UJIAN
TENGAH SEMESTER (UTS)
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
“metodologi
Penelitian”
Dosen
Pengampu :
Iswadi,M.Pd
HUBUNGAN
KELEKATAN ANAK PADA IBU DENGAN KEMANDIRIAN DI SEKOLAH DI PAUD DAHLIA KARAN
BALITA
Oleh :
N A M A :
NENNY MULYATI
NPM : 2015841091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016
A.
Latar Belakang Masalah
Anak merupakan anugerah dari
Sang Pencipta yang diamanahkan untuk dirawat, dibimbing dan dididik yang nantinya akan menjadi sumber daya
manusia masa mendatang untuk melanjutkan perjuangan bangsa dalam mewujudkan cita-cita bangsa. Anak adalah manusia kecil
yang memiliki potensi yang harus
dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu
aktif, dinamis, antusias dan ingin tahu
terhadap apa yang dilihat, didengar, dirasakan mereka seolah-olah tidak pernah
berhenti bereksplorasi dan belajar (Sujiono, 2009: 6). Oleh karena itu, anak memiliki karakteristik yang unik
dan khas, serta memiliki tugas perkembangan
yang berbeda dengan periode perkembangan yang lain.
Masa kanak-kanak ini memiliki beberapa tugas perkembangan untuk dapat melanjutkan tahapan perkembangan selanjutnya
yaitu masa remaja. Salah satu tugas perkembangan
anak untuk mencapai tahapan tersebut adalah menumbuhkan kemandirian. Mandiri atau sering juga disebut berdiri di atas
kaki sendiri merupakan kemampuan seseorang untuk tidak tergantung pada orang lain serta bertanggung jawab atas apa yang
dilakukannya. Hal ini diperkuat oleh Kartono (1995:
243) kemandirian adalah kemampuan berdiri sendiri diatas
kaki sendiri dengan kebenaran dan tanggung jawab sendiri. Sedangkan dalam Desmita (2011: 185) kemandirian
adalah kemampuan untuk mengendalikan
dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk mengatasi
perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan.
Kemandirian akan berkembang dengan baik jika diberikan
kesempatan untuk berkembang melalui berbagai
latihan secara terus menerus dan bertahap.
Latihan-latihan tersebut dapat berupa tugas-tugas tanpa memerlukan bantuan yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan
dan kemampuan anak. Kemandirian
memberikan dampak yang positif bagi individu, jadi tidak ada salahnya jika
diajarkan sedini mungkin yang disesuaikan dengan tahapan perkembangan dan kemampuan anak. Tentang hal
tersebut Fatimah (2006: 144) menyatakan latihan kemandirian yang
diberikan kepada anak harus disesuaikan
dengan usia anak.
Peran orangtua khususnya ibu, sangat besar dalam
proses pembentukan kemandirian. Ibu,
merupakan lingkungan yang
pertama dan utama bagi seorang anak. Ibu sebagai sosok utama yang mempunyai
keterlibatan langsung dalam perawatan, perkembangan
anak dan pemberian nutrisi pada anak. Profesi sebagai ibu rumahtangga merupakan profesi yang mulia. Namun di jaman modern seperti sekarang ini, seorang ibu tidak
hanya dituntut mengasuh anak dan dirumah, akan tetapi juga dituntut untuk ikut
aktif mengembangkan karir sesuai dengan minat dan
latar belakang pendidikan selain sebagai ibu rumah tangga.
Rutinitas kedua orangtua khususnya ibu yang padat menyita seluruh waktu dan tenaga untuk kegiatan tersebut
sehingga mengakibatkan pengasuhan anak
digantikan oleh pengasuh/ baby sitter, neneknya, saudara dekat dan bahkan anak dititipkan di yayasan
penitipan anak. Kesibukan ini mengakibatkan hubungan yang tidak harmonis antara
ibu dan anak. Sehingga kebutuhan hidupnya kurang tercukupi seperti kebutuhan
akan kasih sayang, keamanan, perhatian dan kurang pengawasan. Anak merasa tidak
diperhatikan dan dianggap sehingga
anak mencari obyek lekat selain orang tuanya atau mencari kegiatan lain.
Kelekatan anak pada ibu dapat menimbulkan berbagai macam perilaku-perilaku tertentu. Anak akan merasa tidak nyaman dan takut ketika ditinggal
oleh ibunya, ia membutuhkan sosok yang mampu
melindungi dan membuatnya aman. Anak
merasa nyaman ketika mendengar suara figure lekat (ibu), rabaan dan keberadaan
sang ibu. Sementara itu Hurlock (1996: 130) berpendapat bahwa anak lebih
tergantung pada orang tua dalam hal perasaan aman dan kebahagiaan, maka hubungan yang buruk dengan orangtua akan berakibat sangat baik. Apalagi kalau hubungan
dengan ibu yang lebih baik karena kepada ibulah sebagian besar anak sangat
tergantung. Sebagian
dari kemandirian akan berkembang pada masa kanak-kanak awal, oleh karena itu
kemandirian dapat dibentuk pertama kali pada lingkungan keluarga. Begitu pula,
menurut Hurlock (2002: 23) yang berpendapat bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
kemandirian adalah pola asuh
orangtua, jenis kelamin dan urutan posisi anak. Sedangkan menumt Mussen (1989:
31) yang berpendapat bahwa menegakkan kemandirian sangat bergantung pada tiga
hal: (a) sikap sosial pada umumnya terhadap kemandirian dalam kultur, (b) sikap
orangtua dan kelekatan orangtua-anak, dan (c) interaksi teman sebaya dan
dukungan mereka terhadap perilaku mandiri. Jadi, kemandirian dipengaruhi oleh
lingkungan baik keluarga maupun teman sebaya. Sungguh merupakan harapan bersama kemandirian
dapat terwujud dalam kehidupan masyarakat yang dimulai sejak dini. Berangkat
dari fenomena tersebut maka layak untuk diteliti lebih lanjut mengenai
kemandirian anak di sekolah dihubungkan dengan kualitas kelekatan anak bersama
ibu dirumah. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk meneliti mengenai "Hubungan
Kelekatan Anak Pada Ibu dengan Kemandirian di Sekolah" yang akan dilakukan pada
siswa-siswi kelas A PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah
diuraikan di atas, maka dapat ditarik rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana pola kelekatan anak terhadap ibu pada PAUD
Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat ?
2.
Bagaimana kemandirian anak di
sekolah pada PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat?
3.
Adakah hubungan antara
kelekatan anak dan kemandirian pada PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo
Kembangan Jakarta Barat?
C. Pembatasan Masalah
Batasan penelitian yang
dilakukan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK) atau class action reseach yang merupakan bentuk penelitian kolaboratif
yang dilakukan pendidik untuk memperbaiki proses pembelajran yang telah
dilakukan guna meningkatkan hasil belajar peserta didik (achievement) melalui tahapan-tahapan yang dikenal sebagai siklus.
D. Perumusan Masalah
Perumusan Masalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana pola kelekatan anak
terhadap ibu pada
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
2. Untuk mengetahui bagaimana tingkat kemandirian anak di
sekolah pada
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat .
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat .
3. Untuk mengetahui hubungan kelekatan anak pada ibu dengan kemandirian di sekolah pada PAUD
Dahlia Karang Balita Komp.
DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
E.
Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan
penelitian di atas,
dapat diperoleh manfaat penelitian. Adapun manfaat
penelitian ini adalah:
1. Manfaat Teoritis
·
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan masukan dalam
untuk anak usia dini tentang hubungan kelekatan anak pada ibu
dengan kemandirian di sekolah.
untuk anak usia dini tentang hubungan kelekatan anak pada ibu
dengan kemandirian di sekolah.
·
Sebagai salah satu bahan
rujukan untuk penelitian selanjutnya,
khususnya dalam kajian psikologi perkembangan yang menyangkut
perkembangan kemandirian dalam kaitannya dengan pola kelekatan
anak pada ibu.
khususnya dalam kajian psikologi perkembangan yang menyangkut
perkembangan kemandirian dalam kaitannya dengan pola kelekatan
anak pada ibu.
2. Manfaat Praktis
·
Bagi Peneliti
Sebagai wacana ilmu pengetahuan pada bidang pendidikan
anak usia dini
·
Bagi Orangtua
Untuk tambahan informasi mengenai kemandirian anak dan pola kelekatan yang
akan diterapkan orangtua kepada anak.
·
Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan pihak sekolah dan
dijadikan bahan pertimbangan dalam menanamkan kemandirian di sekolah.
Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap istilah-istilah dalam penelitian
ini maka penegasan istilah sangatlah penting. Penegasan istilah dalam penelitian ini adalah:
1. Kelekatan
Kelekatan berarti ikatan antara dua orang atau lebih serta mengikat satu sama lain yang menumbuhkan rasa aman dan nyaman dalam
kurun waktu dan ruang tertentu.
2. Kemandirian
Kemandirian adalah kemampuan
seseorang yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman
yang ada melalui proses belajar untuk tidak bergantung pada orang lain, mempunyai rasa percaya diri, mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas segala sesuatu
yang telah dilakukannya.
F. Kajian Pustaka
1. Hakikat Kelekatan
Istilah kelekatan {attachment)
untuk pertamakalinya dikemukakan oleh seorang psikolog dari Inggris bernama
John Bowlby. Kemudian Mary Ainsworth, memberikan pengaruh besar bagi pemikran
Bowlby (Crain, 2007:80). Kelekatan merupakan tingkah laku yang khusus pada
manusia, yaitu kecenderungan dankeinginan seseorang untuk mencari kedekatan
dengan orang lain dan mencari kepuasan dalam hubungan dengan orang tersebut
(Soetjiningsih, 2012: 154).
Dalam Ervika (2005: 4), Bowlby
menyatakan bahwa hubungan ini akan bertahan cukup lama dalam rentang kehidupan
manusia yang diawali dengan kelekatan anak pada ibu atau figure lain pengganti
ibu. Pengertian ini sejalan dengan apa yang dikemukakan Ainsworth mengenai
kelekatan. Ainsworth mengatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional yang
dibentuk seorang individu yang bersifat spesifik, mengingat mereka dalam suatu
kedekatan yang bersifat kekal sepanjang waktu. Kelekatan merupakan suatu
hubungan yang didukung oleh tingkah laku lekat {attachment behavior) yang
dirancang untuk memelihara hubungan tersebut.
Menurut Monks (2006: 110)
Kelekatan adalah mencari dan mempertahankan kontak dengan orang-orang yang
tertentu saja. Orang pertama yang dipilih anak dalam kelekatan adalah ibu
(pengasuh), ayah atau saudara-saudara dekatnya.
Banyak anggapan seringkali
menyamakan kelekatan dengan ketergantungan,
padahal kedua istilah tersebut mengandung arti yang berbeda. Ketergantungan
anak pada sosok figur lekat akan timbul jika tidak ada rasa aman pada diri anak. Rasa aman itu sendiri bisa terwujud
karena figur lekat memberikan cinta dan
kasih sayang yang cukup, selalu siap mendampingi anak, sensitif dan responsif, selalu menolong ketika anak terjebak dalam kondisi yang
mengancam atau menakutkan, dan tercukupi akan kebutuhan-kebutuhan anak. Jika
rasa aman itu tidak terjadi maka hal itu
dapat menimbulkan rasa ketergantungan pada figur tertentu. Sedangkan menurut Soetjiningsih (2012: 154) bahwa pada ketergantungan pemenuhan keinginan merupakan hal
yang pokok dan ketergantungan ditujukan pada sembarang orang. Pada
kelekatan, pemenuhan keinginan bukan hal
yang pokok dan kelekatan selalu tertuju pada figur atau orang tertentu saja. Ketergantungan pada anak biasanya
ditunjukkan dengan anak mau makan
jika ibu yang menyuapi, anak tidak mau berangkat sekolah jika tidak ditemani oleh ibu, anak menyontek tugas temannya,
dan anak hanya mau berteman dengan satu teman.
Sementara
itu bentuk kelekatan pada anak yaitu menangis
jika ditinggal pergi oleh figur lekat, senang dan tertawa bila figur lekatnya kembali, dan mengikuti kemanapun figur
lekat pergi. Berdasarkan
penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa kelekatan adalah ikatan antara
dua orang atau lebih serta mengikat satu sama lain yang menumbuhkan rasa aman
dan nyaman dalam kurun waktu dan ruang tertentu, dalam hal ini hubungan
ditujukan kepada ibu atau pengasuhnya. Hubungan yang dibina bersifat timbal
balik, bertahan cukup lama dan memberikan rasa aman walaupn figur lekat tidak
berada disamping anak.
Menurut beberapa ahli kelekatan dapat ditinjau dari berbagai teori-teori kelekatan. Ada beberapa teori yang menjelaskan mengenai kelekatan (Ervika, 2005: 4), antara lain:
1. Teori
Psikoanalisa
Manusia dapat bertahan hidup di dunia tidak secara
tiba-tiba, akan tetapi berkembang dalam serangkaian fase. Berdasarkan
teori psikoanalisa Freud (Durkin,1995)
manusia berkembang melewati beberapa fase yang dikenal dengan fase-fase psikoseksual. Salah satunya adalah fase
oral, pada fase ini sumber pengalaman
anak dipusatkan pada pengalaman oral yang juga berfungsi sebagai sumber kenikmatan. Secara natural bayi mendapatkan
kenikmatan tersebut dari ibu disaat
bayi menghisap susu dari payudara atau mendapatkan stimulasi oral dari ibu. Proses ini menjai sarana penyimpanan
energi libido bayi dan ibu selanjutnya
menjadi objek cinta pertama seorang bayi. Kelekatan bayi dimulai dengan kelekatan pada payudara ibu dan dilanjutkan
kelekatan pada ibu. Penekanannya disini ditujukan pada kebutuhan dan perasaan
yang difokuskan pada interaksi ibu
dan anak.
2. Teori Belajar
Kelekatan antara ibu dan anak
dimulai saat ibu menyusui bayi sebagai
proses pengurangan rasa lapar yang menjadi dorongan dasar. Kemampuan ibu
untuk memenuhi kebutuhan dasar bayi menjadi dasar terbebtuknya kelekatan.
3. Teori Perkembangan Kognitif
Kelekatan baru
dapat terbentuk apabila
bayi sudah mampu
membedakan antara ibunya dengan orang asing serta
dapat memahami bahwa seseorang itu tetap
ada walaupun tidak dapat dilihat oleh anak. Hal ini merupakan cerminan konsep
permanensi objek yang dikemukakan Piaget (Hetherington dan Parke, 1999). Saat anak bertambah besar, kedekatan
secara fisik menjadi tidak terlalu
berarti. Anak mulai dapat memelihara kontak psikologis dengan menggunakan senyuman, pandangan serta kata-kata.
Anak mulai dapat memahami bahwa
perpisahannya dengan ibu bersifat sementara. Anak tidak merasa terlalu sedih dengan perpisahan. Orang tua
dapat mengurangi distress saat perpisahan dengan memberikan penjelasan pada
anak.
4. Teori Etologi
Etologi merupakan disiplin
ilmu yang membahas mengenai pengamatan
tingkahlaku makhluk hidup. Pemanfaatan ilmu ini
digunakan dalam memahami perkembangan manusia, yang
telah dilakukan upaya-upaya untuk mengaplikasikan konsep-konsep etologi bagi perkembangan manusia seperti
yang dilakukan oleh para ahli. Salah satunya, Bowlby (Hetherington dan Parke,
1999) dipengaruhi oleh teori evolusi dalam observasinya pada perilaku hewan.
Menurut teori etologi tingkah laku
pada manusia deprogram secara evolusioner dan instinktif.
Sebetulnya tingkah laku lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Ibu dan anak secara biologis
dipersiapkan untuk saling merespons perilaku.
2. Hakikat Kemandirian
Setiap manusia dilahirkan
dalam kondisi yang tidak berdaya, ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di lingkungannya
hingga waktu tertentu. Seiring dengan berlalunya waktu dan
perkembangan selanjutnya, seorang anak perlahan-lahan akan melepaskan diri dari
ketergantungannya pada orangtua atau orang lain di
sekitarnya dan belajar untuk mandiri. Hal ini merupakan suatu proses alamiah yang dialami oleh semua makhluk hidup, tidak
terkecuali manusia.
Menurut Kartono (1995: 243)
kemandirian adalah kemampuan berdiri sendiri di atas kaki sendiri dengan kebenaran dan tanggung jawab sendiri. Sedangkan dalam Desmita (2009: 185) kemandirian adalah
kemampuan untuk mengendalikan dan mengatur pikiran, perasaan dan tindakan
sendiri secara bebas serta berusaha sendiri untuk
mengatasi perasaan-perasaan malu dan keragu-raguan. Dengan demikian dapat dipahami bahwa kemandirian adalah kemampuan
seseorang yang terbentuk dari pengalaman-pengalaman yang ada melalui proses belajar untuk tidak bergantung pada orang lain,
mempunyai rasa percaya diri, mampu mengambil keputusan dan bertanggung jawab
atas segala sesuatu yang telah dilakukannya.
Kemandirian pada anak berawal dari keluarga serta dipengamhi oleh pola asuh orang tua. Di dalam keluarga sosok ibu yang
berperan dalam mengasuh, membimbing dan membantu
mengarahkan anak untuk menjadi mandiri. Mengingat masa anak-anak mempakan masa yang penting dalam proses perkembangan kemandirian, maka pemahaman dan
kesempatan yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya dalam meningkatkan
kemandirian amatlah kmsial. Meski
dunia pendidikan juga tumt berperan dalam memberikan kesempatan kepada anak untuk mandiri, keluarga tetap mempakan
pilar utama dan pertama dalam membentuk anak untuk
mandiri.
G.
Kerangka Berpikir Tindakan
Kelekatan mengacu pada suatu
relasi antara dua orang yang memiliki perasaan yang kuat
satu sama lain dan melakukan banyak hal bersama untuk melanjutkan relasi itu. Kelekatan tidak muncul secara tiba-tiba, akan
tetapi ada faktor-faktor yang menjadi penyebab munculnya kelekatan yaitu
kepuasaan anak terhadap objek lekat, respon yang menunjukkan perhatian, dan
seringnya bertemu dengan anak. Selain
itu juga tergantung pada jenis pola kelekatan yang dimiliki yaitu pola kelekatan aman {Secure attachment), pola
kelekatan menolak/ambivalen {Resistant
Attachment), dan pola kelekatan menghindar {Avoidant Attachment). Pola kelekatan aman {Secure attachment) ditunjukkan
dengan hubungan yang baik dan menyenangkan antara anak dan ibu,
kebutuhan akan kasih sayang dan perhatian
anak tercukupi dengan baik, responsif sehingga lebih anak menghargai ibunya. Anak yang mendapatkan pola kelekatan aman {Secure attachment) memiliki tingkat kemandirian yang baik.
Berbeda dengan pola kelekatan aman {Secure attachment), pola
kelekatan menolak/ambivalen {Resistant Attachment) ditunjukkan dengan
adanya hubungan yang tidak konsisten dari sang ibu terhadap anak sehingga tidak
sesuai dengan kebutuhannya.
Anak ingin menghindar dari ibu, anak tidak diberi kepercayaan oleh ibu, anak tidak memahami
keinginan ibu, dan kurang percaya diri. Anak yang mendapatkan pola kelekatan menolak/ambivalen {Resistant Attachment)
memiliki tingkat kemandirian yang
buruk.
Sedangkan pola kelekatan menghindar {Avoidant Attachment) ditunjukkan
dengan adanya tidak ada
kedekatan antara ibu dan anak. Kehadiran anak ditolak oleh ibu, anak
tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari ibu, sehingga anak bersikap
tidak peduli pada ibu. Anak yang mendapatkan pola kelekatan menghindar (Avoidant Attachment) memiliki
tingkat kemandirian yang buruk pula.
H. Hipotesis Tindakan
Hipotesis asosiatif adalah jawaban sementara terhadap
rumusan masalah asosiatif, yaitu menanyakan
hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2009:103). Berdasarkan asumsi di atas, maka
diajukan hipotesis penelitian sebagai berikut:
1. Ho:p = 0
Ho: tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara kelekatan anak pada ibu dengan kemandirian di
sekolah
2. Ha : p ± 0
Ha: terdapat hubungan yang signifikan antara
kelekatan anak pada ibu dengan kemandirian di sekolah.
I. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini
adalah sebagai berikut:
ü Untuk mengetahui bagaimana pola kelekatan anak
terhadap ibu pada
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
ü Untuk mengetahui bagaimana tingkat kemandirian anak di
sekolah pada
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
ü Untuk mengetahui hubungan kelekatan anak pada ibu dengan
kemandirian di sekolah pada PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
kemandirian di sekolah pada PAUD Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat.
J.
Setting Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan
di PAUD Dahlia Karang Balita Kelas A1 Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat
2.
Waktu Penelitian
Dilasaknakan pada bulan September –
Oktober 2016 semester ganjil Tahun Pelajaran 2016-2017
K. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian korelasional
dengan menggunakan metode kuantitatif non-eksperimen. Populasi dalam penelitian ini yaitu
siswa-siswi PAUD Dahlia Karang
Balita, dengan jumlah sampel sebanyak 20 siswa yang dipilih berdasarkan teknik Simple Random
Sampling. Variabel-variabel penelitian diukur dengan menggunakan skala kelekatan yang terdiri
dari 52 Butir Jawaban dan skala
kemandirian dengan 38 Butir Jawaban
L.
Langkah-langkah Penelitian
1. Persiapan Penelitian
Di dalam persiapan penelitian ini
ada beberapa tahapan yang harus dilakukan yaitu:
1. Orientasi Kancah
Pelaksanaan penelitian ini bertempat di PAUD
Dahlia Karang
Balita Komp. DKI RT 013/04 Joglo
Kembangan Jakarta Barat
2. Penentuan SubjekPenelitian
Penelitian ini menggunakan teknik Simple Random
Sampling yaitu Simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa
memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu. Penelitian ini dilakukan pada kelas
A PAUD Dahlia Karang Balitasebanyak
20 anak
2. Persiapan Instrumen Penelitian
Persiapan instrumen dalam penelitian ini dilakukan
dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Menyusun
Instrumen Penelitian
Menyusun instrumen penelitian dilakukan dengan cara menentukan terlebih dahulu variabel penelitian untuk dijadikan
dalam beberapa aspek, kemudian aspek tersebut
dijabarkan lagi menjadi indikator selanjutnya disusun menjadi beberapa butir
item dalam sebuah skala.
Instrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah skala kelekatan dan skala kemandirian. Pertama, skala kelekatan dijabarkan menjadi 3 aspek yaitu Aspek Pola Kelekatan Aman {Secure
Attachment), Pola Kelekatan Melawan {Resistant
Attachment), dan Pola Kelekatan Menghindar (Avoidant Attachment). Kedua, Aspek Kemandirian dijabarkan
menjadi 5 aspek yaitu Aspek Emosi,
Ekonomi, Intelektual, dan Sosial. Aspek-aspek tersebut kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator
yang selanjutnya disusun menjadi
item.
2. Penentuan Karakteristik Jawaban Yang Dikehendaki
Pertanyaan yang diberikan
dalam skala ini memiliki lima alternative jawaban, yaitu SELALU (SL), SERING (SR), KADANG-KADANG (KK), dan TIDAK PERNAH (TP). Jawaban untuk masing-masing
item diberi skor tertentu, yaitu 4 untuk
jawaban SELALU (SL), 3 untuk jawaban SERING (SR), 2 untuk jawaban KADANG-KADANG (KK), dan 1 untuk jawaban TIDAK PERNAH (TP).
3. Menyusun Format Instrumen
Format skala dalam penelitian
ini disusun secara jelas untuk memudahkan responden dalam
mengisi.
M.
Sumber Data
Sumber pengumpulan data yang digunakan ialah Skala.
Skala adalah sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti
laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui. Pertanyaan yang sudah disediakan jawabannya
sehingga responden tinggal memilih
disebut skala tertutup. (Azwar, 2009: 46). Jenis Skala yang digunakan dalam penelitian adalah Skala Likert,
digunakan untuk mengukur sikap,
pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2010: 134). Dalam
penelitian ini metode pengumpulan
data yang digunakan adalah metode skala kelekatan dan skala kemandirian.
N.
Tehnik Pengumpulan Data
Menggunakan Metode
Analisis Data dengan Uji Validitas, Realibilitas, Uji Normalitas, Uji
Linieritas,Uji Hipotesis,Uji Coba Penelitian, Pelaksanaan Try Out, Alat
Pengumpulan Data, Skala Kelekatan Untuk Uji Coba Instrumen, Skala Kemandirian
Untuk Uji Coba Instrume Penyusunan Skala
Tryout, Skala Kelekatan, Skala Kemandirian.
O.
Tekhnik Analisa Data
1. Reduksi Data
Pelaksanaan penelitian dilakukan di PAUD
Dahlia Karang Balita Komp. DKI Joglo Kembangan Jakarta Barat dan berlangsung pada tanggal 11 September sampai
dengan tanggal 24 Oktober 2016 Skala
yang digunakan dalam penelitian ini ialah skala Kelekatan dan skala Kemandirian. Pemberian skala dilakukan dari kelas
ke kelas yang disesuaikan
dengan subjek penelitian (sampel) yang sudah ditentukan yaitu
memberikan skala kelekatan untuk ibu (orangtua siswa) dan guru kelas. Jumlah subjek penelitian ini adalah 40
orang. Proses pengisian angket tidak
langsung diawasi oleh peneliti dikarenakan pihak dari sekolah, sehingga
peneliti menyerahkan skala kepada kepala sekolah dan dari kepala sekolah baru disebarkan kepada guru yang mengajar
di kelas. Proses pengumpulan skala yang telah diisi oleh responden
memerlukan waktu yang lama, oleh karena itu
peneliti membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk pelaksanaan penelitian.
Kemudian pada tanggal 24 Oktober 2012, semua data telah terkumpul dengan
lengkap.
2.
Deskripsi Data
Setelah melakukan pengumpulan
data penelitian, peneliti melakukan
langkah-langkah sebagai
berikut:
1. Melihat isi skala, apakah sudah diisi dengan
benar dan tidak terdapat jawaban ganda maupun kosong. Jika ada, peneliti akan
menanyakan kembali jawaban apa yang telah
diberikan oleh responden.
2. Memberikan kode subjek dan skor pada masing-masing jawaban yang telah diisi oleh responden, dengan memberikan skor 1-4
untuk jawaban,
kemudian mentabulasi data berdasarkan jumlah item
kemudian mentabulasi data berdasarkan jumlah item
3. Verifikasi
Untuk menganalisis
hasil penelitian, peneliti menggunakan angka yang didiskripsikan dengan
menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik. Metode statistik digunakan untuk
mencari tahu besarnya mean empiris.
Penggolongan subjek ke dalam tiga kategori yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Penggolongan kategori tersebut berdasarkan pencarian nilai interval
konversi sebagai berikut ini :
Nilai Maksimal = Data Maksimal
Nilai Maksimal = Data Maksimal
Nilai
Minimal = Data Minimal
R
(Range) = Data Maksimal - Data Minimal
I (Interval) = Jumlah item X 3 (kategori)
P
(Panjang Kelas) = Range : i
P.
Keabsahan Data
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis dalam
penelitian ini dapat diterima, yaitu ada hubungan positif yang signifikan
antara kelekatan anak pada ibu dan kemandirian anak di sekolah pada siswa-siswi
PAUD Dahlia Karang Balita
Q.
Kriteria Keberhasilan Penelitian
Kemandirian
anak yang tinggi ditunjukkan dengan anak mampu mengendalikan emosi, anak mampu
menyisihkan sebagian uang jajannya untuk ditabung, anak mampu menyelesaikan
tugas tanpa bantuan dari orang lain, anak mampu berkomunikasi dengan orang lain
anak tidak bergantung pada orang lain.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
2006. Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan
Praktik. Bandung : Rineka Cipta. Asrori & Moh, Ali. 2004. Psikologi Remaja dan Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta : Bumi Aksara.
Azwar, Saifudin. 2009. Metode Penelitian. Jogjakarta : Pustaka
Affset. Brooks, Jane.
2011. The Process Of
Parenting. Eds: 8.
Yogyakarta:
Pustaka Pelajar. Crain,
William. 2007. Teori Perkembangan (Konsep
dan Aplikasi).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar Desmita. 2009. Psikologi Perkembangan
Peserta Didik. Bandung: Remaja
Rosdakarya. Ervika, Eka. 2005.
Kelekatan (Attachment) Pada Anak. (Online). Tersedia
di:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3487/l/psikolo
gi-eka%20ervika.pdf. (diunduh 11 Februari 2012) Fatimah, Enung. 2006. Psikologi Perkembangan(Perkembangan Peserta
Didik). Bandung : CV Pustaka Setia. Hurlock. 1996.
Psikologi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan. Ed: 5. Jakarta :
Erlangga. Ilmaeti. 2009. Perbedaan
Kemandirian Anak Taman Kanak-kanak Ditinjau
Dari Pola Asuh
Orangtua : Studi Deskriptif Analitif Non
Eksperimental di TK Ashfiyah
Jin. Batu Karang 2.4 Sentosa
Asih Bandung. Tersedia di :
http://repository.upi.ac.id/s
pgpaud 0604160 chapter2.pdf.
(diunduh 1 September 2012) Kartono, Kartini. 1995.
Psikologi Anak (Psikologi
Perkembagan).
Bandung : Mandar Maju. Liliana, Astrid
W. 2009. Gambaran
kelekatan {Attachment) Remaja
Dengan
Ibu (Studi Kasus).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar