here we are

here we are

Jumat, 13 Januari 2017

Proposal Penelitian PAUD Oleh Cyprine Arudhipta Dewayani

UJIAN TENGAH  SEMESTER (UTS)

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian
Dosen Pengampu :
Iswadi, M. Pd.

MENINGKATKAN KREATIVITAS BERBAHASA LISAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI PERMAINAN PERMATA TERSEMBUNYI DI PAUD MELATI 03 MENTENG JAKARTA PUSAT








Oleh:
CYPRINE ARUDHIPTA DEWAYANI
NPM. 20158410199



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
               SEKOLAH TINGGI KEGURUAN  DAN  ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA NEGARA JAKARTA
2016



 PROPOSAL PTK PAUD PENGEMBANGAN BAHASA

Nama Peneliti         :         CYPRINE ARUDHIPTA DEWAYANI
NPM                      :         20158410199
Unit Kerja               :         PAUD MELATI 03
Judul Penelitian       :  MENINGKATKAN KREATIVITAS BERBAHASA LISAN ANAK USIA 5-6 TAHUN MELALUI PERMAINAN PERMATA TERSEMBUNYIDI PAUD MELATI 03 MENTENG JAKARTA PUSAT

A.   LATAR BELAKANG MASALAH
            Pendidikan usia dini memegang peran yang sangat penting dalam perkembangan anak karena merupakan pondasi dasar dalam kepribadian anak. Anak yang berusia 5-6 tahun memiliki masa perkembangan kecerdasan yang sangat pesat sehingga masa ini disebut golden age (masa emas). Masa ini merupakan masa dasar pertama dalam mengembangkan berbagai kegiatan dalam rangka pengembangan potensi anak sejak usia dini. Potensi yang tidak kalah pentingnya bagi perkembangan kecerdasan anak yaitu kreativitas berbahasa lisan anak.
            Kreativitas berbahasa anak meliputi kemampuan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berbicara, menulis, dan membaca, hal ini berkaitan dengan pendapat Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12)
            Kreativitas berbahasa, terutama berbicara (berbahasa lisan) diperlukan sebagai dasar bagi anak untuk berinteraksi dengan orang lain, baik dengan orang tuanya maupun dengan teman seusianya serta orang lebih dewasa dari segi umurnya. Kreativitas bahasa lisan merupakan perkembangan yang sangat penting bagi anak usia dini, karena bahasa bukanlah sekedar pengucapan kata-kata atau bunyi, tetapi merupakan suatu alat untuk mengekspresikan, mengatakan, menyampaikan atau mengkomunikasikan pikiran, ide maupun perasaan. Tujuan berbahasa lisan adalah untuk memberitahukan, melaporkan, menghibur, membujuk dan meyakinkan seseorang. Secara umum kreativitas bahasa lisan  anak usia 5-6 tahun sudah dapat menyebut berbagai bunyi atau suara tertentu, menirukan 4-5 urutan kata, menyebutkan nama diri, nama orang tua, jenis kelamin, alamat rumah secara sederhana dan sudah dapat menjawab pertanyaan tentang keterangan/informasi secara sederhana.
            Berdasarkan pengamatan penulis, tingkat kreativitas berbahasa lisan atau daya serap anak PAUD Melati 03 Menteng sangat bervariasi. Artinya ada anak yang mampu berbahasa lisan dan ada yang sedang serta ada yang sulit untuk berbahasa lisan. Padahal inti berbahasa lisan mengeluarkan ide, gagasan, atau pendapat kepada orang lain. Oleh sebab itu seorang guru TK/PAUD harus berusaha dengan berbagai cara untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak. Peningkatan kualitas pendidikan di PAUD, ditentukan beberapa faktor penentu keberhasilan, yaitu melalui Permainan Permata Tersembunyi untuk Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak.
            Permainan Permata Tersembunyi merupakan permainan yang sangat menarik bagi anak karena permainan ini menggunakan gambar-gambar yang terdapat didalam permata. Permainan ini sangat memotivasi anak untuk mencari permata yang tersembunyi tersebut. Permainan ini dilakukan didalam ruangan dengan menggunakan wadah plastik yang berukuran besar, didalamnya terdapat pasir dan permata-permata yang berisikan gambar-gambar. Permainan permata tersembunyi adalah sebuah aktivitas terobosan bahwa anak-anak menghadapi beberapa permasalahan sensorik atau liquisik ketika mereka hendak menyusupkan tangan mereka ke dalam wadah plastik yang berisi pasir dan mereka berusaha mendapatkan permata yang tersembunyi didalam wadah. Setelah anak berhasil menemukan permata yang dicarinya, anak secara tidak langsung mengeluarkan ekspresi sehingga anak terdorong untuk menceritakan benda yang telah ditemukannya. Dalam permainan ini anak diharuskan untuk menceritakan apa yang terdapat didalam permata tersebut sehingga dapat melatih kreativitas berbahasa lisan anak.
            Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan peran guru di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat menunjukkan bahwa sebagian besar anak masih rendah kreativitas berbahasanya,terutama bahasa lisannya hal ini terlihat anak belum mampu menyebutkan kembali 4-5 kata. Disamping itu anak belum dapat menyebutkan benda-benda yang ada disekitarnya, selain itu anak belum bisa menunjukkan kreativitasnya dalam menyanyi, memimpin doa, memimpin barisan, bercerita dan berbicara dengan teman-temannya dan jika disuruh tampil di depan kelas, sangat minim sekali anak yang berani menunjukkan kreativitas berbahasanya (bahasa lisan) di depan teman-temannya.
            Fenomena di atas dapat menyimpulkan pertanyaan mengapa anak-anak belum mampu berbahasa lisan dengan baik. Dari kondisi tersebut sudah selayaknya seorang guru TK untuk melakukan usaha perbaikan, salah satu usaha yang dapat dilakukan guru adalah memilih salah satu strategi pembelajaran yang tepat. Peneliti berencana menggunakan pembelajaran melalui Permainan Permata Tersembunyi untuk Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak
            Dari uraian di atas peneliti merasa perlu mengadakan penelitian tentang “Meningkatkan Kreativitas Berbahasa Lisan Anak Usia 5-6 Tahun Melalui Permainan Permata Tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat “.
B.   IDENTIFIKASI MASALAH
            Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan maka identifikasi masalah antara lain :
  1. Anak belum dapat berkomunikasi, berbicara lancar secara lisan dalam permainan permata tersembunyi
  2. Anak belum mampu menceritakan isi gambar yang di temukan dalam permainan permata tersembunyi
  3. Anak belum maksimal mengekspresikan kreativitas berbahasa lisan seperti mengeluarkan ide-ide atau pendapatnya dalam permainan permata tersembunyi
C.   PEMBATASAN MASALAH
            Penelitian ini difokuskan pada meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak 5-6 Tahun Melalui Permainan Permata Tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat. 
D.   PERUMUSAN MASALAH
            Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah kreativitas berbahasa lisan anak 5-6 Tahun Melalui Permainan Permata Tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat?.
E.   MANFAAT PENELITIAN
1.     Manfaat Teoretis
            Hasil penelitian diharapkan dapat pengetahuan ilmiah dan sebagai pengembangan ilmu pengetahuan dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 Tahun Melalui Permainan Permata Tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat.
2.    Manfaat Praktis
Melalui penelitian ini diharapkan memperoleh manfaat baik bagi anak, guru, serta sekolah antara lain:
·         Bagi Anak
Bermanfaat untuk meningkatkan kreativitas berbahasa lisan anak melalui Permainan Permata Tersembunyi


·         Bagi Guru
Bemanfaat sebagai pedoman bagi guru PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat dalam meningkatkan kreativitas berbahasa lisan untuk peserta didik.
·         Bagi Sekolah
Bermanfaat untuk meningkatkan prestasi PAUD Melati 03 Menteng Jakarta yang dapat dilihat dari meningkatnya kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun.
F.   KAJIAN PUSTAKA
1.  Pengertian Kreativitas Anak
            Menurut Anna Craft (2000:11) kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi atau manifestasi kecerdikan dalam pencarian yang bernilai. Menurut Nurchasanah (2006:6) Kreativitas berbahasa lisan anak usia prasekolah berbeda dengan orang dewasa. Kreativitas mereka tidak dapat diukur dari kualitas kebenaran bahasa yang diungkapkan, maupun variasi, dan kebaruannya. Kreativitas mereka masih dalam taraf yang sederhana. Kemauan mereka berbahasa, mengungkapkan gagasan, dan perasaan secara lisan, sudah menunjukkan bahwa mereka kreatif. Kreativitas berbahasa lisan mereka dapat terlihat dari indikator-indikator berikut: (1) kemauan bertanya, (2) kemauan menjawab pertanyaan, (3) kemauan bercerita, (4) kemauan menginformasikan sesuatu kepada orang lain, teman, atau guru.
            Kreativitas anak disebut kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengelaborasi (mengembangkan, memperkaya) suatu gagasan (Utami Munandar, 1977:50). Kreativitas menurut Zainal Abidin (2010:2) didefinisikan secara berbeda-beda oleh pakar berdasarkan sudut pandang masing-masing. Perbedaan dalam sudut pandang ini menghasilkan berbagai kreativitas dengan penekanan yang berbeda-beda seperti berikut ini:
1.     Barron mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru di sini bukan berarti harus sama sekali baru, tetapi dapat juga sebagai kombinasi dari unsur-unsur yang telah ada sebelumnya.
2.    Guilford menyatakan bahwa kreativitas mengacu pada kemampuan yang menandai ciri-ciri seorang kreatif.
3.    Utami Munandar mendefinisikan kreativitas adalah kemampuan yang mencerminkan kelancaran, keluwesan, dan orisinalitas dalam berpikir serta kemampuan untuk mengolaborasi suatu gagasan.
4.    Rogers mendefinisikan kreativitas sebagai proses munculnya hasil-hasil baru ke dalam suatu tindakan. Hasil-hasil baru itu muncul dari sifat-sifat individu yang unik yang berinteraksi dengan individu lain, pengalaman, maupun keadaan hidupnya.
5.    Drevdal mendefinisikan kreativitas sebagai kemampuan untuk memproduksi komposisi dan gagasan-gagasan baru yang dapat beruwujud aktivitas imajinatif atau sintetis yang mungkin melibatkan pembentukan pola-pola baru dan kombinasi dari pengalaman masa lalu yang dihubungkan dengan yang sudah ada pada situasi sekarang.
            Dari definisi-definisi di atas disimpulkan bahwa kreativitas adalah kemampuan untuk menciptakan atau menemukan sesuatu yang baru, dan atau memodifikasi sesuatu yang sudah ada sehingga manfaatnya bernilai lebih dibanding sebelumnnya.
2.   Ciri-ciri Kreativitas Anak
            Menurut Paul Torrance dalam Kodarni (2011:24) mengemukakan ciri-ciri tindakan kreatif anak prasekolah:
1.      Anak prasekolah yang kreatif belajar dengan cara yang kreatif, yaitu dimana anak belajar untuk memenuhi kebutuhannya melalui eksperimen, eksplorasi, manipulasi dan permainan.
2.      Anak prasekolah yang kreatif memiliki rentang perhatian yang panjang terhadap hal membutuhkan usaha kreatif. Anak yang kreatif tidak mudah bosan terhadap sesuatu yang baru, seperti mainan, biasanya ketertarikannya lebih dari 60 menit bahkan lama.
3.      Anak yang kreatif memiliki sesuatu yang menakjubkan, seperti kegiatan memimpin, mengorganisasi teman-temannya.
4.      Anak prasekolah kreatif belajar banyak melalui fantasi dan memecahkan permasalahan dengan menggunakan pengalamannya.
5.      Anak kreatif menikmati permainan dengan kata-kata dan tempat sebagai pencerita yang alamiah.
Menurut Munandar (Alex Sobur, 2009: 187) ciri-ciri kreativitas adalah sebagai berikut:
1.      Dorongan ingin tahu besar
2.      Sering mengajukan pertanyaan yang baik
3.      Memberikan banyak gagasan dan usul terhadap suatu masalah
4.      Bebas dalam menyatakan pendapat
5.      Mempunyai rasa keindahan
6.      Menonjol dalam salah satu bidang seni
7.      Mempunyai pendapat sendiri dan dapat mengungkapkannya, tidak mudah terpengaruh orang lain
8.      Rasa humor tinggi, memiliki daya imajinasi baik
9.      Keaslian (orisinalitas) tinggi (tampak dalam ungkapan gagasan, karangan, dan sebagainya; dalam pemecahan masalah menggunakan cara-cara orisinalitas, yang jarang diperlihatkan anak-anak lain)
10.  Dapat bekerja sendiri, senang mencoba hal-hal baru
11.  Kemampuan mengembangkan atau merinci suatu gagasan (kemampuan elaborasi).
Utami Munandar (2002: 3) mengemukakan ciri-ciri kreativitas antara lain sebagai berikut:
1.     Senang mencari pengalaman baru
2.    Memiliki keasyikan dalam mengerjakan tugas-tugas yang sulit
3.    Memiliki inisiatif
4.    Memiliki ketekunan yang tinggi
5.    Cenderung kritis terhadap orang lain
6.    Berani menyatakan pendapat dan keyakinannya
7.    Selalu ingin tahu
8.    Peka atau perasa
9.    Enerjik dan ulet
10.  Menyukai tugas-tugas yang majemuk
11.   Percaya kepada diri sendiri
12.  Mempunyai rasa humor
13.  Memiliki rasa keindahan
14.  Berwawasan masa depan dan penuh imajinasi
Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah mengindentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu.
3.  Aspek-aspek yang Mempengaruhi Kreativitas Anak
            Menurut Martini (2006:66) aspek-aspek yang mempengaruhi kreativitas adalah sebagai berikut:
·         Aspek Kemampuan Kognitif (Berpikir)
Kemampuan kognitif (kemampuan berpikir) merupakan salah satu aspek yang berpengaruh terhadap munculnya kreativitas seseorang. Kemampuan berpikir yang dapat mengembangkan kreativitas adalah kemampuan berpikir secara divergen, yaitu kemampuan untuk memikirkan berbagai alternatif pemecahan suatu masalah.
·         Aspek Intuisi dan Imajinasi
Kreativitas berkaitan dengan aktivitas belahan otak kanan. Oleh sebab itu, intuitif dan imajinatif merupakan aspek lain yang mempengaruhi munculnya kreativitas.

·         Aspek Penginderaan
Kreativitas dipengaruhi oleh aspek kemampuan melakukan penginderaan, yaitu kemampuan menggunakan pancaindera secara peka. Kepekaan dalam penginderaan ini menyebabkan seseorang dapat menemukan sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dipikirkan oleh orang lain.
·         Aspek Kecerdasan Emosi
Kecerdasan emosi adalah aspek yang berkaitan dengan keuletan, kesabaran, dan ketabahan dalam menghadapi ketidakpastian dan berbagai masalah yang berkaitan dengan kreativitas.
Menurut Clark dalam Zainal Abidin (2010:3) yang mengkategorikan faktor-faktor yang mempengaruhi kreativitas yaitu :
Faktor yang mendukung perkembangan kreativitas adalah sebagai berikut:
1.       Situasi yang menghadirkan ketidaklengkapan serta keterbukaan.
2.      Situasi yang memungkinkan dan mendorong timbulnya banyak pertanyaan.
3.      Situasi yang dapat mendorong dalam rangka menghasilkan sesuatu.
4.      Situasi yang mendorong tanggung jawab dan kemandirian.
5.      Situasi yang menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, bertanya, merasa, mengklasifikasikan, mencatat, menerjemahkan, memperkirakan, menguji hasil perkiraan dan mengkomunikasikan.
6.      Kedwibahasaan yang memungkinkan untuk pengembangan potensi kreativitas secara lebih luas karena akan memberikan pandangan dunia secara lebih bervariasi, lebih fleksibel dalam menghadapi masalah, dan mampu mengekspresikan dirinya dengan cara yang berbeda dari umumnnya yang dapat muncul dari pengalaman yang dimilikinya.
7.      Posisi kelahiran (berdasarkan tes kreativitas, anak sulung laki-laki lebih kreatif daripada anak laki-laki yang lahir kemudian).
8.      Perhatian dari orang tua terhadap minat anaknya, stimulasi dari lingkungan sekolah, dan motivasi diri.
4.   Kreativitas Berbahasa Lisan
            Menurut Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan membaca.
            Sisca Puspitasari (2006:11) mengatakan sering kali kita menemukan anak-anak taman kanak-kanak berbicara. Mereka sering berbicara tentang apa yang terjadi baik pada dirinya sendiri maupun orang lain. Mereka sering berbicara untuk mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran mereka. Sikap ini mendorong meningkatkan penggunaan bahasa dan dialog dengan yang lain. Salah satu jalan bagi mereka untuk menggunakan bahasa adalah ekspresi perasaan. Sebagian anak mengalami kesulitan mengungkapkan perasaan dengan kata-kata dan menunjukkannya dengan perbuatan, terkadang mereka lebih mudah mengekspresikan perasaan bonekanya sendiri daripada perasaan mereka sendiri.
            Bahasa merupakan kemampuan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini, tercakup semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan dinyatakan dalam bentuk lambang atau simbol untuk mengungkapkan suatu pengertian, seperti dengan menggunakan lisan, tulisan, isyarat bilangan, lukisan, dan mimik muka. Sedangkan fungsi utama bahasa pada anak yaitu 1) meniru ucapan orang dewasa, 2) membayangkan situasi (terutama dialog), 3) mengatur permainan. Tiga fungsi kegiatan berbahasa lisan ini dapat dilakukan di taman kanak-kanak melalui kegiatan mendongeng, menceritakan kembali kisah yang telah didengarkan, berbagi pengalaman, sosiodrama maupun mengarang cerita dan sajak. Dengan kegiatan tersebut diharapkan kreativitas dan kemampuan berbahasa lisan anak dapat terkembangkan lebih optimal. Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kreativitas berbahasa lisan anak dapat diketahui dengan indikator 1) keterampilan berkomunikasi secara efektif, 2) mendengarkan, 3) berkomunikasi dengan berbicara, 4) menulis dan 5) membaca.

5.  Konsep Berbahasa Anak
            Menurut  Asrori (2007:141) Perkembangan bahasa individu, terutama bahasa lisan merupakan kemampuan khas manusia yang paling kompleks. Perkembangan bahasa lisan lebih cepat dari perkembangan aspek lainya, meskipun sebagaian anak ada yang perkembangan motoriknya lebih cepat dibandingkan perkembangan bahasanya. Ahli piskologi menyatakan bahwa perkembangan bahasa lisan merupakan kemampuan individu menguasai kosa kata, ucapan, gramatikal dan etika pengucapan dalam kurun waktu tertentu sesuai dengan perkembangan umum kronologisnya.
            Karakteristik kemampuan bahasa lisan anak usia 5-6 tahun anatara lain (Imam ,2010:163.)
1.     Dapat menguasai kosa kata 4-5 suku kata, meyerupai bunyi suara tertentu.
2.    Dapat berkomunikasi/berbicara secara lisan, menyebutkan nama diri, jenis kelamin serta alamat rumah secara sederhana.
3.    Dapat mengatakan bermacam-macam kata benda yang berada di lingkungan sekitar.
4.    Dapat menceritakan isi gambar atau isi cerita sederhana menghubungkan gambar/benda dengan kata.
5.    Dapat mengurutkan tulisan sederhana dengan mengenal bentuk-bentuk simbol yang melambangkan.
            Depdiknas (2007:15) mengemukakan bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak untuk berkomunikasi secara lisan dengan orang lain. Kemampuan/kesanggupan anak menyusun kosa kata menjadi suatu rangkaian pembicaraan secara berstruktur dapat dilatih agar mereka biasa berinteraksi dengan yang lainnya, serta anak dapat memberikan keterangan / informasi tentang suatu hal secara sederhana. Vygotsky dalam Rita Kurnia (2009:47) menjelaskan tiga tahap perkembangan berbahasa lisan anak yang berhubungan erat terhadap perkembangan berpikir anak yaitu:
1.     Tahap eksternal, hal ini terjadi karena anak berbicara, sumber berpikir anak berasal dari luar diri anak. Artinya sumber pikiran anak berasal dari orang dewasa yang memberikan informasi/pengarahan.
2.    Tahap internal, dimana proses pemikiran anak telah mengalami penghayatan sepenuhnya, kemampuan berbahasa lisan anak secara lisan berurutan dengan benar, dapat menceritakan kembali cerita sederhana yang mudah dipahami, mengucapkan lebih dari tiga kalimat serta mengenal tulisan sederhana.
3.    Tahap egosentris, dimana anak berbicara sesuai dengan jalan pikirannya dan pembicaraan orang dewasa bukan lagi menjadi prasyarat.


*      Bermain
1.  Pengertian Bermain
Bermain merupakan suatu fenomena yang sangat menarik perhatian para pendidik, psikologi ahli filsafat dan lain sebagainya. Mereka lebih tertantang untuk lebih memahami arti bermain yang dikaitkan dengan tingkah laku manusia. Bermain merupakan pengertian yang sulit dipahami karena muncul dalam beraneka macam bentuk.  Kehidupan sehari-hari kegiatan bermain begitu mudah dipahami namun dalam beberapa situasi sulit dibedakan dengan kegiatan yang bukan bermain.
Scwartzman (dalam Soemiarti Patmonodewo, 2000:102) rnengemukakan suatu batasan bermain sebagai berikut:
“Bermain bukan bekerja; bermain adalah pura-pura; bermain bukan sesuatu kegiatan yang produktif dan sebagainya…..bekerjapun dapat diartikan bermain sementara kadang-kadang bermain dapat dipahami sebagai bekerja; demikian pula anak-anak yang sedang bermain dapat membentuk dunianya sehingga seringkali dianggap nyata sungguh sungguh, produktif dan menyerupai kehidupan yang sebenarnya”.
            Sementara Soemiarti Patmonodewo (2000:102) mengatakan bahwa bermain dalam tatanan sekolah dapat digambarkan sebagai suatu rentang rangkaian kesatuan yang berujung pada bermain bebas, bermain dengan bimbingan dan berakhir pada bermain yang diarahkan. Dalam bermain bebas dapat didefenisikan sebagai suatu kegiatan bermain dimana anak mendapat kesempatan melakukan berbagai pilihan alat dan mereka memilih bagaimana menggunakan alat-alat, sedangkan kegiatan bermain dengan bimbingan, guru memilih alat permainan dan diharapkan anak-anak dapat memilih guna menemukan suatu konsep.
            Bambang dan Yuliani (2005:104) mengemukakan bahwa kegiatan bermain adalah proses sosialisasi yang sangat efektif melalui permainan anak belajar menjalankan suatu peran tertentu dapat menerima pandangan orang lain dan melatih cara berkomunikasi. Montolalu (2007:12) mengatakan bahwa dunia anak adalah dunia bermain. Bermain terungkap dalam berbagai bentuk. Bermain dapat berupa gerak seperti berlari, melempar bola dan memanjat, bermain juga dapat berupa  kegiatan berfikir, seperti menyusun puzzle atau mengingat kata-kata sebuah lagu, dan juga berupa kreativitas dengan menggunakan krayon, plastisin atau tanah liat.
2.  Manfaat Bermain
Hasil penelitian yang telah dilakukan para ilmuwan menyatakan bahwa bermain bagi anak mempunyai arti yang sangat penting karena melaui bermain anak dapat menyalurkan segala keinginan dan kepuasan kreativitas serta imajinasinya. Melalui bermain anak dapat melakukan kegiatan-kegiatan fisik belajar bergaul dengan teman sebaya, membina sikap hidup positif, mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelamin, menambah perbendaharaan kata dan menyalurkan perasaan tertekan .
Berikut ini akan diuraikan satu persatu manfaat bermain bagi anak usia dini:
1.     Bermain Memicu Kreativitas
            Hasil penelitian mendukung dugaan bahwa bermain dan kreatifitas saling berkaitan karena baik bermain maupun kreativitas rnengandalkan kemampuan anak menggunakan simbol-simbol (Spodek & Sarcho, 1988). Kreativitas dapat dipandang sebagai suatu aspek dari pemecahan masalah yang mempunyai arti dalam bermain. Saat anak menggunakan daya khayalnya dalam bermain, dengan menggunakan alat atau tanpa alat mereka lebih kreatif.
2.    Bermain Bermanfaat Mencerdaskan Otak
            Salah satu contoh permainaan yang dapat mencerdaskan otak adalah bermain dokter-dokteran. Dalam permainan ini si anak berpura-pura menjadi dokter dan menjadi pasien. Sebagai pasien si anak bebas menggunakan imajinasinya dan segenap pengetahuannnya tentang seorang yang sedang sakit. Demikian juga halnya dengan anak yang berperan sebagai dokter, anak dengan bebas mengungkapkan segenap pengetahuannya tentang seorang dokter, mulai dari sikapnya, gaya bicaranya dan jenis obat-obatan yang dapat menyembuhkan penyakit.
3.    Bermain Bermanfaat Menanggulangi Konflik
            Pada usia PAUD tingkah laku yang sering muncul ke permukaan adalah tingkah laku menolak, bersaing, agesit bertengkar, meniru, kerjasama, egois, simpatik, marah, ngambek, dan berkeinginan untuk diterima oleh lingkungan sosial mereka. PAUD memberi peluang bagi anak melalui bermain dalam kelompok besar maupun kelompok kecil untuk mengatasi konflik yang terjadi. Sandiwara boneka, bermain dramatisasi bebas dan bercerita dengan berbagai metode, merupakan beberapa kegiatan bermain.
4.    Bermain Bermanfaat untuk Melatih Empati
            Empati adalah pengenalan perasaan, pikiran, dan sikap orang lain, dapat juga dikatakan pengenalan jiwa orang lain, dengan kata lain empati adalah keadaan mental yang membuat seseorang mengidentifikasi atau merasa dirinya dalam keadaan perasaan atau pikiran dan sikap yang sama dengan orang atau kelompok lain. Empati merupakan suatu faktor yang berperan dalam perkembangan sosial anak karena dengan empati anak dapat merasakan penderitaan orang lain. Dengan mengembangkan empati, anak akan pandai menempatkan dirinya dan perasaannya pada diri dan perasaan orang lain dan akan mengembangkan tenggang rasa. Melalui bermain sandiwara boneka atau dramatisasi terpimpin sikap empati dapat dikembangkan di PAUD.
5.    Bermain Bermanfaat Mengasah Panca lndera
            Banyak jenis permainan PAUD yang menunjang perkembangan kepekaan panca indera seperti “permainan kotak” aroma untuk latihan indera penciuman, permainan “suara apa” untuk latihan indera pendengaran, gambar-gambar di buku untuk latihan indera penglihatan, dan permainan merasakan berbagai rasa makanan dengan mata tertutup untuk melatih indera pengecapan dan lain-lain.
6.    Bermain Sebagai Media Terapi
            “Sigmund Freud”, Bapak psikoanalisis mengemukakan bahwa anak melakukan  bermain sebagai salah satu cara untuk mengatasi masalah konflik dan kecemasannya. Berawal dari teori ini para ahli ilmu jiwa mendapat ilham untuk menggunakan bermain sebagai alat diagnosis mengobati anak yang bermasalah, yang dikenal di kalangan para ahli dengan terapi bermain. Namun tidak semua orang dapat melakukannya karena ini memerlukan keahlian khusus dari mereka yang mendapat pendidikan dan pelatihan khusus untuk itu.
7.    Bermain Melakukan Penemuan
            Anak akan bertanya, jika ada sesuatu yang ia butuhkan/pahami saat bermain. Bagi guru yang berpengalaman, anak-anak yang sedang bermain sering dilihat, seperti sedang melakukan penemuan-penemuan setiap waktu. Penemuan tersebut bisa saja kebetulan, seperti dalam bermain di bak air. Ketika anak pertama kali menemukan bahwa jumlah air yang sama dapat mengisi tiga wadah, seperti botol ada caranya, air bila dipukul dengan tangan akan memercik ke mana-mana, lain dengan pasir. Penemuan ini sangat menyenangkan anak.
Hurlock dalam Hibana (2005:85) menegemukakan manfaat bermain bagi perkembangan anak yaitu sebagai berikut:
1.       Perkembangan fisik. Bermain berguna untuk mengembangkan otot dan melatih seluruh bagian tubuh. Bermain juga berfungsi untuk menyalurkan tenaga  yang berguna bagi kesehatan fisik dan mental anak.
2.      Dorongan berkomunikasi. Melalui aktivitas bermain, anak terdorong untuk berbicara dan berkomunikasi dengan teman lain, tanpa disadari anak belajar mengungkapkan pikiran dan perasaannya pada orang lain.
3.      Penyaluran energi emosional yang terpendam. Bermain merupakan sarana bagi anak untuk menyalurkan berbagai ketegangan emosional. Dengan demikian bermain merupakan terapi cepat dan murah bagi pengembalian kondisi fisik yang terganggu.
4.      Penyaluran dari keinginan dan kebutuhan yang tidak terpenuhi. Tidak semua keinginan dan kebutuhan anak dapat terpenuhi. Keinginan yang tidak terpenuhi dalam dunia real dapat diaplikasikan melalui kegiatan bermain
5.      Sumber belajar. Melalui kegiatan bermain, anak belajar menghargai hal, baik bersifat fisik maupun pengembangan mental.
6.      Rangsangan kreatifitas. Dalam bermain, anak bebas memilih dan bereksplorasi, maka bermain dapat mengembangkan kreativitas anak.
7.      Belajar standar moral. Melalui kegiatan bermain, anak belajar hal-hal yang dapat diterima oleh lingkungan, dan hal-hal yang ditolak.
8.      Mengembangkan kepribadian. Secara pelan dan pasti kepribadian anak akan terbentuk melalui kegiatan bermain.
4.    Jenis-jenis Alat Bermain
            Alat permainan pada usia anak PAUD sangat bermanfaat dalam membantu mengembangkan seluruh dimensi perkembangan anak, yaitu bagi perkembangan motorik, kognitif, kreativitas, bahasa, sosial, perkembangan emosional bagi anak PAUD. Bahan dan peralatan yang disediakan hendaknya merupakan sumber belajar yang dapat membantu mengembangkan seluruh dimensi perkembangan anak seusia PAUD, yaitu bagi perkembangan motorik, kognitif, kreativitas, bahasa sosial, dan perkembangan emosional bagi anak PAUD. Sebagaimana dikemukakan oleh Moeslichatoen (1999:50) bahwa bahan dan peralatan bagi anak PAUDharus memperhatikan:


·         Pengembangan Dimensi Perkembangan Motorik Anak PAUD
Anak usia PAUD adalah anak yang selalu aktif. Oleh karena itu, sebagian besar alat bermain diperuntukkan bagi pengembangan koordinasi gerakan otot kasar. Misalnya, kegiatan turun naik tangga meluncur dengan kecepatan dan kekuatan, kegiatan akrobatik, memanjat, berayun-ayun dengan menggunakan papan keseimbangan.
·         Pengembangan Kognitif Anak Usia PAUD
Kemampuan kognitif yang dapat dikembangkan melalui kegiatan bermain kemampuan mengenal, mengingat, berfikir konvergen, divergen, memberi penilaian. Bahan dan peralatan yang dibutuhkan bagaimana terdapat dalam “Pedoman penggunaan alat peraga PAUD, yaitu papan pasak kecil, papan pasak berjenjang, papan tongkat, warna, menara gelang bujur sangkar, balok ukur dan papan hitung.
·         Pengembangan Kreativitas Anak PAUD
Kemampuan kreatif yang dapat dikembangkan melaui bermacam ragam kegiatan bermain. Bermacam bahan yang bersifat manipulatif dapat dipergunakan: tanah liat cat, krayon, kertas, balok-balok, air, pasir, dan bahan yang dapat digerakkan.

·         Pengembangan Bahasa Lisan Anak Usia PAUD
Kemampuan berbahasa lisan yang dapat dikembangkan melaui kegiatan bermain bertujuan untuk:
1.     Menguasai bahasa resetif: memahami perintah, menjawab pertanyaan dan mengikuti urutan peristiwa.
2.    Menguasai bahasa ekspresif yang meliputi: menguasai kata-kata baru dan menggunakan pola bicara orang dewasa.
3.    Berkormunikasi secara verbal dengan orang lain: berbicara sendiri atau berbicara kepada orang lain.
4.    Keasyikan menggunakan bahasa secara lisan.
5.    Pengembangan Sosial Anak Usia PAUD
Kemampuan sosial yang dapat dikembangkan melaui kegiatan bermain yang bertujuan untuk membina hubungan dengan anak lain dan belajar bertingkah laku yang dapat diterima dan sesuai dengan harapan anak. Bahan dan peralatan yang dapat digunakan untuk kegiatan ini adalah tempat air yang digunakan secara bergiliran, buku cerita buku bergambar, bahan teka teki, kuda-kudaan, sepeda roda tigan bersadel rangkap, telepon mainan, beberapa topi pemadam kebakaran, dan sebagainya.

6.    Pengembangan Emosi Anak Usia PAUD
Pengembangan emosi anak PAUD adalah:
1.     Kemampuan memahami perasaan
2.    Kemampuan berlatih membuat pertimbangan
3.    Kemampuan memahami perubahan
4.    Menyenangi diri sendiri
            Sedangkan bahan dan peralatan yang dipergunakan untuk mengembangkan keterampilan emosi ini antara lain: tanah liat atau lumpur, balok balok memelihara hewan peliharaan, bermain drama, cerita dan buku-buku yang menggambarkan perwatakan dan situasi dalam rentangan perasaan yang sangat luas.
4.   Nilai-nilai Bermain
Para peneliti telah menemukan bahwa nilai bermain bagi anak sangat luas dan meliputi seluruh aspek perkembangan anak, baik fisik, kognitif bahasa sosial emosional maupun kreativitas. Berikut ini akan diuraikan nilai-nilai bermain bagi tiap-tiap aspek perkembangan anak, yaitu bagi aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik, kognitif dan bahasa, sosial dan emosional (Montolalu, 2007:112).

1.     Nilai Bermain Bagi Pertumbuhan dan Perkembangan Fisik
Melalui permainan, aspek motorik kasar anak dapat dikembangkan. Kegiatan bermain dapat merangsang anak untuk menggunakan anggota-anggota tubuhnya. Kegiatan dalam bentuk bermain bebas, seperti berjalan, berlari, melompat, merangkak, melempar, mendorong, berayun, meluncur, meniti dan sebagainya sangat besar nilainya bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Dalam kegiatan fisik ini seluruh tubuh anak aktif. Otot-otot besar dan otot-otot kecil memperoleh latihan, termasuk koodinasi otot-otot tersebut. Anak dapat menyalurkan energinya yang berlebihan melalui bermain yang mengandung gerakan-gerakan kasar dan kuat. Peredaran darah, kerja pencernaan makanan dan pernapasan anak menjadi teratur. Disamping itu kegiatan anak yang mempergunakan banyak tenaga dapat menimbulkan nafsu makan dan tidur yang sehat dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
2.    Nilai Bermain Bagi Perkembangan Kognitif
Bermain merupakan media yang amat diperlukan untuk proses berfikir karena menunjang perkembangan intelektual melalui pengalaman yang memperkaya cara berfikir anak. Bermain merupakan kesempatan bagi anak untuk bereksplorasi, mengadakan penelitian-penelitian, melakukan  percobaan-percobaaan untuk memperoleh pengetahuan. Bermain juga membuka kesempatan bagi anak untuk berkreasi, menemukan serta membentuk dan membangun saat mereka menggambar, bermain air, bermain dengan tanah liat atau plastisin dan bermain balok.
3.    Nilai Bermain Bagi Perkembangan Sosial
PAUD didirikan dengan maksud sebagai pengantar anak memasuki SD dengan memberikan kesempatan pada anak bersosialisasi melaui cara yang sesuai dengan sifat alamiah anak yaitu bermain. Itu sebabnya di PAUD kegiatan bermain tidak bisa dikurangkan apalagi ditiadakan dengan sengaja atau tidak sengaja sering terjadi di PAUD. Dalam situasi bermain anak-anak akan belajar menyesuaikan diri dengan orang lain, dengan keadaan kadang-kadang jumlah alat permainan yang sedikit memakasa anak untuk saling berbagi dengan temannya. Anak belajar menunggu giliran/antri, belajar bekerja sama, saling tolong menolong dan juga belajar menaati peraturan-peraturan bermain yang dimainkan bersama.
4.    Nilai Bermain Bagi Perkembangan Emosional
Bermain bersama anak mengalami pertengkaran dan berebut mainan. Hal ini biasa terjadi dalam proses menyesuaikan diri. Secara berangsur-angsur anak mendapat kesempatan unfuk mengontrol emosinya, belajar menahan diri dan bersabar. Disamping itu dari pengalaman pertengkaran yang terjadi, anak akan memperoleh konsep moral, seperti salah, benar, baik, buruk, jujur, adil, curang, fair dan sebagainya.

5.    Proses/Tahap Bermain
            Sri Ratna Dyah (2009:6) menerangkan bahwa proses bermain itu kaya akan makna, disitulah terjadi tranformasi dari jati diri objek serta situasi mejadi sifat-sifat pribadi, objek serta kejadian-kejadian yang hanya ada dalam khayalan anak-anak. Proses bermain anak diberi kegiatan yang sangat berharga untuk mempraktekkan keterampilan sosial dan kognitif. Pelaksanaan kelompok bermain ialah suatu kegiatan yang menerapkan fungsi-fungsi perencanaan, pengaturan, dan pelaksanaan kepada unsur-unsurnya (uang, orang dan barang) yang kegiatannya mengarah pada tujuan kelompok bermain yang hendak dicapai.
            Montolalu (2007:214) mengatakan bahwa agar dapat memberi bimbingan kepada anak PAUD dengan sebaik-baiknya guru perlu mengetahui bahwa pada umunnya anak-anak melalui tingkatan-tingkatan atau tahap-tahap (proses) bermain sebagai berikut:
1.     Tahap Manipulatif
Yaitu, suatu proses pada saat anak berusia 2-3 tahun. Dengan menggunakan alat-alat atau benda yang ia pegang, anak akan melakukan penyelidikan dengan cara membolak-balik meraba, bahkan menjatuhkan lalu melempar dan memungut kembali, dan sebagainya.
2.    Tahap Simbolis
Tahap dari manipulatif ke tahap simbolis hampir tidak terlihat. Tahap ini, anak melakukan kembali apa yarng pernah ia lakukan pada tahap manipulatif, contohnya kadang berbicara sendiri.
3.    Tahap Eksplorasi
Pada tahap ini anak bermain sendiri, ia lebih senang tidak berteman dalam bermain. Permainannya lebih banyak ke arah yang berhubungan dengan pasir, seperti mengayak pasir, menuangkannya dan meletakkan kembali dalam wadah.
4.    Tahap Eksperimen
Tahap ini, dimana anak mulai melakukan percobaan, yang berarti mereka memasuki tahap eksperirnen.
5.    Tahap dapat Dikenal
Anak usia 5-6 tahun pada umumnya telah mencapai tahapan bermain ini, yaitu membangun bentuk-bentuk yang realistis, bentuk-bentuk yang sudah dikenal atau dilihat anak dalam kehidupannya.


*      Permainan Permata Tersembunyi
      Permainan permata tersembunyi dapat dilakukan dengan perlengkapan sebagai berikut:
  1. Pasir di wadah plastik yang besar atau kotak pasir di halaman (pilihan lain: beras, kacang, atau pasir ukuran kecil di dalam karung, plastik besar di dalam baskom,  jika aktivitas ini lakukan di dalam ruangan).
  2. Kotak kecil yang berbentuk permata dari plastik
  3. Gambar-gambar yang disesuaikan dengan tema pembelajaran
Adapun cara melaksanakan permainan tersebut adalah sebagai berikut:
a)    Sembunyikan seluruh permata yang berisikan gambar-gambar di dalam pasir dan mulailah pencarian dengan menggali untuk menemukan permata tersembunyi
b)    Katakan (jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang tersembuyi di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di dalam pasir, Arsya bisakah kamu temukan semuanya?”
c)     Berikan dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir, alih-alih menyingkirkan pasir itu, untuk mencari permata itu
d)    Menyuruh anak menceritakan sesuatu mengenai permata yang telah ditemukannya
e)     Mintalah anak meletakkan permata yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya dia dapat menghitung, dan menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam permata tersebut.
            Menurut Tara Delaney (2010:38) jika guru melakukan permainan di dalam ruangan dan tak punya kesempatan untuk membuat kotak pasir maka sembunyikan permata yang sangat menarik bagi anak itu ke dalam wadah plastik yang sangat cekung, isi setengahnya dengan beras atau kecang, atau yang lainnya dan sembunyikan permata di dalamnya, jika ruangan mencukupi, guru dapat menggunakan wadah yang cukup besar sehingga anak dapat duduk di dalamnya sambil mencari permata tersebut.
            Adapun tujuan dari permainan ini adalah:
  1. Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang ditemukan dalam permata.
  2. Anak dapat berbicara dengan kalimat sederhana ketika bercerita tentang permainan permata tersembunyi yang dilakukannya
  3. Anak dapat bercerita tentang isi permata yang tersembunyi
  4. Anak dapat mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata.
  5. Anak dapat menyebutkan sebanyak-banyaknya kegunaan dari gambar yang ditemukan dalam permata.
G.   KERANGKA BERPIKIR TINDAKAN
Telah dikemukakan sebelumnya bahwa kreativitas anak adalah berkaitan dengan imajinasi atau manifestasi kecerdasan dalam pencarian yang bernilai. Proses kreatif berlangsung mengikuti tahap-tahap tertentu, tidak mudah mengindentifikasi secara persis pada tahap manakah suatu proses kreatif itu sedang berlangsung, yang dapat diamati adalah gejalanya berupa perilaku yang ditampilkan oleh individu. Salah satu kreativitas yang perlu ditingkatkan adalah kreativitas anak dalam berbahasa lisan. Menurut Ali Nugraha dan Yeni Rachmawati (2006:7.12) kreativitas berbahasa  ditunjukkan dengan keterampilan berkomunikasi secara efektif, mendengarkan, berkomunikasi dengan berbicara, menulis dan membaca.
Kreativitas berbahasa lisan dapat ditingkatkan melalui permainan Permata Tersembunyi. Permainan Permata Tersembunyi adalah sebuah aktivitas terobosan, dalam hal linguistik. Adapun kerangka berpikir pada penelitian ini meliputi 2 indikator, yaitu indikator yang berkaitan dengan permata tersembunyi dan indikator kreativitas berbahasa lisan yang meliputi item berikut ini.



Indikator Variabel Penelitian
Permata Tersembunyi
Kreativitas Berbahasa Lisan
–    Anak memasukkan tangannya ke dalam bak pasir
–    Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–    Anak mencari permata di dalam pasir
–      Anak dapat berkomunikasi, berbicara lancar ketika menceritakan isi permata
–    Anak dapat menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–      Anak mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–      Anak dapat bekerja sendiri untuk menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–      Anak berani mengungkapkan pendapat dan keyakinannya dalam permainan permata tersembunyi
–       Anak menikmati permainan permata tersembunyi yang ditandai dengan keasyikan anak dalam bermain
–      Anak kritis terhadap pendapat orang lain dalam permainan permata tersembunyi

–        Anak dapat menyebutkan nama-nama gambar dan kegunaannya yang terdapat di dalam permata

H.   HIPOTESIS TINDAKAN
            Hipotesis dalam penelitian ini adalah kemampuan berbahasa lisan anak usia 5-6 Tahun dapat ditingkatkan melalui permainan permata tersembunyi di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat.
I.    TUJUAN PENELITIAN
            Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka disimpulkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan kreativitas berbahasa lisan anak usia 5-6 tahun melalui permainan permata tersembunyi di di PAUD Melati 03 Menteng Jakarta Pusat.
J.    SETTING PENELITIAN
1.    Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dilakukan di PAUD Melati 03 JL Menteng Sukabumi RT 04/ RW 03 Menteng Jakarta Pusat.
2.   Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada pertengahan  semester I, untuk meningkatkan kemampuan bahasa sebagai persiapan memasuki pendidikan selanjutnya. Peneliti akan melaksanakan penelitian kurang lebih selama 3 bulan pada bulan September-November 2016.

3.   Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini subjek adalah anak PAUD Melati 03 Menteng dengan jumlah anak 16 orang pada tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 1kelas, adapun 1 kelas tersebut adalah kelompok B, berjumlah 16 anak.
K.   METODE PENELITIAN
Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas, sebagaimana dikemukakan oleh Wardani (2002:14) menyatakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga kemampuan anak dalam berbahasa lisan dapat ditingkatkan.
Rochiati (2005:24) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas adalah kajian sistematik dari upaya perbaikan pelaksanaan praktek pendidikan oleh sekelompok guru dengan melakukan tindakan-tindakan dalam pembelajaran, berdasarkan refleksi mereka mengenai hasil tindakan-tindakan yang telah ditetapkan.
L.    LANGKAH-LANGKAH PENELITIAN
Penelitian ini terdiri dari 2 siklus, adapun setiap siklus dilakukan dalam 4 kali pertemuan. Adapun  tahapan-tahapan yang dilalui dalam penelitian tindakan kelas, yaitu: 1) Perencanaan atau persiapan tindakan, 2) Pelaksanaan tindakan, 3) Observasi dan interpretasi, 4) Analisis data, refleksi. Tempat dilaksanakan penelitian ini adalah PAUD Melati 03 Menteng. Jumlah anak sebanyak 16 orang anak.
Suharsimi Arikunto dkk (2006:16) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki atau meningkatkan mutu praktik pembelajaran. Dalam rangka meningkatkan berbahasa lisan anak, dan diamati oleh observer. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus.
a)      Perencanaan
            Rencana tindakan kelas, berisikan kegiatan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau perubahan tingkah laku dan sikap sebagai solusi. Perencanaan ini dimulai dengan menetapkan kelas sebagai tempat penelitian. Menyiapkan perangkat pembelajaran mulai dari silabus, Rencana Kegiatan harian, lembaran observasi guru dan anak, tes kemampuan berbahasa lisan.
b)     Pelaksanaan
            Pelaksanaan tindakan dilakukan dengan melakukan mempelajari kompetensi dasar, hasil belajar dan indikator setiap bidang pengembangan untuk masing-masing kelompok usia, mengidentifikasi tema dan sub tema dan memetakannya dalam jaring tema, mengidentifikasi indikator pada setiap kompetensi bidang pengembangan melalui tema dan sub tema, menentukan kegiatan pada setiap bidang pengembangan dengan mengacu pada indikator yang akan dicapai dan subtema yang dipilih. Pelaksanaan pembelajaran dengan kreativitas berbahasa lisan dilaksanakan guru dengan cara:
1.     Sembunyikan seluruh permata (terkubur) di dalam pasir dan mulailah pencarian dengan menggali untuk menemukan “permata” tersembunyi.
2.    Katakan (jika diperlukan, gunakan isyarat dengan jari) jumlah permata yang tersembunyi di dalam pasir. Kemudian katakan “ada lima permata tersembunyi di dalam pasir, Arshya, bisakah kamu temukan semuanya?”.
3.    Berikan dorongan kepada anak untuk menyusupkan tangannya ke dalam pasir, alih-alih menyingkirkan pasir itu, untuk mencari permata itu
4.    Menyuruh anak menceritakan sesuatu mengenai permata yang telah ditemukannya
5.    Mintalah anak meletakkan permata yang ditemukannya ke dalam sebuah wadah supaya dia dapat menghitung, dan menyebutkan nama-nama gambar yang terdapat di dalam permata tersebut.
c)      Pengamatan
Mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap anak. Tujuannya untuk mengetahui kualitas pelaksanaan tindakan. Waktu pelaksanaan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan dengan melibatkan seorang guru lain sebagai pengamat yang menggunakan lembaran observasi.
d)     Refleksi
            Peneliti mengkaji, melihat dan mempertimbangkan atas hasil atau dampak dari tindakan dari berbagai kriteria. Tujuannya adalah mengetahui kekuatan dan kelemahan dari tindakan yang dilakukan untuk dapat diperbaiki pada siklus berikutnya. Untuk merencanakan perbaikan pada siklus I terlebih dahulu perlu dilakukan identifikasi masalah serta analisis dan perumusan masalah. Identifikasi masalah dapat dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pada diri sendiri tentang pembelajaran yang dikelola. Setelah masalah teridentifikasi, masalah perlu dianalisis dengan cara melakukan refleksi dan menelaah berbagai dokumen terkait. Dari hasil analisis, dipilih dan dirumuskan masalah yang paling mendesak dan mungkin dipecahkan oleh guru. Masalah kemudian dijabarkan secara operasional agar dapat memandu usaha perbaikan pada siklus ke II. Setelah masalah dijabarkan, langkah berikutnya adalah mencari, mengembangkan cara perbaikan, yang dilakukan dengan mengkaji teori, berdiskusi dengan teman sejawat dan pakar, serta menggali pengalaman sendiri.
M.  SUMBER DATA
Sumber data yang digunakan  dalam penelitian ini terdiri dari :
·           Siswa kelompok B di PAUD Melati 03 Menteng
·           Guru inti kelompok B di PAUD Melati 03 Menteng
·           Guru pendamping kelompok B di PAUD Melati 03 Menteng
N.  TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Adapun data dalam penelitian ini adalah data tentang kreativitas berbahasa lisan yang diperoleh dari hasil pengamatan (lembaran observasi).




Kategori Penilaian Kreativitas Berbahasa Lisan Anak
Aspek yang dinilai
BB
MB
BSH
BSB
–       Anak dapat menjawab pertanyaan dari guru tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–       Anak dapat berkomunikasi, berbicara lancar ketika menceritakan isi permata
–       Anak mengucapkan sajak tentang gambar yang didapatkannya dalam permata
–       Anak berani mengungkapkan pendapat dan keyakinannya dalam permainan permata tersembunyi
–       Anak kritis terhadap pendapat orang lain dalam permainan permata tersembunyi
–       Anak dapat menyebutkan nama-nama gambar dan kegunaannya yang terdapat di dalam permata

Kemudian untuk menilai permainan permata tersembunyi anak dapat diperhatikan pada tabel berikut ini.

Kategori Penilaian Aktivitas Anak dalam
Pelaksanaan Permainan Permata Tersembunyi
Aspek yang dinilai
BB
MB
BSH
BSB
–       Anak memasukkan tangannya ke dalam bak pasir
–       Anak mencari permata di dalam pasir
–       Anak dapat menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–       Anak dapat bekerja sendiri untuk menemukan permata yang tersembunyi di dalam pasir
–       Anak menikmati permainan permata tersembunyi yang ditandai dengan keasyikan anak dalam bermain





Keterangan:
  1. BB = Belum berkembang, diberi skor 1 apabila anak tidak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
  2. MB = Mulai berkembang, diberi skor 2 apabila anak kurang kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
  3. BSH = Berkembang sesuai harapan, diberi skor 3 apabila anak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik dengan simbol bintang
  4. BSB = Berkembang sangat baik, diberi skor 4 apabila anak memiliki kreativitas berbahasa lisan dengan baik sekali dengan simbol bintang
O.  TEKNIK ANALISA DATA
Teknik dan kriteria analisis yang digunakan untuk menganalisa data, antara lain :
§  Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya serta membuang yang tidak perlu. Data yang diperoleh dari lapangan dicatat secara secara teliti dan rinci. Data yang terkumpul dan rekaman catatan-catatan lapangan kemudian dirangkum dan diseleksi. Dalam mereduksi data-data kemampuan bicara dengan wawancara dan observasi adalah dengan mencari indikator-indikator bahasa yang muncul pada setiap peristiwa. Dalam tahap ini data dari wawancara dan observasi yang telah disusun sebelumnya akan diseleksi data-data mana yang perlu dipilih dan dibuang.  Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang jelas, dan mempermudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.



§  Deskripsi data
Data yang diperoleh pada penelitian ini adalah data tentang kemampuan berbahasa lisan, diolah dengan teknik analisis deskriptif yang bersifat kuantitatif. Analisis data yang dilakukan secara deskriptif bertujuan untuk menggambarkan data tentang aktivitas guru dan anak selama proses pembelajaran, dan data peningkatan kemampuan berbahasa lisan pada anak, selanjutnya penelitian terhadap kreativitas berbahasa lisan anak menggunakan ketentuan penilaian menurut Pedoman Penilaian Taman Kanak-kanak dengan menggunakan simbol bintang sebagaimana telah dijelaskan di atas.
Kemudian, menurut Anas Sudijono (2004:43) untuk menentukan keberhasilan aktivitas guru dan kreativitas berbahasa lisan anak selama proses pembelajaran diolah dengan menggunakan rumus persentase, yaitu sebagai berikut : 
P = F/N x 100%
Keterangan:
F          = Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N         = Number of Cases (jumlah frekuensi/banyaknya individu)
p          = Angka persentase
100%   = Bilangan Tetap
Dalam menentukan kriteria, maka dilakukan pengelompokkan atas 4 kriteria penilaian (Arikunto: 2002.246) sebagai berikut:
§  76% – 100% tergolong baik
§  56% – 75% tergolong cukup baik
§  40% – 55% tergolong kurang baik
§  40% kebawah tergolong tidak baik”.
§  Verifikasi Data
Pada tahap ini peneliti dapat menarik kesimpulan atau verifikasi. Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan dalam pembentukan konfigurasi yang utuh. Kesimpulan awal dapat bersifat sementara dan masih dapat berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang dapat mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi bila pada kesimpulan awal telah ditemukan bukti-bukti yang valid, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
P.     Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dilakukan antara lain dengan :
·      Pengamat menggunakan tehnik-tehnik perpanjangan kehadiran peneliti lapangan, observasi partisipan.
·      Diskusi dengan guru kelas.
Q.    Kriteria Keberhasilan Penelitian
Indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah apabila kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan dinyatakan berhasil apabila terjadi perubahan yaitu, berupa peningkatan kemampuan yang diperoleh oleh anak. Perubahan anak didik dalam berbicara saat menjawab pertanyaan dan menceritakan kembali cerita guru. Kemampuan anak dalam berbicara meningkat melalui metode bercerita dengan media boneka tangan. Peningkatan kemampuan bicara dapat dilihat dari peningkatan rata-rata persentase setiap aspek kemampuan yang dikembangkan yaitu apabila 80% dari jumlah anak memperlihatkan indikator dalam persentase baik.




























Daftar Pustaka

-       Hurlock, Elizabeth B., Perkembangan Anak Edisi Kedua, Jakarta : Erlangga, 1995.
-       Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta : Universitas Terbuka, 2008.
-       Nurbiana Dhieni, dkk., Metode Pengembangan Bahasa, Jakarta : Universitas Terbuka, 2014.
-       Santrock, John W., Life Span Development, Perkembangan Masa Hidup, Jakarta : Erlangga, 1995.
-       Siti Aisyah, dkk., Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini, Jakarta : Universitas Terbuka, 2014.
-       Tadzkiroatun Musfiroh, Bercerita Untuk Anak Usia Dini, Jakarta :  Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Pendidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi, 2005.
-       Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Jakarta : Indeks, 2009.
-       Mudjito, A K. 2007. Pedoman Pembelajaran Bidang Pengembangan Kognitif.Jakarta : Direktorat Jendral Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan Taman Kanak – Kanak dan Sekolah Dasar.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar