagi guru
·
Memudahkan
guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran
berhitung.
·
Guru
dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan strategi bermain bola angka.
·
Membangkitkan
kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
c. Bagi
sekolah
·
Kegiatan
pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
·
Sekolah
akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
·
Sekolah
akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualita
·
Mengembangkan
kemampuan dan sikap nasional, ekonomis dan menghargai waktu.
F. KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat Berhitung Permulaan
Berhitung adalah usaha melakukan,
mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi
bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika, sedangkan untuk mengetahui
tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode tes adalah
serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada lingkup
perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini
adalah metode-metode eksperimental antara lain :
a. Metode
pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang
diamati dengan menggunakan pedoman observasi.
b. Metode
survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang
sulit dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau
wawancara.
c. Metode
klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus
yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan
pernyataan-pernyataannya yang spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
d. Metode
angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang
diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari
simpulan umum.
e. Metode
wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan,
proses berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah
laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode
observasi.
f. Metode
sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku
seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau
wawancara tentang masa lalu subjek.
g. Metode
tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa
hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ,
kepribadian, arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.
Minat penelitian ilmiah
tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley Hall mengawali
penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang
dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama
kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.
Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di
taman kanak-kanak sebagai berikut :
·
Tingkat
perkembangan mental anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar
memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebgai proses
membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar
pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia PAUD berada pada
tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu
mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada
interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri).
·
Masa
peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi
oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka
(kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk
segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi
dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung
yang optimal.
Anak usia PAUD adalah masa
yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena
usia PAUD sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan. Rasa
ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi /
rangsangan / motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.
·
Perkembangan
awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock
(1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan
peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia
berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal
perkembangannya diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan
selanjutnya.
Dalam studi klinis sejak
bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam Elizabet B. Hurlock, 1978
: 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal
manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan
diri, meskipun lambat tetapi pasti”.
Selanjutnya Erikson
menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang
tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia
belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan
suasana sepanjang hidup.
2. Hakikat
Matematika Usia Dini
Dalam pembelajaran
matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak didik. Namun, bagi
usia dini khususnya anak PAUD, keterampilan matematika yang dapat diajarkan
pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas usianya. Adapun
keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak PAUD antara lain :
Ø Mencacah
Mencacah merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang
berkaitan dengan bilangan. Ada 4 hal
yang harus diperhatikan dalam kegiatan mencacah, yaitu :
·
Anak-anak
perlu belajar mengetahui nama bilangan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya.
·
Anak-anak
harus belajar bahwa kita mencacah satu bilangan untuk setiap benda tanpa boleh
ada yang ketinggalan atau tercacah lebih dari sekali.
·
Jawaban
terhadap pertanyaan “Ada berapa ?” atau “Berapa banyaknya?” adalah satu
bilangan : misalnya tiga, bukan satu, dua, tiga.
·
Banyaknya
bilangan tetap sama, tidak berubah, darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun
benda-benda itu tersusun.
Cara terbaik mencacah benda
adalah dengan menunjukkan ke benda tersebut atau memegang dan memindahkannya.
Kegiatan mencacah menggunakan buku, maka anak dapat diminta mencoret setiap
benda yang sudah dicacah atau menutupinya dengan sesuatu, untuk menjamin bahwa
setiap benda dicacah tepat sekali. (Yulvia Sari, 2006).
Ø Membuat Pola
Pola merupakan urutan dari
warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-gerakan yang dilakukan berulang kali.
Adapun beberapa macam pola, diantaranya :
·
Pola
Visual
Pola visual merupakan pola yang tampak atau
jelas dilihat oleh mata. Pola visual biasanya terdapat pada bahan-bahan atau
kain-kain.
·
Pola
Auditori
Pola auditori atau pendengaran biasanya
ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan dan pengulangan bahasa atau
suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang seperti kucing,
kambing dan yang lainnya.
·
Pola
fisik
Pola physic atau gerak terdapat dalam tarian,
dan gerakan-gerakan yang berurutan.
Belajar dengan macam pola
juga dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir seperti
menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis (paduan beberapa pengertian) dan
mengasah keterampilan bahasa matematika.
Hal-hal yang perlu diingat
dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang sederhana seperti
AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola yang
lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh
melalui identifikasi (tanda kenal atau penentu identitas benda atau sesuatu),
mencocokan, menyalin dan menciptakan pola.
Ø Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau memilih dan
mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang dilakukan oleh berbagai usia.
Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan dikelompokkan adalah
berbagai bentuk dengan berbagai warna dan ukuran.
Ø Membandingkan
Kegiatan membandingkan yang
biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan ukuran, tekstur, warna dan
kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau banyaknya sesuatu.
Ø Konsep Angka
Pembelajaran konsep angka
berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu benda. Konsep angka
juga meliputi kegiatan berhitung. Satu per satu dan yang paling penting adalah
memahami angka yang dipelajari. Belajar memahami angka merupakan keterampilan
yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan
angka.
Pembelajaran berhitung
berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang digunakan untuk menamakan
jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang konsep
angka. Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan. Angka diartikan
sebagai simbul (5). Sedangkan bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari
angka atau simbul 5.
Ø Pemecahan Masalah
Problem solving atau
pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang berkaitan
dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat dilakukan di
berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu berkumpul
dalam lingkaran (Circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman bermain
dan lain-lain.
Manfaat pemecahan masalah
bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran atau pendapat dengan
anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan memecahkan suatu masalah akan
menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
Ø Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari
keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah menggunakan benda
kongkret. Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur dan memperkirakan
sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat
digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu, thermometer
mengukur temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala mengukur luas
dan lain-lain.
Ø Waktu
Hal ini terasa sulit karena
waktu merupakan konsep yang abstrak. Konsep waktu yang dapat dilatih untuk
dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu yang dapat
dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai
konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat digunakan
dalam mengenal konsep waktu adalah dengan menggunakan jadwal kegiatan anak
sehingga mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.
3. Hakikat
Strategi Bermain di PAUD
·
Pengertian
dan Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran
adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar
mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan
berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan
demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru
mengajar dan aktivitas anak belajar.
Terdapat beberapa kriteria
yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu
(1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek kognitif,
aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk
mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan
estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun
kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan
pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4) karakteristik tema atau
bahan ajar yang akan disajikan kepada anak; dan (5) karakteristik pola kegiatan
yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi kreatif atau
kreatif.
Semua kriteria ini
memberikan implikasi bagi guru untuk memilih stratgei pembelajaran yang paling
tepat digunakan di PAUD
·
Karakteristik
Cara Belajar Anak
Anak belajar dengan cara
yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik cara belajar anak itu
antara lain (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara
membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) anak belajar
paling baik jika yang dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik, dan
fungsional.
Bermain sebagai salah satu
cara belajar anak memiliki ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan,
suka rela, ditentukan oleh aturan, dan episodik.
Para ahli teori
konstruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu bahwa anak
belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi
objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi
sosial dan pembelajaran dengan orang dewasa.
Lingkungan yang diciptakan
secara kondusif akan mengundang anak untuk belajar secara alamiah tanpa paksaan
sehingga apa yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah hal-hal yang
benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh.
·
Jenis-Jenis
Strategi Pembelajaran Di PAUD
Ada beberapa jenis strategi
pembelajaran umum yang dapat digunakan di PAUD. Strategi pembelajaran tersebut
pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam belajar, namun, tidak
berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang dapat
memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses belajar.
Jenis-jenis strategi
pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan indra, (2)
mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5)
praktik terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan,
(8) refleksi kata-kata, (9) contoh atau modelling, (10) penghargaan efektif),
(11) menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13)
tantangan, (14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan.
Strategi-strategi
pembelajaran tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan
proses pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
·
Strategi
Pembelajaran Khusus di PAUD
Terdapat beberapa jenis
strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di PAUD. Penerapan strategi
pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan strategi
pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan, karakteristik
anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan digunakan, dan pola
kegiatan.
Jenis-jenis strategi
pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eeksploratori, (2) Penemuan
Terbimbing, (3) Pemecahan Masalah, (4) Diskusi, (5) Belajar Kooperatif, (6)
Demonstrasi, dan (7) Pengajaran Langsung.
Di samping strategi
pembelajaran di atas, guru PAUD dituntut untuk dapat menggunakan strategi
pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
·
Penerapan
Strategi Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak
Anak pada hakikatnya
memiliki potensi untuk aktif dan berkembang. Pembelajaran yang berpusat pada
anak banyak diwarnai paham konstruktivis yang dimotori Piaget dan Vigotsky.
Anak adalah pembangun aktif
pengetahuannya sendiri. Mereka membangun pengetahuannya ketika berinteraksi
dengan objek, benda, lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan
sosial.
Yang melandasi pembelajaran
yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan dan pendekatan belajar
aktif.
Belajar aktif merupakan
proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui mengamati,
meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka menyentuh, mencium, meraba dan
membuat sesuatu terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka.
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki
karakteristik sebagai berikut:
1) prakarsa kegiatan tumbuh dari minat dan
keinginan anak.
2) Anak-anak memilh bahan dan memutuskan apa
yang ingin ia kerjakan.
3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara
aktif dengan seluruh indranya.
4) Anak menemukan sebab akibat
melalui pengalaman langsung.
5) Anak mentransformasikan
dan menggabungkan bahan-bahan.
6) Anak menggunakan otot
kasarnya.
7) Anak menceritakan
pengalamannya.
Prosedur Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Pembelajaran yang berpusat pada
anak harus direncanakan dan diupayakan dengan matang. Upaya yang dilakukan
adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/peralatan yang dapat mendukung
perkembangan dan belajar anak secara komprehensif. Untuk itu perlu disediakan
area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya.
Area- area tersebut meliputi:
1) Area Pasir dan Air.
2) Area Balok.
3) Area Rumah dan Bermain
Drama.
4) Area Seni.
5) Area agama.
6) Area bahasa dan baca
tulis.
7) Area pertukangan atau
kerja Kayu.
8) Area musik dan gerak.
9) Area masak.
10) Area
bermain di luar ruangan.
Pelaksanaan pembelajaran
yang berpusat pada anak meliputi: tahap perencanaan, tahap bekerja dan tahap
melaporkan kembali.
Contoh Penerapan Pembelajaran yang Berpusat
pada Anak
Plan Do Review, merupakan
salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dalam pendekatan
ini anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan
keinginannya, mulai dari membuat perencanaan, (Plan), mengerjakan (Do), dan
melaporkan kembali (Review).
Prosedur pelaksanaan pembelajaran sebagai
berikut:
1) Tahap merencanakan
(Planning Time).
Pada tahap ini anak diberi kesempatan untuk
membuat rencana dari kegiatan yang akan mereka lakukan selanjutnya.
2) Tahap Bekerja (Work
Time).
Tahap ini adalah tahap dimana anak bermain
dan memecahkan masalah. Anak mentransformasikan rencana ke dalam tindakan.
3) Tahap Review (Recall).
Tahap ini merupakan tahap memperlihatkan apa
yang telah dilakukan anak pada tahap bekerja.
4. Bermain
Bola Angka melalui media Tabung Putar
1. Pengertian bermain
Bermain adalah segala
aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang
dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain, yang harus diperhatikan
orang tua, bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak
boleh ada anak untuk perkembangan aspek tertentu walaupun kegiatan tersebut
dapat menunjang perkembangan aspek tertentu.
Parten, dalam Fathul Mujib
dan Nailur Rahmawati, memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi.
Melalui bermain diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada seorang anak,
siswa dan peserta didik dalam bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan
perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan
bermain dapat membantu anak dapat mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup,
serta lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Bettelheim (Fathul Mujib dan Nailur
Rahmawati:2011), bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan lain,
kecuali yang ditetapkan pemain sendiri, dan tidak ada hasil akhir yang
dimaksudkan dalam realitas luar
Menurut N. Murdiati
Sulastomo (2002), kegiatan bermain yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif
anak. Seorang anak harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya
sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya. Menurut dari beberapa ahli
bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan suatu kebutuhan yang
sudah ada (inheren) dalam diri anak. Dengan demikian anak dapat mempelajari
berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau di paksa
untuk mempelajarinya. Bermain mempunyai manfaat dalam mengembangkan
keterampilan anak. Sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan
lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2. Beberapa Ciri Bermain
·
Menyenangkan
·
Tidak
memiliki tujuan, tidak boleh ada interfensi tujuan dari luar si anak yang memotifasi di lakukannya kegiatan bermain.
·
Bersifat
spontan
·
Bermain
berarti anak aktif melakukan kegiatan
·
Memiliki
hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain seperti kreativitas,
pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan
kognitif.
3. Jenis Bermain
Jenis
bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai berikut :
·
Bermain
aktif, seorang anak melakukan sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh
anak berasal dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri.
·
Bermain
pasif adalah anak melakukan kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik
dan sumber rasa senangnya diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
4. Manfaat Bermain
·
Perkembangan
fisik motorik
·
Perkembangan
kognitif dan bahasa
·
Perkembangan
sosial-emosional
5. Tahap Perkembangan
Bermain
Pada umumnya para ahli
hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas
mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi
tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
Dari uraian tersebut
Bermain bola angka menggunakan media Tabung Putar memenuhi kriteria sehinngga
suasana belajar menyenangkan dan hasil pembelajarannya pun lebih maksimal.
Tabung
putar angka di buat dari bahan plastik yang kuat berbentuk tabung yang di beri
lubang untuk tempat keluarnya angka dan di beri alat putar untuk memutar
angka-angka di dalamnya. Sedangkan angka adalah simbol untuk hitungan dengan
simbol pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9.
G. KERANGKA BERPIKIR
Berdasarkan kajian dari penelitian bunda richa dalam
penelitian pengembangan matematika
Refleksi Awal
Dengan
strategi yang monoton mengakibatkan kemampuan berhitung anak tidak maksimal.
Pemecahan
Masalah
Bermain bola angka
Refleksi
Pengamatan
Pelaksanaan Tindakan
Perencanaan
·
RPH
·
Media
·
Instrumens
Kemampuan Berhitung
Meningkat
|
H.
HIPOTESIS TINDAKAN
Menggunakan
strategi bermain bola angka
menggunakan media tabung putar dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan
anak didik di PAUD Kenanga 02 Papanggo.
I. TUJUAN
PENELITIAN
Dalam
penelitian ini, penulis bertujuan sebagai berikut :
1. Mendorong
semangat anak didik dalam pelajaran berhitung
2. Mengembangkan
kemampuan berhitung dengan menggunakan strategi bermain
bola angka menggunakan media tabung putar.
.
J. SETTING
PENELITIAN
1. Tempat Penelitian.
Penelitian yang
dilakukan penulis mengambil lokasi di PAUD Kenanga 02 Kelurahan Papanggo
Tanjung Priok Jakarta Utara.
2. Waktu Penelitian.
Adapun penelitian
dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2016/2017.
K. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang
digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas.Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajr siswa menjadi meningkat.Tidak berbeda dengan pengertian
tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian tindakan sebagai
“sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor
sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
L. LANGKAH-LANGKAH
PENELITIAN
·
Perencanaan
Dalam kegiatan bidang pengembangan
kognitif terutama dalam hal berhitung anak mereka masih mengalami
kesulitan dan kurang paham dengan pembelajaran tersebut.
Kegiatan- kegiatan tersebut adalah :
1. Membilang bilangan 1-10
dengan benar.
2. Menyanyikan bilangan 1-10
dengan konsep benda.
3. Mengurutkan angka untuk
bilangan 1-10.
4. Penambahan dan
pengurangan dengan permainan bola angka.
Oleh karena itu sebagai seorang pendidik
penulis berusaha agar siswa dapat meningkatkan kemampuan berhitungnya. Dalam
mengadakan perbaikan penulis berdiskusi dengan teman sejawat konsultasi dengan
kepala sekolah, maupun mencari buku-buku penunjang yang relevan. Penulis
berfikir bagaimana mengatasi permasalahan yang dialami anak dalam kegiatan
berhitung ini. Kemudian penulis menyusun rencana perbaikan yang terdiri dari
tiga siklus. Apabila hasil yang dicapai setelah tiga siklus belum sesuai dengan
harapan penulis, maka akan dilakukan perbaikan kembali pada siklus
berikutnya.
·
Pelaksanaan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui
penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan saat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Peneliti bersama teman sejawat memulai perbaikan pada siklus I
yang terbagi menjadi dua RPH, yaitu
SIKLUS I
|
MATERI
|
RPH 1
|
1. Membilang
menggunakan bola angka 1-10.
2. Bermain
mengurutkan bola sesuai urutan angka 1-10.
|
RPH 2
|
1. Bermain penambahan menggunakan bola angka
1-3.
2. Bermain pengurangan menggunakan bola angka
1-3.
|
Setelah siklus I terlaksana dan
hasilnya belum sesuai target ketuntasan, maka peneliti menyusun rencana
perbaikan pada siklus II yang terbagi menjadi dua RKH dengan materi sebagai
berikut :
SIKLUS II
|
MATERI
|
RKH 1
|
1. Membilang
menggunakan bola angka 1-10.
2. Bermain
mengurutkan bola sesuai urutan angka 1-10.
|
RKH 2
|
1. Bermain penambahan menggunakan bola angka
1-5.
2. Bermain pengurangan menggunakan bola angka
1-5.
|
Setelah siklus II terlaksana dan
hasilnya belum sesuai target ketuntasan, maka peneliti menyusun rencana
perbaikan pada siklus III yang terbagi menjadi dua RKH dengan materi sebagai
berikut :
SIKLUS III
|
MATERI
|
RKH 1
|
1. Membilang
menggunakan bola angka 1-10.
2. Bermain
mengurutkan bola sesuai urutan angka 1-10.
|
RKH 2
|
1. Bermain penambahan menggunakan bola angka
1-10.
2. Bermain pengurangan menggunakan bola angka
1-10.
|
·
Pengamatan
Dalam hal ini, selama kegiatan belajar
mengajar berlangsung pengamat melakukan observasi sekalius mengevaluasi
terhadap aktivasi guru dan anak didik. Hal-hal yang perlu diamati dan
dievaluasi dalam setiap perbaikannya nampak pada tabel berikut :
Siklus
|
Guru
|
Anak didik
|
I
|
1. Penguasaan
materi.
2. Pemanfaatan alat permainan .
|
1. Keaktifan anak.
2. Kemampuan anak dalam
Membilang dan mengurutkan angka.
a
|
II
|
1. Penguasaan
materi.
2. Pemanfaatan alat permainan .
|
1. Keaktifan anak.
2. Kemampuan anak dalam
Membilang dan mengurutkan gka dan menjumlah serta mengurangi bola
angka 1-5
a
|
III
|
1. Penguasaan
materi.
2. Pemanfaatan alat permainan.
|
1. Keaktifan
anak.
2. Kemampuan anak dalam
menambah dan mengurangi bola angka1-10
|
·
Refleksi
Berdasarkan hasil
pengamatan atau teman sejawat maupun peneliti sendiri didapatkan hasil sebagai
berikut:
1. SIKLUS I
Dalam bermain bola angka
anak mampu membilang dan mengurutkan bola angka walaupun belum
maksimal
2. SIKLUS II
Bermain bola angka
anak merasa senang dan antusias sehingga anak dapat belajar mengurutkan dengan
benar serta penambahan dan penguranganbola angka1-5 dengan benar.
2. SIKLUS
III
Bermain bola angka
anak merasa senang dan antusias sehingga anak dapat belajar mengurutkan dengan
benar serta penambahan dan pengurangan bola angka1-10 dengan benar.
M. SUMBER DATA
Sumber data penelitian ini adalah PAUD Kenanga 02
Kelurahan Papanggo Tanjung Priok yang mempunyai 3 kelompok usia yaitu 5-6
tahun,4-5 tahun,3-4 tahun.penelitian ini dilakukan pada kelompok usia 5-6
tahun.yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 16 siswa laki-laki.Satu guru
kelas dan dua guru pendamping.
N. TEKNIK
PENGUMPULAN DATA
Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan
data yaitu observasi dan penugasan atau pemberian tugas.
a. Observasi
Cara
pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung
terhadap sikap perilaku guru dan anak.
Tujuannya adalah mengamati peristiwa yang
dirasakan subjek dan untuk mengembangkan pemahaman tentang kognitif ( berhitung
) secara kompleks yang dimiliki anak.
Tabel 3.1 Format Observasi.
No
|
Observasi
|
SB
|
B
|
S
|
K
|
Guru
|
|||||
1
|
Kesiapan guru
|
||||
2
|
Membuat RKH
|
||||
3
|
Alat atau sarana prasarana
|
||||
4
|
Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan
kegiatan yang dilakukan
|
||||
5
|
Penguasaan materi
|
||||
Siswa
|
|||||
1
|
Prilaku siswa
|
||||
2
|
Kreatifitas siswa
|
||||
3
|
Hasil belajar siswa
|
Keterangan:
BSB : Berkembang Sangat Baik
MB : Mulai Berkembang.
BSH : Berkembang Sesuai
Harapan. BB : Belum Berkembang.
b. Penugasan atau pemberian tugas
Suatu penelitian dimana guru dapat
memberikannya setelah melihat hasil kerja anak. Pemberian tugas dapat dilakukan secara
kelompok atau individu.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana
hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima materi.
Tabel 3.2 Indikator Dalam Tahapan Siklus.
No
|
Tahapan
|
Peralatan
|
1
|
Mengurutkan bola angka
dari 1 - 10 dengan benar
|
Bentuk bola angka dan tabung putar
|
2
|
Menyanyikan bilangan 1 – 10 dengan
konsep benda
|
Macam angka yang ditempelkan pada .bola
angka
|
3
|
Menghitung angka yang ada pada bola
dalam tabung untuk bilangan 1 – 10
|
Bola dari kertas origami yang di buat angka di
salah satu bagiannya.
|
4
|
Penambahan dan pengurangan dengan
bermain bola angka.
|
Permainan bola angka
|
O. TEKNIK ANALISA DATA
Analisis
data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif.
Deskripsi kuantitatif yaitu memaparkan hasil penelitian yang dilakukan yaitu
hasil dari pengamatan keterampilan berhitung permulaan. Penghitungan data
kuantitatif adalah dengan menghitung hasil akhir peningkatan keterampilan
berhitung permulaan anak pada setiap siklus. Data tersebut diperoleh dari
lembar observasi yang telah disusun sebelumnya. Dengan demikian, dapat
diketahui persentase keterampilan berhitung anak. hasil yang diperoleh dalam
penghitungan kuantitatif kemudian dideskripsikan secara naratif. Data yang akan
dianalisis berupa data dari lembar observasi pada saat kegiatan berlangsung
melalui kemampuan berhitung dengan bola angka pada tabung putar.
Hasil
observasi mengenai keterampilan berbicara pada anak dapat disajikan dengan
tabel sebagai berikut :
Pencapaian
Keterampilan Berhitung Permulaan
Indikator
|
Jumlah
Anak
|
Persentase
|
Mampu
mengurutkan angka
|
||
Mampu
menghitung jumlah bola angka
|
||
Mampu
menjumlah dan mengurang bola angka
|
||
Rata
- rata
|
Data
keterampilan berhitung permulaan yang diperoleh akan dianalisa dengan
menggunakan statistik deskriptif sederhana. Menurut Anas Sudjiono (1986: 43)
dapat dianalisa dengan rumus sebagai berikut :
Keterangan
: P
= F x 100%
N
P
= Angka persentase
F
= Frekuensi yang sedang dicari
persentase
N
= Jumlah responden anak
Data
tersebut akan diinterpretasikan ke dalam empat tingkatan, menurut Arikunto
(2010: 192) yaitu :
1.
Kesesuaian kriteria (0%) : 0-25 : belum berkembang
2.
Kesesuaian kriteria (0%) : 26-50 : mulai berkembang
3.
Kesesuaian kriteria (0%) : 51-75 : berkembang sesuai harapan
4.
Kesesuaian kriteria (0%) : 76-100 : berkembang sangat baik
P. KEABSAHAN DATA
Pengecekan
keabsahan data dilakukan antara lain dengan :
Pengamat mengunakan teknik-teknik penelitian
lapangan baik dari observasi pada siswa , guru dan wawancara dan diskusi
terhadap siswa dan guru serta lingkup yang terkait.
Q.
KRITERIA KEBERHASILAN PENELITIAN
Indikator
keberhasilanpenellitiantindakan kelas
ini adalahapabila kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berhasil
apabila terjadi perubahanyaitu meningkatnya kemampuan yang di peroleh oleh
anak.Perubahan anak didik dalam berhitung permulaan menyusun dan menjumlah
serta mengurang angka. Kegiatan pembelajarandengan mengunakan media yang
kreatif pada anak usia dini termasuk dalam aspek kognitif. Menurut Mulyasa
(2002: 99) keberhasilan kelas untuk aspek kognitif dapat dilihat dari hasil
tes, jika hasil belajar siswa mencapai 65% secara individu dan 85% secara klasikal.
DAFTAR
PUSTAKA
Hurlock
B. Elisabeth. 1978. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta :
Erlangga.
Sari,
Yulvia. 2001. Strategi pengembangan matematika anak usia dini. Semarang
: IKIP Veteran Press
Mujib,
Fathul dan Nailur Rahmawati. 2011. Metode Permainan-Permainan Edukatif
Dalam Belajar Bahasa Arab. Jogjakarta: Diva Press
Departemen
Pendidikan Nasional 2006, Pedoman Penerapan Pendekatan “Beyond Centers and
Cirles Time” (BCCT) dalam Pendidikan Usia Dini.
Hurloock,
E.B.,1999. Perkembangan Anak Julid 1 (edisi 6). Penerbit
Erlangga: Jakarta.
Mudjito,
A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Berhitung di Taman Kanak-Kanak.Jakarta:Departement
Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Mudjito,
A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan
Kognitif.Jakarta : Direktorat
Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Diroktorat Pembinaan Taman
Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar