UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah
”
Metodologi Penelitian ”
Dosen
Pengampu :
Iswadi, M. Pd.
MENINGKATKAN
KREATIVITAS BERBAHASA LISAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI PERMAINAN PERMATA
TERSEMBUNYI DI PAUD MELATI 03 MENTENG
JAKARTA PUSAT
Oleh:
CYPRINE ARUDHIPTA DEWAYANI
NPM. 20158410199
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
2016
PROPOSAL
PTK PAUD PENGEMBANGAN BAHASA
Nama
Peneliti : CYPRINE
ARUDHIPTA DEWAYANI
NPM : 20158410199
Unit
Kerja : PAUD
MELATI 03
Judul
Penelitian : MENINGKATKAN KREATIVITAS BERBAHASA
LISAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI PERMAINAN PERMATA TERSEMBUNYIDI PAUD MELATI 03
MENTENG JAKARTA PUSAT
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Pendidikan usia dini memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak
karena merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak. Anak yang berusia 5-6
tahun memiliki masa perkembangan kecerdasan yang sangat pesat sehingga masa ini
disebut golden age (masa emas). Masa ini merupakan masa dasar pertama
dalam mengembangkan berbagai kegiatan dalam rangka pengembangan potensi anak
sejak usia dini. Potensi yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan
kecerdasan anak yaitu kreativitas berbahasa lisan anak.
Kreativitas berbahasa anak meliputi kemampuan berkomunikasi secara efektif,
mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca, hal ini berkaitan dengan
pendapat Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12)
Kreativitas berbahasa, terutama berbicara (berbahasa lisan) diperlukan sebagai
dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan orang tuanya
maupun dengan teman seusianya serta orang lebih dewasa dari segi umurnya.
Kreativitas bahasa lisan merupakan perkembangan yang sangat penting bagi anak
usia dini, karena bahasa bukanlah sekedar pengucapan kata-kata atau bunyi,
tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, mengatakan, menyampaikan
atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Tujuan berbahasa lisan
adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan
seseorang. Secara umum kreativitas bahasa lisan anak usia 5-6 tahun sudah
dapat menyebut berbagai bunyi atau suara tertentu, menirukan 4-5 urutan kata,
menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah secara
sederhana dan sudah dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi
secara sederhana.
Berdasarkan pengamatan penulis, tingkat kreativitas berbahasa lisan atau daya
serap anak PAUD Melati 03
Menteng
sangat bervariasi. Artinya ada anak yang mampu berbahasa lisan dan ada yang
sedang serta ada yang sulit untuk berbahasa lisan. Padahal inti berbahasa lisan
mengeluarkan ide, gagasan, atau pendapat kepada orang lain. Oleh sebab itu
seorang guru TK/PAUD
harus berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkan kreativitas berbahasa
lisan anak. Peningkatan kualitas pendidikan di PAUD, ditentukan beberapa faktor
penentu keberhasilan, yaitu melalui Permainan Permata Tersembunyi untuk
Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak.
Permainan Permata Tersembunyi merupakan permainan yang sangat menarik bagi anak
karena permainan ini menggunakan gambar-gambar yang terdapat didalam permata.
Permainan ini sangat memotivasi anak untuk mencari permata yang tersembunyi
tersebut. Permainan ini dilakukan didalam ruangan dengan menggunakan wadah
plastik yang berukuran besar, didalamnya terdapat pasir dan permata-permata
yang berisikan gambar-gambar. Permainan permata tersembunyi adalah sebuah
aktivitas terobosan bahwa anak-anak menghadapi beberapa permasalahan sensorik
atau liquisik ketika mereka hendak menyusupkan tangan mereka ke dalam wadah
plastik yang berisi pasir dan mereka berusaha mendapatkan permata yang
tersembunyi didalam wadah. Setelah anak berhasil menemukan permata yang
dicarinya, anak secara tidak langsung mengeluarkan ekspresi sehingga anak
terdorong untuk menceritakan benda yang telah ditemukannya. Dalam permainan ini
anak diharuskan untuk menceritakan apa yang terdapat didalam permata tersebut
sehingga dapat melatih kreativitas berbahasa lisan anak.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan peran guru di PAUD Melati 03
Menteng Jakarta Pusat menunjukkan bahwa sebagian besar anak masih rendah
kreativitas berbahasanya,terutama bahasa lisannya hal ini terlihat anak belum
mampu menyebutkan kembali 4-5 kata. Disamping itu anak belum dapat menyebutkan
benda-benda yang ada disekitarnya, selain itu anak belum bisa menunjukkan
kreativitasnya dalam menyanyi, memimpin doa, memimpin barisan, bercerita dan
berbicara dengan teman-temannya dan jika disuruh tampil di depan kelas, sangat
minim sekali anak yang berani menunjukkan kreativitas berbahasanya (bahasa
lisan) di depan teman-temannya.
Fenomena di atas dapat menyimpulkan pertanyaan mengapa anak-anak belum mampu
berbahasa lisan dengan baik. Dari kondisi tersebut sudah selayaknya seorang
guru TK untuk melakukan usaha perbaikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan
guru adalah memilih salah satu strategi pembelajaran yang tepat. Peneliti
berencana menggunakan pembelajaran melalui Permainan Permata Tersembunyi untuk
Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak
Dari uraian di atas peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tentang
“Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Permainan
Permata Tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat “.
B. IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka identifikasi masalah
antara lain :
- Anak belum dapat berkomunikasi, berbicara
lancar secara lisan dalam permainan permata tersembunyi
- Anak belum mampu menceritakan isi gambar
yang di temukan dalam permainan permata tersembunyi
- Anak belum maksimal mengekspresikan kreativitas
berbahasa lisan seperti mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya dalam
permainan permata tersembunyi
C. PEMBATASAN MASALAH
Penelitian ini difokuskan pada meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak
5-6 Tahun Melalui Permainan Permata Tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng
Jakarta Pusat.
D. PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini
adalah: Apakah kreativitas berbahasa lisan anak 5-6 Tahun Melalui Permainan
Permata Tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat?.
E. MANFAAT PENELITIAN
1.
Manfaat Teoretis
Hasil penelitian diharapkan dapat pengetahuan ilmiah dan sebagai pengembangan
ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6
Tahun Melalui Permainan Permata Tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta
Pusat.
2.
Manfaat Praktis
Melalui
penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik bagi anak, guru, serta
sekolah antara lain:
·
Bagi Anak
Bermanfaat
untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak melalui Permainan Permata
Tersembunyi
·
Bagi Guru
Bemanfaat
sebagai pedoman bagi guru PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat dalam meningkatkan kreativitas
berbahasa lisan untuk peserta didik.
·
Bagi Sekolah
Bermanfaat
untuk meningkatkan prestasi PAUD Melati 03 Menteng Jakarta yang dapat dilihat
dari meningkatnya kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun.
F. KAJIAN PUSTAKA
1. Pengertian
Kreativitas Anak
Menurut Anna Craft (2000:11) kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi
atau manifestasi kecerdikan dalam pencarian yang bernilai. Menurut Nurchasanah
(2006:6) Kreativitas berbahasa lisan anak usia prasekolah berbeda dengan orang
dewasa. Kreativitas mereka tidak dapat diukur dari kualitas kebenaran bahasa
yang diungkapkan, maupun variasi, dan kebaruannya. Kreativitas mereka masih
dalam taraf yang sederhana. Kemauan mereka berbahasa, mengungkapkan gagasan,
dan perasaan secara lisan, sudah menunjukkan bahwa mereka kreatif. Kreativitas
berbahasa lisan mereka dapat terlihat dari indikator-indikator berikut: (1)
kemauan bertanya, (2) kemauan menjawab pertanyaan, (3) kemauan bercerita, (4)
kemauan menginformasikan sesuatu kepada orang lain, teman, atau guru.
Kreativitas anak disebut kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan
orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan,
memperkaya) suatu gagasan (Utami Munandar, 1977:50). Kreativitas menurut Zainal
Abidin (2010:2) didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut
pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai
kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda seperti berikut ini:
1.
Barron mendefinisikan kreativitas
adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini
bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari
unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
2.
Guilford menyatakan bahwa
kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif.
3.
Utami Munandar mendefinisikan kreativitas
adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas
dalam berpikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.
4.
Rogers mendefinisikan kreativitas
sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan. Hasil-hasil
baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan
individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya.
5.
Drevdal mendefinisikan kreativitas
sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang
dapat beruwujud aktivitas imajinatif atau sintetis yang mungkin melibatkan
pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang
dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan
untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi
sesuatu yang sudah ada sehingga manfaatnya bernilai lebih dibanding
sebelumnnya.
2. Ciri-ciri
Kreativitas Anak
Menurut Paul Torrance dalam Kodarni (2011:24) mengemukakan ciri-ciri tindakan
kreatif anak prasekolah:
1. Anak
prasekolah yang kreatif belajar dengan cara yang kreatif, yaitu dimana anak
belajar untuk memenuhi kebutuhannya melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi
dan permainan.
2. Anak
prasekolah yang kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal
membutuhkan usaha kreatif. Anak yang kreatif tidak mudah bosan terhadap sesuatu
yang baru, seperti mainan, biasanya ketertarikannya lebih dari 60 menit bahkan
lama.
3. Anak
yang kreatif memiliki sesuatu yang menakjubkan, seperti kegiatan memimpin,
mengorganisasi teman-temannya.
4. Anak
prasekolah kreatif belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan
dengan menggunakan pengalamannya.
5. Anak
kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang
alamiah.
Menurut
Munandar (Alex Sobur, 2009: 187) ciri-ciri kreativitas adalah sebagai berikut:
1. Dorongan
ingin tahu besar
2. Sering
mengajukan pertanyaan yang baik
3. Memberikan
banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
4. Bebas
dalam menyatakan pendapat
5. Mempunyai
rasa keindahan
6. Menonjol
dalam salah satu bidang seni
7. Mempunyai
pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
8. Rasa
humor tinggi, memiliki daya imajinasi baik
9. Keaslian
(orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya;
dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinalitas, yang jarang
diperlihatkan anak-anak lain)
10. Dapat
bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru
11. Kemampuan
mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
Utami
Munandar (2002: 3) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai
berikut:
1.
Senang mencari pengalaman baru
2.
Memiliki keasyikan dalam mengerjakan
tugas-tugas yang sulit
3.
Memiliki inisiatif
4.
Memiliki ketekunan yang tinggi
5.
Cenderung kritis terhadap orang lain
6.
Berani menyatakan pendapat dan
keyakinannya
7.
Selalu ingin tahu
8.
Peka atau perasa
9.
Enerjik dan ulet
10. Menyukai
tugas-tugas yang majemuk
11.
Percaya kepada diri sendiri
12. Mempunyai
rasa humor
13. Memiliki
rasa keindahan
14. Berwawasan
masa depan dan penuh imajinasi
Proses
kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah
mengindentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu
sedang berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang
ditampilkan oleh individu.
3. Aspek-aspek
yang Mempengaruhi Kreativitas Anak
Menurut Martini (2006:66) aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas adalah
sebagai berikut:
·
Aspek Kemampuan Kognitif (Berpikir)
Kemampuan
kognitif (kemampuan berpikir) merupakan salah satu aspek yang berpengaruh
terhadap munculnya kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir yang dapat
mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir secara divergen, yaitu
kemampuan untuk memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
·
Aspek Intuisi dan Imajinasi
Kreativitas
berkaitan dengan aktivitas belahan otak kanan. Oleh sebab itu, intuitif dan
imajinatif merupakan aspek lain yang mempengaruhi munculnya kreativitas.
·
Aspek Penginderaan
Kreativitas
dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan, yaitu kemampuan
menggunakan pancaindera secara peka. Kepekaan dalam penginderaan ini
menyebabkan seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau
dipikirkan oleh orang lain.
·
Aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan
emosi adalah aspek yang berkaitan dengan keuletan, kesabaran, dan ketabahan
dalam menghadapi ketidakpastian dan berbagai masalah yang berkaitan dengan
kreativitas.
Menurut
Clark dalam Zainal Abidin (2010:3) yang mengkategorikan faktor-faktor yang
mempengaruhi kreativitas yaitu :
Faktor yang
mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut:
1.
Situasi yang menghadirkan
ketidaklengkapan serta keterbukaan.
2.
Situasi yang memungkinkan dan
mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
3.
Situasi yang dapat mendorong dalam
rangka menghasilkan sesuatu.
4.
Situasi yang mendorong tanggung
jawab dan kemandirian.
5.
Situasi yang menekankan inisiatif
diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat,
menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan dan mengkomunikasikan.
6.
Kedwibahasaan yang memungkinkan
untuk pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan
pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi
masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari
umumnnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
7.
Posisi kelahiran (berdasarkan tes
kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang
lahir kemudian).
8.
Perhatian dari orang tua terhadap
minat anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolah, dan motivasi diri.
4. Kreativitas Berbahasa Lisan
Menurut Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa
ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan,
berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan membaca.
Sisca Puspitasari (2006:11) mengatakan sering kali kita menemukan anak-anak
taman kanak-kanak berbicara. Mereka sering berbicara tentang apa yang terjadi
baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka sering berbicara untuk
mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Sikap ini mendorong
meningkatkan penggunaan bahasa dan dialog dengan yang lain. Salah satu jalan
bagi mereka untuk menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan. Sebagian anak
mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan dengan kata-kata dan menunjukkannya
dengan perbuatan, terkadang mereka lebih mudah mengekspresikan perasaan
bonekanya sendiri daripada perasaan mereka sendiri.
Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam
pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan
perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu
pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan,
lukisan, dan mimik muka. Sedangkan fungsi utama bahasa pada anak yaitu 1)
meniru ucapan orang dewasa, 2) membayangkan situasi (terutama dialog), 3)
mengatur permainan. Tiga fungsi kegiatan berbahasa lisan ini dapat dilakukan di
taman kanak-kanak melalui kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang
telah didengarkan, berbagi pengalaman, sosiodrama maupun mengarang cerita dan
sajak. Dengan kegiatan tersebut diharapkan kreativitas dan kemampuan berbahasa
lisan anak dapat terkembangkan lebih optimal. Dari uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa kreativitas berbahasa lisan anak dapat diketahui dengan
indikator 1) keterampilan berkomunikasi secara efektif, 2) mendengarkan, 3)
berkomunikasi dengan berbicara, 4) menulis dan 5) membaca.
5. Konsep
Berbahasa Anak
Menurut Asrori (2007:141) Perkembangan bahasa individu, terutama bahasa
lisan merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks. Perkembangan
bahasa lisan lebih cepat dari perkembangan aspek lainya, meskipun sebagaian
anak ada yang perkembangan motoriknya lebih cepat dibandingkan perkembangan
bahasanya. Ahli piskologi menyatakan bahwa perkembangan bahasa lisan merupakan
kemampuan individu menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal dan etika pengucapan
dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umum kronologisnya.
Karakteristik kemampuan bahasa lisan anak usia 5-6 tahun anatara lain (Imam
,2010:163.)
1.
Dapat menguasai kosa kata 4-5 suku
kata, meyerupai bunyi suara tertentu.
2.
Dapat berkomunikasi/berbicara secara
lisan, menyebutkan nama diri, jenis kelamin serta alamat rumah secara
sederhana.
3.
Dapat mengatakan bermacam-macam kata
benda yang berada di lingkungan sekitar.
4.
Dapat menceritakan isi gambar atau
isi cerita sederhana menghubungkan gambar/benda dengan kata.
5.
Dapat mengurutkan tulisan sederhana
dengan mengenal bentuk-bentuk simbol yang melambangkan.
Depdiknas (2007:15) mengemukakan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan
anak untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan/kesanggupan
anak menyusun kosa kata menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur
dapat dilatih agar mereka biasa berinteraksi dengan yang lainnya, serta anak
dapat memberikan keterangan / informasi tentang suatu hal secara sederhana.
Vygotsky dalam Rita Kurnia (2009:47) menjelaskan tiga tahap perkembangan
berbahasa lisan anak yang berhubungan erat terhadap perkembangan berpikir anak
yaitu:
1.
Tahap eksternal, hal ini terjadi
karena anak berbicara, sumber berpikir anak berasal dari luar diri anak.
Artinya sumber pikiran anak berasal dari orang dewasa yang memberikan
informasi/pengarahan.
2.
Tahap internal, dimana proses
pemikiran anak telah mengalami penghayatan sepenuhnya, kemampuan berbahasa
lisan anak secara lisan berurutan dengan benar, dapat menceritakan kembali
cerita sederhana yang mudah dipahami, mengucapkan lebih dari tiga kalimat serta
mengenal tulisan sederhana.
3.
Tahap egosentris, dimana anak
berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan
lagi menjadi prasyarat.
Bermain
1. Pengertian
Bermain
Bermain
merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikologi
ahli filsafat dan lain sebagainya. Mereka lebih tertantang untuk lebih memahami
arti bermain yang dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Bermain merupakan
pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka macam bentuk.
Kehidupan sehari-hari kegiatan bermain begitu mudah dipahami namun dalam
beberapa situasi sulit dibedakan dengan kegiatan yang bukan bermain.
Scwartzman
(dalam Soemiarti Patmonodewo, 2000:102) rnengemukakan suatu batasan bermain
sebagai berikut:
“Bermain
bukan bekerja; bermain adalah pura-pura; bermain bukan sesuatu kegiatan yang
produktif dan sebagainya…..bekerjapun dapat diartikan bermain sementara
kadang-kadang bermain dapat dipahami sebagai bekerja; demikian pula anak-anak
yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga seringkali dianggap nyata
sungguh sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya”.
Sementara Soemiarti Patmonodewo (2000:102) mengatakan bahwa bermain dalam
tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian kesatuan yang
berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berakhir pada bermain
yang diarahkan. Dalam bermain bebas dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan
bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan
mereka memilih bagaimana menggunakan alat-alat, sedangkan kegiatan bermain
dengan bimbingan, guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat
memilih guna menemukan suatu konsep.
Bambang dan Yuliani (2005:104) mengemukakan bahwa kegiatan bermain adalah
proses sosialisasi yang sangat efektif melalui permainan anak belajar
menjalankan suatu peran tertentu dapat menerima pandangan orang lain dan
melatih cara berkomunikasi. Montolalu (2007:12) mengatakan bahwa dunia anak
adalah dunia bermain. Bermain terungkap dalam berbagai bentuk. Bermain dapat
berupa gerak seperti berlari, melempar bola dan memanjat, bermain juga dapat
berupa kegiatan berfikir, seperti menyusun puzzle atau mengingat
kata-kata sebuah lagu, dan juga berupa kreativitas dengan menggunakan krayon,
plastisin atau tanah liat.
2. Manfaat
Bermain
Hasil
penelitian yang telah dilakukan para ilmuwan menyatakan bahwa bermain bagi anak
mempunyai arti yang sangat penting karena melaui bermain anak dapat menyalurkan
segala keinginan dan kepuasan kreativitas serta imajinasinya. Melalui bermain
anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik belajar bergaul dengan teman
sebaya, membina sikap hidup positif, mengembangkan peran sesuai dengan jenis
kelamin, menambah perbendaharaan kata dan menyalurkan perasaan tertekan .
Berikut ini
akan diuraikan satu persatu manfaat bermain bagi anak usia dini:
1.
Bermain Memicu Kreativitas
Hasil penelitian mendukung dugaan bahwa bermain dan kreatifitas saling
berkaitan karena baik bermain maupun kreativitas rnengandalkan kemampuan anak
menggunakan simbol-simbol (Spodek & Sarcho, 1988). Kreativitas dapat
dipandang sebagai suatu aspek dari pemecahan masalah yang mempunyai arti dalam
bermain. Saat anak menggunakan daya khayalnya dalam bermain, dengan menggunakan
alat atau tanpa alat mereka lebih kreatif.
2.
Bermain Bermanfaat Mencerdaskan Otak
Salah satu contoh permainaan yang dapat mencerdaskan otak adalah bermain
dokter-dokteran. Dalam permainan ini si anak berpura-pura menjadi dokter dan
menjadi pasien. Sebagai pasien si anak bebas menggunakan imajinasinya dan
segenap pengetahuannnya tentang seorang yang sedang sakit. Demikian juga halnya
dengan anak yang berperan sebagai dokter, anak dengan bebas mengungkapkan
segenap pengetahuannya tentang seorang dokter, mulai dari sikapnya, gaya
bicaranya dan jenis obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit.
3.
Bermain Bermanfaat Menanggulangi
Konflik
Pada usia PAUD tingkah laku yang sering muncul ke permukaan adalah tingkah laku
menolak, bersaing, agesit bertengkar, meniru, kerjasama, egois, simpatik,
marah, ngambek, dan berkeinginan untuk diterima oleh lingkungan sosial mereka.
PAUD memberi peluang bagi anak melalui bermain dalam kelompok besar maupun
kelompok kecil untuk mengatasi konflik yang terjadi. Sandiwara boneka, bermain
dramatisasi bebas dan bercerita dengan berbagai metode, merupakan beberapa
kegiatan bermain.
4.
Bermain Bermanfaat untuk Melatih
Empati
Empati adalah pengenalan perasaan, pikiran, dan sikap orang lain, dapat juga
dikatakan pengenalan jiwa orang lain, dengan kata lain empati adalah keadaan
mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam
keadaan perasaan atau pikiran dan sikap yang sama dengan orang atau kelompok
lain. Empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial
anak karena dengan empati anak dapat merasakan penderitaan orang lain. Dengan
mengembangkan empati, anak akan pandai menempatkan dirinya dan perasaannya pada
diri dan perasaan orang lain dan akan mengembangkan tenggang rasa. Melalui
bermain sandiwara boneka atau dramatisasi terpimpin sikap empati dapat
dikembangkan di PAUD.
5.
Bermain Bermanfaat Mengasah Panca
lndera
Banyak jenis permainan PAUD yang menunjang perkembangan kepekaan panca indera
seperti “permainan kotak” aroma untuk latihan indera penciuman, permainan
“suara apa” untuk latihan indera pendengaran, gambar-gambar di buku untuk
latihan indera penglihatan, dan permainan merasakan berbagai rasa makanan
dengan mata tertutup untuk melatih indera pengecapan dan lain-lain.
6.
Bermain Sebagai Media Terapi
“Sigmund Freud”, Bapak psikoanalisis mengemukakan bahwa anak
melakukan bermain sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah konflik
dan kecemasannya. Berawal dari teori ini para ahli ilmu jiwa mendapat ilham
untuk menggunakan bermain sebagai alat diagnosis mengobati anak yang
bermasalah, yang dikenal di kalangan para ahli dengan terapi bermain. Namun
tidak semua orang dapat melakukannya karena ini memerlukan keahlian khusus dari
mereka yang mendapat pendidikan dan pelatihan khusus untuk itu.
7.
Bermain Melakukan Penemuan
Anak akan bertanya, jika ada sesuatu yang ia butuhkan/pahami saat bermain. Bagi
guru yang berpengalaman, anak-anak yang sedang bermain sering dilihat, seperti
sedang melakukan penemuan-penemuan setiap waktu. Penemuan tersebut bisa saja
kebetulan, seperti dalam bermain di bak air. Ketika anak pertama kali menemukan
bahwa jumlah air yang sama dapat mengisi tiga wadah, seperti botol ada caranya,
air bila dipukul dengan tangan akan memercik ke mana-mana, lain dengan pasir.
Penemuan ini sangat menyenangkan anak.
Hurlock
dalam Hibana (2005:85) menegemukakan manfaat bermain bagi perkembangan anak
yaitu sebagai berikut:
1.
Perkembangan fisik. Bermain berguna
untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh. Bermain juga
berfungsi untuk menyalurkan tenaga yang berguna bagi kesehatan fisik dan
mental anak.
2.
Dorongan berkomunikasi. Melalui
aktivitas bermain, anak terdorong untuk berbicara dan berkomunikasi dengan
teman lain, tanpa disadari anak belajar mengungkapkan pikiran dan perasaannya
pada orang lain.
3.
Penyaluran energi emosional yang
terpendam. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan berbagai
ketegangan emosional. Dengan demikian bermain merupakan terapi cepat dan murah
bagi pengembalian kondisi fisik yang terganggu.
4.
Penyaluran dari keinginan dan
kebutuhan yang tidak terpenuhi. Tidak semua keinginan dan kebutuhan anak dapat
terpenuhi. Keinginan yang tidak terpenuhi dalam dunia real dapat diaplikasikan
melalui kegiatan bermain
5.
Sumber belajar. Melalui kegiatan
bermain, anak belajar menghargai hal, baik bersifat fisik maupun pengembangan
mental.
6.
Rangsangan kreatifitas. Dalam
bermain, anak bebas memilih dan bereksplorasi, maka bermain dapat mengembangkan
kreativitas anak.
7.
Belajar standar moral. Melalui
kegiatan bermain, anak belajar hal-hal yang dapat diterima oleh lingkungan, dan
hal-hal yang ditolak.
8.
Mengembangkan kepribadian. Secara
pelan dan pasti kepribadian anak akan terbentuk melalui kegiatan bermain.
4.
Jenis-jenis Alat Bermain
Alat permainan pada usia anak PAUD sangat bermanfaat dalam membantu
mengembangkan seluruh dimensi perkembangan anak, yaitu bagi perkembangan
motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, sosial, perkembangan emosional bagi
anak PAUD. Bahan dan peralatan yang disediakan hendaknya merupakan sumber
belajar yang dapat membantu mengembangkan seluruh dimensi perkembangan anak
seusia PAUD, yaitu bagi perkembangan motorik, kognitif, kreativitas, bahasa
sosial, dan perkembangan emosional bagi anak PAUD. Sebagaimana dikemukakan oleh
Moeslichatoen (1999:50) bahwa bahan dan peralatan bagi anak PAUDharus
memperhatikan:
·
Pengembangan Dimensi Perkembangan
Motorik Anak PAUD
Anak usia
PAUD adalah anak yang selalu aktif. Oleh karena itu, sebagian besar alat
bermain diperuntukkan bagi pengembangan koordinasi gerakan otot kasar.
Misalnya, kegiatan turun naik tangga meluncur dengan kecepatan dan kekuatan,
kegiatan akrobatik, memanjat, berayun-ayun dengan menggunakan papan
keseimbangan.
·
Pengembangan Kognitif Anak Usia PAUD
Kemampuan
kognitif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain kemampuan mengenal,
mengingat, berfikir konvergen, divergen, memberi penilaian. Bahan dan peralatan
yang dibutuhkan bagaimana terdapat dalam “Pedoman penggunaan alat peraga PAUD,
yaitu papan pasak kecil, papan pasak berjenjang, papan tongkat, warna, menara
gelang bujur sangkar, balok ukur dan papan hitung.
·
Pengembangan Kreativitas Anak PAUD
Kemampuan
kreatif yang dapat dikembangkan melaui bermacam ragam kegiatan bermain.
Bermacam bahan yang bersifat manipulatif dapat dipergunakan: tanah liat cat,
krayon, kertas, balok-balok, air, pasir, dan bahan yang dapat digerakkan.
·
Pengembangan Bahasa Lisan Anak Usia
PAUD
Kemampuan
berbahasa lisan yang dapat dikembangkan melaui kegiatan bermain bertujuan
untuk:
1.
Menguasai bahasa resetif: memahami
perintah, menjawab pertanyaan dan mengikuti urutan peristiwa.
2.
Menguasai bahasa ekspresif yang
meliputi: menguasai kata-kata baru dan menggunakan pola bicara orang dewasa.
3.
Berkormunikasi secara verbal dengan
orang lain: berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain.
4.
Keasyikan menggunakan bahasa secara
lisan.
5.
Pengembangan Sosial Anak Usia PAUD
Kemampuan
sosial yang dapat dikembangkan melaui kegiatan bermain yang bertujuan untuk
membina hubungan dengan anak lain dan belajar bertingkah laku yang dapat
diterima dan sesuai dengan harapan anak. Bahan dan peralatan yang dapat
digunakan untuk kegiatan ini adalah tempat air yang digunakan secara
bergiliran, buku cerita buku bergambar, bahan teka teki, kuda-kudaan, sepeda
roda tigan bersadel rangkap, telepon mainan, beberapa topi pemadam kebakaran,
dan sebagainya.
6.
Pengembangan Emosi Anak Usia PAUD
Pengembangan
emosi anak PAUD adalah:
1.
Kemampuan memahami perasaan
2.
Kemampuan berlatih membuat
pertimbangan
3.
Kemampuan memahami perubahan
4.
Menyenangi diri sendiri
Sedangkan bahan dan peralatan yang dipergunakan untuk mengembangkan
keterampilan emosi ini antara lain: tanah liat atau lumpur, balok balok
memelihara hewan peliharaan, bermain drama, cerita dan buku-buku yang
menggambarkan perwatakan dan situasi dalam rentangan perasaan yang sangat luas.
4.
Nilai-nilai Bermain
Para
peneliti telah menemukan bahwa nilai bermain bagi anak sangat luas dan meliputi
seluruh aspek perkembangan anak, baik fisik, kognitif bahasa sosial emosional
maupun kreativitas. Berikut ini akan diuraikan nilai-nilai bermain bagi
tiap-tiap aspek perkembangan anak, yaitu bagi aspek pertumbuhan dan
perkembangan fisik, kognitif dan bahasa, sosial dan emosional (Montolalu,
2007:112).
1.
Nilai Bermain Bagi Pertumbuhan dan
Perkembangan Fisik
Melalui
permainan, aspek motorik kasar anak dapat dikembangkan. Kegiatan bermain dapat
merangsang anak untuk menggunakan anggota-anggota tubuhnya. Kegiatan dalam
bentuk bermain bebas, seperti berjalan, berlari, melompat, merangkak, melempar,
mendorong, berayun, meluncur, meniti dan sebagainya sangat besar nilainya bagi
pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Dalam kegiatan fisik ini seluruh tubuh
anak aktif. Otot-otot besar dan otot-otot kecil memperoleh latihan, termasuk
koodinasi otot-otot tersebut. Anak dapat menyalurkan energinya yang berlebihan
melalui bermain yang mengandung gerakan-gerakan kasar dan kuat. Peredaran
darah, kerja pencernaan makanan dan pernapasan anak menjadi teratur. Disamping
itu kegiatan anak yang mempergunakan banyak tenaga dapat menimbulkan nafsu
makan dan tidur yang sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
2.
Nilai Bermain Bagi Perkembangan
Kognitif
Bermain
merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berfikir karena menunjang
perkembangan intelektual melalui pengalaman yang memperkaya cara berfikir anak.
Bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan
penelitian-penelitian, melakukan percobaan-percobaaan untuk memperoleh
pengetahuan. Bermain juga membuka kesempatan bagi anak untuk berkreasi,
menemukan serta membentuk dan membangun saat mereka menggambar, bermain air,
bermain dengan tanah liat atau plastisin dan bermain balok.
3.
Nilai Bermain Bagi Perkembangan
Sosial
PAUD
didirikan dengan maksud sebagai pengantar anak memasuki SD dengan memberikan
kesempatan pada anak bersosialisasi melaui cara yang sesuai dengan sifat
alamiah anak yaitu bermain. Itu sebabnya di PAUD kegiatan bermain tidak bisa
dikurangkan apalagi ditiadakan dengan sengaja atau tidak sengaja sering terjadi
di PAUD. Dalam situasi bermain anak-anak akan belajar menyesuaikan diri dengan
orang lain, dengan keadaan kadang-kadang jumlah alat permainan yang sedikit
memakasa anak untuk saling berbagi dengan temannya. Anak belajar menunggu
giliran/antri, belajar bekerja sama, saling tolong menolong dan juga belajar
menaati peraturan-peraturan bermain yang dimainkan bersama.
4.
Nilai Bermain Bagi Perkembangan
Emosional
Bermain
bersama anak mengalami pertengkaran dan berebut mainan. Hal ini biasa terjadi
dalam proses menyesuaikan diri. Secara berangsur-angsur anak mendapat
kesempatan unfuk mengontrol emosinya, belajar menahan diri dan bersabar.
Disamping itu dari pengalaman pertengkaran yang terjadi, anak akan memperoleh
konsep moral, seperti salah, benar, baik, buruk, jujur, adil, curang, fair dan
sebagainya.
5.
Proses/Tahap Bermain
Sri Ratna Dyah (2009:6) menerangkan bahwa proses bermain itu kaya akan makna,
disitulah terjadi tranformasi dari jati diri objek serta situasi mejadi
sifat-sifat pribadi, objek serta kejadian-kejadian yang hanya ada dalam
khayalan anak-anak. Proses bermain anak diberi kegiatan yang sangat berharga
untuk mempraktekkan keterampilan sosial dan kognitif. Pelaksanaan kelompok
bermain ialah suatu kegiatan yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan,
pengaturan, dan pelaksanaan kepada unsur-unsurnya (uang, orang dan barang) yang
kegiatannya mengarah pada tujuan kelompok bermain yang hendak dicapai.
Montolalu (2007:214) mengatakan bahwa agar dapat memberi bimbingan kepada anak
PAUD dengan sebaik-baiknya guru perlu mengetahui bahwa pada umunnya anak-anak
melalui tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap (proses) bermain sebagai berikut:
1.
Tahap Manipulatif
Yaitu, suatu
proses pada saat anak berusia 2-3 tahun. Dengan menggunakan alat-alat atau
benda yang ia pegang, anak akan melakukan penyelidikan dengan cara
membolak-balik meraba, bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali,
dan sebagainya.
2.
Tahap Simbolis
Tahap dari
manipulatif ke tahap simbolis hampir tidak terlihat. Tahap ini, anak melakukan
kembali apa yarng pernah ia lakukan pada tahap manipulatif, contohnya kadang
berbicara sendiri.
3.
Tahap Eksplorasi
Pada tahap
ini anak bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam bermain.
Permainannya lebih banyak ke arah yang berhubungan dengan pasir, seperti
mengayak pasir, menuangkannya dan meletakkan kembali dalam wadah.
4.
Tahap Eksperimen
Tahap ini,
dimana anak mulai melakukan percobaan, yang berarti mereka memasuki tahap
eksperirnen.
5.
Tahap dapat Dikenal
Anak usia
5-6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain ini, yaitu membangun
bentuk-bentuk yang realistis, bentuk-bentuk yang sudah dikenal atau dilihat
anak dalam kehidupannya.
Permainan Permata Tersembunyi
Permainan permata tersembunyi dapat dilakukan dengan perlengkapan sebagai
berikut:
- Pasir di wadah plastik yang besar atau
kotak pasir di halaman (pilihan lain: beras, kacang, atau pasir ukuran
kecil di dalam karung, plastik besar di dalam baskom, jika aktivitas
ini lakukan di dalam ruangan).
- Kotak kecil yang berbentuk permata dari
plastik
- Gambar-gambar yang disesuaikan dengan tema
pembelajaran
Adapun
cara melaksanakan permainan tersebut adalah sebagai berikut:
a) Sembunyikan
seluruh permata yang berisikan gambar-gambar di dalam pasir dan mulailah
pencarian dengan menggali untuk menemukan permata tersembunyi
b) Katakan
(jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang tersembuyi
di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di dalam pasir,
Arsya bisakah kamu temukan semuanya?”
c) Berikan
dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir, alih-alih menyingkirkan
pasir itu, untuk mencari permata itu
d)
Menyuruh anak menceritakan sesuatu mengenai permata yang telah ditemukannya
e) Mintalah
anak meletakkan permata yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya dia
dapat menghitung, dan menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam
permata tersebut.
Menurut Tara Delaney (2010:38) jika guru melakukan permainan di dalam ruangan
dan tak punya kesempatan untuk membuat kotak pasir maka sembunyikan permata
yang sangat menarik bagi anak itu ke dalam wadah plastik yang sangat cekung,
isi setengahnya dengan beras atau kecang, atau yang lainnya dan sembunyikan
permata di dalamnya, jika ruangan mencukupi, guru dapat menggunakan wadah yang
cukup besar sehingga anak dapat duduk di dalamnya sambil mencari permata
tersebut.
Adapun tujuan dari permainan ini adalah:
- Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru
tentang gambar yang ditemukan dalam permata.
- Anak dapat berbicara dengan kalimat
sederhana ketika bercerita tentang permainan permata tersembunyi yang
dilakukannya
- Anak dapat bercerita tentang isi permata
yang tersembunyi
- Anak dapat mengucapkan sajak tentang gambar
yang didapatkannya dalam permata.
- Anak dapat menyebutkan sebanyak-banyaknya
kegunaan dari gambar yang ditemukan dalam permata.
G.
KERANGKA BERPIKIR TINDAKAN
Telah
dikemukakan sebelumnya bahwa kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi
atau manifestasi kecerdasan dalam pencarian yang bernilai. Proses kreatif
berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah mengindentifikasi
secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung,
yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh
individu. Salah satu kreativitas yang perlu ditingkatkan adalah kreativitas
anak dalam berbahasa lisan. Menurut Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12)
kreativitas berbahasa ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi
secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan
membaca.
Kreativitas
berbahasa lisan dapat ditingkatkan melalui permainan Permata Tersembunyi.
Permainan Permata Tersembunyi adalah sebuah aktivitas terobosan, dalam hal
linguistik. Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini meliputi 2 indikator,
yaitu indikator yang berkaitan dengan permata tersembunyi dan indikator
kreativitas berbahasa lisan yang meliputi item berikut ini.
Indikator Variabel Penelitian
Permata
Tersembunyi
|
Kreativitas
Berbahasa Lisan
|
–
Anak memasukkan tangannya ke dalam bak pasir
|
–
Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang didapatkannya dalam
permata
|
–
Anak mencari permata di dalam pasir
|
–
Anak dapat berkomunikasi, berbicara lancar ketika menceritakan isi permata
|
–
Anak dapat menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
|
–
Anak mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
|
–
Anak dapat bekerja sendiri untuk menemukan permata yang tersembunyi di dalam
pasir
|
–
Anak berani mengungkapkan pendapat dan keyakinannya dalam permainan permata
tersembunyi
|
–
Anak menikmati permainan permata tersembunyi yang ditandai dengan keasyikan
anak dalam bermain
|
–
Anak kritis terhadap pendapat orang lain dalam permainan permata tersembunyi
|
|
–
Anak dapat menyebutkan nama-nama gambar dan kegunaannya yang terdapat di
dalam permata
|
H.
HIPOTESIS TINDAKAN
Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6
Tahun dapat ditingkatkan melalui permainan permata tersembunyi di PAUD Melati
03 Menteng Jakarta Pusat.
I.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka disimpulkan tujuan dari penelitian
ini adalah untuk mengetahui peningkatan kreativitas berbahasa lisan anak usia
5-6 tahun melalui permainan permata tersembunyi di di PAUD Melati 03 Menteng
Jakarta Pusat.
J.
SETTING PENELITIAN
1. Tempat Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan dilakukan di PAUD Melati 03 JL Menteng Sukabumi RT 04/ RW 03 Menteng
Jakarta Pusat.
2. Waktu Penelitian
Penelitian
tindakan kelas ini dilaksanakan pada pertengahan semester I, untuk meningkatkan kemampuan
bahasa sebagai persiapan memasuki pendidikan selanjutnya. Peneliti akan
melaksanakan penelitian kurang lebih selama 3 bulan pada bulan September-November 2016.
3. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek adalah anak PAUD Melati 03
Menteng dengan jumlah anak 16 orang pada tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri
dari 1kelas, adapun 1 kelas tersebut adalah kelompok B, berjumlah 16 anak.
K. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas, sebagaimana dikemukakan oleh Wardani (2002:14)
menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan
oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga kemampuan anak dalam berbahasa
lisan dapat ditingkatkan.
Rochiati
(2005:24) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik
dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan
melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka
mengenai hasil tindakan-tindakan yang telah ditetapkan.
L.
LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Penelitian
ini terdiri dari 2 siklus, adapun setiap siklus dilakukan dalam 4 kali pertemuan.
Adapun tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas,
yaitu: 1) Perencanaan atau persiapan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3)
Observasi dan interpretasi, 4) Analisis data, refleksi. Tempat dilaksanakan
penelitian ini adalah PAUD
Melati 03 Menteng. Jumlah anak sebanyak 16 orang anak.
Suharsimi
Arikunto dkk (2006:16) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK)
adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau
meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan berbahasa
lisan anak, dan diamati oleh observer. Penelitian ini dilakukan dalam dua
siklus.
a)
Perencanaan
Rencana tindakan kelas, berisikan kegiatan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi.
Perencanaan ini dimulai dengan menetapkan kelas sebagai tempat penelitian.
Menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari silabus, Rencana Kegiatan harian,
lembaran observasi guru dan anak, tes kemampuan berbahasa lisan.
b)
Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan mempelajari kompetensi dasar,
hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing
kelompok usia, mengidentifikasi tema dan sub tema dan memetakannya dalam jaring
tema, mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan
melalui tema dan sub tema, menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan
dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih.
Pelaksanaan pembelajaran dengan kreativitas berbahasa lisan dilaksanakan guru
dengan cara:
1.
Sembunyikan seluruh permata
(terkubur) di dalam pasir dan mulailah pencarian dengan menggali untuk
menemukan “permata” tersembunyi.
2.
Katakan (jika diperlukan, gunakan
isyarat dengan jari) jumlah permata yang tersembunyi di dalam pasir. Kemudian
katakan “ada lima permata tersembunyi di dalam pasir, Arshya, bisakah kamu
temukan semuanya?”.
3.
Berikan dorongan kepada anak untuk
menyusupkan tangannya ke dalam pasir, alih-alih menyingkirkan pasir itu, untuk
mencari permata itu
4.
Menyuruh anak menceritakan sesuatu
mengenai permata yang telah ditemukannya
5.
Mintalah anak meletakkan permata
yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya dia dapat menghitung, dan
menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam permata tersebut.
c)
Pengamatan
Mengamati
hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak.
Tujuannya untuk mengetahui kualitas pelaksanaan tindakan. Waktu pelaksanaan
observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan melibatkan
seorang guru lain sebagai pengamat yang menggunakan lembaran observasi.
d)
Refleksi
Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari
tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan
kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus
berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu
dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah.
Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri
sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi,
masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai
dokumen terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang
paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan
secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan pada siklus ke II.
Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari, mengembangkan
cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori, berdiskusi dengan teman
sejawat dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri.
M. SUMBER DATA
Sumber data yang
digunakan dalam penelitian ini terdiri
dari :
·
Siswa kelompok B di PAUD Melati 03 Menteng
·
Guru inti kelompok B di PAUD Melati 03 Menteng
·
Guru pendamping kelompok B di PAUD Melati 03 Menteng
N.
TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Adapun data
dalam penelitian ini adalah data tentang kreativitas berbahasa lisan yang
diperoleh dari hasil pengamatan (lembaran observasi).
Kategori Penilaian
Kreativitas Berbahasa Lisan Anak
Aspek yang
dinilai
|
BB
|
MB
|
BSH
|
BSB
|
–
Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang didapatkannya
dalam permata
–
Anak dapat berkomunikasi, berbicara lancar ketika menceritakan isi permata
–
Anak mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–
Anak berani mengungkapkan pendapat dan keyakinannya dalam permainan permata
tersembunyi
–
Anak kritis terhadap pendapat orang lain dalam permainan permata tersembunyi
–
Anak dapat menyebutkan nama-nama gambar dan kegunaannya yang terdapat di
dalam permata
|
Kemudian untuk menilai
permainan permata tersembunyi anak dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.
Kategori Penilaian
Aktivitas Anak dalam
Pelaksanaan Permainan Permata
Tersembunyi
Aspek yang
dinilai
|
BB
|
MB
|
BSH
|
BSB
|
–
Anak memasukkan tangannya ke dalam bak pasir
–
Anak mencari permata di dalam pasir
–
Anak dapat menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–
Anak dapat bekerja sendiri untuk menemukan permata yang tersembunyi di dalam
pasir
–
Anak menikmati permainan permata tersembunyi yang ditandai dengan keasyikan
anak dalam bermain
|
|
|
|
|
Keterangan:
- BB = Belum berkembang, diberi skor 1
apabila anak tidak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan
simbol bintang
- MB = Mulai berkembang, diberi skor 2
apabila anak kurang kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol
bintang
- BSH = Berkembang sesuai harapan, diberi
skor 3 apabila anak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik
dengan simbol bintang
- BSB = Berkembang sangat baik, diberi skor 4
apabila anak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik sekali
dengan simbol bintang
O.
TEKNIK ANALISA DATA
Teknik
dan kriteria analisis yang digunakan untuk menganalisa data, antara lain :
§ Reduksi
Data
Mereduksi data berarti
merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari
tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Data yang diperoleh dari
lapangan dicatat secara secara teliti dan rinci. Data yang terkumpul dan rekaman
catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam mereduksi
data-data kemampuan bicara dengan wawancara dan observasi adalah dengan mencari
indikator-indikator bahasa yang muncul pada setiap peristiwa. Dalam tahap ini
data dari wawancara dan observasi yang telah disusun sebelumnya akan diseleksi
data-data mana yang perlu dipilih dan dibuang.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.
§ Deskripsi
data
Data
yang diperoleh pada penelitian ini adalah data tentang kemampuan berbahasa
lisan, diolah dengan teknik analisis deskriptif yang bersifat kuantitatif.
Analisis data yang dilakukan secara deskriptif bertujuan untuk menggambarkan
data tentang aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran, dan data
peningkatan kemampuan berbahasa lisan pada anak, selanjutnya penelitian
terhadap kreativitas berbahasa lisan anak menggunakan ketentuan penilaian
menurut Pedoman Penilaian Taman Kanak-kanak dengan menggunakan simbol bintang
sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Kemudian,
menurut Anas Sudijono (2004:43) untuk menentukan keberhasilan aktivitas guru
dan kreativitas berbahasa lisan anak selama proses pembelajaran diolah dengan
menggunakan rumus persentase, yaitu sebagai berikut :
P = F/N x 100%
Keterangan:
F
= Frekuensi yang sedang dicari
persentasenya
N
= Number of Cases (jumlah
frekuensi/banyaknya individu)
p
= Angka persentase
100%
= Bilangan Tetap
Dalam
menentukan kriteria, maka dilakukan pengelompokkan atas 4 kriteria penilaian
(Arikunto: 2002.246) sebagai berikut:
§ 76%
– 100% tergolong baik
§ 56%
– 75% tergolong cukup baik
§ 40%
– 55% tergolong kurang baik
§ 40%
kebawah tergolong tidak baik”.
§ Verifikasi
Data
Pada tahap ini peneliti dapat menarik kesimpulan
atau verifikasi. Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan
konfigurasi yang utuh. Kesimpulan awal dapat bersifat sementara dan masih dapat
berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang dapat mendukung pada
tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi bila pada kesimpulan awal telah
ditemukan bukti-bukti yang valid, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
P.
Keabsahan
Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan antara lain
dengan :
· Pengamat
menggunakan tehnik-tehnik perpanjangan kehadiran peneliti lapangan, observasi
partisipan.
·
Diskusi dengan guru kelas.
Q. Kriteria Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah
apabila kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila
terjadi perubahan yaitu, berupa peningkatan kemampuan yang diperoleh oleh anak.
Perubahan anak didik dalam berbicara saat menjawab pertanyaan dan menceritakan
kembali cerita guru. Kemampuan anak dalam berbicara meningkat melalui metode
bercerita dengan media boneka tangan. Peningkatan kemampuan bicara dapat
dilihat dari peningkatan rata-rata persentase setiap aspek kemampuan yang
dikembangkan yaitu apabila 80% dari jumlah anak memperlihatkan indikator dalam
persentase baik.
Daftar Pustaka
-
Hurlock,
Elizabeth B., Perkembangan Anak Edisi
Kedua, Jakarta : Erlangga, 1995.
-
Nurbiana
Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa,
Jakarta : Universitas Terbuka, 2008.
-
Nurbiana
Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa,
Jakarta : Universitas Terbuka, 2014.
-
Santrock,
John W., Life Span Development,
Perkembangan Masa Hidup, Jakarta : Erlangga, 1995.
-
Siti
Aisyah, dkk., Perkembangan dan Konsep
Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Universitas Terbuka, 2014.
-
Tadzkiroatun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia
Dini, Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan
dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005.
-
Yuliani
Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan
Anak Usia Dini, Jakarta : Indeks, 2009.
-
Mudjito,
A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif.Jakarta :
Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat
Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar