here we are

here we are

Kamis, 12 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Nenny Mulyati

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)
Disusun  untuk memenuhi tugas mata kuliah
“metodologi Penelitian”
Dosen Pengampu :
Iswadi,M.Pd

HUBUNGAN KELEKATAN ANAK PADA IBU DENGAN KEMANDIRIAN DI SEKOLAH DI PAUD DAHLIA KARAN BALITA



Oleh :
N A M A         : NENNY MULYATI
           NPM               : 2015841091






PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016



A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan anugerah dari Sang Pencipta yang diamanahkan untuk dirawat, dibimbing dan dididik yang nantinya akan menjadi sumber daya manusia masa mendatang untuk melanjutkan perjuangan bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan mereka seolah-olah tidak pernah berhenti bereksplorasi dan belajar (Sujiono, 2009: 6). Oleh karena itu, anak memiliki karakteristik yang unik dan khas, serta memiliki tugas perkembangan yang berbeda dengan periode perkembangan yang lain.
Masa kanak-kanak ini memiliki beberapa tugas perkembangan untuk dapat melanjutkan tahapan perkembangan selanjutnya yaitu masa remaja. Salah satu tugas perkembangan anak untuk mencapai tahapan tersebut adalah menumbuhkan kemandirian. Mandiri atau sering juga disebut berdiri di atas kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya. Hal ini diperkuat oleh Kartono (1995: 243) kemandirian adalah kemampuan berdiri sendiri diatas kaki sendiri dengan kebenaran dan tanggung jawab sendiri. Sedangkan dalam Desmita (2011: 185) kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan.


Kemandirian akan berkembang dengan baik jika diberikan kesempatan untuk berkembang melalui berbagai latihan secara terus menerus dan bertahap. Latihan-latihan tersebut dapat berupa tugas-tugas tanpa memerlukan bantuan yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan dan kemampuan anak. Kemandirian memberikan dampak yang positif bagi individu, jadi tidak ada salahnya jika diajarkan sedini mungkin yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan dan kemampuan anak. Tentang hal tersebut Fatimah (2006: 144) menyatakan latihan kemandirian yang diberikan kepada anak harus disesuaikan dengan usia anak.
Peran orangtua khususnya ibu, sangat besar dalam proses pembentukan kemandirian.   Ibu,  merupakan  lingkungan yang pertama  dan utama bagi seorang anak. Ibu sebagai sosok utama yang mempunyai keterlibatan langsung dalam perawatan, perkembangan anak dan pemberian nutrisi pada anak. Profesi sebagai ibu rumahtangga merupakan profesi yang mulia. Namun di jaman modern seperti sekarang ini, seorang ibu tidak hanya dituntut mengasuh anak dan dirumah, akan tetapi juga dituntut untuk ikut aktif mengembangkan karir sesuai dengan minat dan latar belakang pendidikan selain sebagai ibu rumah tangga. Rutinitas kedua orangtua khususnya ibu yang padat menyita seluruh waktu dan tenaga untuk kegiatan tersebut sehingga mengakibatkan pengasuhan anak digantikan oleh pengasuh/ baby sitter, neneknya, saudara dekat dan bahkan anak dititipkan di yayasan penitipan anak. Kesibukan ini mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis antara ibu dan anak. Sehingga kebutuhan hidupnya kurang tercukupi seperti kebutuhan akan kasih sayang, keamanan, perhatian dan kurang pengawasan. Anak merasa tidak diperhatikan dan dianggap sehingga anak mencari obyek lekat selain orang tuanya atau mencari kegiatan lain.
Kelekatan anak pada ibu dapat menimbulkan berbagai macam perilaku-perilaku tertentu. Anak akan merasa tidak nyaman dan takut ketika ditinggal oleh ibunya, ia membutuhkan sosok yang mampu melindungi dan membuatnya aman. Anak merasa nyaman ketika mendengar suara figure lekat (ibu), rabaan dan keberadaan sang ibu. Sementara itu Hurlock (1996: 130) berpendapat bahwa anak lebih tergantung pada orang tua dalam hal perasaan aman dan kebahagiaan, maka hubungan yang buruk dengan orangtua akan berakibat sangat baik. Apalagi kalau hubungan dengan ibu yang lebih baik karena kepada ibulah sebagian besar anak sangat tergantung. Sebagian dari kemandirian akan berkembang pada masa kanak-kanak awal, oleh karena itu kemandirian dapat dibentuk pertama kali pada lingkungan keluarga. Begitu pula, menurut Hurlock (2002: 23) yang berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kemandirian adalah pola asuh orangtua, jenis kelamin dan urutan posisi anak. Sedangkan menumt Mussen (1989: 31) yang berpendapat bahwa menegakkan kemandirian sangat bergantung pada tiga hal: (a) sikap sosial pada umumnya terhadap kemandirian dalam kultur, (b) sikap orangtua dan kelekatan orangtua-anak, dan (c) interaksi teman sebaya dan dukungan mereka terhadap perilaku mandiri. Jadi, kemandirian dipengaruhi oleh lingkungan baik keluarga maupun teman sebaya. Sungguh merupakan harapan bersama kemandirian dapat terwujud dalam kehidupan masyarakat yang dimulai sejak dini. Berangkat dari fenomena tersebut maka layak untuk diteliti lebih lanjut mengenai kemandirian anak di sekolah dihubungkan dengan kualitas kelekatan anak bersama ibu dirumah. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti mengenai "Hubungan Kelekatan Anak Pada Ibu dengan Kemandirian di Sekolah" yang akan dilakukan pada siswa-siswi kelas A PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.              Bagaimana pola kelekatan anak terhadap ibu pada PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat ?
2.             Bagaimana kemandirian anak di sekolah pada PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat?
3.              Adakah hubungan antara kelekatan anak dan kemandirian pada PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat?

C. Pembatasan Masalah
            Batasan penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas  (PTK) atau class action reseach  yang merupakan bentuk penelitian kolaboratif yang dilakukan pendidik untuk memperbaiki proses pembelajran yang telah dilakukan guna meningkatkan hasil belajar peserta didik (achievement) melalui tahapan-tahapan yang dikenal sebagai siklus.  

D. Perumusan Masalah
Perumusan Masalah ini adalah sebagai berikut:
1.       Untuk mengetahui bagaimana pola kelekatan anak terhadap ibu pada
PAUD Dahlia Karang Balita
Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
2.      Untuk mengetahui bagaimana tingkat kemandirian anak di sekolah pada
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo
Kembangan Jakarta Barat .
3.       Untuk mengetahui hubungan kelekatan anak pada ibu dengan kemandirian di sekolah pada PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.

E. Manfaat Penelitian
Berdasarkan   tujuan   penelitian   di   atas,   dapat   diperoleh   manfaat penelitian. Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1.       Manfaat Teoritis
·                 Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
untuk anak usia dini tentang hubungan kelekatan anak pada ibu
dengan kemandirian di sekolah.
·                 Sebagai salah satu bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya,
khususnya dalam kajian psikologi perkembangan yang menyangkut
perkembangan kemandirian dalam kaitannya dengan pola kelekatan
anak pada ibu.
2.       Manfaat Praktis
·                 Bagi Peneliti
                                Sebagai wacana ilmu pengetahuan pada bidang pendidikan anak usia dini
·                 Bagi Orangtua
Untuk tambahan informasi mengenai kemandirian anak dan pola kelekatan yang akan diterapkan orangtua kepada anak.

·                 Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pihak sekolah dan dijadikan bahan pertimbangan dalam menanamkan kemandirian di sekolah.
Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian ini maka penegasan istilah sangatlah penting. Penegasan istilah dalam penelitian ini adalah:
1. Kelekatan
Kelekatan berarti ikatan antara dua orang atau lebih serta mengikat satu sama lain yang menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam kurun waktu dan ruang tertentu.
2. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan seseorang yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang ada melalui proses belajar untuk tidak bergantung pada orang lain, mempunyai rasa percaya diri, mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dilakukannya.

F. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kelekatan
Istilah kelekatan {attachment) untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris bernama John Bowlby. Kemudian Mary Ainsworth, memberikan pengaruh besar bagi pemikran Bowlby (Crain, 2007:80). Kelekatan merupakan tingkah laku yang khusus pada manusia, yaitu kecenderungan dankeinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang tersebut (Soetjiningsih, 2012: 154).
Dalam Ervika (2005: 4), Bowlby menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figure lain pengganti ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai kelekatan. Ainsworth mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang dibentuk seorang individu yang bersifat spesifik, mengingat mereka dalam suatu kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat {attachment behavior) yang dirancang untuk memelihara hubungan tersebut.
Menurut Monks (2006: 110) Kelekatan adalah mencari dan mempertahankan kontak dengan orang-orang yang tertentu saja. Orang pertama yang dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu (pengasuh), ayah atau saudara-saudara dekatnya.
              Banyak anggapan seringkali menyamakan kelekatan dengan ketergantungan, padahal kedua istilah tersebut mengandung arti yang berbeda. Ketergantungan anak pada sosok figur lekat akan timbul jika tidak ada rasa aman pada diri anak. Rasa aman itu sendiri bisa terwujud karena figur lekat memberikan cinta dan kasih sayang yang cukup, selalu siap mendampingi anak, sensitif dan responsif, selalu menolong ketika anak terjebak dalam kondisi yang mengancam atau menakutkan, dan tercukupi akan kebutuhan-kebutuhan anak. Jika rasa aman itu tidak terjadi maka hal itu dapat menimbulkan rasa ketergantungan pada figur tertentu. Sedangkan menurut Soetjiningsih (2012: 154) bahwa pada ketergantungan pemenuhan keinginan merupakan hal yang pokok dan ketergantungan ditujukan pada sembarang orang. Pada kelekatan, pemenuhan keinginan bukan hal yang pokok dan kelekatan selalu tertuju pada figur atau orang tertentu saja. Ketergantungan pada anak biasanya ditunjukkan dengan anak mau makan jika ibu yang menyuapi, anak tidak mau berangkat sekolah jika tidak ditemani oleh ibu, anak menyontek tugas temannya, dan anak hanya mau berteman dengan satu teman.
          Sementara itu bentuk kelekatan pada anak yaitu menangis jika ditinggal pergi oleh figur lekat, senang dan tertawa bila figur lekatnya kembali, dan mengikuti kemanapun figur lekat pergi. Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan adalah ikatan antara dua orang atau lebih serta mengikat satu sama lain yang menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam kurun waktu dan ruang tertentu, dalam hal ini hubungan ditujukan kepada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupn figur lekat tidak berada disamping anak. 
Menurut beberapa ahli kelekatan dapat ditinjau dari berbagai teori-teori kelekatan. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kelekatan (Ervika, 2005: 4), antara lain:
1. Teori Psikoanalisa
Manusia dapat bertahan hidup di dunia tidak secara tiba-tiba, akan tetapi berkembang dalam serangkaian fase. Berdasarkan teori psikoanalisa Freud (Durkin,1995) manusia berkembang melewati beberapa fase yang dikenal dengan fase-fase psikoseksual. Salah satunya adalah fase oral, pada fase ini sumber pengalaman anak dipusatkan pada pengalaman oral yang juga berfungsi sebagai sumber kenikmatan. Secara natural bayi mendapatkan kenikmatan tersebut dari ibu disaat bayi menghisap susu dari payudara atau mendapatkan stimulasi oral dari ibu. Proses ini menjai sarana penyimpanan energi libido bayi dan ibu selanjutnya menjadi objek cinta pertama seorang bayi. Kelekatan bayi dimulai dengan kelekatan pada payudara ibu dan dilanjutkan kelekatan pada ibu. Penekanannya disini ditujukan pada kebutuhan dan perasaan yang difokuskan pada interaksi ibu dan anak.
2. Teori Belajar
Kelekatan antara ibu dan anak dimulai saat ibu menyusui bayi sebagai
proses pengurangan rasa lapar yang menjadi dorongan dasar. Kemampuan ibu untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi menjadi dasar terbebtuknya kelekatan.
3. Teori Perkembangan Kognitif
Kelekatan   baru    dapat   terbentuk    apabila   bayi    sudah    mampu
membedakan antara ibunya dengan orang asing serta dapat memahami bahwa seseorang itu tetap ada walaupun tidak dapat dilihat oleh anak. Hal ini merupakan cerminan konsep permanensi objek yang dikemukakan Piaget (Hetherington dan Parke, 1999). Saat anak bertambah besar, kedekatan secara fisik menjadi tidak terlalu berarti. Anak mulai dapat memelihara kontak psikologis dengan menggunakan senyuman, pandangan serta kata-kata. Anak mulai dapat memahami bahwa perpisahannya dengan ibu bersifat sementara. Anak tidak merasa terlalu sedih dengan perpisahan. Orang tua dapat mengurangi distress saat perpisahan dengan memberikan penjelasan pada anak.

4. Teori Etologi
Etologi merupakan disiplin ilmu yang membahas mengenai pengamatan
tingkahlaku makhluk hidup. Pemanfaatan ilmu ini digunakan dalam memahami perkembangan manusia, yang telah dilakukan upaya-upaya untuk mengaplikasikan konsep-konsep etologi bagi perkembangan manusia seperti yang dilakukan oleh para ahli. Salah satunya, Bowlby (Hetherington dan Parke, 1999) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan. Menurut teori etologi tingkah laku pada manusia deprogram secara evolusioner dan instinktif. Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis dipersiapkan untuk saling merespons perilaku.

2. Hakikat Kemandirian
Setiap manusia dilahirkan dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari ketergantungannya pada orangtua atau orang lain di sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak terkecuali manusia.
Menurut Kartono (1995: 243) kemandirian adalah kemampuan berdiri sendiri di atas kaki sendiri dengan kebenaran dan tanggung jawab sendiri. Sedangkan dalam Desmita (2009: 185) kemandirian adalah kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian adalah kemampuan seseorang yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang ada melalui proses belajar untuk tidak bergantung pada orang lain, mempunyai rasa percaya diri, mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dilakukannya.

Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengamhi oleh pola asuh orang tua. Di dalam keluarga sosok ibu yang berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Mengingat masa anak-anak mempakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman dan kesempatan yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan kemandirian amatlah kmsial. Meski dunia pendidikan juga tumt berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap mempakan pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk mandiri.

G. Kerangka Berpikir Tindakan
Kelekatan mengacu pada suatu relasi antara dua orang yang memiliki perasaan yang kuat satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk melanjutkan relasi itu. Kelekatan tidak muncul secara tiba-tiba, akan tetapi ada faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya kelekatan yaitu kepuasaan anak terhadap objek lekat, respon yang menunjukkan perhatian, dan seringnya bertemu dengan anak. Selain itu juga tergantung pada jenis pola kelekatan yang dimiliki yaitu pola kelekatan aman {Secure attachment), pola kelekatan menolak/ambivalen {Resistant Attachment), dan pola kelekatan menghindar {Avoidant Attachment). Pola kelekatan aman {Secure attachment) ditunjukkan dengan hubungan yang baik dan menyenangkan antara anak dan ibu, kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian anak tercukupi dengan baik, responsif sehingga lebih anak menghargai ibunya. Anak yang mendapatkan pola kelekatan aman {Secure attachment) memiliki tingkat kemandirian yang baik.
Berbeda dengan pola kelekatan aman {Secure attachment), pola kelekatan menolak/ambivalen {Resistant Attachment) ditunjukkan dengan adanya hubungan yang tidak konsisten dari sang ibu terhadap anak sehingga tidak sesuai dengan kebutuhannya. Anak ingin menghindar dari ibu, anak tidak diberi kepercayaan oleh ibu, anak tidak memahami keinginan ibu, dan kurang percaya diri. Anak yang mendapatkan pola kelekatan menolak/ambivalen {Resistant Attachment) memiliki tingkat kemandirian yang buruk.
Sedangkan pola kelekatan menghindar {Avoidant Attachment) ditunjukkan dengan adanya tidak ada kedekatan antara ibu dan anak. Kehadiran anak ditolak oleh ibu, anak tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari ibu, sehingga anak bersikap tidak peduli pada ibu. Anak yang mendapatkan pola kelekatan menghindar (Avoidant Attachment) memiliki tingkat kemandirian yang buruk pula.

H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah asosiatif, yaitu menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2009:103). Berdasarkan asumsi di atas, maka diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1.        Ho:p = 0
Ho:    tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan anak pada ibu dengan kemandirian di sekolah
2.       Ha : p ± 0
Ha:     terdapat hubungan yang signifikan antara kelekatan anak pada ibu dengan kemandirian di sekolah.

I. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
ü  Untuk mengetahui bagaimana pola kelekatan anak terhadap ibu pada
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
ü  Untuk mengetahui bagaimana tingkat kemandirian anak di sekolah pada
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
ü  Untuk mengetahui hubungan kelekatan anak pada ibu dengan
kemandirian di sekolah pada
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.


J. Setting Penelitian
    1. Tempat Penelitian
            Penelitian ini dilakukan di PAUD Dahlia Karang Balita Kelas A1 Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat
    2. Waktu Penelitian
            Dilasaknakan pada bulan September – Oktober 2016 semester ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017
K. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional dengan menggunakan metode kuantitatif non-eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu siswa-siswi PAUD Dahlia Karang Balita, dengan jumlah sampel sebanyak 20 siswa yang dipilih berdasarkan teknik Simple Random Sampling. Variabel-variabel penelitian diukur dengan menggunakan skala kelekatan yang terdiri dari 52 Butir Jawaban dan skala kemandirian dengan 38 Butir Jawaban
L. Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Di dalam persiapan penelitian ini ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu:
1. Orientasi Kancah
Pelaksanaan penelitian ini bertempat di PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI  RT 013/04 Joglo Kembangan Jakarta Barat
2. Penentuan SubjekPenelitian
Penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling yaitu Simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Penelitian ini dilakukan pada kelas A PAUD Dahlia Karang Balitasebanyak 20 anak
2. Persiapan Instrumen Penelitian
Persiapan instrumen dalam penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Menyusun Instrumen Penelitian
Menyusun instrumen penelitian dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu variabel penelitian untuk dijadikan dalam beberapa aspek, kemudian aspek tersebut dijabarkan lagi menjadi indikator selanjutnya disusun menjadi beberapa butir item dalam sebuah skala.


Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kelekatan dan skala kemandirian. Pertama, skala kelekatan dijabarkan menjadi 3 aspek yaitu Aspek Pola Kelekatan Aman {Secure Attachment), Pola Kelekatan Melawan {Resistant Attachment), dan Pola Kelekatan Menghindar (Avoidant Attachment). Kedua, Aspek Kemandirian dijabarkan menjadi 5 aspek yaitu Aspek Emosi, Ekonomi, Intelektual, dan Sosial. Aspek-aspek tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator yang selanjutnya disusun menjadi item.
2. Penentuan Karakteristik Jawaban Yang Dikehendaki
Pertanyaan yang diberikan dalam skala ini memiliki lima alternative jawaban, yaitu SELALU (SL), SERING (SR), KADANG-KADANG (KK), dan TIDAK PERNAH (TP). Jawaban untuk masing-masing item diberi skor tertentu, yaitu 4 untuk jawaban SELALU (SL), 3 untuk jawaban SERING (SR), 2 untuk jawaban KADANG-KADANG (KK), dan 1 untuk jawaban TIDAK PERNAH (TP).
              3. Menyusun Format Instrumen
Format skala dalam penelitian ini disusun secara jelas untuk memudahkan responden dalam mengisi.

M. Sumber Data
Sumber pengumpulan data yang digunakan ialah Skala. Skala adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya sehingga responden tinggal memilih disebut skala tertutup. (Azwar, 2009: 46). Jenis Skala yang digunakan dalam penelitian adalah Skala Likert, digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010: 134). Dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode skala kelekatan dan skala kemandirian.

N. Tehnik Pengumpulan Data
Menggunakan Metode Analisis Data dengan Uji Validitas, Realibilitas, Uji Normalitas, Uji Linieritas,Uji Hipotesis,Uji Coba Penelitian, Pelaksanaan Try Out, Alat Pengumpulan Data, Skala Kelekatan Untuk Uji Coba Instrumen, Skala Kemandirian Untuk Uji Coba Instrume  Penyusunan Skala Tryout, Skala Kelekatan, Skala Kemandirian.

O. Tekhnik Analisa Data
     1. Reduksi Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan di PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat dan berlangsung pada tanggal 11 September sampai dengan tanggal 24 Oktober 2016 Skala yang digunakan dalam penelitian ini ialah skala Kelekatan dan skala Kemandirian. Pemberian skala dilakukan dari kelas ke kelas yang disesuaikan dengan subjek penelitian (sampel) yang sudah ditentukan yaitu memberikan skala kelekatan untuk ibu (orangtua siswa) dan guru kelas. Jumlah subjek penelitian ini adalah 40 orang. Proses pengisian angket tidak langsung diawasi oleh peneliti dikarenakan pihak dari sekolah, sehingga peneliti menyerahkan skala kepada kepala sekolah dan dari kepala sekolah baru disebarkan kepada guru yang mengajar di kelas. Proses pengumpulan skala yang telah diisi oleh responden memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu peneliti membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk pelaksanaan penelitian. Kemudian pada tanggal 24 Oktober 2012, semua data telah terkumpul dengan lengkap.

     2. Deskripsi Data
Setelah melakukan pengumpulan data penelitian, peneliti melakukan
langkah-langkah sebagai berikut:
1.         Melihat isi skala, apakah sudah diisi dengan benar dan tidak terdapat jawaban ganda maupun kosong. Jika ada, peneliti akan menanyakan kembali jawaban apa yang telah diberikan oleh responden.
2.     Memberikan kode subjek dan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden, dengan memberikan skor 1-4 untuk jawaban,
kemudian mentabulasi data berdasarkan jumlah item

                        3. Verifikasi
Untuk menganalisis hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang didiskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik digunakan untuk mencari tahu besarnya mean empiris. Penggolongan subjek ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan kategori tersebut berdasarkan pencarian nilai interval konversi sebagai berikut ini :
Nilai Maksimal        = Data Maksimal
            Nilai Minimal          = Data Minimal
           R    (Range)             = Data Maksimal - Data Minimal
           I      (Interval)           = Jumlah item X 3 (kategori)
          P     (Panjang Kelas) = Range : i


P. Keabsahan Data
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan positif yang signifikan antara kelekatan anak pada ibu dan kemandirian anak di sekolah pada siswa-siswi PAUD Dahlia Karang Balita

Q. Kriteria Keberhasilan Penelitian
 Kemandirian anak yang tinggi ditunjukkan dengan anak mampu mengendalikan emosi, anak mampu menyisihkan sebagian uang jajannya untuk ditabung, anak mampu menyelesaikan tugas tanpa bantuan dari orang lain, anak mampu berkomunikasi dengan orang lain anak tidak bergantung pada orang lain.



DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,   Suharsimi.   2006.   Prosedur  Penelitian   Suatu   Pendekatan
Praktik. Bandung : Rineka Cipta. Asrori & Moh, Ali. 2004. Psikologi Remaja dan Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta : Bumi Aksara.
Azwar, Saifudin. 2009. Metode Penelitian. Jogjakarta : Pustaka Affset. Brooks,  Jane.  2011.   The Process Of Parenting.  Eds:  8.  Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Crain,   William.   2007.   Teori Perkembangan   (Konsep  dan Aplikasi).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Ervika, Eka. 2005. Kelekatan (Attachment) Pada Anak. (Online). Tersedia
di:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3487/l/psikolo
gi-eka%20ervika.pdf. (diunduh 11 Februari 2012) Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan(Perkembangan Peserta
Didik). Bandung : CV Pustaka Setia. Hurlock.   1996. Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Ed: 5. Jakarta : Erlangga. Ilmaeti. 2009. Perbedaan Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak Ditinjau
Dari  Pola Asuh  Orangtua :   Studi  Deskriptif Analitif Non
Eksperimental di TK Ashfiyah Jin. Batu Karang 2.4 Sentosa
Asih               Bandung.               Tersedia               di                :
http://repository.upi.ac.id/s pgpaud 0604160 chapter2.pdf.
(diunduh 1 September 2012) Kartono,   Kartini.    1995.   Psikologi   Anak   (Psikologi   Perkembagan).
Bandung : Mandar Maju. Liliana,   Astrid  W.   2009.   Gambaran  kelekatan  {Attachment)  Remaja
Dengan        Ibu        (Studi        Kasus).


           























Tidak ada komentar:

Posting Komentar