UJIAN TENGAH
SEMESTER (UTS)
Disusun untuk
memenuhi tugas mata kuliah
”Metodologi Penelitian”
Dosen Pengampu:
Iswadi,
M. Pd
MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN BENTUK GEOMETRI PADA KELOMPOK B di BKB PAUD CENDANA
Oleh:
Yenike Agustriana
20158410203
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA
DINI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP)
KUSUMA
NEGARA JAKARTA
PROPOSAL PTK PAUD MENINGKATKAN KREATIVITAS
Nama : Yenike Agustriana
NPM : 20158410203
Unit
Kerja : BKB – PAUD
Cendana Cempaka Putih Barat
Jakarta-pusat
Judul Penelitian
: MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI KEGIATAN BERMAIN BENTUK GEOMETRI PADA KELOMPOK B di BKB PAUD
CENDANA
A.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan mengemban tugas untuk
dapat mengembangkan potensi kreatif yang dimilik setiap anak. Anak perlu
mendapat bimbingan yang tepat, sehingga memungkinkan mereka untuk dapat
mengembangkan seluruh potensinya secara optimal. Pada akhirnya kemampuan
tersebut diharapkan dapat berguna baik bagi dirinya, keluarga, maupun
masyarakat pada umumnya. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1 ayat 14 menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia
Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan
untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
memiliki kesiapan dalam pendidikan lebih lanjut. Hal ini menunjukkan pentingnya
upaya pengembangan seluruh potensi anak, salah satunya kreativitas.
Kreativitas merupakan bakat yang
secara potensial dimiliki setiap orang, dapat diidentifikasi dan dipupuk
melalui pendidikan yang tepat, di antaranya pada BKB-PAUD sebagai salah satu tempat diselenggarakannya
Pendidikan Anak Usia Dini. Kreativitas salah satu potensi yang dimiliki setiap
individu, penting untuk dikembangkan sejak usia dini (Yeni Rachmawati &
Euis Kurniati, 2005: 8). Karena pada masa ini individu memiliki peluang yang
sangat besar untuk dapat mengembangkan potensi tersebut.
Utami Munandar, (1992: 34)
mengemukakan bahwa pengembangan kreativitas bagi anak memiliki tujuan: 1)
mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil karya dengan menggunakan
teknik-teknik yang dikuasainya; 2) mengenalkan cara menemukan alternatif
pemecahan masalah; 3) membuat anak memiliki sikap keterbukaan terhadap berbagai
pengalaman dengan tingkat kelenturan dan toleransi yang tinggi terhadap
ketidakpastian; 4) membuat anak memiliki kepuasan diri terhadap apa yang
dilakukan; dan 5) sikap menghargai kasil karya orang lain .
Berdasarkan pengamatan sehari-hari
pada anak Kelompok B di BKB-PAUD CENDANA , terlihat bahwa kreativitas anak
belum berkembang optimal. Hal itu dikarenakan anak belum mampu mencapai empat aspek
kreativitas antara lain, flueny/ kelancaran, flexibility/ keluwesan, originality/
keaslian, dan elaboration/ keterperincian. Hal tersebut nampak seperti beberapa
anak belum memiliki keberanian dalam hal bereksplorasi dan berekspresi dengan
bahan atau benda-benda yang disediakan oleh guru. Ada 13 anak yang masih belum
percaya diri untuk mencoba mencipta karya yang baru. Sebagian besar anak sering
meniru cara guru atau teman dalam menyelesaikan pekerjaannya. Sebagian besar
anak masih tergantung pada contoh yang diberikan guru. Selain itu sebagian
besar anak kurang komunikatif dalam mengkomunikasikan hasil karyanya serta
kurang bervariasi dalam mengapresiasi hasil karyanya.
Pendapat Wallas yang dikemukakan
Utami Munandar (1992: 46) Proses berpikir
kreatif memiliki ciri-ciri: (1) mampu mengemukakan ide-ide yang serupa untuk
memecahkan suatu masalah (fluency/ kelancaran); (2) mampu menghasilkan berbagai
macam ide guna memecahkan suatu masalah di luar kategori yang biasa
(flexibility/ keluwesan); (3) mampu memberikan respon yang unik atau luar biasa
(originality/keaslian); (4) mampu menyatakan pengarahan ide secara terperinci
utuk mewujudkan ide menjadi kenyataan (elaboration/
keterperincian); dan (5) memiliki kepekaan menangkap
dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi (sensitivity/
kepekaan).
Aktivitas pembelajaran menggunakan
beragam bentuk geometri yang dilakukan dengan prinsip bermain sambil belajar
akan lebih menggairahkan lagi bagi anak dengan mengeksplorasi berbagai bentuk
geometri.
Kegiatan bermain menggunakan ragam
bentuk geometri memberikan kesempatan bagi anak untuk menyatakan sikap, minat,
dan masalah-masalah yang dihadapinya, membicarakan tujuan dan aspirasinya,
menyatakan apa yang dipikirkannya, membagi perasaan yang dirasakannya, serta
menjelaskan apa saja yang dilakukannya. Selain itu bermain menggunakan ragam
bentuk geometri juga memberikan kesempatan kepada anak untuk membandingkan,
mengamati, mengklasifikasikan, menafsirkan, menganalisa, mengkritik, membantu
anak menemukan berbagai asumsi, serta memberikan kesempatan untuk berpikir atau
mencipta. Permainan mencipta dari bentuk geometri dapat menstimulasi perkembangan
kreativitas dan imajinasi anak. Dengan bermain kotak warna-warni berbagai
bentuk, anak akan belajar mengenai bentuk-bentuk yang saling cocok dan tidak
cocok, mengenai struktur yang mantap dan tidak mantap mengenai keseimbangan.
Selain itu pada saat bermain ragam bentuk geometri, fantasi, atau imajinasi
yang dimiliki anak dapat berkembang. Anak akan reflex menyampaikan hasil
pemikirannya, baik dengan bentuk bahasa, motorik atau fisik, hasil kerja atau
ciptaannya, sosial seperti bekerjasama dalam kelompok, emosional seperti
menghargai hasil kerja, menemukan penyelesaian atas masalah yang dihadapinya,
mendorong berpikir dengan logika, pemahaman mengenai konsep ruang, pengetahuan,
matematik, dan seni.
Usaha yang telah dilakukan oleh
guru untuk mengembangkan kreativitas anak terutama dalam kegiatan membentuk
selama ini kurang berhasil untuk mengoptimalkan seluruh kreativitas anak.
Misalnya saja guru membiarkan anak mengeksplorasi atau bermain dengan
benda-benda yang ada di sekitarnya, guru juga selalu memfasilitasi kreativitas
anak dengan benda-benda yang menarik dan bervariasi. Kegiatan untuk
pengembangan kretivitas yang sering diberikan adalah menggambar dan membentuk
dari plastisin sehingga kurang bervariasi.
Oleh karenanya salah satu kegiatan
pembelajaran dengan bermain mencipta dari bentuk geometri untuk mengembangkan
kreativitas anak, sangatlah sesuai. Untuk itu agar kreativitas anak di Kelompok
B BKB-PAUD Cendana dapat berkembang secara optimal, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan memanfaatkan bermacam bentuk geometri yang terbuat dari
bahan-bahan yang menarik dan bervariasi serta kegiatan dilakukan sambil
bermain. Dengan demikian penelitian ini berjudul “Meningkatkan Kreativitas Anak Melalui Kegiatan Bermain Mencipta dari Bentuk
Geometri pada Kelompok B di BKB-PAUD CENDANA Cempaka Putih Barat”.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka rumusan
masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana cara meningkatkan kreativitas
anak Kelompok B di BKB-PAUD CENDANA Cempaka Putih melalui kegiatan bermain
mencipta dari bentuk geometri ?”
C.
Rumusan Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka penelitian
tindakan kelas ini bertujuan untuk meningkatkan kreativitas anak kelompok B di
BKB-PAUD CENDANA Cempaka Putih melalui kegiatan bermain mencipta dari bentuk
geometri.
D.
Rumusan Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir di atas,
hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah kegitan bermain
mencipta dari bentuk geometri yang dilakukan dengan cara memberikan kebebasan
kepada anak untuk bermain mencipta dari bentuk geometri melalui; kegiatan
mencipta dari bentuk geometri yang sejenis, mencipta dari bentuk geometri yang
bervariasi, dan mencipta dengan memadukan bentuk geometri sejenis dan bentuk
geometri yang bervariasi dapat meningkatkan kreativitas anak kelompok B di
BKB-PAUD Cendana.
E.
Manfaat Penelitian
Peneliltian ini diharapkan dapat memberikan beberapa
manfaat bagi beberapa pihak, di antaranya:
1. Manfaat Teoritis
Hasil
penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan referensi bagi para insan
akademik yang sedang mempelajari ilmu pendidikan anak, khususnya mengenai
peningkatan kreativitas anak melalui kegiatan bermain mencipta dari bentuk
geometri.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi peserta didik, untuk meningkatkan kreativitas
anak dalam mencipta suatu bentuk sebagai wujud hasil karyanya.
b) Bagi pendidik, untuk meningkatkan pemahaman tentang
pentingnya
meningkatkan
kreativitas anak sejak usia dini dalam kegiatan bermain mencipta dari bentuk
geometri dan menjadi masukan untuk memperbaiki proses pembelajaran dalam rangka
meningkatkan kreativitas anak.
c) Bagi peneliti, hasil penelitian ini diharapkan dapat
menambah wawasan dan pengetahuan yang berkaitan dengan peningkatan kreativitas
anak.
F.
Kajian Pustaka
A. Kajian Kreativitas
1. Pengertian Kreativitas
Kreativitas berasal dari kata kreatif yaitu memiliki
daya cipta, memiliki kemampuan untuk mencipta (Depdiknas, 2002: 599). Supriyadi
(dalam Yeni Rahamawati & Euis Kurniati, 2005: 13) menyatakan bahwa
kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah
ada.
Sejalan dengan pendapat di atas Torren (dalam Suratno,
2005: 23) menyatakan bahwa kreativitas merupakan kemampuan untuk memberikan gagasan-gagasan
baru dan menerapkanya dalam pemecahan masalah. Kreativitas ini meliputi
fluency/ kelancaran, flexibility/ keluwesan, originality/ keaslian, dan
elaboration/ keterperincian. Kreativitas ini juga memiliki ciri afektif,
seperti rasa ingin tahu, senang mengajukan pertanyaan, dan ingin mencari
pengalaman baru.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat dianalisis
bahwa kreativitas adalah suatu proses yang menghasilkan sesuatu yang baru, baik
berupa gagasan atau berupa suatu objek tertentu serta mampu menerapkannya dalam
pemecahan masalah yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menghasilkan
gagasan
maupun suatu produk yang baru dan orisinil tersebut, pendidik perlu memperhatikan
aspek-aspek kreativitas yang menjadi indikator yang digunakan sebagai acuan
dalam mengukur kreativitas anak, sehingga kreativitas anak dapat berkembang
secara optimal.

2. Aspek-aspek Kreativitas
Rhodes (dalam Martini Jamaris, 2006: 67) merumuskan
kreativitas dalam Four P’s of Creativity yaitu person, process, press, dan
product.
a. Kreativitas dari aspek pribadi/ person
Muncul dari keunikan pribadi individu dalam interaksi
dengan lingkungannya. Setiap anak
mempunyai bakat kreatif, namun
masing-masing dalam bidang dan kadar yang berbeda-beda. Martini Jamaris
mengemukakan kreativitas dilihat dari aspek pribadi meliputi:
1) Fluency/ kelancaran, yaitu kemampuan untuk
membangkitkan sejumlah ide-ide,mengungkapkan, dan mengembangkan ide-ide
kreatifnya secara lancar.
2) Flexibility/ kelenturan, yaitu kemampuan melihat
masalah dari beberapa sudut pandang yang merupakan basis keaslian, kemurnian,
dan penemuan. Anak mampu memecahkan masalahnya dengan melihat berbagai sudut pandang
yang berbeda sebagai alternatif untuk menemukan jalan keluarnya.
3) Originality/ keaslian, yaitu kemampuan untuk
menghasilkan berbagai ide atau karya yang asli dari hasil pemikiran sendiri.
Hasil karya yang dihasilkan anak lebih unik dan berbeda dengan yang lainnya.
4) Elaboration/ keterperincian, yaitu kemampuan untuk memperluas
atau memperkaya ide yang ada dalam pikiran anak dan aspek-aspek yang mungkin tidak
terpikirkan dan terlihat orang lain.
b. Kreativitas sebagai proses/ process
Anak usia prasekolah hendaknya kreativitas sebagai
proses yang diutamakan serta jangan terlalu cepat mengharapkan produk kreatif
yang bermakna dan bermanfaat karena hal ini akan mengurangi kesenangan dan keasyikan
anak untuk berkreasi.
c. Kreativitas dari aspek pendorong/ press
Kreativitas yang dimiliki anak memerlukan dorongan
atau motivasi agar dapat berkembang dengan optimal. Dorongan tersebut terdiri
dari:
1) Dorongan dari dalam individu, yaitu berupa minat,
hasrat, dan motivasi diri.
2) Dorongan dari luar individu, yaitu lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Sehubungan dengan hal ini pendidik diharapkan dapat
memberi dukungan, perhatian, serta sarana prasarana yang diperlukan, sehingga
bakat kreatif anak dapat diwujudkan dan dapat berkembang secara optimal.
d. Kreativitas sebagai produk/ product
Produk merupakan suatu ciptaan yang baru dan bermakna
bagi individu dan lingkungannya. Hasil karya anak dapat disebut kreatif jika
baginya hal itu baru, anak belum pernah membuat itu sebelumnya, dan anak tidak
meniru atau mencontoh pekerjaan orang lain. Hal yang paling penting produk
kreativitas anak perlu dihargai agar ia merasa puas dan tetap bersemangat dalam
berkreasi. Pendapat di atas dapat dianalisis bahwa Empat P yang meliputi aspek pribadi,
proses, produk, dan pendorong saling berkaitan yaitu pribadi yang kreatif yang
melibatkan diri dalam proses kreatif dan dengan dukungan serta dorongan dari
lingkungan akan menghasilkan produk yang kreatif. Setelah mengetahui aspek-aspek
kreativitas di atas, untuk mengetahui bahwa anak tersebut kreatif, kita perlu
mengetahui ciri-ciri kreativitas. Dengan demikian pendidik tidak salah dalam
memberikan label kreatif pada anak.
3. Ciri-ciri Kreativitas
Ciri kreativitas dapat dibedakan dalam ciri kognitif
dan ciri non kognitif. Utami Munandar (1992: 51) menyatakan bahwa perpaduan
ciri kognitif dan ciri afektif dalam pengembangan kreativitas dimaksudkan agar
kreativitas yang dimiliki individu itu dapat terwujud secara nyata.
Pengembangan kreativitas individu tidak hanya membutuhkan ketrampilan untuk
berpikir kreatif saja, tetapi juga memerlukan pengembangan pembentukan sikap,
perasaan, dan kepribadian yang mencerminkan kreativitas.
Ciri-ciri kreativitas yang berhubungan dengan afektif
dan kognitif antara lain:
1. Ciri kreativitas yang berhubungan dengan afektif
meliputi: rasa ingin tahu, bersifat imaginatif, merasa tergantung oleh
kemajemukan, sikap berani mengambil resiko, serta sikap menghargai.
2. Ciri kreativitas yang berhubungan dengan kognitif
meliputi: ketrampilan berpikir lancar, ketrampilan berpikir luwes atau
fleksibel, serta ketrampilan berpikir orisinil dan elaboratif.
Adapun ciri-ciri perilaku yang mencerminkan
kreativitas alamiah anak khususnya pada anak usia prasekolah antara lain:
a. Senang bereksplorasi dengan lingkungan.
b. Mengamati dan memegang benda-benda untuk memperoleh
pengalaman.
c. Memiliki rasa ingin tahu yang besar.
d. Bersifat spontan dalam menyatakan pikiran dan
perasaan.
e. Senang berpetualang untuk mendapatkan pengalaman baru.
f. Senang bereksperimen.
g. Tidak cepat merasa bosan dan senang melakukan
bermacam-macam hal.
h. Memiliki daya imajinasi tinggi.
Ada pula
ciri-ciri kreativitas yang lain menurut Sumanto (2005: 39) bahwa anak kreatif
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut yaitu: (1) mempunyai kemampuan berpikir
kritis; (2) ingin tahu, tertarik pada kegiatan yang dirasakan sebagai
tantangan; (3) berani mengambil resiko; (4) tidak mudah putus asa, (5) menghargai
keindahan; (6) mau berbuat atau berkarya; serta (7) menghargai diri sendiri dan
orang lain.
Dari beberapa pandangan di atas dapat peneliti
simpulkan bahwa anak kreatif mempunyai kemampuan berpikir kritis, mempunyai
rasa ingin tahu yang besar, tertarik pada kegitan-kegiatan kreatif, berani
mengambil resiko, tidak mudah putus asa, menghargai diri sendiri dan orang
lain, serta mau berbuat dan berkarya untuk menghasilkan suatu ide ataupun karya
baru. Hal tersebut dilakukan oleh anak agar mendapat pengakuan tentang
keberadaan dirinya dan dianggap sejajar dengan orang dewasa, sehingga anak akan
selalu menampilkan kreativitas yang sangat membantu perkembangan jiwanya dan
pada akhirnya anak mampu hidup secara mandiri tanpa menggantungkan diri pada
orang lain.
Dari ciri-ciri di atas pendidik ataupun orang tua
mampu menyatakan bahwa anak mempunyai kreativitas. Kreativitas anak perlu
diasah dan dikembangkan. Dalam mengembangkan kreativitas anak pastinya dipengaruhi
berbagai faktor, sehingga orang tua ataupun pendidik harus memahami
faktorfaktor yang mempengaruhi kreativitas tersebut.
4. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kreativitas
Faktor yang mempengaruhi munculnya kreativitas menurut
Utami Munandar ( 1992: 134) antara lain:
a. Jenis kelamin
Jenis kelamin akan berpengaruh terhadap kreativitas.
Anak laki-laki cenderung lebih besar kreativitasnya dari pada anak perempuan,
terutama setelah masa kanak-kanak. Hal ini disebabkan adanya perbedaan
perlakuan yaitu, anak laki-laki dituntut untuk lebih mandiri, sehingga anak
laki-laki biasanya lebih berani mengambil resiko dibandingkan anak perempuan.
b. Urutan kelahiran
Anak sulung, anak tengah, dan anak bungsu akan berbeda
tingkat kreativitasnya. Anak yang lahir di tengah, belakang, dan anak tunggal
cenderung lebih kreatif dari pada anak anak yang lahir pertama. Hal ini terjadi
karena biasanya anak sulung lebih ditekan untuk lebih menyesuaikan diri oleh
orangtua sehingga anak lebih penurut dan kreativitasnya mati.
c. Inteligensi
Anak yang inteligensinya tinggi pada setiap tahapan
perkembangan cenderung menunjukkan tingkah kreativitas yang tinggi dibandingkan
anak yang inteligensinya rendah. Anak yang pandai lebih banyak mempunyai
gagasan baru untuk menyelesaikan konflik sosial.
d. Tingkat pendidikan orangtua
Anak yang orangtuanya berpendidikan tinggi cenderung
lebih kreatif dibandingkan pendidikannya rendah. Hal ini disebabkan karena
banyaknya prasarana serta tingginya dorongan dari orangtua sehingga memupuk
anak untuk menampilkan daya inisiatif dan kreativitasnya. Dari beberapa faktor
yang mempengaruhi kreativitas di atas, dapat pendidik gunakan sebagai acuan
dalam pengembangan kreativitas anak.
B. Kajian Pengembangan Kreativitas Anak Usia Dini
1. Kreativitas Anak Usia Dini
Setiap anak yang dilahirkan ke dunia dilengkapi dengan
berbagai potensi termasuk potensi kreatif. Potensi tersebut tidak akan
berkembang baik tanpa lingkungan kondusif dan bantuan dari orang dewasa di
sekitarnya. Pengembangan kreativitas anak perlu dilaksanakan sejak usia dini
karena fantasi setiap anak muncul sejak usia dini dan akan berkembang dalam
rentang usia 3-6 tahun. Pada masa ini anak banyak melakukan kegiatan bermain
serta dapat menciptakan sesuatu sesuai dengan keiginan dan imajinasinya melalui
benda-benda yang ada di sekitar.
Kreativitas akan tampak pada awal kehidupan dan
pertama-tama terlihat dalam permainan anak, lalu secara bertahap menyebar ke
berbagai kehidupan lainya, seperti sekolah atau pendidikan, rekreasi, dan
pekerjaan. Pada diri anak sering terjadi kegelisahan dan gejolak, karena pada
masa ini anak akan mulai menemukan identitasnya. Pada saat yang demikian, anak membutuhkan
kreativitas untuk menemukan identitasnya. Dalam mencapai identitas tersebut,
anak dituntut untuk berkarya melalui daya cipta kreativitasnya.
Tugas perkembangan anak yang mendukung kreativitas
adalah bahwa anak harus mampu mengembangkan ketrampilan-ketrampilan baru. Anak diharapkan
berlatih dan mengembangkan ketrampilan baru sesuai dengan tuntutan hidup sehingga
anak mampu menyesuaikan dirinya dengan baik. Oleh karena itu dalam memberikan
rangsangan terhadap perkembangan kreatif anak perlu disesuaikan dan jangan
dipaksakan. Karena pemaksanan kreativitas yang tidak sesuai dengan tahap
perkembangan justru akan membebani individu, sehingga individu tersebut tidak
bekembang secara normal.
Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa
kreativitas Anak Usia Dini merupakan potensi yang digunakan anak untuk
menemukan identitasnya dengan berkarya melalui daya cipta kreativitasnya
sehingga anak mampu menegembangkan keterampilan-keterampilan yang baru. Dalam
mengembangkan kreativitas tersebut pendidik juga harus mengetahui sifat-sifat
natural anak sebagai acuan pengembangan kreativitas yang dilakukan.
2. Sifat-sifat Natural Perkembangan Kreativitas Anak
Anak memilki kemampuan untuk mempelajari sesuatu
menurut caranya sendiri secara natural. Yenny Rahmawati dan Euis Kurniati
(2005: 79-82) menyatakan bahwa sifat-sifat natural yang sangat menunjang perkembangankreativitas
anak yang harus dikembangkan antara lain:
a. Pesona dan rasa takjub
Sifat pesona dan rasa takjub terhadap sesuatu,
merupakan sifat khas anakanak. Mereka pada umumnya sangat terpengaruh dan
tertarik melihat hal-hal baru yang menakjubkan di lingkungan sekitar anak.
Melalui kekaguman terhadap alam sekitar, kreativitas dapat diciptakan.
b. Mengembangkan imajinasi
Dunia khayal dan imajinasi merupakan dunia yang
identik dengan anak. Dengan berimajinasi sesuatu yang tidak mungkin bisa
menjadi mungkin bagi seorang anak sehingga mampu berpikir untuk menemukan
penyelesaian masalah yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari.
c. Rasa ingin tahu
Anak sangat antusias dengan benda-benda ataupun
makhluk baru yang pertama kali dilihatnya. Ia akan memperhatikan, mengamati
cara kerjanya,menatapnya dengan detail, merabanya, mencium, dan jika perlu
dijilat untuk merasakan bagaimana rasanya. Dengan rasa ingin tahunya tersebut,
anak kadang tidak perduli dengan apa yang terjadi pada diri anak. Hal ini
menunjukkan betapa kuatnya keinginan anak untuk belajar sesuatu dengan
mengeksplorasi alam dan lingkungan sekitarnya. Rasa ingin tahu merupakan sifat
dasar kreativitas sebelum anak menciptakan karya atau gagasan baru, yang
kemudian dikembangkan untuk menjadi pribadi yang kreatif.
d. Banyak bertanya
Masa awal Taman Kanak-kanak sangat diwarnai dengan
aktivitas banyak bertanya. Dengan bertanya anak akan mengetahui segala sesuatu
yang terjadi di lingkungan sekitarnya sehingga mampu memperkaya ide atau
gagasannya. Dengan mengetahui sifat-sifat natural perkembangan kreativitas anak
di atas pendidik harus mengembangkan kreativitas anak secara optimal agar dapat
mencapai tujuan pengembangan kreativitas yang diharapkan.
3. Cara Mengembangkan Kreativitas Anak PAUD
Kreativitas anak sangat penting dikembangkan sejak
usia dini khususnya sejak anak memasuki pendidikan prasekolah di PAUD.
Kreativitas yang dikembangkan di TK lebih ditekankan pada kreativitas anak
dalam berkarya. Yenny Rahmawati dan Euis Kurniati (2005: 11) mengemukakan bahwa
kreativitas berkarya diartikan sebagai kemapuan menemukan, mencipta, membuat, merancang
ulang, dan memadukan suatu gagasan baru maupun lama menjadi kombinasi baru yang
divisualkan ke dalam suatu karya dengan didukung kemampuan terampil yang
dimilikinya. Pengembangan kreativitas anak di PAUD dapat dilakukan melalui
kegiatan pembelajaran. Untuk mensukseskan program pengembangan kreativitas di PAUD,
Yeni Rahmawati dan Euis Kurniati (2005: 46-50) mengemukakan bahwa ada lima
kriteria pembelajaran yang dapat membantu mengembangkan kreativitas anak,
yaitu:
a. Kegiatan Belajar Bersifat Menyenangkan (Learning is
Fun)
Faktor emosi merupakan faktor penting dan menentukan
efektivitas proses pembelajaran. Belajar yang menyenangkan akan sangat berarti
bagi anak dan bermanfat hingga ia dewasa. Pendidik perlu memberikan kesan
positif pada anak dalam aktivitas belajarnya sehingga anak menyukai proses
belajar yang dapat mengembangkan kreativitasnya. Hal itu ditandai dengan anak
antusias mengikuti kegiatan belajar, tertawa-tawa, banyak bertanya, dan asyik
menikmati kegiatan yang diberikan oleh
guru.
b. Pembelajaran dalam Bentuk Kegiatan Bermain
Bermain adalah dunia anak. Melalui bermain anak dapat
mempelajari banyak hal, tanpa ia sadari dan tanpa merasa terbebani. Anak juga
dapat mengenal aturan, bersosialisasi, menempatkan diri, menata emosi,
toleransi, kerjasama, mengalah, sportif serta mengembangkan berbagai aspek
perkembangan dan kecerdasan pada anak. Dengan demikian pendidik perlu
memilihkan permainan secara tepat sebagai sarana penyampaian materi
pembelajaran.
c. Mengaktifkan Siswa
Anak memerlukan ruang yang luas untuk bereksplorasi
dan menjelajahi dunianya, sehingga segala informasi dapat dengan mudah diserap
oleh anak serta mampu mengoptimalkan pertumbuhan dan perkembangannya. Dengan demikian
perlunya pendekatan pembelajaran yang tepat, yaitu berupa belajar aktif, yang lebih
menempatkan siswa sebagai pusat dari pembelajaran. Dengan kata lain anak terlibat
aktif dalam perencanaan, proses pembelajaran, dan sampai pada penilaian. Grave
(dalam Yenny Rahmawati & Euis Kurniati 2005: 49) menyatakan bahwa belajar
aktif merupakan proses di mana anak-anak melakukan eksplorasi terhadap
lingkungannya, dengan cara mengobservasi, mendengarkan, mencari tahu,
menggerakkan badan, melakukan aktivitas sensori, dan membuat atau mencipta
sesuatu dengan benda-benda yang ada di sekitar mereka. Pendekatan belajar aktif
sangat mendorong program pengembangan kreativitas bagi anak, di mana mereka
diberikan keleluasaan untuk mencari dan menemukan sendiri berbagai macam ilmu
pengetahuan melalui pengalamannya, informasi, dan mampu menghasilkan suatu
produk yang kreatif.
d. Memadukan Berbagai Aspek Pembelajaran dan
Perkembangan
Berbagai aspek perkembangan yang dimiliki anak
merupakan suatu kesatuan yang utuh dan menyeluruh, sehingga pembelajaran yang
dikembangkan dapat memadukan semua komponen pembelajaran dan perkembangan anak.
e. Pembelajaran dalam Bentuk Kegiatan Konkret
Bagi anak proses mengerti dan memahami sesuatu tidak
selalu harus melalui proses instruksional, akan tetapi anak mengamati dan
berinteraksi secara langsung dengan objek pembelajaran, sehingga dapat menambah
wawasan dan pengetahuan secara lebih bermakna. Bagi anak usia PAUD yang masih
berada pada tahap perkembangan kognitif praoperasional dan pra operasional
konkret, sehingga kegiatan pembelajaran harus diserti dengan objek nyata.
Setelah mengetahui cara mengembangakan kreativitas di
atas, pendidik mampu mengembangkan kreativitas anak secara optimal sehingga
mampumencapai tujuan pengembangan kreativitas yang diharapkan.
4. Tujuan Pengembangan Kreativitas Sejak Usia Dini
Utami Munandar (2009: 31) mengemukakan bahwa ada empat
alas an utama perlunya pengembangan kreativitas sejak usia dini, yaitu:
a. Kreativitas untuk merealisasikan perwujudan diri
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah perwujudan
diri. Untuk mewujudkan dirinya manusia perlu berkreasi, karena dengan berkreasi
orang dapat mewujudkan dirinya sehingg karyanya diakui oleh orang lain.
b. Kreativitas untuk memecahkan suatu masalah
Kreativitas atau berpikir kreatif merupakan kemampuan
untuk melihat barbagai penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Oleh karena
itu perlu dikembangkan sejak dini melalui kegiatan yang menstimulasi
kreativitas anakpada lembaga pendidikan non formal khususnya PAUD. Pemberian
stimulus melalui kegiatan-kegiatan kreatif akan melatih anak untuk kreatif
dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang akan dihadapi anak di masa
dewasa.
c. Kreativitas untuk memuaskan diri
Keberhasilan anak dalam melakukan percobaan, penelusuran,
dan berbagai upaya lainnya akan memberikan kepuasan tersendiri bagi anak.
d. Kreativitas untuk meningkatkan kualitas hidup
Manusia dapat meningkatkan kualitas hidupnya dengan
kreativitas. Orang kreatif akan mempunyai banyak ide atau pendapat yang dapat
dikembangkan, memiliki penemuan-penemuan baru, serta menguasai teknologi baru
sehingga mampu meningkatkan kesejahteraannya dibandingkan orang yang tidak
memiliki kreativitas. Tujuan pengembangan kreativitas anak sejak dini
berdasarkan alasan pentingnya pengembangan kreativitas di atas, adalah sebagai
berikut;
1. Mengenalkan cara mengekspresikan diri melalui hasil
harya dengan teknik teknik yang dikuasainya.
2. Mengenalkan cara dalam menemukan alternatif pemecahan
masalah.
3. Membantu anak mendapatkan kepuasan diri terhadap apa
yang dilakukan melalui hasta karyanya.
4. Membuat anak kreatif dalam kelancaran mengembangkan
gagasan, keluwesan untuk menghasilkan berbagai macam ide, dan orisinilitas
dalam membuat produk hasta karya.
Dari paparan di atas, peneliti dapat mengambil
kesimpulan bahwa pengembangan kreativitas anak itu sangat penting, karena
dengan kreativitas anak mampu mewujudkan diri, memecahkan masalah, memuaskan
diri, dan meningkatkan kualitas hidupnya yang akan berguna bagi kehidupan anak selanjutnya.
Dengan demikian kreativitas yang ada di dalam diri anak perlu dikembangkan
melalui kegiatan yang menyenangkan, yaitu bermain. Salah satu metode yang
diambil peneliti adalah bermain mencipta dari bentuk geometri.
C. Kajian Bermain Mencipta Bentuk Geometri
1. Hakikat Bermain Mencipta
Dunia anak merupakan dunia bermain. Bermain sangat
bermanfaat bagi pertumbuhan anak serta dapat membantu mengembangkan berbagai
aspek perkembangan anak seperti, perkembangan fisik, perkembangan motorik halus
dan kasar, perkembangan aspek bahasa, perkembangan aspek sosial, perkembangan
aspek emosi dan kepribadian, perkembangan aspek kognisi, dan perkembangan
ketajaman indera. Selain itu bermain juga dapat mengoptimalkan perkembangan
kreativitas anak.
Bermain bagi anak merupakan bagian penting dalam
membantu mendorong tumbuh kembang anak. Substansi bermain bagi anak usia dini
adalah menyenangkan, bergembira, rileks, ceria, suka cita, mendidik, dan dapat menumbuhkan
aktivitas serta kreativitas. Aktivitas itu harus melibatkan unsur sensori terutama
pendengaran dan penglihatan, pikiran, dan aktivitas motoric anak. Bermain erat
kaitannya dengan tumbuhnya kemampuan untuk menciptakan gagasan baru, bersuka
cita terhadap hal-hal baru dan menciptakan suatu kondisi yang baru. Karena itu
Craft (dalam Suratno, 2005: 76) menyatakan bahwa bermain merupakan sarana bagi
tumbuhnya pikiran anak yang berdaya yang merupakan faktor bagi tumbuhnya
gagasan baru yang akhirnya tumbuh menjadi suatu kreativitas. Salah satu
kegiatan yang dapat meningkatkan kreativitas anak anak adalah kegiatan bermain
mencipta.
Bermain mencipta merupakan kegiatan mengekspresikan
diri menggunakan bentuk-bentuk geometri dengan berbagai variasi warna dan
ukuran sesuai dengan imajinasi dan caranya sendiri baik dengan cara menyusun, memadukan
bentuk-bentuk , menggunting, menempel, menggulung, melipat, dan berbagai cara
yang diinginkan menjadi suatu hasil karya yang berbeda sehingga dapat
merangsang kreativitas anak. Setiap anak bebas mengekspresikan kreativitasnya
dengan cara mereka sendiri sehingga mampu mencipta produk hasil karya yang asli
dan berbeda dengan anak yang lain.
Dari paparan di atas dapat dianalisis bahwa bermain
mencipta merupakan
kegiatan menghasilkan suatu hasil karya yang dilakukan
dengan cara-cara yang diinginkan oleh anak sehingga menghasilkan sesuatu yang
baru dan asli bagi anak. Dalam bermain mencipta perlu menggunakan media yang
menarik, misalnya mencipta dari bentuk-bentuk geometri dengan variasi bahan,
ukuran, dan warna.
2. Geometri
a. Pengertian Geometri
Geometri (dari bahasa Yunani, yaitu geo= bumi, dan
metrica= pengukuran) secara harafiah berarti pengukuran tentang bumi, yaitu
cabang dari matematika yang mempelajari hubungan di dalam ruang. Tombokan
Rontukahu (1996: 29) mengemukakan bahwa geometri merupakan studi tentang ruang
dan berbagai bantuk dalam ruang. Pengetahuan tentang geometri sangat berguna dalam
kehidupan anak. Anak-anak biasanya senang belajar geometri. Anak mengembangkan
konsep-konsep geometri dengan mengamati bantuk-bentuk geometri yang terdapat di
sekitar mereka. Sebelum masuk sekolah anak-anak telah mempunyai banyak
pengalaman geometri. Anak bermain dengan bangun-bangun geometri datar dan ruang
dari pengalamannya melalui observasi. Pembelajaran geometri sudah mulai
diterapkan di PAUD.
Hal ini dikarenakan geometri sangat membantu anak
untuk memahami, menggambarkan, atau mendeskripsikan benda-benda di sekitar
anak. Dalam kegiatan tersebut menggunakan benda-benda konkret disekitar anak
untuk memahami konsep geometri yang sedang dipelajarinya (Sudaryanti, 2006:
51). Pengalaman-pengalaman yang didapat dalam mempelajari geometri dapat mengembangkan
kemampuan pemecahan masalah dan pemberian alasan yang dapat mendukung pemahaman
banyak topik lainnya dalam matematika. Dari paparan di atas dapat dianalisis
bahwa geometri merupakan studi mengenai bangun ruang dan bangun datar yang
digunakan anak untuk mendiskripsikan segala sesuatu yang ada di sekitar anak.
b. Macam-macam bentuk Geometri
Geometri merupakan salah satu cabang matematika yang
mempelajari tentang konsep bangun datar dan bangun ruang. Agus Sugarjana (2008:
51-62) mengemukakan bahwa bentuk geometri terdiri dari:
1. Bangun datar
Bangun datar merupkan bangun yang terdiri dari titik,
garis, ruas garis, sinar garis, dan sudut. Macam-macam bangun datar antara
lain: segitiga, segi empat yang terdiri dari persegi, persegi panjang, jajar
genjang, belah ketupat, layang-layang, trapesium, dan lingkaran
2. Bangun ruang
Bangun ruang merupakan bangun yang memiliki bentuk
sebenarnya dan memiliki ciri-ciri panjang, lebar, tinggi sama, memiliki
rusuk-rusuk, alas yang berbentuk bidang datar, perhitungan luas dan keliling
yang sama dengan bentuk bidang datar. Macam-macam bangun ruang antara lain:
kubus, balok, prisma, limas, kerucut, tabung, dan bola. Pengenalan macam-macam
bentuk geometri pada anak PAUD hanya
pada tahap pengenalan bentuk goemetri dasar di antaranya adalah lingkaran,
segitiga, persegi, persegi panjang, balok, kubus, tabung, dan kerucut.
Pengenalan bentuk geometri bisa diajarkan melalui kegiatan yang bervariasi,
dengan berbagai media dan berbagai cara yang menarik, melalui kegiatan
mengelompokkan, membuat gambar, dan
mencipta bentuk dari bentuk dasar geometri. Mengenalkan bentuk geometri kepada
anak dilakukan melalui kegiatan bermain agar anak merasa senang dan mampu
bereksplorasi dengan benda-benda tersebut baik dengan cara mengelompokkan,
mencipta, dan sebagainya sehingga bermanfaat bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak.
c. Manfaat Bermain Mencipta dari Bentuk Geometri
Bermain mencipta dari bentuk geometri merupakan
kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Anak mampu mengeksplorasi seluruh
kemampuan dan kreativitasnya dengan baik, karena anak bebas mencipta suatu
karya sesuai dengan ide anak. Hal itu bisa dilakukan dengan cara menyusun,
memadukan bentuk-bentuk, menggunting, menempel, menggulung, dan sebagainya
sehingga menjadi suatu hasil ciptaan yang baru bagi anak. Misalnya anak dapat
mencipta bentuk bunga, memadukan bentuk geometri menjadi bentuk ikan, bentuk
mobil, menggulung menjadi bentuk menara, atau mencipta bentuk bangunan seperti rumah,
masjid dan sebagainya. Kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri di atas,
banyak manfaat yang diperoleh anak. Manfaat bermain mencipta dari bentuk
geometri antara lain anak mampu memecahkan masalah menurut caranya sendiri
(manfaat baik terhadap perkembangan kognitif); dapat menjadi alat untuk
menyeimbangkan emosi anak sehingga perkembangan kepribadian anak menjadi
harmonis (manfaat baik terhadap kesehatan jiwa); dan anak akan memperoleh
kecakapan untuk merasakan, membedakan, menghargai keindahan yang akan mengantar
dan mempengaruhi kehalusan budi
pekertinya (manfaat baik terhadap perkembangan estetika).
Bermain mencipta dari bentuk geometri juga dapat
mengoptimalkan perkembangan kreativitas anak. Misalnya saja anak mampu
mengemukakan ide dalam kegiatan bermain mencipta bentuk sehingga menghasilkan
hasil karya yang bervariasi (kelancaran), anak mampu menghasilkan ide dalam
memecahkan masalah geometri melalui kegiatan mengelompokkan, menyusun atau
memadukan dan mencipta bentuk-bentuk geometri (keluwesan), anak mampu
menciptakan produk-produk hasil karya yang baru dan unik sesuai dengan ide asli
anak (keaslian), serta anak mampu mewujudkan ide menjadi karya nyata
(elaborasi). Dari paparan di atas dapat dilihat bahwa bermain mencipta dari
bentuk geometri sangat bermanfaat bagi anak pada berbagai aspek perkembangan
dan pengembangan kreativitas anak.
D. Kerangka Pikir
Kreativitas merupakan hal yang penting dalam masa
pertumbuhan anak usia dini. Dengan
kreativitas anak akan memperoleh kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan
berekspresi menurut caranya sendiri yang dituangkan dalam bentuk hasil karya
anak. Bermain mencipta bentuk geometri merupakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan
bagi anak, terlebih jika media yang digunakan bervariasi. Bermain mencipta
bentuk geometri mempunyai beberapa manfaat bagi anak, yaitu mampu mengemukakan
dan menghasilkan berbagai macam ide untuk memecahkan suatu masalah luar
kategori yang biasa, mampu memberikan respon yang unik atau luar biasa, mampu
menyatakan pengarahan ide secara terperinci utuk mewujudkan ide menjadi
kenyataan, memiliki kepekaan menangkap dan menghasilkan masalah sebagai
tanggapan terhadap suatu situasi. Selain itu bermain mencipta dari bentuk geometri
dapat menstimulasi perkembangan kreativitas dan imajinasi anak. Bermain kotak
warna-warni berbagai bentuk, anak akan belajar mengenai bentukbentuk yang
saling cocok dan tidak cocok, mengenai struktur yang mantap dan tidak mantap
mengenai keseimbangan.
Dengan demikian kegiatan bermain mencipta dari bentuk
geometri harusdibuat semaksimal mungkin dengan menggunakan media yang
bervariasi agar anak didik lebih tertarik dan diharapkan kreativitas anak dapat
berkembang dengan baik dan terjadi peningkatan dalam kreativitasnya. Maka dapat
diperoleh kerangka pikir sebagai berikut: jika kegiatan bermain mencipta dari
bentuk geometri dibuat menarik, bervariasi, dan dilakukan melaui kegiatan
bermain, maka kreativitas anak akan meningkat.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
(PTK). Istilah dalam bahasa inggris adalah Classroom Action Research (CAR).
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian praktis yang dimaksudkan untuk
memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas (Kasihani Kasbolah,
1998: 12) Sejalan dengan pendapat Kasbolah, Suharsini Arikunto (2006: 2-3) mengemukakan
bahwa Penelitian Tindakan Kelas terdiri dari tiga kata yang dapat dipahami
pengertiannya. Pertama, penelitian adalah kegiatan mencermati suatu obyek,
menggunakan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi
yang bermanfaat untuk meningkatkan mutu yang menarik minat dan penting bagi
peneliti. Kedua, tindakan yaitu suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan
dengan tujuan tertentu, yang dalam penelitian ini berbentuk rangkaian siklus
kegiatan. Ketiga, kelas yaitu sekelompok siswa yang dalam kelompok yang sama
menerima pelajaran yang sama dari seorang guru. Berdasarkan beberapa definisi
Penelitian Tindakan Kelas di atas, maka dapat dirumuskan bahwa penelitian
tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan
melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional. Penelitian Tindakan
Kelas dilaksanakan secara kolaboratif partisipatif yang merupakan kolaborasi
antara peneliti dan guru Kelompok B. Guru dibantu oleh kolaborator dalam
mengobservasi kreativitas anak.
2. Subyek Penelitian
Suharsimi Arikunto (2010: 99) mengemukakan bahwa
subjek penelitian adalah benda, hal, atau orang. Subjek yang diteliti adalah
anak Kelompok B BKB-PAUD CENDANA dengan jumlah siswa 20 anak, dengan rincian 8
anak laki-laki dan 12 anak perempuan. Dari 20 siswa di kelas, hanya 5 anak yang
mempunyai kreativitas yang tinggi yaitu mencapai keempat aspek kreativitas,
sedangkan anak yang lain kreativitasnya belum berkembang secara optimal. Hal
ini dapat dilihat dari cara penyelelesaian tugas dan hasil karya yang dibuat
anak kurang bervariasi. Objek penelitian merupakan suatu hal yang aktif dan
dapat dikenai aktivitas. Objek penelitian ini merupakan varibel dalam penelitian.
Objek penelitian ini adalah kreativitas anak Kelompok B BKB-PAUD CENDANA
Cempaka Putih.
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data Menurut Sugiono (2010: 15)
yaitu langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan
data yang digunakan adalah observasi, yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan
jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Nana
Sujana & Ibrahim, 2004: 220). Observasi atau pengamatan dilaksanakan sesuai
dengan kebutuhan, yaitu sebelum ada tindakan, pada saat proses pembelajaran,
dan pada akhir pembelajaran. Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan
wawancara untuk mengukur aspek- aspek kreativitas yang dicapai anak. Misalnya
tentang apa saja hasil karya dari kegiatan mencipta yang dibuat anak, apakah
hasil karya tersebut merupakan hasil karya anak sendiri, bagaimana cara membuat
dan sebagainya.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Wina Sanjaya (2011: 84)
adalah alat yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data penelitian. Instrumen
yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang merupakan
catatan tentang perkembangan anak yang dilakukan dalam proses pembelajaran yang
didukung dengan alat bantu dokumentasi yang berupa foto kegiatan pada saat
kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri berlangsung dan pedoman wawancara
yang berisi daftar pertanyaan. Format penilaian digunakan peneliti untuk
mengetahui perkembangan kreativitas anak setelah bermain kreativitas anak pada
waktu kegiatan bermain mencipta dari bentuk geometri yang sejenis, mencipta
dari bentuk geometri yang bervariasi, serta mencipta dengan memadukan bentuk
geometri sejenis dan bentuk geometri yang bervariasi. Jika anak mampu mencapai
empat indikator yang ditentukan, bias diartikan bahwa kreativitas anak
mengalami peningkatan, maka tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan
kreativitas anak dinyatakan berhasil. Akan tetapi, jika anak belum mampu
mencapai indikator yang diharapkan, dan kreativitas belum terjadi peningkatan
yang signifikan, maka peneliti akan melanjutkan tindakan pada siklus
berikutnya.
5 . Analisis Data
Menurut Igak Wardhani (2007: 59) mengemukakan bahwa
teknik analisis data adalah merangkum data dengan cara yang akurat dan dapat dipertanggungjawabkan
sehingga mampu memberikan makna. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan
deskriptif kuantitatif yaitu data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan
observasi dari setiap pelaksanaan siklus dianalisis menggunakan teknik
persentase. Rumus yang digunakan untuk mencari persentase dalam penelitian ini
diambil dari Anas Sudjono (1986: 43) adalah sebagai berikut:

N
Keterangan:
P : Angka persentase
F : Frekuensi yang sedang dicari persentasenya
N: Jumlah frekuensi/ banyaknya individu
Setiap indikator akan dihitung berapa jumlah
masing-masing skor yang diperoleh anak dalam I kelas di Kelompok B BKB-PAUD
Cendana tersebut. Untuk penarikan
kesimpulan, hasil observasi dianalisis dengan
mempersentase hasil observasi yang diperoleh. Menurut Suharsimi Arikunto
(1992: 208) kemudian data tersebut diinterpretasikan ke dalam 4 tingkatan
yaitu:
1. Kriteria baik, yaitu antara 76%-100%
2. Kriteria cukup, yaitu antara 56%-75%
3. Kriteria kurang baik, yaitu antara 41%-55%
4. Kriteria tidak baik, yaitu antara 0%-40%
Dengan mengacu kriteria di atas dalam mengukur
kreativitas anak peneliti menggunakan kriteria yang diantaranya kriteria tinggi
(jika anak mencapai 4 indikator), kriteria cukup tinggi (jika anak mencapai 3
indikator), kriteria kurang (jika anak mencapai 2 indikator), dan kriteria
rendah (jika anak hanya mencapai 1 indikator). Dengan demikian peneliti
mendapatkan hasil yang sesuai.
H. Daftar Pustaka
Agus Sugarjana. (2008). Pengenalan Bangun
Datar dan Sifat-sifatnya di Sekolah Dasar. Yogyakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Anas Sudjono. (1986). Pengantar Statistik Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Press.
Depdiknas. (2002). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
Balai Pustaka.
Igak Wardhani, dkk. (2007). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Kasihani Kasbolah. (1998). Penelitian
Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Martini Jamaris. (2006). Perkembangan dan
Pengertian Anak Usia Taman Kanak- Kanak. Jakarta:
PT. Ersidi.
Nana Sudjana & Ibrahim. (2004). Penelitian
dan Penilaian Pendidikan. Bandung: Sinar Baru Algensindo.
PROPOSAL SKRIPSI

Nama : YENIKE AGUSTRIANA
NPM : 20158416203
Dose n :
ISWADI M.PD
Mata Kuliah : METODOLOGI PENELITIAN
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
KUSUMA NEGARA
JAKARATA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar