UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah
”Metodologi Penelitian”
Dosen Pengampu:
Iswadi,
M. Pd
Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan
Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka
di PAUD Pakis Rawa Badak Utara
Oleh:
Eka Citra Qudus
20158410204
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
TUGAS
METODOLOGI PENELITIAN ANAK USIA DINI
NAMA :
EKA CITRA QUDUS
NPM :
20158410204
UNIT KERJA :
PAUD PAKIS
JUDUL PENELITIAN : Upaya Meningkatkan Berhitung Permulaan
Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka
di PAUD Pakis Rawa Badak Utara
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Program pendidikan
untuk anak merupakan salah satu unsur atau komponen dalam penyelenggaraan
pendidikan anak usia dini, keberadaam program ini sangat penting sebab melalui
program inilah semua rencana, pelaksanaan, pengembangan, penilaian
dikendalikan. Dalam hal ini penyelenggaraan pendidikan yang dinaungi oleh
Departemen Pendidikan Nasional yaitu PAUD (Pendidikan Anak Dini ) juga ikut serta
menyukseskan program pendidikan anak usia dini.
Kenyataan
menunjukkan bahwa pembelajaran di tingkat PAUD PAKIS di Rawa Badak Utara
seringkali kurang menarik bagi anak. Ada beberapa hal yang menyebabkan
demikian, diantaranya adalah bahasa tubuh guru yang masih kaku, penyajian yang
kurang menarik, dan alat peraga yang sangat minim. Sehingga dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) guru dan anak didik kurang begitu semangat anak
cenderung bosan dengan tugas yang diberikan dan akhirnya menyepelekkan
pelajaran akibatnya proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) terhambat dan kurang
maksimal. Karena minimnya alat peraga di PAUD PAKIS di Rawa Badak Utara
kegiatan belajar berhitung hanya menggunakan media papan tulis dan pohon hitung
saja. Hal ini sangat mempengaruhi tingkat belajar, semangat dan kemampuan anak
dalam pembelajaran berhitung. Ini dibuktikan dengan hasil pekerjaan anak pada
tiap tengah semester. Dari 21 anak hanya 10 anak yang sudah mampu berhitung
sebagian lainnya masih perlu bimbingan guru ternyata anak yang belum mampu
berhitung belum dapat menggunakan media yaitu dengan menggunakan jari-jari
tangan.
Sebagai guru
PAUD menyadari bahwa pendidikan di
tingkat PAUD media (alat peraga) sangat diperlukan. Karena pembelajaran di PAUD
disampaikan dengan cara bermain maka dengan melakukan penelitian tindakan kelas
yang bertujuan dapat memperbaiki kemampuan berhitung anak PAUD PAKIS RAWA BADAK
UTARA.
Dari Maria
Montesori berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui tangannya. Karena itulah,
bila guru menjelaskan sebuah materi diharapkan anak-anak mengenal yang konkret,
semi abstrak dan abstrak. Montesori berprinsip pendidikan harus berpegang pada
keseimbangan (cosmic plan). Karena itu dia menciptakan alat peraga yang berupa
duplikasi. Untuk menjelaskan tentang pohon, guru tidak harus menebang pohon
melainkan dengan alat peraga.
Berdasarkan uraian
tersebut di atas, maka penulis mengambil judul “Upaya Meningkatkan Berhitung
Permulaan Menggunakan Strategi Bermain Stick Angka di PAUD Pakis Rawa Badak
Utara”
B.
Identifikasi
Masalah
Berdasarkan uraian
latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah dalam kegiatan belajar
mengajar sebagai berikut :
a. Anak
didik kurang menyukai pelajaran berhitung.
b. Rendahnya
minat terhadap pelajaran berhitung
c. Kurangnya
media (alat peraga) dalam pelajaran berhitung
C.
Pembatasan
Masalah
Berdasarkan uraian
diatas, sebagai berikut :
1.
Apakah guru sudah
menggunakan alat peraga atau media dengan sesuai ?
2. Apakah
kondisi awal anak didik untuk mengikuti pelajaran berhitung sudah memadai?
D.
Perumusan
Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis merumuskan masalah yang
akan menjadi fokus dari perbaikan pembelajaran yaitu:
“Apakah
menggunakan strategi bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung
permulaan pada anak usia dini di PAUD Pakis di Rawa Badak Utara
E.
Manfaat
Penelitian
Adapun manfaat
penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :
1. Manfaat Teoritis
a.
Sebagai pendorong untuk
pelaksanaan pendidikan sehingga menjadi pengetahuan bagi orang tua dan guru.
b.
Sebagai informasi
pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan berhitung pada anak.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi anak didik
1.
Membantu anak menemukan
dan memahami konsep-konsep yang sulit.
2. Mendorong
semangat belajar anak didik terhadap pelajaran berhitung.
3. Menanamkan
pengertian bilangan dan kecakapan dasar berhitung.
4.
Memupuk dan mengembangkan
kemampuan berpikir logis dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi
dikehidupan sehari-hari baik sekarang dan masa mendatang.
b. Bagi guru
1.
Memudahkan guru untuk melatih
ketrampilan dan kesabaran dalam mengajarkan pelajaran berhitung.
2. Guru
dapat menerapkan pelajaran berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick
angka.
3. Membangkitkan
kreativitas guru dalam menerapkan dan menciptakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran.
c. Bagi
sekolah
1. Kegiatan
pembelajaran di kelas akan lebih efektif dan efisien.
2. Sekolah
akan mampu mengembangkan model-model pembelajaran.
3. Sekolah
akan mampu menghasilkan sumber daya yang berkualitas.
4.
Mengembangkan kemampuan
dan sikap nasional, ekonomis dan menghargai waktu.
II.
LANDASAN TEORI
F.
Kajian
Pustaka
A. Hakikat Berhitung Permulaan
1. Pengertian Berhitung Permulaan
Berhitung adalah
usaha melakukan, mengerjakan hitungan seperti menjumlah, mengurangi serta
memanipulasi bilangan-bilangan dan lambang-lambang matematika, sedangkan untuk
mengetahui tingkat kemampuan berhitung siswa digunakan metode tes.
Metode tes adalah
serentetan pertanyan atau latihan atau alat lain yang digunakan pada lingkup
perkembangan. Metode tes adalah termasuk metode non eksperimental. Berikut ini
adalah metode-metode eksperimental antara lain :
a. Metode
pengamatan, suatu cara untuk mencatat tingkah laku tertentu dari orang yang
diamati dengan menggunakan pedoman observasi.
b. Metode
survei, suatu metode yang digunakan untuk mempelajari beberapa masalah yang
sulit dipelajari melalui metode pengamatan dan menggunakan kuesioner atau
wawancara.
c. Metode
klinis, suatu metode yang digunakan untuk mengamati seseorang di tempat khusus
yang telah disediakan, sehingga dapat diketahui perilaku-perilaku dan
pernyataan-pernyataannya yang spontan dengan tujuan paedagogis atau medis.
d. Metode
angket, suatu cara dengan menggunakan daftar pertanyaan atau pertanyaan yang
diberikan kepada sejumlah orang yang harus dijawab, untuk kemudian dicari
simpulan umum.
e. Metode
wawancara, suatu cara untuk menggali pendapat, perasaan, sikap, pandangan,
proses berpikir, proses penginderaan dan berbagai hal yang merupakan tingkah
laku covert yang tidak dapat ditangkap langsung oleh atau melalui metode
observasi.
f.
Metode sejarah kehidupan,
suatu metode yang digunakan untuk mengetahui tingkah laku seseorang dengan
segala latar belakangnya. Melalui penelitian buku harian atau wawancara tentang
masa lalu subjekMetode tes (pemeriksaan psikologis), suatu metode yang digunakan
untuk memeriksa hal-hal yang tidak dapat diketahui dengan metode-metode lain,
seperti IQ, kepribadian, arah minat, kecemasan dengan menggunakan tes
psikodiagnostik.
g. Minat
penelitian ilmiah tentang anak mendapat dorongan yang besar setelah G. Stanley
Hall mengawali penelitiannya tentang konsep anak (1891) dengan tekanan bahwa
anak bukan orang dewasa kecil. Pandangan ini diterima oleh murid-muridnya yang
tidak lama kemudian diikuti oleh banyak psikolog dan ahli pendidikan.
2. Beberapa
teori yang mendasari perlunya permainan berhitung di taman kanak-kanak sebagai
berikut :
a. Tingkat
perkembangan mental anak
Jean Piaget,
menyatakan bahwa kegiatan belajar memerlukan kesiapan dalam pendidikan anak.
Artinya belajar sebgai proses membutuhkan aktivitas baik fisik maupun psikis.
Selain itu kegiatan belajar pada anak harus disesuaikan dengan tahap-tahap
perkembangan.
Anak usia PAUD
berada pada tahapan pra operasional kongkret dan berpikir intuitif dimana anak
mampu mempertimbangkan tentang besar, bentuk dan benda-benda didasarkan pada
interprestasi dan pengalamannya (persepsi sendiri).
b. Masa
peka berhitung pada anak
Perkembangan
dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Apabila anak sudah menunjukkan
masa peka (kematangan) untuk berhitung, maka orang tua dan guru harus tanggap,
untuk segera memberikan layanan dan bimbingan sehingga kebutuhan anak dapat
terpenuhi dan tersalurkan dengan sebaik-baiknya menuju perkembangan kemampuan
berhitung yang optimal.
Anak usia PAUD
adalah masa yang sangat strategis untuk mengenalkan berhitung di jalur
matematika. Karena usia PAUD sangat peka terhadap rangsangan yang diterima dan
lingkungan. Rasa ingin tahunya yang tinggi akan tersalurkan apabila mendapat
stimulasi / rangsangan / motivasi yang sesuai dengan tugas perkembangannya.
c. Perkembangan
awal menentukan perkembangan anak selanjutnya
Hurlock (1993)
mengatakan bahwa lima tahun pertama dalam kehidupan anak merupakan peletak
dasar bagi perkembangan selanjutnya. Anak yang mengalami masa bahagia berarti
terpenuhinya segala kebutuhan baik fisik maupun psikis di awal perkembangannya
diamalkan akan sangat melaksanakan tugas-tugas perkembangan selanjutnya.
Dalam studi klinis
sejak bayi hingga dewasa yang dilakukan oleh Erikson (dalam Elizabet B.
Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan bahwa “masa kanak-kanak merupakan gambaran
awal manusia, tempat dimana kebaikan dan sifat buruk akan berkembang mewujudkan
diri, meskipun lambat tetapi pasti”.
Selanjutnya
Erikson menerangkan, apa yang akan dipelajari seorang anak tergantung bagaimana
orang tua memenuhi kebutuhan anak akan makanan, perhatian, cinta kasih. Sekali
ia belajar, sikap demikian akan mewarnai persepsi individu akan masyarakat dan
suasana sepanjang hidup.
Crumley.F.E. dkk,
Gagne R.M. dan Smith, dkk (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menunjukkan
bukti bahwa sejarah anak yang mempunyai kesulitan penyesuaian sejak tahun-tahun
prasekolah hingga sekolah menengah atau universitas telah memperlihatkan bahwa
banyak diantara mereka sangat buruk penyesuaian dirinya pada masa kecil hingga tidak
pernah dalam suatu kelompok atau mempunyai banyak teman. Sebagai tambahan,
banyak diantaranya menderita kesulitan berbicara, sekolah, serta enuretik dan
keluarga mereka menganggapnya sebagai “anak yang penuh masalah”. Dari studi
riwayat anak nakal, Glueck (dalam Elizabeth B Hurlock, 1978 : 26) menyimpulkan
bahwa remaja yang berpotensi menjadi nakal, dapat diidentifikasi sedini usia
dua atau tiga tahun karena perilaku anti sosialnya.
B. Hakikat Matematika Usia Dini
Dalam pembelajaran
matematika terdapat banyak keterampilan yang dapat dikuasai anak didik. Namun,
bagi usia dini khususnya anak TK, keterampilan matematika yang dapat diajarkan
pada mereka tidak sebanyak dan sesulit anak-anak di atas usianya. Adapun
keterampilan yang dapat dilatih bagi anak-anak TK antara lain :
1. Mencacah
Mencacah merupakan
dasar bagi semua pekerjaan yang berkaitan dengan bilangan. Ada 4 hal yang harus
diperhatikan dalam kegiatan mencacah, yaitu :
a.
Anak-anak perlu belajar
mengetahui nama bilangan satu, dua, tiga, empat dan seterusnya.
b. Anak-anak
harus belajar bahwa kita mencacah satu bilangan untuk setiap benda tanpa boleh
ada yang ketinggalan atau tercacah lebih dari sekali.
c. Jawaban
terhadap pertanyaan “Ada berapa ?” atau “Berapa banyaknya?” adalah satu
bilangan : misalnya tiga, bukan satu, dua, tiga.
d.
Banyaknya bilangan tetap
sama, tidak berubah, darimana kita mulai mencacah dan bagaimanapun benda-benda
itu tersusun.
Cara terbaik
mencacah benda adalah dengan menunjukkan ke benda tersebut atau memegang dan
memindahkannya. Kegiatan mencacah menggunakan buku, maka anak dapat diminta
mencoret setiap benda yang sudah dicacah atau menutupinya dengan sesuatu, untuk
menjamin bahwa setiap benda dicacah tepat sekali. (Yulvia Sari, 2006).
2. Membuat Pola
Pola merupakan urutan
dari warna, bentuk, benda, suara atau gerakan-gerakan yang dilakukan berulang
kali. Adapun beberapa macam pola, diantaranya :
a. Pola Visual
Pola visual
merupakan pola yang tampak atau jelas dilihat oleh mata. Pola visual biasanya
terdapat pada bahan-bahan atau kain-kain.
b. Pola Auditori
Pola auditori atau
pendengaran biasanya ditemukan dalam melodi musik, tepuk tangan dan pengulangan
bahasa atau suara-suara dari cerita atau permainan jari dan suara binatang
seperti kucing, kambing dan yang lainnya.
c. Pola Physic
Pola physic atau
gerak terdapat dalam tarian, dan gerakan-gerakan yang berurutan.
Belajar dengan
macam pola juga dapat membantu anak untuk mengembangkan keterampilan berpikir
seperti menganalisa (menguraikan) dan membuat sintesis (paduan beberapa
pengertian) dan mengasah keterampilan bahasa matematika.
Hal-hal yang perlu
diingat dalam belajar tentang pola adalah dimulai dengan 2 pola yang sederhana
seperti AB. Setelah pola sederhana tersebut dikuasai anak bisa dilanjutkan ke pola
yang lebih sulit seperti ABC, AAB, AABB. Selain itu suatu pola juga dapat
diperoleh melalui identifikasi (tanda kenal atau penentu identitas benda atau
sesuatu), mencocokan, menyalin dan menciptakan pola.
3. Menyortir dan Mengelompokkan
Menyortir atau
memilih dan mengelompokkan benda merupakan kegiatan umum yang dilakukan oleh
berbagai usia. Pada anak-anak, benda-benda yang dapat disortir dan
dikelompokkan adalah berbagai bentuk dengan berbagai warna dan ukuran.
4. Membandingkan
Kegiatan membandingkan
yang biasa dilakukan oleh anak adalah membandingkan ukuran, tekstur, warna dan
kecepatan yang pada akhirnya mengarah pada kualitas atau banyaknya sesuatu.
5. Konsep Angka
Pembelajaran
konsep angka berkaitan dengan pemikiran tentang “Berapa banyak” suatu benda.
Konsep angka juga meliputi kegiatan berhitung. Satu per satu dan yang paling
penting adalah memahami angka yang dipelajari. Belajar memahami angka merupakan
keterampilan yang sangat mendasar bagi anak yang melakukan kegiatan yang bertalian
dengan angka.
Pembelajaran
berhitung berkaitan dengan pembelajaran urutan nama angka yang digunakan untuk
menamakan jumlah dari suatu benda.
Berbicara tentang
konsep angka. Disini terdapat perbedaan antara angka dan bilangan. Angka
diartikan sebagai simbul (5). Sedangkan bilangan merupakan arti yang
sesungguhnya dari angka atau simbul 5.
6. Pemecahan Masalah
Problem solving
atau pemecahan masalah merupakan suatu proses penyelesaian masalah yang
berkaitan dengan keterampilan matematika dan konsep. Problem solving dapat
dilakukan di berbagai tempat dan situasi seperti waktu makan atau snack, waktu
berkumpul dalam lingkaran (Circle time), diberbagai sudut atau area, di halaman
bermain dan lain-lain.
Manfaat pemecahan
masalah bagi anak adalah memberikan pengalaman berbagai pikiran atau pendapat
dengan anak-anak yang lain. Dan kemampuan anak dan memecahkan suatu masalah
akan menimbulkan rasa percaya diri pada anak tersebut.
7. Ukuran dan Perkiraan
Dalam mempelajari
keterampilan mengukur dan memperkirakan sesuatu, hendaklah menggunakan benda
kongkret. Dalam kegiatan ini anak dilibatkan untuk mengukur dan memperkirakan
sesuatu jangan hanya menjadi pengamat pasif. Adapun hal-hal yang dapat
digunakan untuk kegiatan mengukur adalah jam mengukur waktu, thermometer
mengukur temperature atau suhu, gelas mengukur kuantitas, skala mengukur luas
dan lain-lain.
8. Waktu
Hal ini terasa
sulit karena waktu merupakan konsep yang abstrak. Konsep waktu yang dapat
dilatih untuk dipahami anak adalah waktu sekarang, kemarin dan besok. Adapun
waktu yang dapat dibaca melalui jam atau kalender dapat dipahami anak setelah
mereka memakai konsep kemarin dan besok.
Cara yang dapat
digunakan dalam mengenal konsep waktu adalah dengan menggunakan jadwal kegiatan
anak sehingga mereka mengetahui urutan kegiatan hari ini dan selanjutnya.
C. Hakikat Strategi Bermain di PAUD
1. Pengertian dan Kriteria Pemilihan
Strategi Pembelajaran
Strategi
pembelajaran adalah pola umum perbuatan guru dan murid dalam mewujudkan kegiatan
belajar mengajar. Strategi pembelajaran adalah segala usaha guru untuk
menerapkan berbagai metode pembelajaran dalam mencapai tujuan yang diharapkan.
Dengan demikian strategi pembelajaran menekankan kepada bagaimana aktivitas
guru mengajar dan aktivitas anak belajar.
Terdapat beberapa
kriteria yang harus menjadi pertimbangan guru dalam memilih strategi
pembelajaran, yaitu (1) karakteristik tujuan pembelajaran apakah untuk
pengembangan aspek kognitif, aspek afektif atau psikomotor. Atau apakah
pembelajaran itu bertujuan untuk mengembangkan domain fisik-motorik, kognitif,
sosial emosi, bahasa, dan estetika; (2) karakteristik anak sebagai peserta
didik baik usianya maupun kemampuannya; (3) karakteristik tempat yang akan
digunakan untuk kegiatan pembelajaran apakah di luar atau di dalam ruangan; (4)
karakteristik tema atau bahan ajar yang akan disajikan kepada anak; dan (5)
karakteristik pola kegiatan yang akan digunakan apakah melalui pengarahan
langsung, semi kreatif atau kreatif.
Semua kriteria ini
memberikan implikasi bagi guru untuk memilih stratgei pembelajaran yang paling
tepat digunakan di Taman Kanak-kanak
2. Karakteristik Cara Belajar Anak
Anak belajar
dengan cara yang berbeda dengan orang dewasa. Beberapa karakteristik cara
belajar anak itu antara lain (1) anak belajar melalui bermain; (2) anak belajar
dengan cara membangun pengetahuannya; (3) anak belajar secara alamiah, dan (4)
anak belajar paling baik jika yang dipelajarinya menyeluruh, bermakna, menarik,
dan fungsional.
Bermain sebagai
salah satu cara belajar anak memiliki ciri-ciri simbolik, bermakna, aktif,
menyenangkan, suka rela, ditentukan oleh aturan, dan episodik.
Para ahli teori
konstruktivisme mempunyai pandangan tentang cara belajar anak yaitu bahwa anak
belajar dengan cara membangun pengetahuannya melalui kegiatan mengeksplorasi
objek-objek dan peristiwa yang ada di lingkungannya dan melalui interaksi
sosial dan pembelajaran dengan orang dewasa.
Lingkungan yang
diciptakan secara kondusif akan mengundang anak untuk belajar secara alamiah
tanpa paksaan sehingga apa yang dipelajari anak dari lingkungannya adalah
hal-hal yang benar-benar bermakna, fungsional, menarik dan bersifat menyeluruh.
3. Jenis-Jenis Strategi Pembelajaran Di PAUD
Jenis-jenis
Strategi Pembelajaran Umum di PAUD.
Ada beberapa jenis
strategi pembelajaran umum yang dapat digunakan di Taman Kanak-kanak. Strategi
pembelajaran tersebut pada umumnya lebih menekankan pada aktivitas anak dalam
belajar, namun, tidak berarti peranan guru pasif. Guru harus berperan sebagai fasilitator
yang dapat memberikan kemudahan dan kelancaran kepada anak dalam proses
belajar.
Jenis-jenis
strategi pembelajaran umum tersebut adalah: (1) meningkatkan keterlibatan
indra, (2) mempersiapkan isyarat lingkungan, (3) analisis tugas, (4) scaffolding,
(5) praktik terbimbing, (6) undangan/ajakan, (7) refleksi tingkah
laku/tindakan, (8) refleksi kata-kata, (9) contoh atau modelling, (10)
penghargaan efektif), (11) menceritakan/menjelaskan/menginformasikan, (12)
do-it-signal, (13) tantangan, (14) pertanyaan, dan (15) kesenyapan.
Strategi-strategi
pembelajaran tersebut dapat diintegrasikan atau digabungkan dalam keseluruhan
proses pembelajaran, sehingga tercipta kegiatan belajar yang lebih bervariasi.
4. Strategi Pembelajaran Khusus di PAUD
Terdapat beberapa
jenis strategi pembelajaran khusus yang dapat diterapkan di PAUD. Penerapan
strategi pembelajaran khusus tersebut pada prinsipnya sama dengan penerapan
strategi pembelajaran umum, yaitu harus mempertimbangkan karakteristik tujuan,
karakteristik anak dan cara belajarnya, karakteristik tempat yang akan
digunakan, dan pola kegiatan.
Jenis-jenis
strategi pembelajaran khusus tersebut adalah (1) kegiatan eeksploratori, (2)
Penemuan Terbimbing, (3) Pemecahan Masalah, (4) Diskusi, (5) Belajar
Kooperatif, (6) Demonstrasi, dan (7) Pengajaran Langsung.
Di samping
strategi pembelajaran di atas, guru PAUD dituntut untuk dapat menggunakan
strategi pembelajaran lainnya sehingga pembelajaran menjadi lebih menarik.
5. Penerapan Strategi Pembelajaran yang Berpusat
Pada Anak
Anak pada
hakikatnya memiliki potensi untuk aktif dan berkembang. Pembelajaran yang
berpusat pada anak banyak diwarnai paham konstruktivis yang dimotori Piaget dan
Vigotsky.
Anak adalah
pembangun aktif pengetahuannya sendiri. Mereka membangun pengetahuannya ketika
berinteraksi dengan objek, benda, lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial.
Yang melandasi
pembelajaran yang berpusat pada anak adalah pendekatan perkembangan dan
pendekatan belajar aktif.
Belajar aktif
merupakan proses dimana anak usia dini mengeksplorasi lingkungan melalui
mengamati, meneliti, menyimak, menggerakkan badan mereka menyentuh, mencium,
meraba dan membuat sesuatu terjadi dengan objek-objek di sekitar mereka.
Pembelajaran yang
berpusat pada anak memiliki karakteristik sebagai berikut: 1) prakarsa kegiatan
tumbuh dari minat dan keinginan anak, 2) Anak-anak memilh bahan dan memutuskan
apa yang ingin ia kerjakan, 3) Anak mengekspresikan bahan-bahan secara aktif
dengan seluruh indranya, 4) Anak menemukan sebab akibat melalui pengalaman
langsung, 5) Anak mentransformasikan dan menggabungkan bahan-bahan, 6) Anak
menggunakan otot kasarnya, 7) Anak menceritakan pengalamannya.
Prosedur
Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Pembelajaran yang
berpusat pada anak harus direncanakan dan diupayakan dengan matang. Upaya yang
dilakukan adalah dengan merencanakan dan menyediakan bahan/peralatan yang dapat
mendukung perkembangan dan belajar anak secara komprehensif. Untuk itu perlu
disediakan area-area yang memungkinkan berbagai kegiatan sesuai pilihannya.
Area- area
tersebut meliputi:
1) Area Pasir dan Air.
2) Area Balok.
3) Area Rumah dan Bermain Drama.
4) Area Seni.
5) Area agama.
6) Area bahasa dan baca tulis.
7) Area pertukangan atau kerja Kayu.
8) Area musik dan gerak.
9) Area masak.
10) Area bermain di luar ruangan.
Pelaksanaan
pembelajaran yang berpusat pada anak meliputi: tahap perencanaan, tahap bekerja
dan tahap melaporkan kembali.
Contoh Penerapan
Pembelajaran yang Berpusat pada Anak
Plan Do Review,
merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang berpusat pada anak. Dalam
pendekatan ini anak diberi kesempatan untuk melakukan sesuai dengan minat dan
keinginannya, mulai dari membuat perencanaan, (Plan), mengerjakan (Do), dan
melaporkan kembali (Review).
Prosedur
pelaksanaan pembelajaran sebagai berikut:
1) Tahap merencanakan (Planning Time).
Pada tahap ini
anak diberi kesempatan untuk membuat rencana dari kegiatan yang akan mereka
lakukan selanjutnya.
2) Tahap Bekerja (Work Time).
Tahap ini adalah
tahap dimana anak bermain dan memecahkan masalah. Anak mentransformasikan
rencana ke dalam tindakan.
3) Tahap Review (Recall).
Tahap ini
merupakan tahap memperlihatkan apa yang telah dilakukan anak pada tahap bekerja.
D. Bermain Stick Angka
1. Pengertian bermain
Bermain adalah
segala aktivitas untuk memperoleh rasa senang tanpa memikirkan hasil akhir yang
dilakukan secara spontan tanpa paksaan orang lain, yang harus diperhatikan
orang tua, bermain haruslah suatu aktivitas yang menyenangkan bagi anak. Tidak
boleh ada anak untuk perkembangan aspek tertentu walaupun kegiatan tersebut
dapat menunjang perkembangan aspek tertentu.
Parten, dalam
Fathul Mujib dan Nailur Rahmawati, memandang kegiatan bermain sebagai sarana
sosialisasi. Melalui bermain diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada
seorang anak, siswa dan peserta didik dalambereksplorasi, menemukan,
mengekspresikan perasaan, berkreasi, dan belajar secara menyenangkan. Selain
itu kegiatan bermain dapat membantu anak dapat mengenal dirinya, dengan siapa
ia hidup, serta lingkungan sekitar. Sedangkan menurut Bettelheim (Fathul Mujib
dan Nailur Rahmawati:2011), bermain adalah kegiatan yang tidak mempunyai aturan
lain, kecuali yang ditetapkan pemain sendiri, dan tidak ada hasil akhir yang
dimaksudkan dalam realitas luar
Menurut N.
Murdiati Sulastomo (2002), kegiatan bermain yang dilakukan harus berdasarkan
inisiatif anak. Seorang anak harus diberikan kesempatan untuk memilih kegiatan
bermainnya sendiri dan menentukan bagaimana melakukannya. Menurut dari beberapa
ahli bermain adalah kegiatan yang menyenangkan bagi anak dan suatu kebutuhan
yang sudah ada (inheren) dalam diri anak. Dengan demikian anak dapat
mempelajari berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa
atau di paksa untuk mempelajarinya. Bermain mempunyai manfaat dalam
mengembangkan keterampilan anak. Sehingga anak lebih siap untuk menghadapi
lingkungannya dan lebih siap untuk mengikuti pendidikan pada jenjang yang lebih
tinggi.
2. Beberapa Ciri Bermain
a. Menyenangkan
b. Tidak memiliki tujuan, tidak boleh ada
interfensi tujuan dari luar si anak yang memotifasi di lakukannya kegiatan
bermain.
c. Bersifat spontan
d. Bermain berarti anak aktif melakukan
kegiatan
e. Memiliki hubungan yang sistematis dengan
sesuatu yang bukan bermain seperti kreativitas, pemecahan masalah, belajar
bahasa, perkembangan peran sosial, perkembangan kognitif.
3. Jenis Bermain
Jenis bermain
berdasarkan aktivitas fisik dan sumber kesenangan adalah sebagai berikut :
a. Bermain aktif, seorang anak melakukan
sendiri dalam sumber rasa senang yang diperoleh anak berasal dari apa yang
dilakukan oleh anak itu sendiri.
b. Bermain pasif adalah anak melakukan
kegiatan dengan sedikit menggunakan aktivitas fisik dan sumber rasa senangnya
diperoleh dari aktivitas yang dilakukan oleh orang lain.
4. Manfaat Bermain
a. Perkembangan fisik motorik
b. Perkembangan kognitif dan bahasa
c. Perkembangan sosial-emosional
5. Tahap Perkembangan Bermain
Pada umumnya para
ahli hanya membedakan atau mengkatergorikan kegiatan bermain tanpa secara jelas
mengemukakan bahwa suatu jenis kegiatan bermain lebih tinggi tingkatan
perkembangannya dibandingkan dengan jenis kegiatan lainnya.
a. Jean Piaget
Adapun tahapan
kegiatan bermain menurut Piaget adalah sebagai berikut:
1) Permainan Sersori Molorik (± ¾ bulan – ½
tahun)
Bermain diambil
pada periode perkembangan koguitif sensori motor, sebelum 3-4 bulan yang belum
dapat dikategorikan sebagai kegiatan bermain. Kegiatan ini hanya merupakan
kelanjutan kenikmatan yang diperoleh seperti kegiatan makan atau mengganti
sesuatu. Jadi merupakan pengulangan dari hal-hal sebelumnya,lni disebut
reproductive assimilation.
2) Permainan Simbolik (± 2 – 7 tahun)
Merupakan ciri
periode pra operasional yang ditemukan pada usia2 – 7 tahun ditandai dengran
bermain khayal dan bermain pura-pura. Pada masa ini anak lebih banyak bertanya
dm menjawab pertanyaan, mencoba berbagai hal berkaitan dengan konsep angka
ruang, kuantitas dan sebagainya. Seringkali anak hanya sekedar beranya, tidak
terlalu momperdulikan jawaban yang diberikan dan walaupun sudah dijawab anak
akan bertanya terus. Anak sudah menggunakan berbagai simbol atau representasi benda
lain. Misalnya sapu sebagai kuda-kudaan, sobekan kertas sebagai uang dan
lainlain. Bermain simbolik juga berfungsi utuk mengasimilasikan dan
mengkonsolidasikan pengalaman emosional anak. Setiap hal yang berkesan bagi
anak akan dilakukan kembali dalam kegiatan bermainnya.
3) Permainan Sosial yang Memiliki Aturan (±
8 – 11 tahun)
Pada usia 8 – 11
tahun anak lebih banyak terlibat dalam kegiatan games with rules dimana
kegiatan anak lebih banyak dikendalikan oleh peraturan permainan.
4) Permainan yang Memiliki Aturan dan
Olahraga (11 tahun keatas)
Kegiatan bermain
lain ymg memiliki aturan adalah olahraga. Kegialan bemain ini menyenangkan dan
dinikmati anak-anak meskipun aturannya jauh lebih ketat dan diberlakukan secara
kaku dibandingkan dengan permainan yang tergolong games seperti kartu atau
kasti. Anak senang melakukan berulang-ulang dan terpacu mencapai prestasi yang
sebaik – baiknya.
Jika dilihat
tahapan perkembangan bermain Piaget maka dapat disimpulkan bahwa bermain yang
tadinya dilahirkan untuk keenangan lambat laun mempunyai tujuan untuk basil
tertentu seperti ingin menang memperoleh hasil kerja yang baik.
b. Hurlock
Adapun tahapan
perkembangan bermain menurut Hurlock adalah sebagai berikut:
1) Tahapan Penjelajahan (Exploratory stage)
Benda kegiatan
mengenai objek atau orang lain, mencoba menjangkau atau meraih benda
disekelilingnya lalu mengamatinya. Penjelajahan semakin luas saat anak sudah
dapat merangkak dan berjalan sehingga anak akan mengamati setiap benda yang
diraihnya.
2) Tahapan Mainan (Toy stage)
Tahap ini mencapai
puncaknya pada usia 5-6 tahun. Antara 2-3 tahun anak biasanya hanya mengamati
alat permainannya. Biasanya terjadi pada usia pra sekolah, anak-anak di Taman
Kanak-Kanak biasanya bermain dengan boneka dan mengajaknya bercakap atau
bermain seperti layaknya teman bermainnya.
3) Tahap Bermain (Play stage)
Biasanya terjadi
bersamaan mulai masuk di sekolah dasar, pada masa ini jenis permainan semakin
bertambah banyak dan bermain dengan alat permainan yang lama kelamaan
berkembang menjadi games, olahraga dan bentuk permainan lain yang dilakukan
oleh orang dewasa.
4) Tahap Melamun (Daydream stage)
Tahap ini diawali
ketika anak mendekati masa pubertas, dimana anak mulai kurang berminat terhadap
kegiatan bermain yang tadinya mereka sukai dan mulai menghabiskan waktu untuk
melamun dan berkhayal. Biasanya
khayalannya mengenai perlakuan kurang adil dari orang lain atau merasa kurang
dipahami oleh orang lain.
Dari penjelasan di
atas maka dapat dipahami, bermain merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh
anak dengan spontan, dan perasaan gembira tidak memiliki tujuan ekstrinsi
melibatkan peran aktif anak, memiliki hubungan sistematik dengan hal-hal diluar
bermain (seperti perkembangan kreativitas) dan merupakan interaksi antara anak
dengan lingkungannya serta memungkinkan anak untuk beradaptasi dengan
lingkungannya tersebut. Masa bermain pada anak memiliki tahap-tahap yang sesuai
dengan perkembangan anak, baik kognitif, afektif, maupun psikomotor dan sejalan
juga dengan usia anak.
6. Stick Angka
Dalam kamus bahasa
Inggris-Indonesia, stick diartikan sebagai kata benda yang berarti tongkat,
batang,atau potongan. Sedangkan angka adalah simbol untuk hitungan dengan
simbol pokok yaitu 0,1,2,3,4,5,6,7,8,dan 9.
G.
Kerangka
Berfikir
1.
Refleksi Awal
Dengan strategi
yang monoton kemampuan berhitung anak tidak optimal.
2.
Refleksi Pengamatan
Pelaksanaan
Tindakan Perencanaan :
a.
RPP
b. Media
c. Instrumen
H.
Hipotesis Tindakan
Menggunakan
strategi bermain stick angka dapat meningkatkan kemampuan berhitung permulaan
anak didik di PAUD PAKIS Rawa Badak Utara
III. METODE PENELITIAN
I.
Tujuan
Penelitian
Dalam penelitian
ini, penulis bertujuan sebagai berikut :
a.
Mendorong semangat anak
didik dalam pelajaran berhitung
b. Mengembangkan
kemampuan berhitung dengan menggunakan strategi bermain stick angka.
J.
Setting
Penelitian
1.
Tempat Penelitian.
Penelitian yang
dilakukan penulis mengambil lokasi di PAUD Pakis Rawa Badak Utara Koja Jakarta
Utara
2.
Waktu Penelitian.
Adapun penelitian dilaksanakan,
pada semester ganjil tahun pelajaran 2016
K.
Metode
Penelitian
Jenis penelitian
yang digunakan yaitu Penelitian Tindakan Kelas.Penelitian tindakan kelas adalah
penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi
diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil
belajr siswa menjadi meningkat.Tidak berbeda dengan pengertian tersebut, Mills
(2000). Mendefinisikan penelitian tindakan sebagai “sistematik inquiry” yang
dilakukan oleh guru, kepala sekolah, atau konselor sekolah untuk mengumpulkan
informasi tentang berbagai praktik yang dilakukannya.
L.
Langkah-langkah
Penelitian
a. Perencanaan Tindakan
Dalam kegiatan
bidang pengembangan kognitif terutama
dalam hal berhitung anak mereka masih mengalami kesulitan dan kurang paham
dengan pembelajaran tersebut.
Kegiatan- kegiatan
tersebut adalah :
1. Membilang bilangan 1-10 dengan benar.
2. Menyanyikan bilangan 1-10 dengan konsep
benda.
3. Mengurutkan angka untuk bilangan 1-10.
4. Penambahan dan pengurangan dengan
permainan ikan.
Oleh karena itu
sebagai seorang pendidik penulis berusaha agar siswa dapat meningkatkan
kemampuan berhitungnya. Dalam mengadakan perbaikan penulis berdiskusi dengan
teman sejawat konsultasi dengan kepala sekolah, konsultasi dengan supervisor
maupun mencari buku-buku penunjang yang relevan. Penulis berfikir bagaimana
mengatasi permasalahan yang dialami anak dalam kegiatan berhitung ini. Kemudian
penulis menyusun rencana perbaikan yang terdiri dari dua siklus. Apabila hasil
yang dicapai setelah dua siklus belum sesuai dengan harapan penulis, maka akan
dilakukan perbaikan kembali pada siklus berikutnya.
b. Pelaksanaan
Tindakan
Pelaksanaan
perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan saat
kegiatan belajar mengajar berlangsung. Peneliti bersama teman sejawat memulai
perbaikan pada siklus I yang terbagi menjadi dua RKH, yaitu
SIKLUS I
|
MATERI
|
RKH 1
|
1. Membilang menggunakan stick angka
1-10.
2. Bermain mengurutkan stick sesuai
urutan angka 1-10.
|
RKH 2
|
1. Bermain penambahan menggunakan stick
angka 1-3.
2. Bermain pengurangan menggunakan stick
angka 1-3.
|
Setelah
siklus I terlaksana dan hasilnya belum sesuai target ketuntasan, maka peneliti
menyusun rencana perbaikan pada siklus II yang terbagi menjadi dua RKH dengan
materi sebagai berikut :
SIKLUS II
|
MATERI
|
RKH 1
|
1. Membilang menggunakan stick angka
1-10.
2. Bermain mengurutkan stick sesuai
urutan angka 1-10.
|
RKH 2
|
1. Bermain penambahan menggunakan stick
angka 1-5.
2. Bermain pengurangan menggunakan stick
angka 1-5.
|
c.
Observasi
Dan Evaluasi
Dalam hal
ini, selama kegiatan belajar mengajar berlangsung pengamat melakukan observasi
sekalius mengevaluasi terhadap aktivasi guru dan anak didik. Hal-hal yang perlu
diamati dan dievaluasi dalam setiap perbaikannya nampak pada tabel berikut :
Siklus
|
Guru
|
Anak didik
|
I
|
1.
Penguasaan materi.
2. Pemanfaatan alat permainan.
|
1.
Keaktifan anak.
2. Kemampuan anak dalam membilang dan
mengurutkan stick angka.
|
II
|
1.
Penguasaan materi.
2. Pemanfaatan alat permainan.
|
1.
Keaktifan anak.
2. Kemampuan anak dalam menambah dan
mengurangi stick angka.
|
d. Refleksi
Berdasarkan hasil pengamatan
atau teman sejawat maupun peneliti sendiri didapatkan hasil sebagai berikut:
1. SIKLUS I
Dalam bermain
stick angka anak mampu membilang dan mengurutkan stick angka walaupun belum
maksimal
2. SIKLUS II
Bermain stick
angka anak merasa senang dan antusias sehingga anak dapat belajar penambahan
dan pengurangan dengan benar.
3. Siklus III :
a. Perencanaan, pada Siklus 3 dilaksanakan
dua belas kali pertemuan. Pada siklus ini berisi tentang penggambaran masalah
yang terjadi pada siklus 2, yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH)
b. Pelaksanaan, melaksanakan RPPH yang
telah dibuat pada siklus 3, membiasakan pada anak untuk berdoa dalam semua
kegiatan, membiasakan anak bersikap sopan santun sesuai dengan contoh yang
dilihatnya.
c. Pengamatan, peneliti melakukan
pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama
pelaksanaan tindakan berlangsung. Anak mulai terbiasa untuk berdoa, banyak anak
mulai bersikap sopan serta santun sesuai dengan contoh yang dilihatnya.
d. Refleksi, peneliti dan pengamat mendiskusikan hasil
dari pembelajaran yang telah dilakukan, selama proses pembelajaran penelitian telah berjalan sesuai
yang diharapkan, maka peneliti dan pengamat merasa sudah cukup untuk melakukan
penelitian karena sudah memenuhi target yang di harapkan.
M.
Sumber
Data
Subjek penelitian
ini adalah PAUD Pakis Rawa Badak Utara ini mempunyai 2 kelas yaitu kelas yang
terdiri dari 11 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. Adapun orang tua siswa
mayoritas sebagai wiraswasta dengan persentasi 70% Pedagang, 25% Petani, dan 5%
Pegawai.
N.
Teknik
Pengumpulan Data
Dalam
penelitian ini ada 2 teknik pengumpulan data yaitu observasi dan penugasan atau
pemberian tugas.
a.
Observasi
Cara pengumpulan
data untuk mendapatkan informasi dengan cara pengamatan langsung terhadap
sikap perilaku guru dan anak.
Tujuannya
adalah mengamati peristiwa yang dirasakan subjek dan untuk mengembangkan
pemahaman tentang kognitif ( berhitung ) secara kompleks yang dimiliki
anak.
Tabel 3.1 Format Observasi.
No
|
Observasi
|
SB
|
B
|
S
|
K
|
Guru
|
|||||
1
|
Kesiapan guru
|
||||
2
|
Membuat RKH
|
||||
3
|
Alat atau sarana prasarana
|
||||
4
|
Mempersiapkan kelas sesuai dengan tema dan kegiatan yang dilakukan
|
||||
5
|
Penguasaan materi
|
||||
Siswa
|
|||||
1
|
Prilaku siswa
|
||||
2
|
Kreatifitas siswa
|
||||
3
|
Hasil belajar siswa
|
Keterangan:
SB :
Sangan
baik
S : Sedang.
B :
Baik.
K :
Kurang.
b.
Penugasan atau pemberian tugas
Suatu
penelitian dimana guru dapat memberikannya setelah melihat hasil kerja anak.
Pemberian tugas dapat dilakukan secara kelompok atau individu.
Tujuannya
ialah untuk mengetahui sejauh mana hasil kerja anak selama dalam mengikuti
proses belajar mengajar atau menerima materi
Tabel 3.2 Indikator Dalam
Tahapan Siklus.
No
|
Tahapan
|
Peralatan
|
1
|
Menghitung stick angka dari 1 - 10 dengan benar
|
Bentuk stick
|
2
|
Menyanyikan bilangan 1 – 10 dengan konsep benda
|
Macam Gambar yang ditempelkan pada ujung stick.
|
3
|
Mengurutkan angka yang ada pada stick untuk bilangan 1 – 10
|
Stick dari es krim yang ada angkanya.
|
4
|
Penambahan dan pengurangan dengan bermain stick angka.
|
Permainan stick angka
|
O.
Teknik
Analisis Data
1. Reduksi Data
Pelaksanaan
penelitian dilakukan di PAUD Pakis Rawa Badak Utara dan berlangsung pada
tanggal 11 September sampai dengan tanggal 24 Oktober 2016 Skala yang digunakan
dalam penelitian ini ialah skala Kelekatan dan skala Kemandirian. Pemberian
skala dilakukan dari kelas ke kelas yang disesuaikan dengan subjek penelitian
(sampel) yang sudah ditentukan yaitu memberikan skala kelekatan untuk ibu
(orangtua siswa) dan guru kelas. Jumlah subjek penelitian ini adalah 40 orang.
Proses pengisian angket tidak langsung diawasi oleh peneliti dikarenakan pihak
dari sekolah, sehingga peneliti menyerahkan skala kepada kepala sekolah dan
dari kepala sekolah baru disebarkan kepada guru yang mengajar di kelas. Proses
pengumpulan skala yang telah diisi oleh responden memerlukan waktu yang lama,
oleh karena itu peneliti membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk pelaksanaan
penelitian. Kemudian pada tanggal 24 Oktober 2012, semua data telah terkumpul
dengan lengkap.
2. Deskripsi Data
Setelah melakukan
pengumpulan data penelitian, peneliti melakukan
langkah-langkah
sebagai berikut:
1. Melihat isi skala, apakah sudah diisi dengan
benar dan tidak terdapat jawaban ganda maupun kosong. Jika ada, peneliti akan
menanyakan kembali jawaban apa yang telah diberikan oleh responden.
2. Memberikan kode subjek dan skor pada
masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden, dengan memberikan skor
1-4 untuk jawaban,
kemudian
mentabulasi data berdasarkan jumlah item
3.
Verifikasi
Untuk menganalisis
hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang didiskripsikan dengan
menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode
statistik. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya mean empiris.
Penggolongan subjek ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi.
Penggolongan kategori tersebut berdasarkan pencarian nilai interval konversi
sebagai berikut ini :
Nilai Maksimal = Data Maksimal
Nilai Minimal = Data Minimal
R
(Range) = Data Maksimal - Data
Minimal
I (Interval) = Jumlah item X 3 (kategori)
P
(Panjang Kelas) = Range : i
P. Keabsahan
Data
Keabsahan data
merupakan teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan data dari sumber luar untuk
keperluan pengecekan atau sebagai perbandingan dalam penelitian.
Proses pembelajaran
(observasi, wawancara) yang
divaliditasi datanya melalui
triangulasi yaitu:
a. Triangulasi
sumber dalam penelitian ini yaitu pengambilan data dari siswa dan guru.
b.
Triangulasi metode dalam
penelitian ini yaitu
menggunakan metode pemberian
tugas.
c. Triangulasi
alat dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
Q. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Selama proses
belajar mengajar pengamat melakukan observasi terhadap perubahan tingkah laku
siswa. Beberapa tingkah laku siswa yang diamati antara lain:
1. Siswa tidak memperhatikan penjelasan
guru.
2. Siswa mengganggu teman.
3. Siswa ada yang bermain sendiri.
4. Siswa tidak aktif dalam demonstrasi.
5. Siswa tidak tertarik dengan kegiatan
yang disajikan guru.
6. Siswa yang kurang faham, tidak mau
bertanya.
Maka pengamatan
tentang perubahan tingkah laku dilaksanakan setiap siklus agar mengetahui
setiap perubahan dan dapat mengambil kesimpulan mana yang harus dilakukan,
metode apa yang paling tepat dan mana sarana yang masih harus dilengkapi.
Peneliti tindakan
kelas ini dinyatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan. Adapun
indikator keberhasilan yaitu:
Guru terampil
mengelola proses pembelajaran bermain Stick Angka dalam meningkatkan berhitung
permulaan. Terjadi perubahan sikap dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran
pemahaman tentang berhitung permulaan. 80% anak kelompok B PAUD PAKIS
Kelurahan Rawa badak Utara tahun pelajaran 2016/2017
mengalami ketuntasan belajar
dalam pembelajaran yang ditandai dengan perolehan nilai (3) yang berarti
(baik).
R. Daftar Pustaka
Agus Sugarjana.
(2008). Pengenalan Bangun Datar dan Sifat-sifatnya di Sekolah Dasar.
Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Anas Sudjono.
(1986). Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press. Depdiknas.
(2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Igak Wardhani,
dkk. (2007). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kasihani Kasbolah.
(1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan.
Martini Jamaris.
(2006). Perkembangan dan Pengertian Anak Usia Taman Kanak- Kanak. Jakarta: PT.
Ersidi.
Nana Sudjana &
Ibrahim. (2004). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar