here we are

here we are

Jumat, 13 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Eka Citra Qudus

UJIAN TENGAH  SEMESTER (UTS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu:
Iswadi, M. Pd

Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan   
Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka
di PAUD Pakis Rawa Badak Utara






Oleh:
Eka Citra Qudus

20158410204

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016



TUGAS METODOLOGI PENELITIAN ANAK USIA DINI

NAMA                                    : EKA CITRA QUDUS
NPM                                       : 20158410204
UNIT KERJA                         : PAUD PAKIS
JUDUL PENELITIAN          : Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan   
                                                  Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka
                                                 di PAUD Pakis Rawa Badak Utara
I PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Program pendidikan untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini, keberadaam program ini sangat penting sebab melalui program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan, penilaian dikendalikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan yang dinaungi oleh Departemen Pendidikan Nasional yaitu PAUD (Pendidikan Anak Dini ) juga ikut serta menyukseskan program pendidikan anak usia dini.
Kenyataan menunjukkan bahwa pembelajaran di tingkat PAUD PAKIS di Rawa Badak Utara seringkali kurang menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan demikian, diantaranya adalah bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang kurang menarik, dan alat peraga yang sangat minim. Sehingga dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) guru dan anak didik kurang begitu semangat anak cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekkan pelajaran akibatnya proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terhambat dan kurang maksimal. Karena minimnya alat peraga di PAUD PAKIS di Rawa Badak Utara kegiatan belajar berhitung hanya menggunakan media papan tulis dan pohon hitung saja. Hal ini sangat mempengaruhi tingkat belajar, semangat dan kemampuan anak dalam pembelajaran berhitung. Ini dibuktikan dengan hasil pekerjaan anak pada tiap tengah semester. Dari 21 anak hanya 10 anak yang sudah mampu berhitung sebagian lainnya masih perlu bimbingan guru ternyata anak yang belum mampu berhitung belum dapat menggunakan media yaitu dengan menggunakan jari-jari tangan.
Sebagai guru PAUD  menyadari bahwa pendidikan di tingkat PAUD media (alat peraga) sangat diperlukan. Karena pembelajaran di PAUD disampaikan dengan cara bermain maka dengan melakukan penelitian tindakan kelas yang bertujuan dapat memperbaiki kemampuan berhitung anak PAUD PAKIS RAWA BADAK UTARA.
Dari Maria Montesori berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui tangannya. Karena itulah, bila guru menjelaskan sebuah materi diharapkan anak-anak mengenal yang konkret, semi abstrak dan abstrak. Montesori berprinsip pendidikan harus berpegang pada keseimbangan (cosmic plan). Karena itu dia menciptakan alat peraga yang berupa duplikasi. Untuk menjelaskan tentang pohon, guru tidak harus menebang pohon melainkan dengan alat peraga.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka di PAUD Pakis Rawa Badak Utara”
B.     Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut :
a.       Anak didik kurang menyukai pelajaran berhitung.
b.      Rendahnya minat terhadap pelajaran berhitung
c.       Kurangnya media (alat peraga) dalam pelajaran berhitung

C.    Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, sebagai berikut :
1.      Apakah guru sudah menggunakan alat peraga atau media dengan sesuai ?
2.      Apakah kondisi awal anak didik untuk mengikuti pelajaran berhitung sudah memadai?

D.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang akan menjadi fokus dari perbaikan pembelajaran yaitu:
“Apakah menggunakan strategi bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan pada anak usia dini di PAUD Pakis di Rawa Badak Utara
E.     Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :
1.      Manfaat Teoritis
a.       Sebagai pendorong untuk pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua dan guru.
b.      Sebagai informasi pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
2.      Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
1.      Membantu anak menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit.
2.      Mendorong semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
3.      Menanamkan pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
4.      Memupuk dan mengembangkan kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.
b. Bagi guru
1.      Memudahkan guru untuk melatih ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung.
2.      Guru dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick angka.
3.      Membangkitkan kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
c.       Bagi sekolah
1.      Kegiatan pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
2.      Sekolah akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
3.      Sekolah akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas.
4.      Mengembangkan kemampuan dan sikap nasional, ekonomis dan menghargai waktu.


II.    LANDASAN TEORI
F.     Kajian Pustaka
A.    Hakikat Berhitung Permulaan
1.  Pengertian Berhitung Permulaan
Berhitung adalah usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika, sedangkan untuk mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode tes adalah serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada lingkup perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini adalah metode-metode eksperimental antara lain :
a.       Metode pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang diamati dengan menggunakan pedoman observasi.
b.      Metode survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang sulit dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau wawancara.
c.       Metode klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan pernyataan-pernyataannya yang spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
d.      Metode angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari simpulan umum.
e.       Metode wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan, proses berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode observasi.
f.        Metode sejarah kehidupan, suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang masa lalu subjekMetode tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain, seperti IQ, kepribadian, arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes psikodiagnostik.
g.      Minat penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa anak bukan orang dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang tidak lama kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.
2.      Beberapa teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di taman kanak-kanak sebagai berikut :
a.       Tingkat perkembangan mental anak
Jean Piaget, menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak. Artinya belajar sebgai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis. Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap perkembangan.
Anak usia PAUD berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri).
b.      Masa peka berhitung pada anak
Perkembangan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap, untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan berhitung yang optimal.
Anak usia PAUD adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur matematika. Karena usia PAUD sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat stimulasi / rangsangan / motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.    

c.       Perkembangan awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993) mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam studi klinis sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam Elizabet B. Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan diri, meskipun lambat tetapi pasti”.
Selanjutnya Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali ia belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan suasana sepanjang hidup.
Crumley.F.E. dkk, Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menunjukkan bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan, banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.

B.     Hakikat Matematika Usia Dini
Dalam pembelajaran matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak didik. Namun, bagi usia dini khususnya anak TK, keterampilan matematika yang dapat diajarkan pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas usianya. Adapun keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak TK antara lain :
1.      Mencacah
Mencacah merupakan dasar bagi semua pekerjaan yang berkaitan dengan bilangan. Ada 4 hal yang harus diperhatikan dalam kegiatan mencacah, yaitu :
a.       Anak-anak perlu belajar mengetahui nama bilangan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya.
b.      Anak-anak harus belajar bahwa kita mencacah satu bilangan untuk setiap benda tanpa boleh ada yang ketinggalan atau tercacah lebih dari sekali.
c.       Jawaban terhadap pertanyaan “Ada berapa ?” atau “Berapa banyaknya?” adalah satu bilangan : misalnya tiga, bukan satu, dua, tiga.
d.      Banyaknya bilangan tetap sama, tidak berubah, darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun benda-benda itu tersusun.
Cara terbaik mencacah benda adalah dengan menunjukkan ke benda tersebut atau memegang dan memindahkannya. Kegiatan mencacah menggunakan buku, maka anak dapat diminta mencoret setiap benda yang sudah dicacah atau menutupinya dengan sesuatu, untuk menjamin bahwa setiap benda dicacah tepat sekali. (Yulvia Sari, 2006).
2.      Membuat Pola
Pola merupakan urutan dari warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-gerakan yang dilakukan berulang kali. Adapun beberapa macam pola, diantaranya :
a.       Pola Visual
Pola visual merupakan pola yang tampak atau jelas dilihat oleh mata. Pola visual biasanya terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain.

b.      Pola Auditori
Pola auditori atau pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan dan pengulangan bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang seperti kucing, kambing dan yang lainnya.
c.       Pola Physic
Pola physic atau gerak terdapat dalam tarian, dan gerakan-gerakan yang berurutan.
Belajar dengan macam pola juga dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir seperti menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis (paduan beberapa pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa matematika.
Hal-hal yang perlu diingat dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang sederhana seperti AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola yang lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat diperoleh melalui identifikasi (tanda kenal atau penentu identitas benda atau sesuatu), mencocokan, menyalin dan menciptakan pola.
3.      Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau memilih dan mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang dilakukan oleh berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan dikelompokkan adalah berbagai bentuk dengan berbagai warna dan ukuran.
4.      Membandingkan
Kegiatan membandingkan yang biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan ukuran, tekstur, warna dan kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau banyaknya sesuatu.
5.      Konsep Angka
Pembelajaran konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu benda. Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung. Satu per satu dan yang paling penting adalah memahami angka yang dipelajari. Belajar memahami angka merupakan keterampilan yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian dengan angka.
Pembelajaran berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang digunakan untuk menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang konsep angka. Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan. Angka diartikan sebagai simbul (5). Sedangkan bilangan merupakan arti yang sesungguhnya dari angka atau simbul 5.
6.      Pemecahan Masalah
Problem solving atau pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang berkaitan dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat dilakukan di berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu berkumpul dalam lingkaran (Circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman bermain dan lain-lain.
Manfaat pemecahan masalah bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran atau pendapat dengan anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan memecahkan suatu masalah akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
7.      Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah menggunakan benda kongkret. Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur dan memperkirakan sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu, thermometer mengukur temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala mengukur luas dan lain-lain.
8.      Waktu
Hal ini terasa sulit karena waktu merupakan konsep yang abstrak. Konsep waktu yang dapat dilatih untuk dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok. Adapun waktu yang dapat dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak setelah mereka memakai konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat digunakan dalam mengenal konsep waktu adalah dengan menggunakan jadwal kegiatan anak sehingga mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.

C.    Hakikat Strategi Bermain di PAUD
1.      Pengertian dan Kriteria Pemilihan Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan. Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas guru mengajar dan aktivitas anak belajar.
Terdapat beberapa kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk pengembangan aspek kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah pembelajaran itu bertujuan untuk mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif, sosial emosi, bahasa, dan estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta didik baik usianya maupun kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4) karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak; dan (5) karakteristik pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan langsung, semi kreatif atau kreatif.
Semua kriteria ini memberikan implikasi bagi guru untuk memilih stratgei pembelajaran yang paling tepat digunakan di Taman Kanak-kanak
2.      Karakteristik Cara Belajar Anak
Anak belajar dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik cara belajar anak itu antara lain (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4) anak belajar paling baik jika yang dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik, dan fungsional.
Bermain sebagai salah satu cara belajar anak memiliki ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif, menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan, dan episodik.
Para ahli teori konstruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu bahwa anak belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi sosial dan pembelajaran dengan orang dewasa.
Lingkungan yang diciptakan secara kondusif akan mengundang anak untuk belajar secara alamiah tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah hal-hal yang benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh.
3.      Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Di PAUD
Jenis-jenis Strategi Pembelajaran Umum di PAUD.
Ada beberapa jenis strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak. Strategi pembelajaran tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam belajar, namun, tidak berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses belajar.
Jenis-jenis strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan indra, (2) mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding, (5) praktik terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata, (9) contoh atau modelling, (10) penghargaan efektif), (11) menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12) do-it-signal, (13) tantangan, (14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan.
Strategi-strategi pembelajaran tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan proses pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
4.      Strategi Pembelajaran Khusus di PAUD
Terdapat beberapa jenis strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di PAUD. Penerapan strategi pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan strategi pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan, karakteristik anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan digunakan, dan pola kegiatan.
Jenis-jenis strategi pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eeksploratori, (2) Penemuan Terbimbing, (3) Pemecahan Masalah, (4) Diskusi, (5) Belajar Kooperatif, (6) Demonstrasi, dan (7) Pengajaran Langsung.
Di samping strategi pembelajaran di atas, guru PAUD dituntut untuk dapat menggunakan strategi pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
5.      Penerapan Strategi Pembelajaran yang Berpusat Pada Anak
Anak pada hakikatnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang. Pembelajaran yang berpusat pada anak banyak diwarnai paham konstruktivis yang dimotori Piaget dan Vigotsky.
Anak adalah pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Mereka membangun pengetahuannya ketika berinteraksi dengan objek, benda, lingkungan, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
Yang melandasi pembelajaran yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan dan pendekatan belajar aktif.
Belajar aktif merupakan proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui mengamati, meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka menyentuh, mencium, meraba dan membuat sesuatu terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka.
Pembelajaran yang berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) prakarsa kegiatan tumbuh dari minat dan keinginan anak, 2) Anak-anak memilh bahan dan memutuskan apa yang ingin ia kerjakan, 3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif dengan seluruh indranya, 4) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman langsung, 5) Anak mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, 6) Anak menggunakan otot kasarnya, 7) Anak menceritakan pengalamannya.
Prosedur Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Pembelajaran yang berpusat pada anak harus direncanakan dan diupayakan dengan matang. Upaya yang dilakukan adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/peralatan yang dapat mendukung perkembangan dan belajar anak secara komprehensif. Untuk itu perlu disediakan area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya.
Area- area tersebut meliputi:
1)      Area Pasir dan Air.
2)      Area Balok.
3)      Area Rumah dan Bermain Drama.
4)      Area Seni.
5)      Area agama.
6)      Area bahasa dan baca tulis.
7)      Area pertukangan atau kerja Kayu.
8)      Area musik dan gerak.
9)      Area masak.
10)  Area bermain di luar ruangan.
Pelaksanaan pembelajaran yang berpusat pada anak meliputi: tahap perencanaan, tahap bekerja dan tahap melaporkan kembali.
Contoh Penerapan Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Plan Do Review, merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dalam pendekatan ini anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan keinginannya, mulai dari membuat perencanaan, (Plan), mengerjakan (Do), dan melaporkan kembali (Review).
Prosedur pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
1)      Tahap merencanakan (Planning Time).
Pada tahap ini anak diberi kesempatan untuk membuat rencana dari kegiatan yang akan mereka lakukan selanjutnya.
2)      Tahap Bekerja (Work Time).
Tahap ini adalah tahap dimana anak bermain dan memecahkan masalah. Anak mentransformasikan rencana ke dalam tindakan.
3)      Tahap Review (Recall).
Tahap ini merupakan tahap memperlihatkan apa yang telah dilakukan anak pada tahap bekerja.
D.    Bermain Stick Angka
1.      Pengertian bermain
Bermain adalah segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain, yang harus diperhatikan orang tua, bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak boleh ada anak untuk perkembangan aspek tertentu walaupun kegiatan tersebut dapat menunjang perkembangan aspek tertentu.
Parten, dalam Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, memandang kegiatan bermain sebagai sarana sosialisasi. Melalui bermain diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada seorang anak, siswa dan peserta didik dalambereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain itu kegiatan bermain dapat membantu anak dapat mengenal dirinya, dengan siapa ia hidup, serta lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Bettelheim (Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati:2011), bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan lain, kecuali yang ditetapkan pemain sendiri, dan tidak ada hasil akhir yang dimaksudkan dalam realitas luar
Menurut N. Murdiati Sulastomo (2002), kegiatan bermain yang dilakukan harus berdasarkan inisiatif anak. Seorang anak harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya. Menurut dari beberapa ahli bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan suatu kebutuhan yang sudah ada (inheren) dalam diri anak. Dengan demikian anak dapat mempelajari berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa atau di paksa untuk mempelajarinya. Bermain mempunyai manfaat dalam mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak lebih siap untuk menghadapi lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.
2.      Beberapa Ciri Bermain
a.       Menyenangkan
b.      Tidak memiliki tujuan, tidak boleh ada interfensi tujuan dari luar si anak yang memotifasi di lakukannya kegiatan bermain.
c.       Bersifat spontan
d.      Bermain berarti anak aktif melakukan kegiatan
e.       Memiliki hubungan yang sistematis dengan sesuatu yang bukan bermain seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan kognitif.
3.      Jenis Bermain
Jenis bermain berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai berikut :
a.       Bermain aktif, seorang anak melakukan sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh anak berasal dari apa yang dilakukan oleh anak itu sendiri.
b.      Bermain pasif adalah anak melakukan kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik dan sumber rasa senangnya diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
4.      Manfaat Bermain
a.       Perkembangan fisik motorik
b.      Perkembangan kognitif dan bahasa
c.       Perkembangan sosial-emosional
5.      Tahap Perkembangan Bermain
Pada umumnya para ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
a.      Jean Piaget
Adapun tahapan kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1)      Permainan Sersori Molorik (± ¾ bulan – ½ tahun)
Bermain diambil pada periode perkembangan koguitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya,lni disebut reproductive assimilation.
2)       Permainan Simbolik (± 2 – 7 tahun)
Merupakan ciri periode pra operasional yang ditemukan pada usia2 – 7 tahun ditandai dengran bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya dm menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka ruang, kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar beranya, tidak terlalu momperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi benda lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan lainlain. Bermain simbolik juga berfungsi utuk mengasimilasikan dan mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.
3)      Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (± 8 – 11 tahun)
Pada usia 8 – 11 tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4)      Permainan yang Memiliki Aturan dan Olahraga (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain lain ymg memiliki aturan adalah olahraga. Kegialan bemain ini menyenangkan dan dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang sebaik – baiknya.
Jika dilihat tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang tadinya dilahirkan untuk keenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk basil tertentu seperti ingin menang memperoleh hasil kerja yang baik.
b.      Hurlock
Adapun tahapan perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1)      Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Benda kegiatan mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang diraihnya.
2)      Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau bermain seperti layaknya teman bermainnya.
3)      Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi bersamaan mulai masuk di sekolah dasar, pada masa ini jenis permainan semakin bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan oleh orang dewasa.
4)      Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk melamun dan berkhayal.  Biasanya khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang dipahami oleh orang lain.
Dari penjelasan di atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh anak dengan spontan, dan perasaan gembira tidak memiliki tujuan ekstrinsi melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar bermain (seperti perkembangan kreativitas) dan merupakan interaksi antara anak dengan lingkungannya serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuai dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan juga dengan usia anak.
6.      Stick Angka
Dalam kamus bahasa Inggris-Indonesia, stick diartikan sebagai kata benda yang berarti tongkat, batang,atau potongan. Sedangkan angka adalah simbol untuk hitungan dengan simbol pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9.
G.    Kerangka Berfikir
1.      Refleksi Awal
Dengan strategi yang monoton kemampuan berhitung anak tidak optimal.
2.      Refleksi Pengamatan
Pelaksanaan Tindakan Perencanaan :
a.       RPP
b.      Media
c.       Instrumen

H.      Hipotesis Tindakan
Menggunakan strategi bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan anak didik di PAUD PAKIS Rawa Badak Utara







III. METODE PENELITIAN
I.       Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini, penulis bertujuan sebagai berikut :
a.       Mendorong semangat anak didik dalam pelajaran berhitung
b.      Mengembangkan kemampuan berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick angka.

J.      Setting Penelitian
1.      Tempat Penelitian.
Penelitian yang dilakukan penulis mengambil lokasi di PAUD Pakis Rawa Badak Utara Koja Jakarta Utara
2.       Waktu Penelitian.
Adapun penelitian dilaksanakan, pada semester ganjil tahun pelajaran 2016
K.    Metode Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas.Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajr siswa menjadi meningkat.Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills (2000). Mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
L.     Langkah-langkah Penelitian

a.        Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan bidang pengembangan kognitif  terutama dalam hal berhitung anak mereka masih mengalami kesulitan dan kurang paham dengan pembelajaran tersebut.
Kegiatan- kegiatan tersebut adalah :
1.      Membilang bilangan 1-10 dengan benar.
2.      Menyanyikan bilangan 1-10 dengan konsep benda.
3.      Mengurutkan angka untuk bilangan 1-10.
4.      Penambahan dan pengurangan dengan permainan ikan.
Oleh karena itu sebagai seorang pendidik penulis berusaha agar siswa dapat meningkatkan kemampuan berhitungnya. Dalam mengadakan perbaikan penulis berdiskusi dengan teman sejawat konsultasi dengan kepala sekolah, konsultasi dengan supervisor maupun mencari buku-buku penunjang yang relevan. Penulis berfikir bagaimana mengatasi permasalahan yang dialami anak dalam kegiatan berhitung ini. Kemudian penulis menyusun rencana perbaikan yang terdiri dari dua siklus. Apabila hasil yang dicapai setelah dua siklus belum sesuai dengan harapan penulis, maka akan dilakukan perbaikan kembali pada siklus berikutnya.
b.      Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan saat kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peneliti bersama teman sejawat memulai perbaikan pada siklus I yang terbagi menjadi dua RKH, yaitu
SIKLUS I
MATERI
RKH 1
1.      Membilang menggunakan stick angka 1-10.
2.      Bermain mengurutkan stick sesuai urutan angka 1-10.
RKH 2
1.      Bermain penambahan menggunakan stick angka 1-3.
2.      Bermain pengurangan menggunakan stick angka 1-3.







Setelah siklus I terlaksana dan hasilnya belum sesuai target ketuntasan, maka peneliti menyusun rencana perbaikan pada siklus II yang terbagi menjadi dua RKH dengan materi sebagai berikut :
SIKLUS II
MATERI
RKH 1
1.      Membilang menggunakan stick angka 1-10.
2.      Bermain mengurutkan stick sesuai urutan angka 1-10.
RKH 2
1.      Bermain penambahan menggunakan stick angka 1-5.
2.      Bermain pengurangan menggunakan stick angka 1-5.


c.       Observasi Dan Evaluasi
Dalam hal ini, selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pengamat melakukan observasi sekalius mengevaluasi terhadap aktivasi guru dan anak didik. Hal-hal yang perlu diamati dan dievaluasi dalam setiap perbaikannya nampak pada tabel berikut :
Siklus
Guru
Anak didik
I
1.      Penguasaan materi.
2.      Pemanfaatan alat permainan.
1.      Keaktifan anak.
2.      Kemampuan anak dalam membilang dan mengurutkan stick angka.
II
1.      Penguasaan materi.
2.      Pemanfaatan alat permainan.
1.      Keaktifan anak.
2.      Kemampuan anak dalam menambah dan mengurangi stick angka.


d.      Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan atau teman sejawat maupun peneliti sendiri didapatkan hasil sebagai berikut:


1.      SIKLUS I
Dalam bermain stick angka anak mampu membilang dan mengurutkan stick angka walaupun belum maksimal
2.      SIKLUS II
Bermain stick angka anak merasa senang dan antusias sehingga anak dapat belajar penambahan dan pengurangan dengan benar.
3.         Siklus III  :
a.         Perencanaan, pada Siklus 3 dilaksanakan dua belas kali pertemuan. Pada siklus ini berisi tentang penggambaran masalah yang terjadi pada siklus 2, yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
b.         Pelaksanaan, melaksanakan RPPH yang telah dibuat pada siklus 3, membiasakan pada anak untuk berdoa dalam semua kegiatan, membiasakan anak bersikap sopan santun sesuai dengan contoh yang dilihatnya.
c.         Pengamatan, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Anak mulai terbiasa untuk berdoa, banyak anak mulai bersikap sopan serta santun sesuai dengan contoh yang dilihatnya.
d.         Refleksi,  peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses  pembelajaran penelitian telah berjalan sesuai yang diharapkan, maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan penelitian karena sudah memenuhi target yang di harapkan.
M.   Sumber Data
Subjek penelitian ini adalah PAUD Pakis Rawa Badak Utara ini mempunyai 2 kelas yaitu kelas yang terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Adapun orang tua siswa mayoritas sebagai wiraswasta dengan persentasi 70% Pedagang, 25% Petani, dan 5% Pegawai.
N.    Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau pemberian tugas.
a.       Observasi
Cara pengumpulan data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap sikap  perilaku guru dan anak.
Tujuannya adalah mengamati peristiwa yang dirasakan subjek dan untuk mengembangkan pemahaman tentang kognitif ( berhitung )  secara kompleks yang dimiliki anak.
Tabel 3.1 Format Observasi.
No
Observasi
SB
B
S
K
Guru
1
Kesiapan guru
2
Membuat RKH
3
Alat atau sarana  prasarana
4
Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan yang dilakukan
5
Penguasaan materi
Siswa
1
Prilaku siswa
2
Kreatifitas siswa
3
Hasil belajar siswa

      Keterangan:
       SB       : Sangan baik               S         : Sedang.
        B         : Baik.                          K         : Kurang.    

b.      Penugasan atau pemberian tugas
Suatu penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak. Pemberian  tugas dapat dilakukan secara kelompok atau individu.
Tujuannya ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti proses  belajar mengajar atau menerima materi
                   Tabel 3.2 Indikator Dalam Tahapan Siklus.
No
Tahapan
Peralatan
1
Menghitung stick angka dari 1 - 10 dengan benar
Bentuk stick
2
Menyanyikan bilangan  1 – 10 dengan konsep benda
Macam Gambar yang ditempelkan pada ujung stick.
3
Mengurutkan angka yang ada pada  stick untuk bilangan 1 – 10
Stick dari es krim yang ada angkanya.
4
Penambahan dan pengurangan dengan bermain stick angka.
Permainan stick angka

O.    Teknik Analisis Data
     1. Reduksi Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan di PAUD Pakis Rawa Badak Utara dan berlangsung pada tanggal 11 September sampai dengan tanggal 24 Oktober 2016 Skala yang digunakan dalam penelitian ini ialah skala Kelekatan dan skala Kemandirian. Pemberian skala dilakukan dari kelas ke kelas yang disesuaikan dengan subjek penelitian (sampel) yang sudah ditentukan yaitu memberikan skala kelekatan untuk ibu (orangtua siswa) dan guru kelas. Jumlah subjek penelitian ini adalah 40 orang. Proses pengisian angket tidak langsung diawasi oleh peneliti dikarenakan pihak dari sekolah, sehingga peneliti menyerahkan skala kepada kepala sekolah dan dari kepala sekolah baru disebarkan kepada guru yang mengajar di kelas. Proses pengumpulan skala yang telah diisi oleh responden memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu peneliti membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk pelaksanaan penelitian. Kemudian pada tanggal 24 Oktober 2012, semua data telah terkumpul dengan lengkap.

     2. Deskripsi Data
Setelah melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.          Melihat isi skala, apakah sudah diisi dengan benar dan tidak terdapat jawaban ganda maupun kosong. Jika ada, peneliti akan menanyakan kembali jawaban apa yang telah diberikan oleh responden.
2.     Memberikan kode subjek dan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden, dengan memberikan skor 1-4 untuk jawaban,
kemudian mentabulasi data berdasarkan jumlah item

                                    3. Verifikasi
Untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang didiskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya mean empiris. Penggolongan subjek ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan kategori tersebut berdasarkan pencarian nilai interval konversi sebagai berikut ini :
Nilai Maksimal            = Data Maksimal
            Nilai Minimal  = Data Minimal
           R    (Range)      = Data Maksimal - Data Minimal
           I      (Interval)   = Jumlah item X 3 (kategori)
          P     (Panjang Kelas)     = Range : i
P.  Keabsahan Data
Keabsahan data merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan data dari sumber luar untuk keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan dalam penelitian.
Proses  pembelajaran  (observasi,  wawancara)  yang  divaliditasi   datanya melalui triangulasi yaitu:
a. Triangulasi sumber dalam penelitian ini yaitu pengambilan data dari siswa dan guru.
b. Triangulasi  metode  dalam  penelitian  ini  yaitu  menggunakan  metode pemberian tugas.
c. Triangulasi alat dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan lembar observasi.


Q. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Selama proses belajar mengajar pengamat melakukan observasi terhadap perubahan tingkah laku siswa. Beberapa tingkah laku siswa yang diamati antara lain:
1.         Siswa tidak memperhatikan penjelasan guru.
2.         Siswa mengganggu teman.
3.         Siswa ada yang bermain sendiri.
4.         Siswa tidak aktif dalam demonstrasi.
5.         Siswa tidak tertarik dengan kegiatan yang disajikan guru.
6.         Siswa yang kurang faham, tidak mau bertanya.
Maka pengamatan tentang perubahan tingkah laku dilaksanakan setiap siklus agar mengetahui setiap perubahan dan dapat mengambil kesimpulan mana yang harus dilakukan, metode apa yang paling tepat dan mana sarana yang masih harus dilengkapi.
Peneliti tindakan kelas ini dinyatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan. Adapun indikator keberhasilan yaitu:
Guru terampil mengelola proses pembelajaran bermain Stick Angka dalam meningkatkan berhitung permulaan. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran pemahaman tentang berhitung permulaan. 80% anak kelompok B  PAUD PAKIS  Kelurahan Rawa badak Utara tahun pelajaran   2016/2017    mengalami    ketuntasan   belajar   dalam pembelajaran yang ditandai dengan perolehan nilai (3) yang berarti (baik).






R.        Daftar Pustaka

Agus Sugarjana. (2008). Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Anas Sudjono. (1986). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Igak Wardhani, dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kasihani Kasbolah. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Martini Jamaris. (2006). Perkembangan dan Pengertian Anak Usia Taman Kanak- Kanak. Jakarta: PT. Ersidi.
Nana Sudjana & Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.















































Tidak ada komentar:

Posting Komentar