UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
DISUSUN UNTUK
MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
“METODOLOGI
PENELITIAN”
DOSEN PENGAMPU :
ISWADI, M.Pd
UPAYA
MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PEMANFAATAN BARANG BEKAS
PADA ANAK
KELOMPOK B BKB-PAUD WIJAYA KUSUMA
OLEH
JUMIRAH, S.Sos
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016
UPAYA MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI
PEMANFAATAN BARANG BEKAS PADA KELOMPOK B PAUD WIJAYA KUSUMA RW 07 KELURAHAN
CENGKARENG TIMUR TAHUN PELAJARAN 2016 – 2017
NAMA : JUMIRAH
NPM : 20158410192
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan adalah kunci perubahan karena mendidik
adalah memberi tuntutan, bantuan,
dan pertolongan kepada peserta didik. Peserta didik atau siswa (pihak yang diberi tuntutan) memiliki potensi untuk
berkembang. Potensi ini secara berangsur-angsur tumbuh dan
berkembangdari dalam diri anak. Untuk menjamin
perkembangan potensi-potensinya agar menjadi terarah diperlukan pertolongan, tuntutan, bantuan dan perhatian dari
luar. Jika unsur pertolongan tidak
ada, maka potensi tersebut tinggal potensi belaka yang tidak sempat diaktualisasikan.
Dalam
keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung
kepada bagaimana proses belajar yang di alami oleh siswa sebagai anak
didik. Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran
agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang di perlukan dirinya, masyarakat,
bangsa dan negara. Selanjutnya dalam pasal 3 disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.
Pendidikan
PAUD merupakan
wadah untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan
jasmani dan rohani sesuai dengan sifat-sifat alami anak. Membantu pertumbuhan dan perkembangan anak tersebut dimaka
diperlukan media pembelajaran yang
berbentuk alat permainan karena rinsip belajar di PAUD adalah bermain
sambil belajar dan belajar seraya bermain. Dengan kegiatan bermain anak dapat mengembangkan potensi-potensi yang ada pada
dirinya.
Dalam
pengamatan yang dilakukan oleh peneliti ketika praktek mengajar di PAUD WIJAYA KUSUMA ternyata pengembangan
kreativitas anak masih kurang. Ini terlihat
dari anak yang kecenderungan meniru perintah dari guru sehingga kurang bisa mengembangkan kreativitasnya sendiri. Kurangya
anak dalam mewujudkan ide menjadi kenyataan.
Kurangnya anak dalam mengembangkan imajinasinya. Kreativitas
anak yang kurang mendapat perhatian sehingga kreativitas yang dimiliki anak kurang terasah.
Berdasarkan pernyataan tersebut,
peneliti akan melakukan suatu kegiatan penelitian tindakan kelas (action
research) berkaitan dengan pemanfaatan barang bekas dalam Upaya Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Pemanfaatan
Barang Bekas Pada Kelompok B PAUD WIJAYA KUSUMA Kelurahan Cengkareng
Timur Kecamatan Cengkareng Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Dengan
pemanfaatan barang bekas anak dapat membangun dan
meningkatkan kreativitasnya sendiri. Serta pemanfaatan barang bekas juga dapat melatih anak untuk menjaga lingkungan
sekitar.
Melalui kegiatan pembelajaran dengan
pemanfaatan barang bekas ini di harapkan dapat meningkatkan kreativitas siswa
pada kelompok B PAUD WIJAYA KUSUMA Kelurahan Cengkareng Timur Kecamatan
Cengkareng Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2016/2017. Berdasarkan pada permasalahan
dalam penelitian tindakan yang berjudul "UPAYA MENINGKATKAN
KREATIVITAS ANAK MELALUI PEMANFAATAN BARANG BEKAS PADA
KELOMPOK B PAUD WIJAYA KUSUMA KELURAHAN CENGKARENG TIMUR KECAMATAN CENGKARENG
KOTA ADMINISTRASI JAKARTA BARAT TAHUN PELAJARAN 2016/2017".
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar
belakang masalah dengan judul Upaya Meningkatkan Kreativitas
Peserta Didik Melalui Pemanfaatan Barang Bekas Pada Kelompok B PAUD
WIJAYA KUSUMA Kelurahan Cengkareng Timur Kecamatan Cengkareng Kota Administrasi
Jakarta Barat Tahun Ajaran 2016/2017, dapat
diidentifikasi sebagai berikut:
1.
Kurangnya kreativitas
anak karena kecenderungan meniru perintah dari guru daripada mengembangkan kreativitasnya sendiri.
2.
Kurangnya kemampuan anak dalam mewujudkan
ide menjadi kenyataan.
3.
Kurangnya anak dalam
mengembangkan imajinasinya.
4.
Kurang mendapat perhatian sehingga
kreativitas anak kurang terasah.
C. Pembatasan
Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas maka penelitian ini hanya membatasi pada upaya meningkatkan kreativitas pada anak melalui pemanfaatan barang
bekas. Hal ini dimaksudkan agar permasalan yang hendak diteliti terfokus pada peningkatan kreativitas belajar yang
dilaksanakan di PAUD WIJAYA KUSUMA Kelurahan
Cengkareng Timur Kecamatan
Cengkareng Kota Administrasi Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada permasalahan di atas, maka rumusan masalah
dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apakah melalui
pemanfaatan barang bekas dapat meningkatkan kreativitas anak PAUD WIJAYA
KUSUMA Kelurahan Cengkareng Timur Kecamatan Cengkareng Kota Administrasi
Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2016/2017.
E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan pada
tujuan penelitian tersebut, penelitian ini diharapkan dapat temuan-temuan mengenai strategi pembelajaran dengan pemanfaatan barang bekas
untuk meningkatkan
kreativitas anak. Lebih rinci diharapkan penelitian ini bermanfaat bagi:
1.
Manfaat Teoritis
Memberikan
sumbangan keilmuan dalam memahami upaya peningkatan kreativitas anak PAUD
WIJAYA KUSUMA Kelurahan Cengkareng TimurKecamatan Cengkareng Kota Administrasi
Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2016/2017 melalui pemanfaatan barang bekas.
2.
Manfaat Praktis
a.
Bagi Anak
Memberikan pengalaman dan wawasan baru pada anak dalam
meningkatkan kreativitas belajar melalui pemanfataan barang bekas.
b.
Bagi Guru
Menambah
wawasan dan pengetahuan dalam upaya meningkatkan kreativitas anak pada PAUD
WIJAYA KUSUMA Kelurahan Cengkareng Timur Kecamatan Cengkareng Kota Administrasi
Jakarta Barat Tahun Pelajaran 2016/2017
melalui pemanfaatan barang bekas.
c. Bagi
Kepala Sekolah
Memberikan
bahan masukan dalam rangka pembangunan kurikulum sekolah
agar tidak terpaku dengan cara-cara konvesional yang mapan, namun perlu disesuikan dengan perubahan atau inovasi penyelenggaraan proses pembelajaran yang disesuikan dengan tuntutan perkembangan zaman, sehingga dapat menemukan cara yang tepat dalam upaya meningkatkan
prestasi belajar siswa sesusi dengan situasi dan kondisi.
F. Kajian Pustaka
I. KREATIVITAS ANAK
1. Pengertian
kreativitas
Pengertian
kreativitas mengandung devinisi didalamnya. Untuk lebih menjelaskan pengertian kreativitas, dikemukakan
beberapa perumusan yang merupakan
kesimpulan para ahli mengenai kreativitas:
a. Menurut James
J Gallagher (dalam
Yeni dan Eius 2010:13) menyatakan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan
individu berupa gagasan atau
produk baru, atau mengkombinasikan antara
keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada
dirinya.
b. Menurut Gorden
& Browne (dalam
Moeslicchatoen 2004:19) kreativitas merupakan anak menciptakan gagasan baru
yang asli dan imajiatif, dan juga
kemampuan mengadaptasi gagasan
baru dengan gagasan yang
sudah dimiliki. Bila
guru ingin mengembangkan kreativitas
anak, guru harus
membantu mereka mengembangkan kelenturan dan menggunakan imajinasi, kesediaan untuk
mengambil risiko, menggunakan diri
sendiri sebagai sumber dan pengalaman belajar.
c. Menurut Hildebrand (dalam Moeslicchatoen
2004:20) mengemukakan bahwa kreativitas akan
muncul pada diri seseorang yang memiliki motivasi, rasa ingin tahu, dan
imajinasi, karena mereka selalu mencari dan
ingin menemukan jawaban, senang
memecahkan masalah. Masalah-masalah yang
selalu ada dipikirkan kembali,
ingin membangun kembali,dan
berusaha men kembali, dan berusaha menemukan hubungan baru,
mereka bersikap terbuka terhadap sesuatu yang
tidak diketahui dan baru.
Berdasarkan beberapa devinisi di atas dapat kita simpulkan
bahwa kreativitas merupakan pengalaman kemampuan seseorang
untuk melahirkan
gagasan imajinasi yang mampu menghasilkan sesuatu yang orisinal, memberdayakan pikirannya untuk menghasilkan produk yang kreatif, membuat ide yang bertujuan menghasilkan
sesuatu produk yang baru. Produk baru yang dihasilkan anak usia dini tentu tidak
sama dengan produk baru menurut ukuran orang dewasa, dan memecahkan suatu
permasalahannya dengan caranya sendiri.
2. Ciri-ciri Kreativitas
Ciri-ciri perilaku
yang ditemukan pada orang-orang yang memberikan sumbangan
kreatif yang menonjol terhadap masyarakat digambarkan
sebagai berikut: berani dalam pendirian atau keyakinan, melit (ingin tahu), mandiri dalam berfikir dan
mempertimbangkan, bersibuk diri terus
menerus dengan kerjanya, ulet, tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja. Kenyataan menunjukkan, bahwa
guru dan orang tua lebih menginginkan perilaku sopan, raj in dan patuh dari anak, ciri-ciri yang tidak berkaitan
dengan kreativitas.
Dari daftar ciri-ciri ini tidak tampak banyak kesamaan antara
ciri-ciri pribadi yang kreatif menurut
pakar psikologi dengan ciri-ciri yang diinginkan oleh guru pada siswa. (Munandar, 2004:36-37).
3. Proses
Kreativitas
Proses kreativitas
menurut Wallas dalam bukunya the Art of Thought menyatakan
bahwa ada 4 tahap diantaranya sebagai berikut:
a.
Tahap persiapan
Pada tahap
ini individu mempersiapkan diri
untuk memecahkan masalah dengan
mengumpulkan data atau informasi, mempelajari pola berpikir dari orang lain, atau bertanya kepada orang
lain. Individu memberikan perhatian
secara mendetail terhadap obyek, sehingga dipahami secara utuh
dalam berbagai dimensi sudut pandang, yang meliputi
kondisi fisik obyek, kegunaan, atau manfaat, serta suasana atau situasi yang terbentuk karena keberadaan
obyek.
b. Tahap inkubasi (pengeraman)
Pada
tahap ini pengumpulan informasi dihentikan, individu melepaskan diri untuk sementara dari masalah tersebut.
Ia tidak memikirkan masalah tersebu secara
sadar, tetapi "mengeramkan" dalam
alam pra-sadar. Saat inilah ada upaya untuk mengembangkan ide dari perhatian
yang diberikan untuk menjawab persoalan yang dihadapi individu.
c. Tahap iluminasi
Tahap inilah wawasan
terbuka, dimana timbul inspirasi atau gagasan baru
yang membawa individu pada pengertian baru. Artinya, terbuka kemungkinan
terjadi perubahan bentuk, ukuran, dan fungsi dari suatu obyek untuk memenuhi
tujuan yang diharapkan.
d. Tahap
verifikasi
Pada
tahap ini terjadi pengujian ide atau kreasi baru tersebut terhadap realitas.
Disini diperlukan pemikiran kritis dan konvergen (pemikiran kritis), yang menyadarkan individu tentang ide kreatif
pengesahan atau tingkat implementasi
hingga upaya mewujudkan ide dalam bentuk nyata.
(Herlinawati 2011:24-25).
Pada dasarnya, kita
semua kreatif. Selama manusia bisa berpikir dengan
baik, maka dia kreatif. Kreatif tidak lebih dari proses berpikir dalam
menghasilkan sesuatu. Menghasilkan bukan berarti dari yang tidak ada menjadi ada, kita bisa menghasilkan bentuk
baru, format baru, bahan baru, dan sebagainya yang "baru".
4. Siklus Kreativitas
Herlinawati (2011:26)
menyatakan bahwa ada 4 poin-poin siklus kreativitas yaitu sebagai berikut:
a. Eksplorasi
Langkah awal proses
kreativitas adalah eksplorasi, yaitu mencari jalan keluar dari pemikiran dan pengalaman "normal". Untuk menjadi kreatif, kita harus melakukan perjalanan ke
suatu "area" yang belum kita
ketahui dengan baik.
b.
Menemukan
Kreativitas adalah
proses menemukan. Setelah kita berjalan, tentu kita
akan menemukan sesuatu. Membuka tirai atau membawa sesuatu ke tempat yang terang. Menjadi kreatif bukan
hanya harus berpikir tetapi juga harus
mencari.
c. Sesuatu
Kreativitas adalah
mengolah sesuatu. Kreativitas bukan menghasilkan dari "tidak ada"
menjadi ada. Apa yang kita temukan bisa
jadi sebenarnya sudah ada, tetapi belum ditemukan sebelumnya, atau dilihat dengan cara yang berbeda,
atau potensinya tidak diketahui.
d. Menjadi berguna
Apa yang kita
temukan harus bisa memberi manfaat bagi sosial, sebab jika tidak
memberikan manfaat maka tidak ada artinya. Sebagian
orang menyatakan bahwa inilah yang disebut inovasi.
5.
Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Kreativitas
Hurlock
(dalam Kanisius, 2006:225-226) mengungkapkan ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kreativitas yaitu: waktu (anak perlu dibebaskan bermain tanpa pembatasan
waktu yang ketat); kesempatan sendiri (agar dapat mengembangkan imajinasi anak
perlu dibiarkan sendiri dan tidak ada
tekanan sosial); dorongan, sarana (pemilihan sarana yang baik akan
mempengaruhi pengembangan kreativitas); lingkungan yang merangsang (ada
dorongan dan suasana yang mendukung
kebebasan eksplorasi); sikap orang tua tidak permisif atau otoriter, pemberian pengetahuan yang banyak.
Sementara itu ada pula
faktor yang menghambat perkembangan kreativitas, antara lain: sikap orang tua selalu
melindungi, eksplorasi anak dibatasi,
pengaturan waktu oleh orang tua sangat ketat, membatasi khayalan (berpikir bahwa anak yang realistis lebih baik), peralatan bermain tersruktur (misalnya boneka yang
berpakaian lenkap tidak bisa
dibongkar), orang tua konservatif.
6.
Pengembangan
Kreativitas
Ada empat hal yang
dapat diperhitungkan dalam pengembangan kreativitas diantaranya adalah sebagai berikut:
a.
Rangsangan mental
Suatu
karya kreatif dapat muncul jika anak mendapatkan rangsangan mental yang mendukung. Pada aspek
kognitif anak distimulasi agar mampu memberikan berbagai alternatif pada setiap
stimulan yang muncul. Pada aspek kepribadian
anak distimulasi untuk mengembangkan
berbagai macam potensi pribadi keatif seperti percaya diri, keberanian, ketahanan diri, dan lain sebagainya.
b.
Iklim dan kondisi lingkungan
Kondisi
lingkungan di sekitar anak sangat berpengaruh besar dalam menumbuhkembangkan kreativitas. Lingkungan yang
sempit, pengap dan menjemukan akan terasa muram, tidak bersemangat dan
mengumpulkan ide cemerlang. Kreativitas dengan sendirinya akan mati dan tidak berkembang dengan kondisi
lingkungan yang tidak mendukung.
c. Peran
guru
Guru
adalah tokoh bermakna dalam kehidupan anak. Guru memegang peranan lebih dari sekedar pengajar, melainkan pendidik dalam arti yang sesungguhnya. Kepada guru
siswa melakukan proses identifikasi peluang untuk munculnya siswa yang kreatif
akan lebih besar dari guru yang kreatif pula. Guru yang kreatif adalah guru yang secara kreatif mampu menggunakan berbagai pendekatan dalam proses kegiatan
belajar dan membimbing siswanya. Ia juga figur yang senang melakukan kegiatan
kreatif dalam hidupnya.
d. Peran orang tua
Utami Munandar
(dalam Yeni dan Eius 2010:33) menjelaskan beberapa
sikap orang tua yang menunjang tumbuhnya kreativitas, sebagai berikut:
1)
Manghargai pendapat anak
dan mendorong untuk mengungkapkan.
2)
Membolehkan anak
mengambil keputusan sendiri.
3)
Menunjang dan
mendorong kegiatan anak.
4)
Menikmati
keberadaannya bersama anak.
5)
Memberi pujian yang sungguh - sungguh
kepada anak.
6)
Menjalin hubungan kerja sama yang baik
dengan anak.
(Yeni
dan Eius 2010:27-33)
II. APE
(alat permainan edukatif)
1. Pengertian APE
Alat permainan
edukatif (APE) adalah alat permainan yang dirancang
secara khusus untuk kepentingan pendidikan. Berkaitan dengan alat permainan untuk anak PAUD maka pengertian APE
untuk anak PAUD adalah alat permaian
yang dirancang untuk tujuan meningkatkan aspek-aspek
perkembangan anak PAUD. (Zaman , dkk 2007:6.3).
Menurut (Elyawati,
2005:35) yang dimaksud dengan alat permainan
edukatif adalah alat yang mendorong anak untuk beraktifitas dan bersifat konstruktif atau menghasilkan sesuatu,
berbeda dengan menonton TV atau
mendengarkan radio, anak hanya pasif mendengarkannya.
Dengan APE anak dapat berimajinasi dan berkreasi menghasilkan sesuatu.
Dari berbagai pendapat
diatas dapat disimpulkan bahwa alat permainan edukatif (APE)
adalah alat permainan yang dirancang secara khusus
untuk melakukan kegiatan rangsangan dan dorongan serta mengoptimalkan perkembangan anak sesuai dengan
usia dan tingkat perkembangannya serta mendorong anak untuk beraktifitas
dan bersifat konstruktif atau menghasilkan
sesuatu.
2. Ciri-ciri APE
Alat
permainan dapat dikategorikan sebagai
alat permainan edukatif untuk anak PAUD jika memenuhi ciri-ciri
sebagai berikut:
a.
Ditujukan untuk anak usia PAUD
b.
Berfungsi
mengembangkan aspek-aspek perkembangan anak PAUD.
c.
Dapat digunakan dengan
berbagai cara, bentuk dan bermacam tujuan aspek perkembangan atau bermanfaat multiguna.
d.
Aman bagi anak.
e.
Dirancang untuk
mendorong aktivitas dan kreativitas.
f.
Bersifat konstruktif
atau ada sesuatu yang dihasilkan. (Zaman, dkk 2007:6.3
).
3. Fungsi APE
Penggunaan APE dalam
kegiatan belajar mengajar berfungsi antara lain sebagai berikut:
a.
Menciptakan situasi
belajar atau bermain yang menyenangkan bagi anak untuk melakukan berbagai kegiatan.
b.
Membantu
anak didik melakukan
berbagai jenis kegiatan pendidikan
yang sesuai minat, bakat,dan taraf perkembangan.
c.
Membantu
guru dalam penggunaan berbagai
jenis teknik pelaksaanan kegiatan pendidikan yang lebih sesuai,
menarik dan efektif bagi anak didik.
d.
Membantu anak
didik dalam kaitannya
dengan pembentukan perilaku dan
pengembangan kemampuan dasar. (Aqib 2009:47).
4. Pembuatan APE
Syarat-syarat pembuatan APE :
a. Syarat
edukatif
1)
Pembuatan APE
disesuaikan dan dengan
memperhatikan program
kegiatan pembelajaran (kurikulum yang berlaku).
2)
Pembuatan APE
disesuaikan dengan didatik-metodik. Artinya APE dapat
membantu keberhasilan proses
pembelajaran, mendorong aktivitas dan keativitas
aak, dan sesuai dengan kemampuan
(tahap perkembangan anak).
b. Syarat teknis
1)
APE hendaknya
multiguna, walaupun ditujukan utuk tujuan tertentu tidak menutup kemungkinan digunakan untuk
tujuan pengembangan yang
lain.
2)
APE dibuat dengan
menggunakan bahan yang mudah didapat dilingkungan sekitar, murah atau dari bahan bekas atau
sisa.
3)
APE hendaknya mudah
digunakan, menambah kesenangan anak untuk bereksperimen dan bereksplorasi.
c. Syarat
estetika
1)
Bentuk yang elastis,
ringan (mudah dibawa anak).
2)
Keserasian ukuran (tidak terlalu besar
atau terllu kecil).
3)
Warna (kombinasi warna)
sarasi dan menarik. (Zaman. Dkk 2007:6.22-6.23)
5. Implementasi APE (Alat Permainan Edukatif) Dari Barang Bekas Terhadap
Kreativitas Anak Usia Dini
Pengertian barang bekas dalam Kamus Lengkap Bahasa
Indonesia, 'barang' diartikan sebagai benda yang berwujud
sedangkan arti kata 'bekas' adalah sisa habis dilalui,
sesuatu yang menjadi sisa dipakai. Jadi,
barang bekas bisa diartikan sebagai benda-benda
yang pernah dipakai (sisa), yang
kegunaannnya tidak sama seperti benda yang baru.
APE (alat permainan
edukatif) sangat penting dalam proses pembelajaran
anak usia dini baik di lembaga PAUD formal dan non formal
maupun informal, karena proses belajar anak usia dini dilakukan melalui kegiatan bermain seraya belajar, melalui
kegiatan bermain anak memperoleh
pengalaman-pengalaman sebagai proses kegiatan belajar yang aktif Alat dan bahan permainan edukatif
membantu anak mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui kegiatan
bermain.
Berbagai macam benda di sekitar kita dapat di manfaatkan
sebagai APE (alat permainan edukatif) seperti batu,
kerikil, daun, ranting, air, dan bahan dari barang bekas
dapat digunakan sebagai bahan atau APE (alat permainan edukatif) tanpa harus
mengeluarkan biaya atau dengan biaya yang sangat murah. Selain
itu , berbagai macam limbah rumah tangga yang mudah ditemukan
juga dapat dijadikan sebagai alat dan bahan permainan
edukatif yang menarik bagi anak, seperti gelas dan botol plastik
bekas air mineral atau minuman botol, kemasan kertas dan kardus bekas. Semua tergantung dari kecermatan
dan kreativitas pengelolahan ,pendidik dan
orang tua di dalam mengembangkan dan menciptakan APE (alat permainan edukatif) bagi anak-anaknya.
Sampah kertas biasa
dijadikan media yang sangat baik untuk meningkatkan kesadaran lingkungan yang
bersih dan sehat. Anak biasanya diajarkan tentang bagaimana
sampah bisa menurunkan kualitas dan merusak lingkungan hidupnya. Di samping
itu anak juga diajarkan bagaimana memanfaatkan kertas dan kain perca sebagai
APE (alat permainan edukatif).
a. Hiasan
bunga mawar
1) Alat dan bahan yang perlu disiapkan
a)
Kertas atau kertas karton daur ulang
b)
Pensil atau spidol
c)
Gunting dan lem
2) Cara
membuatnya
a) Siapkan
selembar karton dari bahan daur ulang. Buatlah pola garis membentuk spiral.
b)
Gunting pola
mengikuti garis spiral yang telah kamu buat.
c)
Mulailah menggulung
pola spiral dari luar ke dalam.
d)
Gulung kertas hingga
kertas habis dan akhirnya terbentuklah bunga mawar yang cantik.
b.
Rantai boneka kertas
Rantai boneka kertas merupakan boneka yang
saling bersambung. Membuat boneka ini cukup
mudah hanya memerlukan waktu yang singkat, namun hasilnya bisa menjadi indah
dan menarik.
1) Alat dan bahan yang perlu disiapkan
a)
Kertas bekas
b)
Penggaris dan gunting
c)
Pensil, krayon, atau spidol warna
d)
Lem kertas
e)
Hiasan untuk boneka,
misalnya payet, kain perca, kertas bekas
2) Cara
pembuatannya
a)
Siapkan kertas bekas,
ukur dan gunting lebar kertas 10 cm. Panjang kertas kamu buat sesukamu. Semakin panjang kertas yang kamu gunakan, semakin panjang pula rantai boneka yang akan di hasilkan.
b)
Lipat kertas dengan
cara berseling.
c)
Buat gambar boneka
dengan pola sesuai yang diinginkan, misalnya pola tubuh manusia. Pastikan bagian tubuh dari pola itu yang kamu buat menempel pada si si ujung
kertas. Misalnya bagian tangan, kepala,
atau kaki.
d)
Lipat kembali kertas,
kemudian gunting pola yang kamu buat.
Jangan gunting bagian yang menempel pada sisi ujung kertas.
e)
Buka lipatan kertas
dan kamu akan mendapatkan
boneka kertas berantai. Hiasi
hasil boneka itu sesuai
keinginan
sehingga hasilnya menarik.
sehingga hasilnya menarik.
Cara
belajar seperti ini berrarti
menerapkan Integrated Learning dengan pendekatan prinsip belajar
sambil bekerja dan bermain, sesuai dengan
kematangan dan perkembangan fisik dan psikologis anak, dan disajikan secara
atraktif, kreatif, aman, dan menyenangkan.
G. Kerangka
Berfikir
Berdasarkan uraikan
diatas dapat diduga apabila guru PAUD mampu melakukan
pemanfaatan barang bekas dengan baik dalam proses pembelajaran maka kreativitas anak akan lebih meningkat.
H. Hipotesis Tindakan
Dengan
berdasarkan pada kerangka berpikir di atas dapat diajukan hipotesis tindakan yakni melalui Pemanfaatan
Barang Bekas Dapat Meningkatkan
Kreativitas Anak PAUD WIJAYA KUSUMA RW 07 Kelurahan Cengkareng Timur Tahun Pelajaran 2016/2017.
I.
Tujuan
Penelitian
Berdasarkan pada
permasalahan tersebut, tujuan penelitian tindakan ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
1. Umum
Untuk meningkatkan kreativitas anak.
2. Khusus
Untuk meningkatkan kreativitas anak melalui
pemanfaatan barang bekas pada PAUD WIJAYA KUSUMA RW
07 Kelurahan Cengkareng Timur Tahun Pelajaran 2016/2017.
J. Setting
Penelitian
1. Waktu
Penelitian
Penelitian
dilakukan pada bulan Oktober
sampai November
tahun 2016 pada
semester I Tahun ajaran 2016/2017. Penelitian
dilakukan karena kreativitas dalam belajar anak Kelompok B PAUD
WIJAYA KUSUMA RW 07 Kelurahan Cengkareng Timur masih rendah.
2. Tempat
Penelitian
Lokasi
penelitian tindakan kelas yang dilakukan peneliti adalah PAUD WIJAYA KUSUMA RW 07 Kelurahan
Cengkareng Timur Tahun Pelajaran 2016/2017 .
K. Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan
dalam dua siklus masing-masing siklus terdiri atas kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, observasi, dan refleksi.
Metode pengumpulan data menggunakan
reduksi, deskripsi, dan verifikasi.
L. Langkah-langkah Penelitian
Penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan desain penelitian tindakan kelas (PTK)
dilaksanakan dalam
bentuk siklus yang berulang. Setiap siklus terdiri dari
empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4)
refleksi. Penjelasan masing-masing siklus adalah sebagai berikut :
1.
Siklus 1:
a.
Perencanaan
Perencanaan
pada siklus 1 berisi tentang penggambaran masalah yang akan diatasi yang
dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b.
Pelaksanaan
Peneliti
mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
c.
Pengamatan
Peneliti
bekerjasama dengan pengamat (Collabolator) untuk mengamati proses pembelajaran.
Peneliti mengamati peserta didik. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik
d.
Refleksi
Peneliti
beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar
siswa, sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara. Yang pada
akhirnya dapat mengidentifikasi masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan selama
proses dan hasil di siklus 1, kemudian dijadikan dasar untuk memperbaiki di
siklus berikutnya.
2.
Siklus 2:
a.
Perencanaan
Perencanaan pada siklus 2 berisi tentang
penggambaran masalah yang yang terjadi pada siklus 1 yang akan diatasi untuk
dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
b.
Pelaksanaan
Peneliti
mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus 2
c.
Pengamatan
Peneliti
bekerjasama dengan pengamat (Collabolator) untuk mengamati proses pembelajaran.
Peneliti mengamati peserta didik. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik
d.
Refleksi
Peneliti
beserta pengamat mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar
siswa, sebagai bahan triangulasi peneliti melakukan wawancara. Yang pada
akhirnya dapat mengidentifikasi masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan selama
proses dan hasil di siklus 2, kemudian dijadikan dasar untuk memperbaiki di
siklus berikutnya.
3.
Siklus 3:
a.
Perencanaan
Perencanaan
pada siklus 3 berisi tentang penggambaran masalah yang yang terjadi pada siklus
2 yang akan diatasi untuk dituangkan dalam bentuk rencana pelaksanaan
pembelajaran (RPP)
b.
Pelaksanaan
Peneliti
mengimplementasikan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) pada siklus 3
c.
Pengamatan
Peneliti
bekerjasama dengan pengamat (Collabolator) untuk mengamati proses pembelajaran.
Peneliti mengamati peserta didik. Pengamat mengamati peneliti dan peserta didik
d.
Refleksi
Peneliti beserta pengamat
mendiskusikan tentang hasil pengamatan dan hasil belajar siswa, sebagai bahan
triangulasi peneliti melakukan wawancara. Yang pada akhirnya dapat
mengidentifikasi masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan selama proses dan
hasil di siklus 2, kemudian dijadikan dasar untuk memperbaiki di siklus
berikutnya atau apabila sudah dirasa cukup dan memenuhi target pencapaian maka
siklus berhenti sampai di sini.
Penelitian
ini dirancang sebagai suatu penelitian tindakan kelas yang berkolaborasi dengan melibatkan guru kelas untuk bersama-sama melaksanakan penelitian. Dalam penelitian ini peneliti
bertindak sebagai pegajar, sedangkan guru bertindak sebagai
pengamat. Proses penelitian tindakan kelas direncanakan terdiri dari tiga
siklus.
M. Sumber Data
Sumber data
penelitian ini diperoleh dari guru dan anak-anak kelompok B PAUD WIJAYA KUSUMA RW
07 Kelurahan Cengkareng Timur Tahun
Pelajaran 2016/2017. Sumber data anak didik pada saat pembelajaran yakni hasil karya.
N. Teknik dan Alat Pengumpulan Data
1. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan
data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Reduksi
Dengan reduksi merupakan suatu acara pengumpulan data yang pengisiannya berdasarkan atas pengamatan langsung
terhadap sikap dan perilaku.
Observasi dilakukan untuk mengamati kemungkinan penerapan pemanfaatan barang bekas terhadap kreativitas anak. Pengamatan dilakukan pada saat pelaksanaan tindakan
pembelajaran yaitu meliputi aktivitas anak didik selama proses
belajar mengajar.
b. Deskripsi
Penilaian melalui
pemberian tugas (job description) dilakukan dengan cara memberikan tugas kepada anak secara individu yang berkaitan dengan kemapuan yang ingin dicapai yaitu meningkatkan kreativitas anak melalui pemanfaatan barang bekas.
c. Verifikasi
Verifikasi
yang dilakukan dalam penelitian ini adalah daftar nama anak-anak didik dan foto kegiatan anak pada saat
penelitian.
2. Alat Pengumpulan Data
a. Lembar
Penugasan
Merupakan
lembar penilaian yang digunakan untuk menilai anak yang mencakup proses dan hasil kegiatan anak yang berkaitan dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku, serta
ketrampilan yang telah direncanakan
dalam progam kegiatan belajar.
b. Lembar
observasi
Lembar observasi
merupakan lembar yang digunakan untuk menilai
selama pengamatan berlangsung. Untuk memudahkan dan melakukan analisis hasil
observasi, maka peneliti membuat lembar observasi untuk anak didik atau data
selama siklus berlangsung yang digunakan untuk mengetahui kreativitas anak,
maka peneliti membuat nilai sebagai
berikut:
Tabel Kriteria penilaian
No
|
Pemahaman
|
Nilai
|
1
|
Baik
|
3
|
2
|
Cukup
|
2
|
3
|
Kurang
|
1
|
Kreativitas anak diukur menggunakan lembar observasi. Sebelum
digunakan untuk pengambilan data, lembar observasi untuk siklus 1 dan siklus 2 didiskusikan dengan kepala sekolah dan
didukung dengan penggunaan Rencana
Kegiatan Harian (RKH).
O. Analisis Data
Analisis
data digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif:
1. Hasil belajar
dianalisis dengan analisis
deskriptif komparatif yaitu membandingkan
nilai siklus maupun dengan indikator kerja.
2. Observasi
maupun wawancara dengan
analisis deskriptif kualitatif berdasarkan hasil observasi dan refleksi.
Untuk memudahkan
menghitung indikator kinerja,
peneliti membuat skoring sebagai berikut:
Tabel Klasifikasi Deskriptif
Presentase
No
|
Kriteria
|
Skor perolehan
|
1
|
Baik
|
81-100
|
2
|
Cukup
|
64-80
|
3
|
Kurang
|
<64
|
(Purwanto, 2008: 103)
P. Keabsahan Data
1. Keabsahan data merupakan
teknik pemeriksaan data yang memanfaatkan data dari sumber luar untuk keperluan pengecekan atau
sebagai perbandingan dalam
penelitian.
2.
Proses pembelajaran
(observasi, wawancara) yang
divaliditasi datanya melalui triangulasi yaitu:
a. Triangulasi sumber dalam penelitian ini
yaitu pengambilan data dari siswa dan guru.
b. Triangulasi metode
dalam penelitian ini
yaitu menggunakan
metode pemberian tugas.
c. Triangulasi
alat dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan lembar observasi.
Q. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Peneliti tindakan
kelas ini dinyatakan berhasil apabila memenuhi indikator keberhasilan. Adapun
indikator keberhasilan yaitu:
1.
Guru terampil
mengelola proses pembelajaran yang memanfaatkan ditandai aktivitas
guru minimal baik dalam pengajaran tentang pemanfaatan barang bekas.
2.
Terjadi perubahan
sikap dan perilaku siswa dalam proses pembelajaran pemahaman tentang manfaat barang bekas yang
dapat meningkatkan kreativitas anak.
3.
80% anak kelompok
B PAUD WIJAYA KUSUMA RW 07 Kelurahan Cengkareng Timur Tahun Pelajaran
2016/2017
mengalami ketuntasan belajar
dalam pembelajaran yang ditandai dengan
perolehan nilai (3) yang berarti (baik).
DAFTAR PUSTAKA
Aqib, Zainal,
2009. Belajar dan
Pembelajaran di Taman
Kanak-kanak. Bandung: Yrama
Widya.
Asfandiyar
Andi Yudha. 2012. Creative Parenting Today. Bandung: Kaifa.
Eliyawati, Cucu. 2005.
Pemilihan dan Pengembangan Sumber Belajar Untuk Anak
Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Familia, Pustaka. 2006.
Warna-warni Kecerdasan Anak dan Pendampingan. Yogyakarta: Kanisius.
Herlinawati, Ely.
2011. Menjadi Pribadi Kreatif Inovatif, dan Cendikia. Bandung: Acarya Media Utama.
Hermono,
Ulli, 2009. Inspirasi dariLimbahPlastik. Jakarta.: PT. Kawan Pustaka.
Mahariesti, Dinda.
2009. Aku Bisa Membuat dan Memanfaatkan Kertas Daur Ulang. Banten:
Talenta.
Moeslichatoen, R. 2004. Metode
Pengajaran di Taman kanak-kanak. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Munandar, Utami.
2004. Pengembangan Kreativitas AnakBerbakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Purwanto. 2008.
Metodelogi Penelitian Kuantitatif
Untuk Psikologi dan Penelitian. Yogyakarta:
Pustaka Belajar
Rachmawati Yeni dan Kurniati
Euis. 2010. Strategi Pengembangan Kreativitas PadaAnak Usia Taman kanak-kanak. Jakarta: Kencana.
Suratno. 2005. Pengembangan
Kreativitas Anak Usia Dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Sutan Firmanawaty. 2011. Aplikasi Kain Perca. Bandung:
CV. Amalia Book.
Zaman, Hermawan dan
Eliyawati Cucu, 2007. Media dan Sumber Belajar TK. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar